Anda di halaman 1dari 11

Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

PENGARUH NILAI PDRB, TINGKAT UPAH DAN TINGKAT INFLASI


TERHADAP PENGANGGURAN TERBUKA PROVINSI BALI
TAHUN 2003-2012
Ni Kadek Murniasih1, Ketut Dunia1, Made Ary Meitriana2
Jurusan Pendidikan Ekonomi
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: {murni1603@gmail.com1, ketut.dunia1949@yahoo.co.id1,
ary.meitriana@yahoo.co.id2}@undiksha.ac.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh parsial nilai PDRB terhadap pengangguran
terbuka di Provinsi Bali, (2) pengaruh parsial tingkat upah terhadap pengangguran terbuka di Provinsi
Bali, (3) pengaruh parsial tingkat inflasi terhadap pengangguran terbuka di Provinsi Bali, (4) pengaruh
simultan nilai PDRB, tingkat upah dan tingkat inflasi terhadap pengangguran terbuka di Provinsi Bali .
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.
Metode analisis data
yang digunakan yaitu uji asumsi klasik, dan uji statistik yaitu uji t, uji F, koefisien korelasi berganda dan
analisis koefisien determinasi berganda. Menggunakan bantuan program SPSS for windows 16.0. Hasil
penelitian yang di peroleh (1) ada pengaruh parsial nilai PDRB terhadap tingkat pengangguran terbuka
ditunjukkan dengan koefisien parsial sebesar 0. 968 (96,8%), (2) ada pengaruh parsial tingkat upah
terhadap tingkat pengangguran terbuka ditunjukkan dengan koefisien parsial sebesar 0. 939 (93,9%), (3)
tidak ada pengaruh parsial tingkat inflasi terhadap tingkat pengangguran terbuka ditunjukkan dengan
koefisien parsial sebesar 0,409 (40,9%), (4) ada pengaruh simultan nilai PDRB, tingkat upah dan tingkat
inflasi terhadap tingkat pengangguran terbuka sebesar 0,924. Hal ini berarti pengangguran terbuka di
Provinsi Bali, 92,4% ditentukan oleh nilai PDRB, tingkat upah dan tingkat inflasi.
Kata kunci: Inflasi, PDRB, Pengangguran Terbuka,Upah
Abstract
This study aimed to determine (1) the effect of the partial value of GDP against unemployment in the
province of Bali, (2) the partial effect of wages on the open unemployment rate in the province of Bali, (3)
the partial effect of inflation on the unemployment rate in the province of Bali, (4) simultaneous influence
of the value of GDP, the level of wages and the inflation rate of unemployment in the province of Bali.
This research is a descriptive study with a quantitative approach. Data analysis method used is the
classical assumption tes, and the test statistic is the t test, F test, and the multiple correlation coefficient
of multiple determination coefficient analysis. Using SPSS for windows 16.0. Research results obtained
by using SPSS showed that (1) the value of GDP partial effect on unemployment shown by the partial
coefficient of 0,968 (96,8%), (2) wage rate partial effect on unemployment shown by the partial coefficient
of 0,939 (93,9%), ( ) the rate of inflation is not partial effect on unemployment s hown by the partial
coefficient of 0,409 (40,9%), (4) the value of GDP, the level of wages and inflation rate of unemployment
simultaneously to open amounted to 0,924. This means unemployment in the province of Bali, 92,4% is
determined by the value of GDP, the level of wages and the inflation rate.
Keywords: Inflation, GDP, Unemployment, Wages

Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

PENDAHULUAN
Pembangunan
ekonomi
pada
hakekatnya adalah serangkaian usaha
kebijaksanaan
yang
bertujuan
untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat
memperluas
kesempatan
kerja
dan
mengarahkan
Dalam
pembangunan
ekonomi Indonesia kesempatan kerja masih
menjadi masalah utama. Hal ini timbul
karena
adanya
kesenjangan
atau
ketimpangan
dalam
mendapatkannya.
Pokok dari permasalahan ini bermula dari
kesenjangan antara pertumbuhan jumlah
angkatan kerja disatu pihak dan kemajuan
berbagai sektor perekonomian dalam
menyerap tenaga kerja dipihak lain.
Pembangunan ekonomi yang bertujuan
antara lain pencapaian pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi, mengentaskan
kemiskinan, menjaga kestabilan harga
dengan selalu memperhatikan tingkat
inflasi,
menjaga
keseimbangan
pembayaran,
perhatian
yang
cukup
terhadap
neraca
perdagangan,
pendistribusian pendapatan yang lebih adil
dan merata, dan mengatasi masalah
pengangguran. pembagian pendapatan
secara merata.
Pengangguran merupakan masalah
yang
sangat
kompleks
karena
mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang saling berinteraksi
mengikuti pola yang tidak selalu mudah
dipahami. Apabila pengangguran tersebut
tidak
segera
diatasi
maka
dapat
menimbulkan
kerawanan sosial dan
berpotensi
mengakibatkan
kemiskinan
(Badan Pusat Statistik, 2012). Gejala
pengangguran yang terselubung didaerah
pedesaan
dan
dilingkungan
kota
merupakan sebagian akibat dari kurang
tersedianya lapangan kerja yang produktif
penuh (yang membawa hasil kerja dan
nafkah mata pencaharian yang memadai
untuk
memenuhi
kebutuhan
dasar).
Masalah pengangguran memang selalu
menjadi suatu persoalan yang perlu
dipecahkan dalam perekonomian negara
Indonesia.
Jumlah
penduduk
yang
bertambah semakin besar setiap tahun
membawa akibat bertambahnya jumlah
angkatan kerja dan tentunya akan
memberikan makna bahwa jumlah orang
yang mencari pekerjaan akan meningkat,

