TINJAUAN PUSTAKA
Kusan Hilir yang terhampar dari 03 03311- : 0303814 LS dan 115047411509443BT dan Jarak antara Puskesmas Perawatan Pagatan dengan Ibu Kota
Kabupaten 21 km.
Batas Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Pagatan adalah:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batulicin
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sei.Loban dan Puskesmas Pulau
Tanjung
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Laut
Kecamatan
Kota Pagatan
Kampung Baru
Tanete
Penyalongan
Muara Pagatan
Muara Tengah
Mudalang
Pulau Satu
Rantau Panjang Hulu
Rantau Panjang Hilir
Api-api
Saring Sei Bubu
Pakatellu
Manurung
Batarang
Mekar Jaya
Betung
Pulau salak
Beringin
Sei Lembu
Gusunge
Wiritasi
Juku eja
Pejala
Pasarbaru
Batuah
Pagaruyung
Barugelang
Jumlah
Jumlah Penduduk
3.044
1.992
628
481
874
726
1.838
968
427
1.025
1.052
1.175
786
1.551
421
416
1.100
450
559
1.023
791
1.902
1.411
1.781
2.903
4.896
1.891
1.020
36.831
: 1 buah
2. SMK Negeri
: 1 buah
: 1 buah
3. SMA Swasta
: 1buah
: 1 buah
5. SMP Negeri
: 5 buah
6. SMP Swasta
: 1 buah
: 1 buah
: 28 buah
8. Taman Kanak-Kanak
: 25 buah
2.
3.
4.
TATANAN
PHBS
SEKOLAH
a. SDN MUDALANG
b. SDN BATUAH 3
c. SDN BATUAH 1
d. SDN BATUAH 2
e. SDN KOTA PAGATAN 1
f. SDN KOTA PAGATAN 2
g. SMKN 1 KUSAN HILIR
h. SDN MUHAMADIYAH
i. SDN PASAR BARU 1
j. SDN PASAR BARU 2
Tidak
Tidak
Tidak
YA
Tidak
Tidak
Tidak
YA
YA
YA
TEMPAT-TEMPAT UMUM
a. Warung Darma
b. Kios Batarang
c. Warung makan mama lina
d. Langgar Desa Mekar jaya
e. Pasar Tradisional
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
TEMPAT-TEMPAT KERJA
a. KANTOR
KEPALA
DESA
MUDALANG
b. KANTOR KEPALA DESA MEKAR
JAYA
c. KANTOR KEPALA DESA BATUAH
d. KANTOR
KEPALA
DESA
BATARANG
e. KANTOR KEPALA DESA JUKU EJA
INSTITUSI KESEHATAN
a. PKD BATUAH
b. PKD MEKAR JAYA
c. PKD MUDALANG
d. PKD BATARANG
e. PUSKESMASPERAWATAN
PAGATAN
Ya
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
YA
YA
YA
YA
YA
10
2.6
2.6.1 Definisi
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang dapat
diamati secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak
luar. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang
berhubungan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan,
minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatankegiatan
kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007).
Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapih dengan
segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum.
Sekolah adalah tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal,
dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada
anak didiknya. Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena
pengaruhnya besar sekali pada jiwa anak, maka disamping keluarga sebagai pusat
pendidikan, sekolah juga mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk
pembentukan pribadi anak (Adznan, 2013).
11
keluarga,
artinya
harus
ada
komunikasi
antara
kader
dengan
12
13
c. Sasaran tersier
Merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam mendukung
pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di
institusi pendidikan seperti, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas,
Diknas, guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid.
14
15
16
tubuh menjadi sehat. Makanan yang ada di kantin sekolah harus makanan yang
bersih, tidak mengandung bahan berbahaya, serta penggunaan air matang untuk
kebutuhan minum (Judarwanto, 2005; Adznan, 2013)
C. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat
Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang mencegah kontak
antara manusia dan tinja, membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga
serta binatang lainnya, mencegah bau yang tidak sedap dan konstruksi
dudukannya dibuat dengan baik, aman, dan mudah dibersihkan (STBM, 2009)
Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang
memenuhi syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung tertutup)
dan terjaga kebersihannya. Jamba leher angsa (angsa latrine) adalah jamban leher
lubang closet berbentuk lengkung dengan demikian akan terisi air gunanya
sebagai sumbat sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatangbinatang kecil. Jamban model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan
dalam kesehatan lingkungan. Jamban yang sehat adalah yang tidak mencemari
sumber air minum, tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh hewan, tidak
mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan (Hamzah,
2014)
D. Olahraga yang Teratur
Aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup sehat terkait
dengan pemeliharaan dan penigkatan kesehatan. Kegiatan olah raga disekolah
bertujuan untuk memelihara kesehatan fisik dan mental anak agar tidak mudah
sakit. Anak-anak harus dibiasakan atif ketika di sekolah baik ketika sebelum
17
dimungkinkan akan
18
19
20
2.7.1. Definisi
Mencuci tangan adalah perlakuan kepada tangan menggunakan air yang
bertujuan untuk mengurangi flora transien tanpa mempengaruhi flora residen pada
kulit. Penggunaan sabun dan/atau deterjen yang mengandung agen antiseptik
dapat digunakan untuk membantu efektifitas mencuci tangan. Cuci tangan
berguna untuk membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah
tangan dengan memakai sabun dan air. Kesehatan dan kebersihan tangan secara
bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua
tangan dan lengan serta mengurangi kontaminasi silang. 8
21
cuci tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan
efektif dibandingkan dengan intervensi kesehatan dengan cara lain.
