Psikopatologi Made
Psikopatologi Made
OLEH :
MADE DWI PRATIWI
I11111031
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Status Pernikahan
Ruang
Masuk RS
Kunjungan
: Ny. U
: Perempuan
: 24 tahun
: Kristen
: Dayak
: SMA
: Pekerja sawit
: Menikah
: PICU-IGD
: 7 September 2015
: Ke-4 di RSJ Provinsi Kalimantan Barat.
saat ditanya apakah pasien bisa membuat hujan, pasien mengatakan bisa.
Namun saat ditanya bagaimana caranya pasien hanya diam saja. Saat ditanya
apakah pasien sudah menikah pasien menjawab sudah dan kemudian pasien
mengaku belum pernah menika dan mengatakn bahwa dia mempunyai 10
pacar. Pasien mengatakan dia tinggal bersama ayahnya saja, dan ayahnya
tidak pernah jahat kepadanya.
C. Riwayat gangguan dahulu
1. Riwayat gangguan psikiatri
Pasien mengaku pertama kali dirawat di rumah sakit pada tahun 2011. Dan
kali ini kunjungan ke-4 pasien masuk rumah sakit. Pasien mengaku keluar
terakhir dari rumah sakit pada bulan februari. Saat ditanya alasan pasien
dibawa ke rumah sakit lagi pasien hanya menjawab sakit jiwa kata
bapak. Saat ditanya pertama kali sakit seperti apa, apa ada masalah yang
memberatkan pasien, pasien memberikan jawaban tidak nyambung dan
kemudian tertawa-tawa.
2. Kondisi medis umum
Tidak ditemukan gangguan maupun penyakit pada pasien.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien mengatakan bahwa ia tidak merokok, alkohol disangkal, dan
penggunaan NAPZA disangkal.
5. Aktivitas Sosial
Pasien mengaku dengan tetangga dan masyarakat sekitarnya juga tidak
ada masalah dalam bersosialisasi
6. Riwayat Militer
Tidak ada keterlibatan pasien dalam kemiliteran.
7. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien mengaku pernah berurusan dengan pihak kepolisian, tetapi tidak
menyebutkan alasan mengapa demikian.
8. Riwayat Psikoseksual
Orientasi seksual pasien normal, pasien tertarik terhadap lawan jenis.
F. Riwayat keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang sakit serupa seperti pasien. Pasien merupakan
anak ke 2 dari 4 bersaudara. Pasien tidak koperatif dalam menjawab silsilah
keluarganya.
G. Impian, Fantasi, dan Nilai-Nilai
Pasien mengatakan bahwa cita-cita pasien saat ini adalah ingin menjadi
seorang polisi. Mengenai nilai, pasien tahu bahwa tidak boleh mengambil
barang milik orang lain.
H. Persepsi keluarga tentang pasien
Pasien tidak koperatif menjawab tentang pandangan keluarga terhadap
dirinya.
III.
STATUS MENTAL
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 8 September 2015.
1. Penampilan
Pasien berpenampilan sesuai umur. Pasien tampak tidak rapi. Kesan
perawatan diri kurang baik.
: Inkoheren
Isi
: Miskin isi
Gambar
1.
Tulisan
(b)
Gambar
2.
(a) gambar
pemeriksa
dan (b) gambar pasien
h. Bakat kreatif
Pasien mengaku pernah senang bermain futsal.
i. Kemampuan berpikir abstrak
Kurang baik. Pasien tidak dapat mengetahui perbedaan dan persamaan
dari jeruk dan bola.
j. Kemampuan menolong diri sendiri
Kurang baik. Pasien mengatakan ia dapat makan, minum sendiri.
Namun pasien jarang mandi.
k. Pengendalian impuls
B.
Status Generalis
Kulit
Kepala
Rambut
Mata
THT
Gigi dan mulut
Leher
Jantung
Paru
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Abdomen
Alat Kelamin
Anus
Ekstremitas
:
:
:
:
(-/-).
Nyeri tekan (-), asites (-), bising usus normal.