seiring dengan itu tenaga kerja juga akan


bertambah.
Masalah pengangguran tidak hanya
terjadi dalam lingkup nasional, akan tetapi
juga terjadi pada lingkup regional, seperti
pada Provinsi Bali. Pengangguran yang tiap
tahun meningkat di Provinsi Bali menjadi
masalah serius yang harus diatasi baik itu
oleh pemerintah atau pihak yang terkait.
Pertumbuhan angkatan kerja di Bali
menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun dan tidak dapat terserap seluruhnya
di dunia kerja sehingga menimbulkan
adanya
pengangguran
terbuka yang
jumlahnya mengalami penurunan dan
peningkatan dari tahun 2003-2012.
Salah
satu
indikator
tingkat
kesejahteraan penduduk suatu wilayah
adalah angka PDRB. PDRB adalah nilai
bersih barang dan jasa-jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai kegiatan ekonomi
di suatu daerah dalam suatu periode.
Sedangkan yang dimaksud dengan PDRB
per kapita adalah PDRB dibagi dengan
jumlah penduduk.Semakin tinggi PDRB per
kapita suatu daerah, maka semakin besar
pula potensi sumber penerimaan daerah
tersebut dikarenakan semakin besar
pendapatan masyarakat daerah tersebut .
PDRB mempunyai pengaruh terhadap
jumlah angkatan kerja yang bekerja dengan
asumsi apabila nilai PDRB meningkat,
maka jumlah nilai tambah barang dan jasa
akhir dalam seluruh unit ekonomi di suatu
wilayah akan meningkat. Barang dan jasa
akhir yang jumlahnya meningkat tersebut
akan menyebabkan terjadinya peningkatan
terhadap jumlah tenaga kerja yang diminta.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Bali
memberikan
gambaran
kinerja
pembangunan ekonomi dari waktu ke
waktu, sehingga arah perekonomian daerah
akan lebih jelas.
Mengacu pada pasal 27 ayat (2)
Undang-undang
Dasar
1945
yang
menyatakan bahwa setiap warga negara
berhak
memperoleh
pekerjaan
dan
penghasilan yang layak bagi kemanusiaan,
dan
juga
melihat
dari
konteks
permasalahan negara berkembang, Upah
mempunyai pengaruh terhadap jumlah
angkatan kerja yang bekerja.Jika semakin
tinggi tingkat upah yang ditetapkan, maka
berpengaruh pada meningkatnya biaya

Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

produksi, akibatnya untuk melakukan


efisiensi, perusahaan terpaksa melakukan
pengurangan tenaga kerja, yang berakibat
pada tingginya pengangguran.
Kondisi
perekonomian
dengan
tingkat
inflasi
yang
tinggi
dapat
menyebabkan perubahan-perubahan output
dan kesempatan kerja. Tingkat inflasi yang
tinggi berdampak pada pengangguran. Bila
tingkat inflasi tinggi, dapat menyebabkan
angka pengangguran tinggi, ini berarti
perkembangan kesempatan kerja menjadi
semakin mengecil atau dengan kata lain
jumlah tenaga kerja yang diserap juga akan
kecil. Apabila tingkat inflasi meningkat,
maka harga-harga barang dan jasa akhir
juga akan naik, selanjutnya permintaan
akan barang dan jasa akhir akan turun, dan
akan mengurangi permintaan terhadap
tenaga kerja yang dibutuhkan, akibatnya
akan meningkatkan jumlah pengangguran
terbuka. Sehingga inflasi mempunyai
pengaruh yang negatif terhadap tingkat
pengangguran (Sukirno, 2002). Tingkat
pertumbuhan angkatan kerja yang cepat
dan pertumbuhan lapangan kerja yang
relatif lambat menyebabkan masalah
pengangguran yang ada di suatu daerah
menjadi semakin serius.
Menurut
Sukirno
(2002: 328)
pengangguran biasanya dibedakan atas 3
jenis
berdasarkan
keadaan
yang
menyebabkannya,
antara
lain.
Pengangguran
friksional,
yaitu
pengangguran yang disebabkan oleh
tindakan
seseorang
pekerja
untuk
meninggalkan kerjanya dan mencari kerja
yang lebih baik atau sesuai dengan
keinginannya, pengangguran struktural,
yaitu pengangguran yang disebabkan oleh
adanya
perubahan
struktur
dalam
perekonomian, pengangguran konjungtur,
yaitu pengangguran yang disebabkan oleh
kelebihan pengangguran alamiah dan
berlaku sebagai akibat pengurangan dalam
permintaan agregat.
Adapun
pengertian
dari
pengangguran terbuka yaitu tenaga kerja
yang
betul-betul
tidak
mempunyai
pekerjaan. Pengangguran ini terjadi ada
yang karena belum mendapat pekerjaan
padahal telah berusaha secara maksimal
dan ada juga yang karena malas mencari
pekerjaan atau malas bekerja. Tingkat

