Anda di halaman 1dari 9

BAB III

PENERAPAN
INTERNATIONAL SECURITY OF SHIPS AND PORT FACILITIES
(Penerapan system keamanan kapal dan fasilitas pelabuhan)
DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK
ISPS-CODE

A. PELAKSANAAN ISPS CODE DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK


Kantor Administrator Pelabuhan Tanjung priok adalah Unit Pelaksana Teknis Direktorat
Jendral Perhubungan laut yang mempunyai tugas melaksanakan pemberian pelayanan lalu-lintas dan
angkutan laut, keamanan dan keselamatan pelayaran di perairan pelabuhan dalam rangka
memperlancar angkatan laut.
Dengan beberapa permasalahan yang di dapat penulis identifikasi tersebut, maka untuk
memecahkan satu persatu ada beberapa teori dan aturan baik yang berlaku secara nasional maupun
internasional yang penulis gunakan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaannya dilapangan.
Sebagaimana uraian-uraian terdahulu bahwa ISPS-CODE merupakan salah satu bagian dari convensi
internasional tentang keselamatan jiwa di laut (SOLAS 1974) hasil amandemen bulan Desember
2002.
Indonesia sebagai salah satu Anggota Negara Maritim yang tergabung dalam Organisasi
Maritim Internasional (IMO), telah meratifikasi dengan keputusan Menteri perhubungan

KM. No. 33 tahun 2002 tentang pemberlakuan ISPS-CODE di Indonesia khususnya pada pelabuhanpelabuhan yang dikunjungi oleh kapal berbendera asing atau kapal-kapal berbendara Indonesia yang

melakukan

pelayaran

luar

negeri.

Dalam pemberlakuan ISPS-CODE Menteri Perhubungan menetapkan keputusan No.KM.3 Tahun 2002
dan menunjuk Direktur Jendral Perhubungan Laut untuk mengimplementasikan dengan maksud agar
pemakai jasa angkutan laut dan para operator kapal, serta para pengelola Pelabuhan umum dan
operator Pelabuhan khusus untuk mematuhi apa yang diinginkan oleh Negara Maritim tentang ISPSCODE. Pada Bab XI-2 sebagai hasil amandemen SOLAS 1974 yang dilakukan bulan Desember 2002
tentang keamanan Kapal dan Keamanan Fasilitas Pelabuhan (ISPS-CODE) ada beberapa istilah antara
lain :
1. SOLAS 1974 (Safety of life at sea 1974) adalah peraturan internasional tentang keselamatan
jiwa dilaut.
2. Ships Security Assesment (SSA) atau Penalaian Keamanan Kapal

adalah penilaian kesiapan

perlengkapan kapal termasuk personil berkaitan memenuhi persyaratan ISPS-CODE.


3. Ships Security Officer (SSO) atau Petugas Keamanan kapal, berarti seseorang diatas kapal yang
bertanggung jawab kepada Nahkoda yang ditunjuk oleh perusahaan sebagai petugas yang bertanggung
jawab untuk keamanan kapal mencakup implementasi dan pemeliharaan rancangan keamanan kapal
dan untuk koordinasi dengan petugas keamanan perusahaan dan para petugas keamanan fasillitas
Pelabuhan.
4. Ships Security Plan (SSP) atau Rancangan Keamanan Kapal, berarti suatu rancangan yang dibuat
untuk memastikan aplikasi tatacara diatas kapal yang dirancang untuk melindungi orang-orang diatas
kapal, muatan, unit pengangkut muatan gudang kapal atau kapal dari resiko suatu insiden keamanan.
5. Rancangan keamanan fasilitas Pelabuhan, berarti suatu rancangan yang dibuat untuk memastikan
aplikasi tatacara yang dirancang untuk melindungi kapal dan fasilitas pelabuhan, orang-orang, muatan,
unit pengangkut muatan dan gudang kapal didalam fasilitas pelabuhan dari suatu resiko insiden
keamanan.
6. Company Security Officer/ CSO atau Petugas Keamanan Perusahaan, berarti seseorang yang
ditunjuk perusahaan untuk memastikan bahwa suatu penilaian keamanan kapal telah dilaksanakan;
bahwa suatu rancangan keamanan kapal dikembangkan, disampaikan untuk persetujuan dan
sesudahnya diterapkan dan dipelihara serta untuk koordinasi dengan para petugas keamanan fasilitas
Pelabuhan dan keamanan petugas kapal.