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Akral hangat (+/+), edema (-/-), tremor (-/-)
C. Status Neurologi
Glasgow Coma Scale (GCS)
Pupil
Refleks cahaya
Tanda Rangsang Meningeal (TRM)
Pemeriksaan Motorik :
5555
5555
Pemeriksaan Refleks :
: E4M6V5 = 15
: Isokor, diameter 3mm
: Langsung
: (+/+)
Tidak langsung
: (+/+)
: Kaku kuduk (-)
5555
5555
a. Refleks Fisiologis
Biseps
: normal
Triceps
: normal
Brachioradialis : normal
Patella
: normal
Tendo achilles :normal
b. Refleks Patologis
Negatif
Pemeriksaan Sensorik
a. Sensibilitas: Normal
b. Pemeriksaan Saraf Otonom: Inkontinensia urine dan alvi negatif
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan.
V.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Berdasarkan hasil anamnesis pada pasien terdapat sekmpulan gejala dan
4. Pada
pasien
ini
terdapat
bicara
kacau,
perilaku
kacau,
disfungsi
PENATALAKSANAAN
a. Rawat Inap
b. Medikamentosa
- Alprazolam 1 mg 2x1 P.O
- Haloperidol 5mg 3x1 P.O
c. Psikoterapi Suportif
1. Edukasi pada pasien untuk minum obat rutin.
2. Menyarankan pasien agar lebih banyak beribadah dan mendekatkan diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dirinya diberi ketenangan dalam
menghadapi masalah yang ada.
d. Usul Pemeriksaan Penunjang
1. Darah rutin
2. Tes fungsi ginjal dan fungsi hati
X.
PROGNOSIS
Berdasarkan penemuan bermakna yang didapatkan dari anamnesis terdapat
beberapa faktor yang memperberat, antara lain:
1) pasien menyangkal bahwa ia sakit (tilikan 1)
2) pasien sering relaps
3) skor GAF pasien 40-31
4) tidak ada faktor pencetus yang jelas
5) Awitan muda
Sedangkan untuk faktor yang memperberatnya antara lain:
1) Riwayat sosial dan pekerjaan premorbid baik
Tugas mengenai:
TANDA DAN GEJALA GANGGUAN PSIKIATRI (PSIKOPATOLOGI)
Tanda (sign) adalah temuan objektif yang diobservasi oleh dokter sedangkan
gejala (symptom) adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh pasien. Suatu
sindrom adalah kelompok tanda dan/atau gejala yang terjadi bersama-sama sebagai
suatu kondisi yang dapat dikenali yang mungkin kurang spesifik dibandingkan
gangguan atau penyakit yang jelas. Dalam kenyataannya, sebagian besar kondisi
psikiatrik adalah sindrom.
Kemampuan mengenali tanda dan gejala spesifik memungkinkan dokter dapat
mengerti dalam berkomunikasi dengan dokter lain, membuat diagnosis secara akurat,
menangani pengobatan dengan berhasil, memperkirakan prognosis dengan dapat
dipercaya, dan menggali masalah psikopatologi, penyebab dan psikodinamika secara
menyeluruh.
Secara garis besar tanda dan gejala psikiatrik mempunyai akar dalam perilaku
normal dan mewakili berbagai titik dalam spektrum perilaku dari normal sampai
patologis.
Tanda dan gejala psikiatri tersebut adalah sebagai berikut :
I. KESADARAN
Gangguan Kesadaran:
1. Disorientasi: gangguan orientasi waktu, tempat atau orang.
2. Kesadaran yang berkabut: kejernihan ingatan yang tidak lengkap dengan
gangguan persepsi dan sikap.
3. Stupor: hilangnya reaksi dan ketidaksadaran terhadap lingkungan sekeliling.
4. Delirium: kebingungan, gelisah, konfusi, reaksi disorientasi yang disertai dengan
rasa takut dan halusinasi.
5. Koma: derajat ketidaksadaran yang berat.
6. Koma vigil: koma di mana pasien tampak tertidur tetapi segera dapat
dibangunkan (juga dikenal sebagai mutisme akinetik).
7. Keadaan temaram (twilight state): seringkali digunakan secara sinonim dengan
kejang parsial kompleks atau epilepsi psikomotor.
8. Somnolensi: mengantuk abnormal yang paling sering ditemukan pada proses
organik.
II. PERHATIAN
Perhatian adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memusatkan pada bagian
tertentu dari pengalaman; kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada satu
aktivitas, kemampuan untuk berkonsentrasi.
Gangguan Perhatian:
1. Distraktibilitas: ketidakmampuan untuk memusatkan atensi; penarikan atensi
kepada stimulasi eksternal yang tidak penting atau tidak relevan.