Pengangguran Terbuka (Laporan Sosial


Indonesia 2007) Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) memberikan indikasi tentang
penduduk usia kerja yang termasuk dalam
kelompok
pengangguran.
Tingkat
pengangguran terbuka diukur sebagai
persentase jumlah penganggur/pencari
kerja terhadap jumlah angkatan kerja, yang
dapat dirumuskan sebagai berikut:
TPT = (Pencari Kerja / Angkatan Kerja) x
100 %
Kegunaan dari indikator pengangguran
terbuka ini baik dalam satuan unit (orang)
maupun persen berguna sebagai acuan
pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja
baru.
Arsyad (2000: 74) menyatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi daerah
diartikan
sebagai
kenaikan
Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa
memandang apakah kenaikan itu lebih
besar atau lebih kecil dari tingkat
pertumbuhan penduduk atau apakah
perubahan struktur ekonomi terjadi atau
tidak. Hal ini berarti bahwa pertumbuhan
ekonomi daerah secara langsung ataupun
tidak langsung akan menciptakan lapangan
kerja. Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) menurut Badan Pusat Statistik
(BPS: 2012) didefinisikan sebagai jumlah
nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh
unit usaha dalam suatu wilayah, atau
merupakan jumlah seluruh nilai barang dan
jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi di suatu wilayah. Produk Domestik
Regional Bruto atas dasar harga konstan
digunakan untuk mengetahuipertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun (Sukirno,
2005), sedangkan menurut BPS Produk
Domestik Regional Bruto atas dasar harga
berlaku digunakan untuk menunjukkan
besarnya struktur perekonomian dan
peranan sektor ekonomi.
Upah merupakan faktor yang sangat
penting bagi perusahaan, karena jumlah
upah atau balas jasa yang diberikan
perusahaan kepada karyawannya akan
mempunyai pengaruh yang tidak kecil
terhadap jalannya perusahaan. . Upah yang
dimaksud disini adalah balas jasa yang
berupa uang atau balas jasa lain yang
diberikan
lembaga
atau
organisasi
perusahaan kepada pekerjanya. Pemberian
upah atau balas jasa ini dimaksud untuk

Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

menjaga
keberadaan
karyawan
di
perusahaan, menjaga semangat kerja
karyawan dan tetap menjaga kelangsungan
hidup perusahaan yang akhirnya akan
memberi manfaat kepada masyarakat.
Menurut
Undang-Undang
Republik
Indonesia Nomor 13 tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, dalam Bab I Pasal 1
angka 30 dijelaskan Upah adalah hak
pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan
dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
pengusaha atau pemberi kerja kepada
pekerja/buruh
yang
ditetapkan
dan
dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja,
kesepakatan, atau peraturan perundangundangan,
termasuk
tunjangan bagi
pekerja/buruh dan keluarganya, atas suatu
pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau
akan dilakukan.
Kartasapoetra
(1992:
135)
menyatakan bahwa jenis-jenis upah dapat
dikemukakan
sebagai
berikut.
Upah
nominal ialah sejumlah uang yang
dibayarkan kepada para buruh yang berhak
secara tunai sebagai imbalan atas
pengerahan jasa atau pelayanannya sesuai
dengan ketentuan ketentuan yang terdapat
dalam Perjanjian Kerja di bidang industri
atau perusahaan ataupun dalam suatu
organisasi kerja, dimana ke dalam upah
tersebut tidak ada tambahan atau
keuntungan yang lain yang diberikan
kepadanya. Upah nominal ini sering pula
disebut upah uang (money wages)
sehubungan
dengan wujudnya yang
memang
berupa
uang
secara
keseluruhannya, upah nyata ini ialah upah
uang yang nyata yang benar benar harus
diterima oleh seseorang yang berhak. Upah
nyata ini ditentukan oleh daya beli upah
tersebut yang akan banyak tergantung dari
: besar atau kecilnya jumlah uang yang
diterima; besar atau kecilnya biaya hidup
yang diperlukan.
Ada kalanya upah itu diterima dalam
wujud uang dan fasilitas atau in natura,
maka upah nyata yang diterimanya yaitu
jumlah upah uang dan nilai rupiah dari
fasilitas dan barang in natura tersebut.
Upah Hidup ialah hidup yang lebih luas,
yang tidak hanya kebutuhan pokoknya saja
yang dapat dipenuhi melainkan juga
sebagian
dari
kebutuhan
sosial
keluarganya, misalnya bagi pendidikan,