10
2.7.3. Teknik Mencuci Tangan Yang Baik dan Benar dan Penggunan Sabun
Untuk mendapatkan hasil yang
optimal,
haruslah dengan air bersih yang mengalir, baik itu melalui kran air atau
disiram dengan gayung, menggunakan sabun yang standar, setelah itu keringkan
dengan handuk bersih atau menggunakan tisu. Untuk penggunaan jenis sabun
dapat menggunakan semua jenis sabun karena semua sabun sebenarnya
cukup efektif dalam membunuh kuman penyebab penyakit. Teknik mencuci
tangan yang benar harus menggunakan sabun dan di bawah air yang mengalir
dengan langkah- langkah sebagai berikut :
22
7) Usapkan ibu jari tangan kanan dengan punggung jari lainnya dengan
gerakan saling berputar, lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.
8) Gosokkan telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan
gerakan kedepan, kebelakang, berputar. Hal ini dilakukan pada kedua
tangan.
9) Pegang pergelangan kanan dengan pergelangan kiri dan lakukan gerakan
memutar. Lakukan pula pada tangan kiri.
10) Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.
11) Keringkan
tangan
dengan
menggunakan
tissue
atau
handuk,
23
tangan
di
waskom
yang
berisi
air
walaupun
telah
24
melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang terkontaminasi,
makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci terlebih dahulu atau
terkontaminasi. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam
penurunan
angka
penderita
diare
Mencuci
tangan
dengan sabun
mengurangi
angka
infeksi
saluran pernafasan ini dengan dua langkah : 1) dengan melepaskan patogenpatogen pernafasan yang terdapat pada tangan dan permukaan telapak tangan,
2) dengan menghilangkan patogen (kuman penyakit) lainnya (terutama virus
entrentic) yang menjadi penyebab tidak hanya diare namun juga gejala
penyakit pernafasan lainnya. Bukti-bukti telah ditemukan bahwa praktikpraktik menjaga kesehatan dan kebersihan seperti mencuci tangan sebelum
dan sesudah makan/buang air besar/kecil dapat mengurangi tingkat infeksi
hingga 25%. Penelitian lain di Pakistan menemukan bahwa mencuci tangan
dengan sabun mengurangi infeksi saluran pernafasan yang berkaitan dengan
pnemonia pada anak-anak balita hingga lebih dari 50 %.11
3) Infeksi cacing, infeksi mata, dan infeksi kulit
Penelitian juga telah membuktikan bahwa selain diare dan infeksi saluran
pernafasan penggunaan sabun dalam mencuci tangan mengurangi kejadian
25
penyakit kulit, infeksi mata seperti trakoma, dan cacingan khususnya untuk
ascariasis dan trichuriasis.12
atau
kegiatan
meningkatkan kesehatannya.
seseorang
Termasuk
juga
dalam
memelihara
tindakan-tindakan
dan
untuk
13
26
dan
usaha
untuk
penyembuhan
bila
sakit.
Perilaku
upaya
atau
tindakan
seseorang
pada
saat
menderita
kesehatan
lingkungan
merupakan
perilaku
bagaimana
27
ini
mencakup
tindakan
untuk
memperoleh
kesembuhan,
2.9. Sekolah
2.9.1. Definisi Sekolah
Sekolah menurut Wikipedia adalah sebuah lembaga yang dirancang untuk
pengajaran siswa/murid dibawah pengawasan guru. Sebagian besar Negara
memiliki system pendidikan formal, yang umumnya wajib.14
28
adalah
jenjang
pendidikan
menengah
pada
pendidikan
29
formal
di Indonesia
setelah
lulus
Sekolah
Menengah
Pertama
(atau
sederajat). Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari
kelas 10 sampai kelas 12. (Kementerian Pendidikan Indonesia)
Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan
tinggi. Peserta didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga
pendidik perguruan tinggi disebut dosen. Menurut jenisnya, perguruan tinggi
dibagi menjadi dua, negeri dan swasta.14
30
f.