2. Inatensi selektif: hambatan hanya pada hal-hal yang menimbulkan kecemasan.
3. Hipervigilensi: pemusatan perhatian yang berlebihan pada semua stimulasi
internal dan eksternal, biasanya merupakan akibat sekunder dari keadaan
delusional atau paranoid.
4. Trance: perhatian yang terpusat dan kesadaran yang berubah, biasanya terlihat
pada hipnosis, gangguan disosiatif, dan pengalaman religius yang luar biasa.
Gangguan Sugestibilitas:
Gangguan sugestibilitas adalah kepatuhan dan respon yang tidak kritis
terhadap gagasan atau pengaruh dari luar diri pasien.
1. Folie a deux (atau folie a trois): penyakit emosional yang berhubungan antara
dua (atau tiga) orang.
2. Hipnosis: modifikasi kesadaran yang diinduksi secara buatan yang ditandai
dengan peningkatan sugestibilitas.
III. EMOSI (AFEK DAN MOOD)
Suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik dan
perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood.
Afek:
Afek adalah ekspresi emosi yang terlihat; mungkin tidak konsisten dengan
emosi yang dikatakan pasien.
1. Afek yang sesuai (appropriate affect): kondisi irama emosional yang harmonis
(sesuai, sinkron) dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang menyertai;
digambarkan lebih lanjut sebagai yang afek yang luas atau penuh, di mana
rentang emosional yang lengkap diekspresikan secara sesuai.
2. Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect): ketidakharmonisan antara irama
perasaan emosional dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan.
3. Afek yang tumpul (blunted affect): gangguan pada afek yang dimanifestasikan
oleh penurunan yang berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan
keluar.
4. Afek yang terbatas (restricted or constricted affect): penurunan intensitas irama
perasaan yang kurang parah dari pada efek yang tumpul tetapi jelas menurun.
5. Afek yang datar (fIat affect): tidak adanya atau hampir tidak adanya tanda
ekspresi afek; suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak.
6. Afek yang labil (labile affect): perubahan irama perasaan yang cepat dan tibatiba, yang tidak berhubungan dengan stimulasi ekstemal.
Mood:
Mood adalah suatu emosi yang meresap yang dipertahankan, yang dialami
secara subjektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain. Contohnya
adalah depresi, elasi, kemarahan.
1.
2.
Mood eutimik: mood dalam rentang normal, menyatakan tidak adanya mood
3.
4.
5.
6.
marah.
Mood yang meninggi (elevated mood): suasana keyakinan dan kesenangan;
7.
8.
9.
10.
dengan
pelepasan
4.
5.
6.
7.
anggota tubuh pasien, anggota tubuh terasa seakan-akan terbuat dari lilin.
Negativisme: tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha untuk
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
otomatik).
Mutisme: tidak bersuara tanpa kelainan struktural.
Overaktivitas:
a. Agitasi psikomotor: overaktivitas motorik dan kognitif yang berlebihan,
biasanya tidak produktif dan sebagai akibat respons atas ketegangan dari
dalam (inner tension).
b. Hiperaktivitas/hiperkinesis:
kegelisahan
dan
aktivitas
destruktif,
11.
i.
ii.
iii.
iv.
seorang wanita.
Satiriasis: kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif pada
v.
vi.
seorang laki-Iaki.
Trikotilomania: kompulsi untuk mencabut rambut.
Ritual: aktivitas kompulsif otomatis dalam sifat, menurunkan
12.
13.
dapat terlihat.
Mimikri: aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada anak-anak.
Agresi: tindakan yang kuat dan diarahkan tujuan yang mungkin verbal atau
14.
15.
16.
respon yang diperkirakan dari peristiwa tertentu atau terbatas pada hubungan
antara seseorang dan masyarakat.
2. Psikosis: ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi; gangguan
dalam kemampuan menilai kenyataan, dengan menciptakan realitas baru
(berlawanan dengan neurosis: gangguan mental di mana kemampuan menilai
kenyataan yang masih utuh, perilaku tidak jelas melanggar norma-norma sosial,
serta relatif masih dapat bertahan lama atau rekuren tanpa pengobatan).
3. Tes kenyataan atau realitas: pemeriksaan dan pertimbangan objektif tentang
dunia di luar diri.
4. Gangguan pikiran formal: gangguan dalam bentuk pikiran, malahan isi pikiran;
berpikir ditandai dengan kekenduran asosiasi, neologisme dan konstruksi yang
tidak logis; proses berpikir mengalami gangguan, dan lazimnya dianggap sebagai
orang yang psikotik.