bagi bahan pangan yang memiliki nilai nilai


gizi yang lebih baik, iuran asuransi jiwa dan
beberapa lainnya lagi. Kemungkinan
setelah masyarakat Adil dan Makmur yang
sedang kita perjuangkan dapat terwujud
sebaik baiknya, upah yang diterima buruh
pada umumnya dapat berupa upah hidup,
ataupun pula kalau perusahaan tempat
kerjanya itu dapat berkembang dengan
baik, sehingga menjadi perusahaan yang
kuat yang akan mampu memberi upah
hidup, karena itu maka pihak buruh baiklah
berjuang, berpahit-pahit dahulu dengan
pihak pengusaha agar perusahaan yang
kuat itu dapat terwujud, upah wajar
dimaksudkan sebagai upah yang secara
relatif ditandai cukup wajar oleh pengusaha
dan para buruhnya sebagai uang imbalan
atas jasa jasa yang diberikan buruh kepada
pengusaha atau perusahaan, sesuai
dengan Perjanjian Kerja di antara mereka.
Upah yang wajar ini tentunya sangat
bervariasi dan bergerak antara Upah
Minimum
dan
Upah
Hidup,
yang
diperkirakan oleh pengusaha cukup untuk
mengatasi kebutuhan kebutuhan buruh
dengan
keluarganya
(di
samping
mencukupi kebutuhan pokok juga beberapa
kebutuhan pangan lainnya, transportasi dan
sebagainya).
Tujuan Murtoyo (2000: 133) tujuan dari
pemberian upah adalah sebagai berikut.
Mewujudkan
keseimbangan
dalam
pemberian upah, keseimbangan dalam
pemberian upah memberi arti bahwa upah
yang diberi kepada karyawan disesuaikan
dengan kedudukan atau jabatan tiap-tiap
karyawan, semakin tinggi kedudukan
karyawan maka semakin besar upah yang
diterima, sehingga ada keseimbangan antar
input
dan
output.
Meningkatkan
produktivitas kerja, besarnya upah yang
diberikan
kepada
karyawan
akan
memberikan motivasi dalam bekerja,
sehingga berpengaruh terhadap tingkat
produktivitas kerja karyawan. Mencapai
kesuksesan perusahaan, meningkatnya
produktivitas
kerja
karyawan
akan
mempengaruhi jumlah hasil produksi,
dengan
demikian
keuntungan
yang
diperoleh juga akan semakin besar,
sehingga perusahaan akan mencapai
kesuksesan dalam menjalankan usaha.
Untuk
mendapatkan
kesuksesan
itu

Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

tentunya
pengusaha
harus
berani
mengeluarkan biaya yang cukup rasional
untuk pemberian upah, karena ini sangat
berpengaruh
pada
semangat
kerja
karyawan. Penentuan kebutuhan, upah
yang diperoleh karyawan secara periodik
akan
digunakan
untuk
pemenuhan
kebutuhan hidupnya baik untuk karyawan
itu sendiri ataupun untuk keluarganya.
Salah satu peristiwa moneter yang
sangat penting dan yang di jumpai di
hampir semua negara di dunia adalah
Inflasi. Sukirno (2002: 70) menyatakan
bahwa inflasi dapat didefinisikan sebagai
suatu proses kenaikan harga-harga yang
berlaku dalam sesuatu perekonomian.
Sedangkan
Boediono
(1999:
120)
menyatakan bahwa definisi singkat dari
inflasi adalah kecenderungan dari hargaharga untuk naik secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau
dua barang saja tidak disebut inflasi,
kecuali bila kenaikan tersebut meluas
kepada (atau mengakibatkan kenaikan)
sebagian besar dari harga barang-barang
lain. Kenaikan harga semacam ini tidak
dianggap sebagai masalah atau "penyakit"
ekonomi
dan
tidak
memerlukan
kebijaksanaan
khusus
untuk
menanggulanginya. Boediono (1999: 161)
menyatakan bahwa ada berbagai cara
untuk menggolongkan macam inflasi, dan
penggolongan mana yang dipilih tergantung
pada tujuannya. Dari latar belakang di atas
maka peneliti ingin melakukan penelitian
yang berjudul Pengaruh Nilai PDRB.
Tingkat Upah Dan Tingkat Inflasi Terhadap
Tingkat Pengangguran Terbuka Di Provinsi
Bali Tahun 2003-2012. Dengan rumusan
masalahnya
adalah
bagaimanakah
pengaruh parsial nilai PDRB terhadap
tingkat pengangguran terbuka di Provinsi
Bali
Tahun
2003-2012.
Kedua,
Bagaimanakah pengaruh parsial tingkat
upah terhadap tingkat pengangguran
terbuka di Provinsi Bali tahun 2003-2012.
Ketiga, Bagaimanakah pengaruh parsial
tingkat
inflasi
terhadap
tingkat
pengangguran terbuka di Provinsi Bali
tahun 2003-2012. Keempat, bagaimanakah
pengaruh simultan nilai PDRB, tingkat upah
dan tingkat inflasi terhadap tingkat
pengangguran terbuka di Provinsi Bali
tahun 2003-2012.