7. Petugas Keamanan Fasilitas Pelabuhan/ PFSO, berarti orang yang ditunjuk untuk bertanggung jawab
dalam pengembangan, implementasi, revisi dan pemeliharaan rancangan keamanan fasilitas Pelabuhan
dan untuk koordinasi/berkoordinasi dengan para petugas keamanan kapal dan para petugas keamanan
Perusahaan.
8. Level Keamanan 1(satu), berarti tingkatan dimana tindakan pencegahan keamanan minimum yang
harus dilaksanakan secara terus-menerus.
9. Level Keamanan 2(dua), berarti tingkatan dimana tindakan tambahan dari tingkatan keamanan
minimum yang harus dilaksanakan pada waktu tertentu sebagai resiko meningkatnya suatu insiden
keamanan.
10. Level Keamanan 3(tiga), berarti tingkatan dimana tindakan pencegahan keamanan yang bersifat
spesifik lebih lanjut yang dilaksanakan dalam kurun waktu yang terbatas ketika suatu insiden
keamanan segera terjadi atau mungkin, walaupun tidak memungkinkan untuk mengidentifikasi target
yang spesifik.
Sementara itu definisi tentang Kapal dan Pelabuhan dapat kita temukanpada undang-undang Pelayaran
dan Peraturan Pemerintah ataupun pada keputusan Menteri Perhubungan diantaranya:
1. Dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran Kapal adalah suatu kendaraan air
dalam bentuk dan jenis apapun yang digerakan dengan tenaga mekanik, tenaga angin atau ditunda,
termasuk kendaraan berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah permukaan air serta alat apung atau
bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.
2. Awak kapal adalah orang bekerja atau dipekerjakan diatas kapal oleh pemilik atau operator kapal
untuk melakukan tugas diatas kapal dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil.
3. Nahkoda adalah slah seorang dari awak kapal yang menjadi pimpinan umum diatas kapal dan
mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
4. Fasilitas Pelabuhan adalah suatu lokasi sebagaimana ditetapkan oleh Negara Peserta atau oleh
otorita yang ditugaskan, dimana kegiatan ships/ port interface terjadi. Hal ini meliputi daerah-daerah
tempat lego jangkar, tambatan-tambatan menggu dan jalan-jalan masuk kepelabuhan dari kapal yang
datang darimana saja yang sesuai.

5. Ship/port interface adlah interaksi yang terjadi saat suatu kapal secara langsung dan segera
terganggu oleh tindakan-tindakan yang melibatkan gerakan orang, barang atau penyediaan pelayanan
pelabuhan kepada atau dari kapal.
B. Keamanan Fasilitas Pelabuhan
Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya, dengan batasbatas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang juga digunakan
sebagai tempat sandar/tambat, sandar,labuh,naik-turun penumpang dan bongkar muat barang,
dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran serta sebagai tempat perpindahan antar moda
transportasi.
Pelabuhan Tanjung priok sebagai Pelabuhan Kelas Utama merupakan salah satu pelabuhan
besar di Indonesia, Untuk Propinsi DKI Jakarta Pelabuhan Tanjung Priok dijadikan sebagai pintu
gerbang utama perdagangan, ekonomi dan pariwisata baik regional bahkan khususnya perdagangan
luar negeri.
Letak geografis pelabuhan Tanjung Priok yang strategis dan dekat dengan perdagangan di
daerah padat penduduk di bagian barat Pulau Jawa menjadikannya pelabuhan yang memiliki potensi
untuk menjadi regional bulk hub port, sehingga sangat menguntungkan dalam segi perekonomian.
Untuk mempertahankan/ meningkatkan agar pelabuhan tanjung priok sebagai pelabuhan utama di
Propinsi DKI Jakarta dan Indonesia pada umumnya perlu didukung berbagai sarana dan berbagai
infrastuktur lainnya dan yang tidak kalah pentingnya adalah factor keamanan, kenyamanan dan
keselamatan. Factor keamanan, kenyamanan dan keselamatan saat ini menjadi issue pokok dunia,
banyak Negara-negara besar dunia yang sangat memperhatikan factor keamanan ini, bahkan beberapa
Negara membatasi dan melarang warga negaranya untuk berpergian ke suatu Negara yang tidak
terjamin keamanannya.
Demikian halnya dengan pelabuhan Tanjung Priok sebagai pelabuhan yang terbuka untuk
perdagangan luar negeri dan banyak dikunjungi kapal asing, maka harus menunjukan kepada Negaranegara didunia bahwa Pelabuhan Tanjung Priok aman dari segala gangguan keamanan, selanjutnya
agar pelabuhan tetap nyaman dalam mendukung kegiatan ekonomi, perdagangan dan pariwisata, maka
pelabuhan harus bebas dari segala gangguan keamanan dan untuk menjamin keadaan yang demikian
wajib diterapkan procedure keamanan pada fasilitas-fasilitas pelabuhan, yaitu dengan meminimalkan
terhadap gangguan atau melakukan pemeriksaan secara inten bagi para pengunjung, calon penumpang
dan personil kapal serta barang-barang yang masuk pelabuhan.