5. Berpikir tidak logis: berpikir mengandung kesimpulan yang salah atau
kontradiksi internal; hal ini adalah patologis jika nyata dan tidak disebabkan oleh
nilai kultural atau defisit intelektual.
6. Dereisme: aktivitas mental yang tidak sesuai dengan logika atau pengalaman.
7. Berpikir autistik: preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi; istilah digunakan
agak sama dengan dereisme.
8. Berpikir magis: suatu bentuk pikiran dereistik; berpikir adalah serupa dengan
fase praoperasional pada masa anak-anak (Jean Piaget), di mana pikiran, katakata atau tindakan mempunyai kekuatan (sebagai contohnya, mereka dapat
menyebabkan atau mencegah suatu peristiwa).
9. Proses berpikir primer: istilah umum untuk berpikir yang dereistik, tidak logis,
magis; normalnya ditemukan pada mimpi, abnormal pada psikosis.
Gangguan Spesifik pada Bentuk Pikiran:
1. Neologisme: kata baru yang diciptakan oleh pasien, seringkali dengan
mengkombinasikan suku kata dari kata-kata lain, untuk alasan psikologis yang
aneh (idiosinkratik) Contoh : AASSDFHIOOOOO.
2. Word salad (gado-gado kata): carnpuran kata dan frasa yang membingungkan.
Contoh : kemarin jatuh ada kuda polisi durian tiba-tiba bagaimana ee
incongruent
delusion): waham dengan isi yang tidak mempunyai hubungan dengan mood
atau merupakan mood netral (sebagai contohnya, pasien depresi mempunyai
waham kontrol pikiran atau siar pikiran).
e. Waham nihilistik: perasaan palsu bahwa dirinya dan orang lain dan dunia
adalah tidak ada atau berakhir.
f. Waham kemiskinan: keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan
terampas semua harta miliknya.
g. Waham somatik: keyakinan yang palsu menyangkut fungsi tubuh pasien
(sebagai contohnya, keyakinan bahwa otak pasien adalah berakar atau
mencair).
h. Waham paranoid: termasuk waham persekutorik dan waham referensi,
kontrol dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid, dimana kecurigaan
adalah lebih kecil dari bagian waham).
i. Waham persekutorik: keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu,
ditipu atau disiksa; sering ditemukan pada seorang pasien yang senang
menuntut yang mempunyai kecenderungan patologis untuk mengambil
tindakan hukum karena penganiayaan yang dibayangkan.
j. Waham kebesaran: gambaran kepentingan, kekuatan atau identitas
seseorang yang berlebihan. (sebagai contoh, seorang laki-laki yang ditinggal
lari istrinya mengaku memiliki penis khusus yang hanya boleh dipakai untuk
senggama dengan Zulaika Rivera.Seorang wanita mengaku jauh lebih cantik
dari Nadine Chandrawinata padahal dia labiopalatoschizis.)
k. Waham referensi: keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujukan pada
dirinya; bahwa peritiwa, benda-benda atau orang lain, mempunyai
kepentingan tertentu dan tidak biasanya, umumnya dalam bentuk negatif,
diturunkan dari idea referensi, di mana seseorang secara salah merasa bahwa
ia sedang dibicarakan oleh orang lain (sebagai contohnya, percaya bahwa
orang di televisi atau di radio berbicara padanya atau membicarakan dirinya).
l. Waham menyalahkan diri sendiri: keyakinan yang palsu tentang
penyesalan yang dalam dan bersalah. (sebagai contoh, seorang pemuda di
Aceh karena ulahnya merasa sebagai penyebab Tsunami.)
m. Waham pengendalian: perasaan palsu bahwa kemauan, pikiran atau
perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar.
Contoh : sasasaya dokter ada yang suruh suruh masuk ke tempat
hiburan sex yang tidak bisa saya tolaaaak.
i.
Penarikan pikiran (thought withdrawal): waham bahwa pikiran pasien
ii.
iii.
iv.
di udara.
Pengendalian pikiran (thought control): waham bahwa pikiran pasien
dikendalikan oleh orang atau tenaga lain. Contoh : Seorang laki-laki
mengatakan bahwa ada microchips didalam kepalanya yang berisi
d.
e.
f.
g.
terhadap darah).
h. Panfobia: Rasa takut terhadap segala sesuatu.
i. Klaustrofobia: rasa takut terhadap tempat yang tertutup.
j. Xenofobia: rasa takut terhadap orang asing.
k. Zoofobia: rasa takut terhadap binatang.