METODE
Pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
wawancara dan metode dokumentasi.
Metode wawancara merupakan salah satu
teknik
pengumpulan
data,
yang
pelaksanaannya dapat dilakukan secara
langsung
berhadapan
dengan
yang
diwawancarai, tetapi dapat juga secara
tidak langsung seperti memberikan daftar
pertanyaan
untuk
dijawab
pada
kesempatan lain (Husein Umar, 2004).
Dalam penelitian ini dilakukan wawancara
secara
langsung
terhadap
pegawai
Departemen
Tenaga
Kerja
Dan
Transportasi dan pegawai perpustakaan
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, karena
data yang dicari terdapat di Departemen
Tenaga Kerja Dan Transportasi dan
perpustakaan
BPS
Provinsi
Bali.
Wawancara ini dilakukan untuk menunjang
data yang berkaitan dengan penelitian.
Pengumpulan
data
melalui
metode
dokumentasi
dilakukan
dengan
menggunakan catatan atau dokumen yang
berhubungan dengan objek penelitian.
Catatan atau dokumen yang mendukung
dalam penelitian ini adalah nilai PDRB,
tingkat upah, tingkat inflasi, dan tingkat
pengangguran terbuka di Provinsi Bali.
Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder seperti
data jumlah tingkat pengangguran, data
nilai PDRB, data tingkat upah dan tingkat
inflasi.
Metode
analisis
data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu, uji
asumsi klasik, uji t, uji F, dan determinasi
berganda (R2).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
di Badan Pusat Statistik mengenai nilai
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di
Provinsi Bali, maka diperoleh data nilai
PDRB dari tahun 2003-2012, seperti terlihat
pada tabel 1 di bawah menunjukkan bahwa
laju PDRB di Provinsi Bali dari tahun 20032012 mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun.

Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

Tabel 1. Produk Domestik Regional BrutoPropinsi Bali Tahun 2003-2012(Atas Dasar


Harga Konstan 2000)
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber : Badan Pusat Statistik

PDRB
18.423.860,70
19.080.895,84
19.963.243,81
21.072.444,79
22.184.679,28
23.497.047,07
24.900.571,98
26.228.275,39
27.756.113,77
30.753.647,05
32 804.381,36

Data mengenai pengangguran terbuka


menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Bali,

Pertumbuhan (%)
3.57
4.62
5.56
5.28
5.92
5.97
5.33
5.83
10.80
6.69

seperti terlihat pada tabel 2, sebagai


berikut.

Tabel 2 Data tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Bali Tahun 2003-2012


Tahun

Pertumbuhan pengangguran terbuka


%

2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber : Badan Pusat Statistik
Untuk mengetahui pengaruh nilai PDRB
terhadap pengangguran terbuka di Provinsi
Bali secara parsial, maka digunakan
program
SPSS
16.0 for windows.
Menggunakan analisis regresi dengan

4.66
3.61
4.63
5.81
7.68
5.63
5.37
5.38
7.91
5.72

menguji nilai t. Hasil menunjukkan adanya


pengaruh
nilai
PDRB
terhadap
pengangguran terbuka
secara parsial
seperti terlihat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Uji t Untuk Nilai PDRB, Tingkat Upah Dan Tingkat Inflasi
Terhadap Pengangguran Terbuka

Model
(Constant)
PDRB
Upah
Inflasi

Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
.499
.793
.674
.071
.974
.158
.024
.715
.058
.053
.114

T
.630
9.519
6.695
1.097

Sig
.552
.000
.001
.315

Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

Hasil analisis
pada tabel 1
menunjukkan sebagai berikut, Uji t terhadap
variabel PDRB (X1) didapatkan thitung
sebesar 9.519 dengan signifikansi t sebesar
0,000. Karena thitung lebih besar ttabel
(9.519>1.943) atau signifikansi t lebih kecil
dari 5% (0,000<0,05), maka secara parsial
variabel PDRB (X1) berpengaruh signifikan
terhadap variabel pengangguran terbuka
(Y). Besar pengaruh parsial nilai PDRB
terhadap
pengangguran
terbuka

ditunjukkan
dengan koefisien parsial
sebesar
0,968
(96,8%)
sedangkan
pengaruh variabel lain sebesar 0,032
(3,2%).
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di Badan Pusat Statistik
mengenai tingkat upah di Provinsi Bali,
maka di peroleh data tingkat upah dari
tahun 2003-2012, seperti terlihat pada tabel
4 sebagai berikut.

