PENDAHULUAN
merupakan
modal
atau
potensi
untuk
meningkatkan
produktivitas nasional jika tersedia lapangan pekerjaan yang cukup tinggi. Di lain
pihak, jika penduduk banyak yang mengganggur karena kurangnya lapangan
pekerjaan maka tingkat hidup manusia, akan semakin merosot.
Secara teoritis jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang
tinggi akan memberikan arti yang positif maupun negatif bagi masyarakat. Aspek
positifnya yaitu bahwa jumlah penduduk yang besar akan berarti tersedianya
Tabel 1.1
Perkembangan Penduduk Kota Medan Periode 2003-2009
Tahun
Jumlah
Pertumbuhan
2001
d d k
1.933.746
( )
1,20
2002
1.972.248
1,99
2003
1.941.702
-1,13
2004
2.010.676
3.55
2005
2.036.185
1.27
2006
2.067.288
1.53
2007
2.083.156
0.77
2008
2.102.105
0.91
2009
2.121.053
0.9
2010
2.097.610
-1.10
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
55
55
56
51
55
49
47
47
46
46
19
16
16
16
17
14
19
18
20
20
19
10
11
10
10
11
12
12
12
14
dihadapi oleh Kota Medan adalah pertambahan angkatan kerja lebih besar dari
kesempatan kerja. Walaupun perekonomian semakin baik yang ditandai dengan
pertumbuhan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang tinggi tetapi belum
mampu menyerap seluruh penawaran tenaga kerja. Dengan kata lain pertambahan
angkatan kerja masih lebih besar dari kesempatan kerja sehinggga menimbulkan
pengangguran.
Secara umum dapat dilihat bahwa kesempatan kerja yang tersedia masih
terlalu rendah dibandingkan dengan pencari kerja. Hal ini disebabkan oleh
pertambahan jumlah penduduk banyalmya lulusan sekolah baik tingkat SD, SMP,
SMA, maupun Perguruan Tinggi sehingga supply tenaga kerja tidak diimbangi
dengan demand tenaga kerja. Ini artinya untuk mendapatkan pekerjaan di semua
sektor semakin kompetitif sejalan dengan perkembangan tehnologi dan tuntutan
zaman. Dalam era globalisasi ini jika kebutuhan akan tenaga kerja tidak dapat
dipenuhi oleh tenaga kerja Indonesia, maka lowongan tersebut akan dengan
mudah diisi oleh tenaga kerja asing.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, maka tingkat partisipasi angkatan
kerja di Kota Medan juga mengalami peningkatan. Di dalam perhitungan
angkatan kerja sekarang ini maka batas usia kerja yang dipakai adalah 10-54
tahun. Namun demikian, dalam kenyataannya masih cukup banyak angkatan kerja
di Kota Medan yang berusia 6-10 tahun dan 55 ke atas. Mereka ini terutama yang
masih berusia 6-10 tahun / dikategorikan sebagai penduduk yang terpaksa bekerja.
Sesuai dengan perubahan dunia kerja saat ini, dikaitkan dengan perkembangan
angkatan kerja dan pencari kerja berdasarkan hasil pencatatan melalui informasi
Kesempatan Pertumbuhan
Pertumbuhan
Angkatan
Pertumbuhan
Pengangguran
(%)
Kerja
Kerja
(%)
2001
37.140
760
22.783
2002
37.760
1,66
854
12,3
23.340
2,44
2003
38.926
3,08
1.173
37,3
23.944
2,58
2004
39.877
2,44
905
-22,85
25.063
4,67
2005
43.437
8,93
321
-64,53
41.666
66,25
2006
55.699
28,23
2.595
708,41
50.175
20,42
2007
56.804
1,98
5.315
104,82
47.003
-6,32
2008
68.413
20,44
1.121
-78,91
35.969
-44,75
2009
41.654
-47,11
1.340
19,54
26.363
1,52
2010
69.542
66,9
1.470
9,7
24.980
-5,24
dengan
penambahan
kesempatan
kerja
akan
menyebabkan
pengangguran.
Perbandingan kesempatan kerja di Kota Medan menurut tingkat
pendidikan tahun 2001-2010 diperlihatkan pada Table 1.4 berikut ini
Tabel 1.4
Kesempatan Kerja di Kota Medan
Menurut Tingkat Pendidikan 2001-2010
Tahun
Tingkat
Pendidik
an
2001 2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
SD
10
14
32
63
180
123
29
20
13
SMP
68
90
142
106
134
144
14
56
47
SMA
320
487
825
595
217
1229
1233
65
1216
1435
32
48
65
AKADE
78
82
174
141
94
35
355
MI / D3
/S 1
Sumber : Kantor Departemen Tenaga Kerja Kota Medan.
Dari Tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tingkat SMA, Akademi / D3 /
Sarjana mempunyai kesempatan kerja yang besar dan meningkat setiap tahunnya.
Sedangkan pada tingkat pendidikan SD dan SMP kesempatan kerja mengalami
kenaikan dan penurunan atau tidak stabil. Adanya ketidakstabilan ini disebabkan
oleh perusahaan hanya merekrut dan membutuhkan tenaga yang terampil dan
berpendidikan tinggi.
Berdasarkan kesempatan kerja menurut pendidikan di atas dapat dipahami
bahwa masih terdapat kesenjangan dalam permintaan tenaga kerja yang
mempunyai keterampilan dan keahlian tertentu. Perbedaan ini pada akhirnya akan
mempengaruhi tingkat upah yang akan diterima oleh kedua kelompok tenaga
kerja tersebut.
Bagi suatu perusahaan, gaji dan upah mempengaruhi tingkat harga, yang
pada gilirannya berakibat pada perluasan dan pemerataan kesempatan kerja.
Semakin tinggi upah yang dikeluarkan berarti semakin tinggi pula produk yang
dihasilkan. Tingginya harga produk berpengaruh pada daya saing perusahaan di
pasar, yang berarti pula berpengaruh pada perluasan dan pemerataan kesempatan
kerja yang mampu disediakan oleh perusahaan.
Untuk mengetahui secara singkat upah minimum sektoral (UMS) di Kota
Medan dapat dilihat pada Table 1.5.
Tabel 1.5
Upah Minimum (UMR) Kota Medan 2001 - 2010
Tahun
UMR
Pertumbuhan
(persen)
2001
340.500
2002
464.000
2003
505.000
2004
537.000
2005
600.000
2006
750.000
2007
820.000
2008
918.000
2009
997.000
2010
1.100.000
Sumber : Data Tenaga Kerja Kota Medan.
34.1
36.3
8.84
6.34
11.7
25
9.33
12
8.61
10.3
maupun
sub
sektor
sehingga
terjadi
kesenjangan
rasio
upah
(Tjiptoheriyanto 1997:228).
Ketiga hal tersebut di atas terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara
jumlah tenaga kerja dan lapangan kerja yang tersedia. Selain itu juga adanya
ketidakseimbangan yang menyangkut mutu atau kualitas kerja. Tuntutan tenaga
kerja terampil semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan pembangunan
sebagai upaya untuk mengurangi kemiskinan sekaligus.
10
11