Anda di halaman 1dari 3

Radang sendi atau artritis reumatoid (bahasa Inggris: Rheumatoid Arthritis, RA)

merupakan penyakit autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh diserang oleh
sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang mengakibatkan peradangan dalam waktu
lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian, biasanya mengenai banyak
sendi, yang ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur-struktur
sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
Pada Gambar 1, ditunjukkan bahwa RA dapat mengakibatkan nyeri, kemerahan,
bengkak dan panas di sekitar sendi. Berdasarkan studi, RA lebih banyak terjadi
pada wanita dibandingkan pria dengan rasio kejadian 3 : 1.
Umumnya penyakit ini menyerang pada sendi-sendi bagian jari, pergelangan
tangan, bahu, lutut, dan kaki. Pada penderita stadium lanjut akan membuat si
penderita tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan kualitas hidupnya
menurun. Gejala yang lain yaitu berupa demam, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, lemah dan kurang darah. Namun kadang kala si penderita tidak
merasakan gejalanya. Diperkirakan kasus Rheumatoid Arthritis diderita pada usia di
atas 18 tahun dan berkisar 0,1% sampai dengan 0,3% dari jumlah penduduk
Indonesia.
Gejala
Penderita RA selalu menunjukkan simtoma ritme sirkadia dari sistem kekebalan
neuroindokrin.[1]
RA umumnya ditandai dengan adanya beberapa gejala yang berlangsung selama
minimal 6 minggu, yaitu :
1. Kekakuan pada dan sekitar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di
pagi hari
2. Bengkak pada 3 atau lebih sendi pada saat yang bersamaan
3. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan
4. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada
sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumnya menyerang sendi
pergelangan tangan
Pada tahap yang lebih lanjut, RA dapat dikarakterisasi juga dengan adanya nodulnodul rheumatoid, konsentrasi rheumatoid factor (RF) yang abnormal dan
perubahan radiografi yang meliputi erosi tulang.
Penanda RA yang terdahulu
Rheumatoid Factor (RF) merupakan antibodi yang sering digunakan dalam diagnosis
RA dan sekitar 75% individu yang mengalami RA juga memiliki nilai RF yang positif.
Kelemahan RF antara lain karena nilai RF positif juga terdapat pada kondisi penyakit
autoimun lainnya, infeksi kronik, dan bahkan terdapat pada 3-5% populasi sehat
(terutama individu usia lanjut).

Oleh karena itu, adanya penanda spesifik dan sensitif yang timbul pada awal
penyakit sangat dibutuhkan. Anti-cyclic citrullinated antibody (anti-CCP antibodi)
merupakan penanda baru yang berguna dalam diagnosis RA. Walaupun memiliki
keterbatasan, RF tetap banyak digunakan sebagai penanda RA dan penggunaan RF
bersama-sama anti-CCP antibodi sangat berguna dalam diagnosis RA.

Rhematoid arthritis
By : joko santoso.Amf (physiotherapist of PT.GULA PUTIH MATARAM)
Rhematoid arthritis a.k.a REMATIK merupakan suatu penyakit autoimun kronis
dengan gejala nyeri, kekakuan, gangguan pergerakan, erosi sendi dan berbagai
gejala inflamasi lainnya. Penyakit yang 75 % diderita oleh kaum hawa ini bisa
menyerang semua sendi, namun sebagian besar menyerang sendi-sendi jari
(proximal interphalangeal dan metacarpophalangeal) . Semua orang beresiko
terserang rheumatoid arthritis, namun resiko ini akan meningkat drastis pada usia
30 sampai 50 tahun, terutama pada wanita.

Dengan tingkat prevalensi 1 sampai 2 % di seluruh dunia, prevalensi meningkat


sampai hampir 5 % pada wanita diatas usia 50 tahun. Berdasarkan data diatas bisa
diambil kesimpulan bahwa Rheumatoid arthritis akan menjadi penyakit yang akan
banyak ditemui di masyarakat.
Patofisiologi
Membran syinovial pada pasien rheumatoid arthritis mengalami hiperplasia,
peningkatan vaskulariasi, dan ilfiltrasi sel-sel pencetus inflamasi, terutama sel T
CD4+. Sel T CD4+ ini sangat berperan dalam respon immun. Pada penelitian
terbaru di bidang genetik, rheumatoid arthritis sangat berhubungan dengan majorhistocompatibility-complex class II antigen HLA-DRB1*0404 dan DRB1*0401. Fungsi
utama dari molekul HLA class II adalah untuk mempresentasikan antigenic peptide
kepada CD4+ sel T yang menujukkan bahwa rheumatoid arthritis disebabkan oleh
arthritogenic yang belim teridentifikasi. Antigen ini bisa berupa antigen eksogen,
seperti protein virus atau protein antigen endogen. Baru-baru ini sejumlah antigen
endogen telah teridentifikasi, seperti citrullinated protein dan human cartilage
glycoprotein 39.
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan
syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF- untuk
mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan
bantuan CD69 dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti
interferon- dan interleukin-17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF- merupakan
kunci terjadinya inflamasi pada rheumatoid arthritis.

Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara langsung dan
ikatan dengan 12 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi
immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid
faktor ini dalam proses patogenesis rheumatoid arthritis tidaklah diketahui secara
pasti, tapi kemungkinan besar rheumatoid faktor mengaktiflkan berbagai
komplemen melalui pembentukan immun kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga
mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara keseluruhan ini menyebabkan
gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga menstimulasi
angiogenesis sehingga terjadi peninkatan vaskularisasi yang ditemukan pada
synovial penderita rheumatoid arthritis.
PENANGANAN REHABILITASI MEDIK PENYAKIT REMATIK :
1. PENANGGULANGAN NYERI/RADANG :
a. AKUT : TERAPI DINGIN, ELEKTROTERAPI , TERAPI LASER,
b. KRONIK : TERAPI DINGIN, KOMPRES HANGAT, HYDROCOLATOR PACK , INFRA
MERAH, KONTRAS BATH, ELEKTRO TERAPI, TERAPI LASER, SWD, MWD, USD,
AKUPUNTUR, MAGNETO TERAPI, HIDROTERAPI.
2. MENINGKATKAN LUAS GERAK SENDI (LGS): LATIHAN PEREGANGAN, TEHNIK
MANIPULASI.
3. MENINGKATKAN KEKUATAN OTOT : ELEKTRO STIMULASI, LATIHAN PENGUATAN.
4. MENINGKATKAN ENDURANCE OTOT : JALAN KAKI, JOGGING, SEPEDA STATIK,
BERENANG, TREADMILL
5. MENCEGAH DEFORMITAS : PEMANASAN SEBELUM LATIHAN, PENDINGINAN
SETELAH LATIHAN, TONGKAT KETIAK, TONGKAT, WALKER, ORTESA/BRACE/SPLINT.
6. MENGURANGI KEKAKUAN SENDI : USD, PARAFIN BATH, LATIHAN LGS, LATIHAN
PEREGANGAN.
7. MEDLINDINGI SENDI : SPLINT/BRACE/ORTESA, LATIHAN OKUPASI
8. MEMPERBAIKI KESEIMBANGAN : LATIHAN KESEIMBANGAN
9. MEMPERBAIKI POSTUR : LATIHAN POSTUR, LATIHAN BIOFEEDBACK

Anda mungkin juga menyukai