Tabel 4. Upah Provinsi BaliTahun 2003 sampai 2012


Tahun
Upah (Rp)
Pertumbuhan (%)
2002
342.000
2003
410.000
19.88
2004
425.000
3.66
2005
447.500
5.29
2006
510.000
13.97
2007
622.000
21.96
2008
682.650
9.75
2009
760.000
11.33
2010
829.316
9.12
2011
890.000
7.32
2012
967.500
8.71
Sumber : Badan Pusat Statistik
terbuka (Y). Besar pengaruh parsial nilai
Data pengangguran terbuka dapat
PDRB terhadap pengangguran terbuka
dilihat pada tabel 2, untuk mengetahui
ditunjukkan
dengan koefisien parsial
pengaruh
tingkat
upah
terhadap
sebesar 0, 939 (93,9%) sedangkan
pengangguran terbuka di Provinsi Bali
pengaruh variabel lain sebesar 0,061
(tabel 3) secara parsial. Uji t terhadap
(6,1%)
variabel tingkat upah (X2) didapatkan thitung
Berdasarkan hasil penelitian yang
sebesar 6.695 dengan signifikansi t sebesar
dilakukan di Badan Pusat Statistik
0,000. Karena thitung lebih besar ttabel
mengenai tingkat inflasi di Provinsi Bali,
(6.695>1.943) atau signifikansi t lebih kecil
maka di peroleh data tingkat inflasi dari
dari 5% (0,001<0,05), maka secara parsial
tahun 2003-2012, seperti terlihat pada tabel
variabel tingkat upah (X2) berpengaruh
5 sebagai berikut.
signifikan terhadap variabel pengangguran
Tabel 5. Inflasi Provinsi BaliTahun 2003-2012
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012

Inflasi (%)
4.56
5.97
11.31
4.30
5.91
9.62
4.37
8.10
3.75
4.71

Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

Seperti terlihat pada tabel 5 di atas


menunjukkan tingkat inflasi di Provinsi Bali
tahun 2003-2012 menunjukkan angka yang
fluktuatif dari tahun ke tahun. Data
pengangguran terbuka dapat dilihat pada
tabel 2, untuk mengetahui pengaruh tingkat
inflasi terhadap pengangguran terbuka di
Provinsi Bali (tabel 3) secara parsial. Uji t
terhadap variabel tingkat inflasi (X3)
didapatkan thitung sebesar 1.097 dengan
signifikansi t sebesar 0,000. Karena thitung
lebih besar ttabel (1.097<1.943) atau
signifikansi t lebih besar dari 5%
(0,315>0,05), maka secara parsial variabel
tingkat inflasi (X3) tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel pengangguran
terbuka (Y). Besar pengaruh parsial tingkat
inflasi terhadap pengangguran terbuka
ditunjukkan
dengan koefisien parsial

Tabel 6 Hasil Perhitungan Uji F


ANOVAb
Sum of
Squares
Df
Mean Square

Model
1

sebesar 0. 409 (40,9%) sedangkan


pengaruh variabel lain sebesar 0,591
(59,1%). Hal ini disebabkan karena inflasi
tidak hanya terjadi karena masalah
ekonomi saja tapi juga bisa terjadi karena
masalah
politik,
yang
tidak
ada
hubungannya
terhadap
terjadinya
pengangguran terbuka.
Untuk
mengetahui
pengaruh
simultan dari nilai PDRB, tingkat upah dan
tingkat inflasi terhadap pengangguran
terbuka di Provinsi Bali, maka penulis
menggunakan analisis uji F dengan
program SPSS 16,0 for windows. Uji F
menunjukkan analisis regresi variabel
independen (X1 ,X2 dan X3) secara
bersama-sama terhadap variabel dependen
(Y). Seperti terlihat pada tabel 6 sebagai
berikut.

Regression
Residual
Total

14.802
.790
15.592

3
6
9

4.934
.132

Sig.

37.488

.000a

a. Predictors: (Constant), inflasi, PDRB, Upah


b. Dependent Variable: Pengangguran Terbuka
Berdasarkan hasil analisis pada
tabel
4.6 menunjukan nilai Fhitung=
37,48>Ftabel= 8,94 atau p-value = 0,000 <
= 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Ha
diterima dan Ho ditolak dengan demikian
PDRB, upah dan inflasi secara simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengangguran terbuka di Provinsi Bali.

Untuk
mengetahui
besarnya
pengaruh nilai PDRB, tingkat upah dan
tingkat inflasi terhadap pengangguran
terbuka
digunakan analisis
koefisien
determinasi (R2). Besarnya koefisien
determinasi (R2) seperti terlihat pada tabel 7
sebagai berikut.

Tabel 7. Koefisien Determinasi


Model Summaryb

Model
1

R
.974a

R ssSquare

Adjusted R Square

.949

.924

Std. Error of the


Estimate
.36279

a. Predictors: (Constant), inflasi, PDRB, Upah


b. Dependent Variable: Pengangguran Terbuka
Menunjukkan besarnya pengaruh
untuk variabel nilai PDRB (X1), tingkat upah