Dilatar belakangi insiden tragis 11 September 2001 yakni rontoknya gedung kembar WTC dan
beberapa tempat penting lainnya di New york yang dihantam pesawat comersil maka Negara-negara
maritime dunia mengadakan konferensi diplomatic tentang keamanan maritime di London bulan
Desember 2002, yang hasilnya menyetujui ketentuan baru dalam konvensi internasional tentang
keselamatan jiwa dilaut/SOLAS 1974, selanjutnya menjadi kode internasional tentang keamanan
Kapal dan Fasilitas Pelabuhan (Internasional Code for The Security of Ships and Port Fasilities/ISPSCode ).
Tanggung jawab terhadap system keamanan fasilitas Pelabuhan tersebut dipegang oleh
seorang petugas keamanan Pelabuhan/ PFSO (Port Fasility security Officer), untuk memudahkan
dalam operasional dilapangan seorang PFSO dianjurkan untuk membuat penilaian/ assesmen dan
rancangan keamanan fasilitas pelabuhan. Penilaian keamanan fasilitas Pelabuhan adalah suatu bagian
penting dan integral dalam proses pengembangan dan pembaharuan rancangan fasilitas keamanan.
Penilaian/Asessmen keamanan fasilitas pelabuhan meliputi :
1. Mengidentifikasi dan mengevaluasi tentang infrastruktur dan asset penting yang harus dilindungi.
2. Mengidentifikasi tentang ancaman yang mungkin terjadi terhadap infrastruktur dan asset.
3. Mengidentifikasi pemilihan prioritas tindakan balik/ pertahanan procedural dan tingkat efektifitas
dalam mengurangi sifat rentan terhadap serangan.
4. Mengidentifikasi kelemahan termasuk factor manusia, infrastruktur atau kebijakan prosedur.
Dengan identifikasi kemungkinan gangguan keamanan ini, diharapkan petugas keamanan Pelabuhan
kan bertindak cepat dalam mengatasi setiap ada gangguan keamanan terhadap fasilitas pelabuhan.
Setelah PFSO berhasil membuat penilaian keamanan maka untuk mengimplementasikan
dilapangan didokumentasikan dalam bentuk Rancangan Keamanan Fasilitas Pelabuhan/ Port Fasility
Security Plan yang memuat rancangan-rancangan tindakan antaralain sbb:
1. Rencana tindakan untuk mencegah masuknya senjata atau alat/barang berbahaya lainnya yang
memungkinkan dapat membahayakan orang dikapal atau digunakan merusak fasilitas pelabuhan.
2. Mencegah akses tidak resmi masuk kefasilitas pelabuhan atau ke kapal yang sedang tambat di
dermaga.

3. Membuat prosedur untuk merespon ancaman, gangguan ataupun pelanggaran keamanan, termasuk
ketentuan untuk memelihara operasi kritis fasilitas pelabuhan atau tempat titik temu failitas yang
terbatas.
4. Membuat data identitas petugas/personil keamanan fasilitas pelabuhan yang bertanggung jawab
terhadap masalah keamanan termasuk alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi 24 jam.
5. Prosedur untuk tindakan evakuasi apabila terjadi ancaman keamanan atau adanya gangguan
keamanan.
6. Membuat prosedur untuk memudahkan orang berkunjung kedarat bagi awak kapal atau perubahan/
pertukaran awak kapal seperti halnya operator/ shiper/ agent kapal yang diberi kemudahan untuk
memasuki areal pelabuhan.
Apabila di Pelabuhan Tanjung priok sudah siap dengan system keamanan Fasilitas Pelabuhan
sebagaimana dipersyaratkan dalam BAB XI-2 Konvensi International tentang Keselamatan Jiwa di
Laut-1974 hasil amandemen bulan Desember Tahun 2002 yang lebih dikenal dengan ISPS-Code, maka
beberapa permasalahan yang menjadi kendala di Pelabuhan Dumai tidak ditemukan lagi antara lain :
a. ditetapkannya daerah terbatas / terlarang (restricted area)
b. tersedianya kapal patroli yang cukup dan prasarana pendukung
c. pelabuhan Tanjung Priok tidak di manfaatkan sebagai tempat rekreasi.