12. Noesis: suatu wahyu di mana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai
dengan perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan memerintah.
13. Unio mystica: suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik bersatu dengan
kekuatan yang tidak terbatas; tidak dianggap suatu gangguan dalam isi pikiran
jika sejalan dengan keyakinan pasien atau lingkungan kultural.
VI. BICARA
Gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui bahasa; komunikasi
verbal.
Gangguan Bicara:
1. Tekanan bicara (pressure of speech): bicara cepat yaitu peningkatan jumlah dan
kesulitan untuk memutus pembicaraan. Dapat terjadi pada orang cerewet,lagi
marah atau jatuh cinta.
2. Kesukaan/banyak bicara (logorrhea): bicara yang banyak sekali, bisa koheren,
bisa inkoheren.
3. Kemiskinan bicara (poverty of speech): pembatasan jumlah bicara yang
digunakan; jawaban mungkin hanya satu suku kata (monosyllabic).
4. Bicara yang tidak spontan: respon verbal yang diberikan hanya jika ditanya
atau dibicarakan langsung; tidak ada bicara yang dimulai dari diri sendiri.
5. Kemiskinan isi bicara: bicara yang adekuat dalam jumlah tetapi memberikan
sedikit informasi karena ketidakjelasan, kekosongan, atau frasa yang stereotipik.
6. Disprosodi: hilangnya irama bicara yang normal.
7. Disartria: kesulitan artikulasi, bukan dalam penemuan kata atau tata bahasa.
8. Bicara yang keras atau lemah secara berlebihan: hilangnya modulasi volume
bicara normal; dapat mencerminkan berbagai keadaan patologis mulai dari
psikosis sampai depresi sampai ketulian.
9. Gagap (stuttering): pengulangan atau perpanjangan suara atau suku kata yang
sering, menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas.
10. Cluttering: bicara yang aneh dan disritmik, yang mengandung semburan katakata yang cepat dan menyentak.Orang mabuk alkohol.
Gangguan Afasik:
Gangguan dalam pengeluaran bahasa (neurologis)
1. Afasia motorik: gangguan bicara yang disebabkan oleh gangguan kognitif di
mana pengertian adalah tetap tetapi kemampuan untuk bicara adalah sangat
terganggu; bicara terhenti-henti, susah payah dan tidak akurat (juga dikenal
sebagai afasia Broca, tidak fasih dan ekspresif).
2. Afasia sensoris: kehilangan kemampuan organik untuk mengerti arti kata; bicara
adalah lancar dan spontan, tetapi membingungkan dan yang bukan-bukan (juga
dikenal sebagai afasia Wernicke, fasih dan reseptif).
3. Afasia nominal: kesulitan untuk menemukan nama yang tepat untuk suatu benda
(juga dikenal sebagai afasia anomia dan amnestik).
4. Afasia sintatikal: ketidakmampuan untuk menyusun kata-kata dalam urutan
yang tepat.
5. Afasia Jargon: kata-kata yang dihasilkan seluruhnya neologistik; kata-kata yang
tidak masuk akal yang diulang-ulang dengan berbagai intonasi dan nada suara.
6. Afasia global: kombinasi afasia yang sangat tidak fasih dan afasia fasih yang
berat.
VII. PERSEPSI
persepsi
sensoris
yang
palsu
yang
terjadi
tanpa
stimulasi eksternal yang nyata; mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi
waham sehubungan dengan pengalaman halusinasi tersebut.
a. Halusinasi hipnagogik: persepsi sensoris yang palsu yang terjadi saat akan
tertidur biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis.
b. Halusinasi hipnopompik: persepsi palsu yang terjadi saat terbangun dari
tidur; biasanya dianggap tidak patologis.
c. Halusinasi dengar (auditoris): persepsi bunyi yang palsu, biasanya suara
tetapi juga bunyi-bunyi lain, seperti musik; merupakan halusinasi yang paling
sering pada gangguan psikiatrik.