Evaluasi
berkaitan
dengan
kemampuan
untuk
Masyarakat sedini mungkin perlu diberi pengetahuan tentang bahaya dari rokok melalui
pendidikan kesehatan. Dari hasil analisis pretest dan posttest pada penelitian yang dilakukan
oleh Mariyam dan Nuradita (2013) diperoleh bahwa dari 56 responden sebanyak 33 responden
(58,9%) mengalami peningkatan pengetahuan tentang bahaya rokok setelah diberi pendidikan
kesehatan (27).
2. Sikap
Sikap adalah respons tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek
tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan.
Menurut Notoadmodjo (2007), sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu (28):
a. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya, suatu
keyakinan dan pendapat seseorang terhadap objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya cara penilaian
orang terhadap suatu obyek.
31
c.
mempengaruhi sikap merokok pada seseorang adalah faktor orang tua atau
keluarga, rasa ingin tahu, lingkungan, serta dorongan dari orang lain. seseorang
melihat rokok atau melihat orang lain merokok, akan menimbulkan suatu respon
sehingga dapat menimbulkan sikap setuju atau tidak setuju (25,29). Menurut
Sandek (2012) sikap negatif terhadap perilaku merokok akan meningkatkan
kemungkinan seseorang berhenti merokok (30).
3. Perilaku
Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi reaksi
organisme terhadap lingkungannya. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada
kegiatan organisme dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan.
Hereditas atau faktor keturunan merupakan konsep dasar atau modal untuk
perkembangan
perilaku
makhluk
hidup
selanjutnya.
Sedangkan
lingkungan
dengan
pemberian
32
intervensi (33).
Menurut Prochasca dan Diclemente, berdasarkan konsep transtheoritical
model perilaku dikatakan berubah apabila telah diamati minimal selama 6 bulan.
Perilaku merokok dikatakan baik jika selama 6 bulan seseorang tidak mengkonsumsi
rokok. Keberhasilan perubahan perilaku juga dapat diamati dalam kurun waktu 3
bulan, dengan melihat arah perubahan perilaku seseorang tersebut positif atau
negatif (34).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Azwa, Fariza. Tingkat Pengetahuan Pelajar Sekolah Menengah Sains Hulu Selangor
Mengenai Efek Rokok Terhadap Kesehatan. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.
2010.
2.
Loren. Jeff. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Terhadap Rokok. Skripsi. Medan. Universitas Sumatera Utara, 2009.
3.
Solicha, RA. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pengunjung di Lingkungan RSUP dr. Kariadi
Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro, 2012.
4.
Julia, Anita. Perbandingan Kejadian ISPA Balita Pada Kepala Keluarga yang Kebiasaan
Merokok di Dalam Rumah Dengan di Luar Rumah di Jorong Saroha Kecamatan Lembah
Melintang Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011. Tesis. Padang: Universitas Andalas, 2011.
5.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Fakta Tembakau 2012. Jakarta, 2012.
6.
Trisnawanti, Yuli. Juwarni. Hubungan Perilaku MerokokOrang Tua Dengan Kejadian ISPA
pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rembang Kabupaten Purbalingga 2012. Artikel
Publikasi. Purwokerto: Akademi Kebidanan YLPP, 2012.
7.
Trihono. Kajian perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat. Badan penelitian dan
pengembangan kesehatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.
8.
Arifin, Syamsul., dkk. Kajian kultur masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan di Kalimantan Selatan. Badan penelitian dan pengembangan daerah provinsi
Kalimantan Selatan. 2013.
9.
10. Ramdhani, Meirina. Penerapan Teknik Kontrol Diri Untuk Mengurangi Konsumsi Rokok
Pada Kategori Perokok Ringan. Jurnal Sains dan Praktik Psikologi. Volume 1 (3): 240-254
33
11. Sidy, YN. Analisis Pengaruh Peran Pengawas Menelan Obat Dari Anggota Keluarga Terhada
Kepatuhan Pengobatan Penderita Tuberkulosis di Kota Pariaman Tahun 2010-2011. Tesis.
Depok: Universitas Indonesia, 2012.
12. Istiawan R, Sahar J, Bachtiar A. Hubungan peran pengawas minum obat oleh keluarga dan
petugas kesehatan terhadap pengetahuan, perilaku pencegahan dan kepatuhan klien TBC
dalam konteks keperawatan komunitas di Kabupaten Wonosobo. Jurnal Keperawatan
Soedirman 2006; 2(1): 1-9.
13. Budiman., Mauliku, NE., Anggraeni D., Analisis Faktor yang Berhubungan Dengan
Kepatuhan Minum Obat Pasien TB Paru Pada Fase Intensif fi Rumah Sakit Umum Cibabat
Cimahi. Cimahi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesesehatan A. Yani, 2013.
