Anda di halaman 1dari 5

9

B A B II
STRATIGRAFI REGIONAL

Berdasarkan system orogenesa dan stratigrafi Pulau Sulawesi dari


segi tektonik lempeng, serta dengan dasar perbedaan system stratigrafi,
struktur dan sejarah geologi, maka Sukamto (1975), membagi pulau Sulawesi
dan pulau-pulau di sekitarnya menjadi tiga mandala geologi (Geology
Provinces), yaitu :
a)

Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh endapan Palung


berumur Kapur Tersier Awal, kemudian berkembang menjadi
batuan vulkanik bawah laut dan akhirnya berkembang menjadi
batuanm vulkanik darat, pada Tersier Akhir. Mandala ini disusun
terutama batuan beku intermediet sampai batuan beku asam.

b)

Mandala Sulawesi Timur, dicirikan oleh asosiasi fiolit, batuan


metamorf

dan

sebagian-sebagian

sedimen

laut

berumur

Mesozoikum.
c)

Mandala Geologi Banggai Sula, dicirikan oleh adanya orogenesa


Pra Jura yang cukup kuat, yang mengakibatkan batuan yang berumur
Paleozoikum mengalami metamorfisme regional dan metamorfisme
dinamo dan juga disertai dengan intrusi granit dan aktivitas vulkanik
pada masa Perm dan masa Trias.

10

Gabungan batuan dan perkembangannya mencirikan stratigrafi pada


Mandala-Mandala Sulawesi. Perbedaan facies pada Mandala Geologi
Sulawesi Barat, Mandala Sulkawesi Timur, Mandala Geologi Banggai Sula
diperbandingkan (Sukamto, 1975).
Mandala Geologi Sulawesi Barat, mempunyai alas yang terdiri dari
batuan metamorf yang berumur Pra Tersier. Alas di bagian selatan terdiri
dari kompleks Sekis dan batuan Ultrabasa. Sedang alas di bagian Utara
terdiri dari Gneiss dan Sekis yang sebagian besar terpengaruh oleh
metamorfisme pluton. Batuannya terbreksikan, tergerus, dan mendaun,
dimana sentuhannya dengan batuan di atasnya berupa sesar dan
ketidakselarasan (Sukamto, 1975).
Penarikan radiometri dengan cara penggalan Kalium dan Argon pada
Sekis, menghasilkan umur 111 juta tahun yang lalu OBRADOVICH, 1974
(dalam Sukamto, 1975) kemungkinan menunjukkan peristiwa tektonik zaman
Kapur. Di atas batuan ini terletak tidak selaras endapan Flysch formasi
Balang Baru dan formasi Marada. Formasi Balang Baru terdiri dari batupasir
berselingan

dengan

batulanau,

batulempung

dan

serpih

bersisipan

konglomerat, batupasir, konglomerat, tufa, dan, dan lava. Batupasirnya


berupa graywacke dan arkose, sebagian tufaan dan gampingan mengandung
fosil Globotruncana sp, yang mencirikan umur akhir (Sukamto, 1982).

11

Kegiatan gunung api berumur Paleosen (58,5 63,0 juta tahun), yang
diendapkan dalam lingkungan laut menindih tidak selaras batuan tipe Flysch
yang berumur Kapur Akhir (Sukamto, 1982).
Batuan formasi Mallawa yang dicirikan endapan darat dengan sisipan
batubara menindih tidak selaras batuan gunungapi Paleosen dan batuan
sedimen tipe Flysch yang bermumur Kapur Akhir.
Di atas formasi ini berangsur-angsur beralih ke endapan karbonat
formasi Tonasa yang terbentuk secara terus-menerus mulai dari Eosen Awal
sampai bagian bawah Miosen Tengah. Formasi ini dicirikan oleh batugamping
bioklastik dan kalkarenit berlapis baik dan berselingan dengan napal serta
banyak mengandung fosil foraminifera besar, sedang napal pasiran banyak
mengandung fosil foraminifera kecil. Tebal dari formasi ini tidak kurang dari
3000 m, menindih selaras formasi Mallawa dan tertindih tidak selaras formasi
Camba (Sukamto, 1982).
Formasi Camba berupa sedimen laut berselingan dengan batuan
gunungapi, batupasir tufaan berselingan dengan tufa, batulanau dan
batulempung bersisipan dengan napal, batugamping konglomerat dan breksi
gunungapi serta setempat-setempat batubara. Breksi dan konglomeratan
bersusun andesit dan basalt dengan ukuran fragmen 2 cm 40 cm. Tebal
dari formasi ini sekitar 500 m (Sukamto, 1982). Batuan vulkanik kwarter
umumnya diendapkan di darat. Susunannya bersifat andesit dan riolit. Di
beberapa tempat di bagian Utara terdapat endapan danau yang terpencil di

12

tengah-tengah pengunungan tinggi. Endapan kwarter termasuk undak sungai


Walanae di Sulawesi Selatan mengandung tulang-tulang gajah yang berumur
Pliosen (Sukamto, 1982 b, dalam Sukamto, 1975).
Kelompok batuan sedimen yang berumur Miosen Tengah sampai
Pliosen Awal, berselingan dengan batuan vulkanik yang berumur antara 8,93
9,23 juta tahun. Secara bersamaan, batuan ini menyusun formasi Camba.
Sebagian besar pegunungan di bagian Barat terbentuk dari formasi Camba
ini yang menindih tidak selaras formasi Tonasa.
Selama Miosen Akhir sampai Plistosen, di daerah ini yaitu Lembah
Walanae, diendapkan sedimen klastik formasi Walanae. Batuan ini tebalnya
sekitar 4500 m, dengan bioherm formasi Walanae berhubungan menjemari
den gan bagian akhir formasi Camba.
Batuan gunungapi formasi Camba terdiri dari breksi vulkanik, lava, dan
tufa yang bersifat halus dan lapili, bersisipan batuan sedimen laut berupa
batupasir tufaan, batugamping pasiran, dan batulempung yang banyak
mengandung sisa tumbuhan. Bagian bawahnya lebih banyak mengandung
breksi vulkanik dan

lava yang berkomposisi andesit dan basalt. Bagian

atasnya terdiri dari Ignimbrit bersifat Trakit dan Tefrit Leusit. Van Leeuwent,
1979, memetakan satuan gunungapi formasi Camba menjadi tiga, yaitu
Formasi

Batuan

Gunungapi

Sapo,

Formasi

Pammusureng, dan Formasi Batuan Gunungapi Lemo.

Batuan

Gunungapi

13

Kaitannya dengan tatanan Stratigrafi Indonesia adalah bahwa adanya


kesamaan jenis litologi, khususnya basement yang berada di daerah
penelitian sama dengan basement yang terdiri dari batuan metamorfik berupa
sekis kristalin yang terdiri dari sekis hijau, dan juga adanya batuan hasil
proses tektonik berupa melange.

Anda mungkin juga menyukai