Contoh : Dokter ada orang yang ja basuruh pakita tiap pagi keliling
kampung,kemanapun pergi selalu tu suara-suara itu iko.
d. Halusinasi visual: persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang
berbentuk (sebagai contohnya, orang) dan citra yang tidak berbentuk (sebagai
contohnya, kilatan cahaya); paling sering pada gangguan organik.
e. Halusinasi penciuman (olfaktoris): persepsi membau yang palsu; paling
sering pada gangguan organik.
f. Halusinasi pengecapan (gustatoris): persepsi tentang rasa kecap yang palsu,
seperti rasa kecap yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kejang;
paling sering pada gangguan organik. Contoh : Makanan yang berubah rasa
padahal itu makanan favoritnya.
g. Halusinasi perabaan (taktil; haptic): persepsi palsu tentang perabaan atau
sensasi permukaan, seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom
limb); sensasi adanya gerakan pada atau di bawah kulit (kesemutan).
h. Halusinasi somatik: sensasi palsu tentang sesuatu hal yang terjadi di dalam
atau terhadap tubuh; paling sering berasal dari bagian viseral tubuh (juga
dikenal sebagai halusinasi kenestetik).
i. Halusinasi liliput: persepsi yang palsu di mana benda-benda tampak lebih
kecil ukuranya (juga dikenal sebagai mikropsia).
j. Halusinasi
yang
sejalan
dengan
mood
(mood-congruent
ketidakmampuan
untuk
mengenali
dan
menginterpretasikan
sebagai autopagnosia).
Agnosia visual: ketidakmampuan untuk mengenali benda-benda atau orang.
Astereognosis: ketidakmampuan untuk mengenali benda melalui sentuhan.
Prosopagnosia: ketidakmampuan mengenali wajah.
Apraksia: ketidakmampuan untuk melakukan tugas tertentu.
Simultagnosia: ketidakmampuan untuk mengerti lebih dari satu elemen
pandangan visual pada suatu waktu atau untuk mengintegrasikan bagian-bagian
menjadi keseluruhan.
8. Adiadokokinesis: adanya ketidakmampuan untuk melakukan pergerakan yang
berubah dengan cepat.
Gangguan yang Berhubungan dengan Fenomena Konversi dan Disosiatif:
Terjadinya somatisasi materi-materi yang direpresi atau berkembangnya gejala dan
distorsi fisik yang melibatkan otot-otot volunter atau organ sensorik tertentu bukan di
bawah kontrol volunter dan tidak dapat dijelaskan oleh karena gangguan fisik.
1. Anestesia histerikal: hilangnya modalitas sensoris yang disebabkan oleh konflik
emosional.
2. Makropsia: pasien menyatakan bahwa benda-benda tampak lebih besar dari
sesungguhnya; bisa berhubungan dengan kondisi organik, seperti epilepsi kejang
parsial kompleks.
3. Mikropsia: pasien menyatakan bahwa benda-benda adalah lebih kecil dari
sesungguhnya; bisa berhubungan dengan kondisi organik, seperti epilepsi kejang
parsial kompleks.
4. Depersonalisasi: suatu perasaan subjektif merasa tidak nyata, aneh atau tidak
mengenali diri sendiri.
5. Derealisasi: suatu perasaan subjektif bahwa lingkungan adalah aneh atau tidak
nyata; suatu perasaan tentang perubahan realistik.
6. Fugue: mengambil identitas baru pada amnesia identitas yang lama; seringkali
termasuk berjalan-jalan atau berkelana ke lingkungan yang baru.
7. Kepribadian ganda (multiple personality): satu orang yang tampak pada waktu
yang berbeda menjadi dua atau lebih kepribadian dan karakter yang sama sekali
identitas yang
terdapat
dalam
edisi
revisi
c.
d.
organik.
Deja vu: ilusi pengenalan visual di mana situasi yang baru secara keliru
e.
f.
g.
Istilah yang lama ialah idiot (usia mental kurang dari 3 tahun), imbesil (usia mental
kira-kira 8 tahun).
Demensia:
Pemburukan fungsi intelektual organik dan global tanpa pengaburan kesadaran.
Tilikan Sejati:
Kemampuan untuk mengerti kenyataan objektif tentang suatu situasi, disertai dengan
daya pendorong motivasi dan emosional untuk mengatasi situasi.
3.
4.
5.
pasien.
Tilikan intelektual: menerima bahwa pasien sakit dan bahwa gejala atau
kegagalan dalam penyesuaian sosial adalah disebabkan oleh perasaan irasional
atau gangguan tertentu dalam diri pasien sendiri tanpa menerapkan pengetahuan
6.
Kehilangan kemampuan untuk mengerti suatu situasi dengan benar dan bertindak
secara tepat.