14. Pinandari, AW, dkk. Penerapan Metode Petugas Pengawas Perokok (P3) Dalam Upaya
Menurunkan Jumlah Batang Rokok Yang Dikonsumsi Dan Hubungannya Dengan Kejadian
ISPA Pada Masyarakat Mandiangin Timur. Laporan Pelaksanaan Belajar Lapangan. Program
Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Lambung Mangkurat, 2009.
15. Anonim. Gambaran Kadar Haemoglobin Pada Mahasiswa DIII Analis Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang yang Merokok. Skripsi. Semarang: Universitas
Muhamamdiyah Semarang, 2011.
16. Adetia, Sharly. Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Bahaya Rokok Terhadap Kehamilan Dan
Janin di Desa Siumbut Baru Kecamatan Kota Kisaran Timur Kabupaten Asahan. Skripsi.
Medan: Universitas Sumatera Utara, 2013.
17. Komala, Wenti. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Terjadinya Hairy Tongue di
Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera
Utara, 2010.
18. Kang, KZ. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Terjadinya Stomatitis Nikotina Pada
Pegawai Non-Akademik Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera
Utara, 2012.
19. Sitepu, LS. Hubungan Kebiasaan Merokok Terhadap Terjadinya Smokers Melanosis di
Kalangan Mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. . Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara, 2010.
20. Emilia, Putri. Efek Merokok Terhadap Kondisi Periodontal Pada Tukang Becak di
Kelurahan Tanjung Rejo Kota Medan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2009.
21. Husaini, Aiman. Tobat Merokok. Bandung: Pustaka Iman, 2007.
22. Ivon, Sri. Gambaran kadar SGOT pada perokok aktif usia lanjut di daerah Ngaliyan
Semarang. Tesis. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang, 2011.
23. Nasution, IK. Perilaku Merokok Pada Remaja. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara,
2007.
24. Suhaimi, Raziah. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di
Desa Sei. Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Utara, 2012.
34
25. Nurhayati, Rahmah. Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dan Motivasi Terhadap Minat Bidan
Mengikuti Uji Kompetensi Di Kota Semarang Tahun 2007. Tesis. Semarang: Universitas
Diponegoro, 2007.
26. Aritonang, Edwin Sovvan. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur Tentang
Gangguan Kesehatan Reproduksi Akibat Merokok di Kelurahan Sibuluan Indah Kabupaten
Tapanuli Tengah Tahun 2008. Fakultas Masyarakat Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
Medan. 2008.
27. Mariyam., Nuradita, Elok. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan tentang
bahaya rokok pada remaja di SMP Negeri 3 Kendal. Jurnal keperawatan anak. Volume 1,
No. 1, 2013: 44-48
28. Sumarna, Riny. Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Merokok Pada Mahasiswi Ekstensi
Angkatan 2007 di FISIP UI Tahun 2009. Tesis. Depok: Universitas Indonesia, 2009.
29. Wahyuni, Dwi., Sudaryanto, Agus. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Sikap
Merokok Pada Remaja di Desa Karang Tengah Kecamatan Sragen. Artikel Publikasi.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah, 2013.
30. Sandek, Rudi., Astuti, Kamsih. Hubungan Antara Sikap Terhadap Perilaku Meroko dan
Kontrol Diri Dengan Intensi Berhenti Merokok. Artikel Publikasi. Yogyakarta. Fakultas
Psikologi Universitas Wangsa Manggala, 2012.
31. Mulya, Yudhia., Ramdani, SH., Analisis Perilaku Konsumen Rokok di Kalangan Mahasiswa
Universitas Pakuan. Jurnal Ilmiah Magister Managemen.2012
32. Fuadah, Maziyyatul. Gambaran Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada
Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta Angkatan 2009. Skripsi.
Depok: Universitas Indonesia, 2011.
33. World Health Organization. Kesadaran Masyarakat, Pendidikan, dan Program Berhenti
Merokok. Tobacco Initiative: 123-125
34. Odgen, Jane. Health Psychology. New York: Open University Press, 2007.
35. Hapsari, JR. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) Dengan Keteraturan Berobat
Pasien TB Paru Strategi DOTS di RSUD Dr. Moewaedi Surakarta. Skripsi. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret, 2010.
36. Amir, Aswita. Pengaruh penyuluhan model pendampingan terhadap perubahan status gizi
anak usia 6-24 bulan. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro, 2008.
37. Profil Desa Antasan Senor Tahun 2013
38. Sari, Rininta. Comparing the Performance of Sith VCO Body Balm to Body Shop Body
Butter Using Blind-Test Method. Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2012.
35