C. Keamanan Kapal
Kapal dan Pelabuhan tidak dapat dipisahkan karena pelabuhan tanpa kapal tidak ada artinya
demikian juga kapal tanpa pelabuhan tidak dapat melakukan aktifitas bongkar muat, naik-turun
penumpang dan kegiatan ekonomi lainnya.
Jika pelabuhan menjamin keamanan system keamanan fasilitas pelabuhan maka kapal sebagai mata
rantai dari aktifitas pelabuhan juga dituntut untuk menjamin system keamanan kapal adalah sebagai
berikut :
a. Kapal penumpang, termasuk kapal penumpang berkecepatan tinggi
b. Kapal cargo, termasuk kapal cargo kecepatan tinggi ukuran 500 Gross Tonage dan atau lebih.

c. Unit pengeboran lepas pantai berpindah.


Kapal yang diakui memiliki system keamanan kapal harus dilengkapi dengan prosedurprosedur penanganan keamanan yang disyahkan oleh pemerintah atau organisasi yang diberi
wewenang oleh Negara bendera untuk mengeluarkan sertifikat System Keamanan Kapal.
Prosedur System Keamanan Kapal merupakan dokumen tatacara menangani setiap gangguan
keamanan diatas kapal antara lain :
a. Ships Security Asessment, dokumen ini memuat :
- identifikasi tindakan keamanan, prosedur dan operasional
- identifikasi dan evaluasi atas kegiatan diatas kapal
- identifikasi bahaya-bahaya yang mungkin dan sejenisnya
- identifikasi kelemahan, termasuk factor manusia, kebijakan dan prosedur.
b. Ships Security Plan memuat antara lain :
- melindungi kapal dari senjata gelap
- Kapal dijadikan restricted area dari orang-orang diluar awak kapal
- Tatacara mengatasi bahaya keamanan
- Tatacara evakuasi bila ada bahaya keamanan
- Tugas dan tanggung jawab masing-masing awak kapal dalam menangani keamanan
- Pengecekan peralatan keamanan diatas kapal
- Menunjuk tempat pengendalian system kewaspadaan keamanan kapal.
c. Ships Security Officer
- Inspeksi keamanan rutin di kapal
- Merawat dan merencana pelaksanaan keamanan
- Mengkoordinasikan aspek keamanan, penaganan barang dan penyimpanan barang dikapal termasuk
awak kapal

- Membuat modifikasi Ships Security Plan


- Mempertinggi kewaspadaan dan penjagaan
- menentukan latihan praktek dan pengujian keamanan kapal
- Menjaga peralatan keamanan
- Melaporkan tindakan korektif dan tak kompromi
- Berkoordinasi dalam pelaksanaan SSP dengan CSO dan PFSO

D. Deklarasi Keamanan
Deklarasi keamanan adalah tingkat keamanan pada situasi tertentu yang sedang terjadi
difasilitas pelabuhan atau dikapal, deklarasi tingkat keamanan ini ditentukan oleh Negara dimana
fasilitas pelabuhan itu berada. Deklarasi keamanan untuk menentukan persyaratan-persyaratan
keamanan yang dapat digunakan bersama antara fasilitas pelabuhan dengan kapal atau antara kapal
dengan kapal.
Kapal dan pelabuhan beserta fasilitas pendukungnya harus dapat bekerjasama mendeteksi dan
mencegah tindakan yamng mengancam kapal, dengan demikian maka bila terjadi ancaman keamanan
dikapal diinformasikan kepada petugas keamanan fasilitas pelabuhan/PFSO kemudian dikeluarkan
deklarasi keamanan oleh organisasi dalam hal ini Administrator Pelabuhan Tanjung priok sebagai
wakil Pemerintah.

Ada tiga tingkatan keamanan yang dapat dinyatakan dalam deklarasi keamanan yaitu;
1. Level Keamanan I atau situasi normal, dimana tindakan keamanan minimum dilaksanakan secara
terus menerus.
2. Level Keamanan II, artinya tindakan tambahan diperlukan dari tingkat keamanan minimum/ level I
dan harus mengantisipasi kemungkinan adanya resiko terjadi insiden keamanan.
3. Level Keamanan III, dimana diperlukan tindakan pencegahan keamanan yang bersifat spesifik,
akurat dan tidak boleh di atasi sendiri harus di kordinasikan dengan pihak berwenang dalam hal ini
penguasa pelabuhan atau administrator pelabuhan tanjung priok, selaku port security comettee.

dengan di laksanakannya prosedur system keamanan di kapal dan fasilitas pelabuhan dan bila semua
petugas yang terlibat dalam organisasi keamanan pelabuhan menjalankan fungsinya secara terus
menerus maka pemberlakuan ISPS Code di pelabuhan tanjung priok berjalan dengan baik, sehingga
tidak ada keraguan bagi kapal kapal asing masuk ke pelabuhan tanjung priok.

Anda mungkin juga menyukai