(X2) dan tingkat inflasi (X3) secara simultan


sebesar 0,924. Hal ini berarti pengangguran

Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

terbuka di Provinsi Bali, 92,4% ditentukan


oleh nilai PDRB, tingkat upah dan tingkat
inflasi. Sedangkan sisanya sebesar 0,076
(7,6%) dipengaruhi faktor lain yang diluar
model
Pembahasan
Berdasarkan data hasil penelitian yang
diperoleh, variabel PDRB (X1) dengan
variabel Pengangguran Terbuka (Y),
terdapat pengaruh yang signifikan karena
p_value < ; 0,000 < 0,05, menentukan
taraf nyata () 5% dengan df = (n-k) untuk
menentukan nilai ttabel. Nilai ttabel pada () 5%
dengan df = (10-4) = 6 adalah sebesar
1.943 Nilai thitung yang diperoleh dari hasil
regresi dengan bantuan SPSS adalah
sebesar 9.519, jadi thitung > ttabel sehingga
keputusan yang diambil adalah menolak
Ho, dengan besar koefisien parsial sebesar
0,968 atau 96,8%. Besarnya pengaruh
yang diberikan PDRB (X1) terhadap
Pengangguran Terbuka (Y) dapat diketahui
dari besarnya Py x1 = 0, 974 atau sebesar
97%. Hal ini menunjukan jika nilai PDRB
mempunyai peran sangat penting dalam
tingkat pengangguran terbuka. PDRB (X1)
memiliki pengaruh yang kuat terhadap
Pengangguran Terbuka (Y) berarti bila nilai
PDRB mengalami peningkatan setiap
tahun, maka tingkat Pengangguran terbuka
akan menurun , begitu juga sebaliknya, bila
nilai PDRB mengalami penurunan, maka
tingkat
pengangguran
terbuka
akan
meningkat. Karena adanya peningkatan
dalam pertumbuhan ekonomi diharapkan
dapat menyerap tenaga kerja, sehingga
dapat mengurangi jumlah pengangguran.
Antara variabel tingkat upah (X2)
dengan variabel pengangguran terbuka (Y)
terdapat pengaruh yang signifikan karena
p_value < ; 0,001 < 0,05. Menentukan
taraf nyata () 5% dengan df = (n-k) untuk
menentukan nilai ttabel. Nilai ttabel pada ()
5% dengan df = (10-4) adalah sebesar
1.943. Nilai thitung yang diperoleh dari hasil
regresi dengan bantuan SPSS adalah
sebesar 6.695, jadi thitung > ttabel sehingga
keputusan yang diambil adalah menolak
Ho, dengan besar koefisien parsial sebesar
0,939 atau 37,9%. Pengaruh yang diberikan
tingkat upah (X2) terhadap pengangguran
terbuka (Y) dapat diketahui dari besarnya
Py x2 = 0, 715 atau sebesar 71%. Hal ini

menunjukan jika tingkat upah merupakan


hal yang sangat penting. Variabel tingkat
upah (X2) memiliki pengaruh yang kuat
terhadap tingkat pengangguran terbuka (Y)
berarti bila tingkat upah meningkat setiap
tahun, maka jumlah pengangguran terbuka
di Provinsi Bali mengalami peningkatan.
Begitu juga sebaliknya, jika tingkat upah
mengalami penurunan setiap tahun
di
Provinsi Bali, maka tingkat pengangguran
mengalami penurunan. Hal ini terjadi
karena apabila upah dinaikan setiap tahun
maka perusahaan akan mengurangi
penambahan
tenaga
kerjanya
untuk
mengurangi pengeluaran biaya, sehingga
akan menyebabkan bertambahnya jumlah
pengangguran.
Antara variabel tingkat inflasi (X3)
dengan variabel pengangguran terbuka (Y)
terdapat pengaruh yang tidak signifikan
karena p_value < ; 0,315 < 0,05.
Menentukan taraf nyata () 5% dengan df =
(n-k) untuk menentukan nilai ttabel. Nilai ttabel
pada () 5% dengan df = (10-4) adalah
sebesar 1.943. Nilai thitung yang diperoleh
dari hasil regresi dengan bantuan SPSS
adalah sebesar 1.097, jadi thitung < ttabel
sehingga keputusan yang diambil adalah
menolak Ho, dengan besar koefisien parsial
0,409 atau 40,9% . Pengaruh yang
diberikan tingkat inflasi (X3) terhadap
pengangguran terbuka (Y) dapat diketahui
dari besarnya Py x3 = 0, 114 atau sebesar
11,4%. Hal ini menunjukkan jika tingkat
inflasi merupakan hal yang tidak terlalu
penting dalam masalah pengangguran
terbuka di Provinsi Bali. Karena inflasi
terjadi bukan karena masalah ekonomi
saja, tapi juga terdapat faktor masalah
politik yang menyebabkan terjadinya inflasi
sehingga hal tersebut bukan merupakan
faktor utama yang menyebabkan terjadinya
pengangguran terbuka.
Pada tabel 7 dapat diihat bahwa
koefisien determinasi R yang diperoleh
adalah 0, 974 atau sebesar 97% hal ini
menunjukan adanya korelasi positif antara
nilai PDRB, tingkat upah dan tingkat inflasi
secara bersama-sama dengan tingkat
pengangguran terbuka di Provinsi Bali.
Secara kualitatif dapat dikatakan sangat
kuat. Selain itu, koefisien determinasi yang
diperoleh dari data variabel PDRB (X1),
tingkat upah (X2) dan tingkat inflasi (X3)

Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

dengan
data
variabel pengangguran
terbuka (Y) dapat di hitung pula koefisien
detrminasi Adjusted R square sebesar 0,
924. Hasil ini menunjukan bahwa nilai
PDRB, tingkat upah dan tingkat inflasi
secara
bersama-sama
memberikan
kontribusi terhadap pengangguran terbuka
sebesar 92,4%. Artinya variasi naik
turunnya tingkat pengangguran terbuka
dipengaruhi oleh besarnya nilai PDRB (X1),
tingkat upah (X2) dan tingkat inflasi (X3).
Sisanya 7,6% dipengaruhi oleh faktor lain
yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Untuk
mengetahui signifikansi pengaruh variabel
nilai PDRB, tingkat upah dan tingkat inflasi
secara
bersama-sama
terhadap
pengangguran terbuka dapat diketahui
dengan membandingkan antara Fhitung
dengan Ftabel atau dengan membandingkan
taraf signifikan F (p_value) dengan .
Melihat ringkasan hasil perhitungan SPSS
pada tabel model summary, maka dapat
dikatakan bahwa secara simultan terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel
nilai PDRB, tingkat upah dan tingkat inflasi
dengan pengangguran terbuka karena
Fhitung > Ftabel atau 37,49 > 8,94. Pada tabel
model summary juga menunjukan jika
p_value < yakni 0,000 < 0,05 sehingga
keputusan yang diambil adalah menolak
Ho. Hal ini merupakan pentingnya nilai
PDRB, tingkat upah dan tingkat inflasi
terhadap pengangguran terbuka.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan
hasil
penelitian
dan
pembahasan maka dapat
disimpulkan
sebagai berikut. Variabel Nilai PDRB
mempunyai pengaruh yang positif dan
signifikan mempengaruhi Pengangguran
Terbuka. Hal ini dapat dilihat dari besarnya
pengaruh parsial nilai PDRB terhadap
pengangguran terbuka ditunjukkan dengan
koefisien parsial sebesar 0,968 (96,8%)
sedangkan pengaruh variabel lain sebesar
0,032 (3,2%), dengan nilai signifikan PDRB
lebih kecil dari 5% (0,000<0,05). Hal ini
menggambarkan nilai PDRB sangat
berpengaruh
terhadap
pengangguran
terbuka di Provinsi Bali. Variabel tingkat
upah mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pengangguran terbuka. Hal ini
dapat dilihat dari besarnya pengaruh parsial

nilai PDRB terhadap pengangguran terbuka


ditunjukkan
dengan koefisien parsial
sebesar 0, 939 (93,9%) sedangkan
pengaruh variabel lain sebesar 0,061
(6,1%), dengan nilai signifikan lebih kecil
dari
5%
(0,001<0,05).
Hal
ini
menggambarkan tingkat upah berpengaruh
terhadap pengangguran terbuka di Provinsi
Bali. Variabel tingkat inflasi mempunyai
pengaruh
tidak
signifikan
terhadap
pengangguran terbuka. Hal ini dapat dilihat
dari
besarnya pengaruh parsial tingkat
inflasi terhadap pengangguran terbuka
ditunjukkan
dengan koefisien parsial
sebesar 0. 409 (40,9%) sedangkan
pengaruh variabel lain sebesar 0,591
(59,1%), dengan nilai signifikan lebih besar
dari
5%
(0,315>0,05).
Hal
ini
menggambarkan
tingkat
inflasi tidak
berpengaruh
terhadap
pengangguran
terbuka di Provinsi Bali. Hal ini disebabkan
karena inflasi bukan hanya disebabkan dari
masalah ekonomi, namun juga bisa terjadi
karena masalah politik. Hasil dari uji
koefisien determinasi (R 2) nilai PDRB,
Tingkat Upah Dan Tingkat Inflasi terrhadap
Pengangguran Terbuka di Provinsi Bali
tahun 2003 sampai 2012 menunjukkan
bahwa besarnya Adjusted R2 cukup tinggi
0,924. Nilai ini berarti bahwa model yang
dibentuk cukup baik dimana 92,4 persen
variasi variabel dependen Pengangguran
Terbuka dapat dijelaskan dengan baik oleh
ketiga variabel independen yaitu Nilai
PDRB, Tingkat Upah dan Tingkat Inflasi.
Sedangkan 7,6 persen dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain diluar model. Berdasarkan
perhitungan dengan uji F diketahui bahwa
F-hitung sebesar (37,48) > F-tabel (8,94),
sehingga inferensi yang diambil adalah
menerima Ha dan menolak Ho. Dengan
kata lain, hipotesis yang berbunyi Ada
pengaruh antara variabel Nilai PDRB,
Tingkat Upah, dan tingkat Inflasi Terhadap
Pengangguran Terbuka, diterima pada
kepercayaan 95%.
Saran
Berdasarkan simpulan penelitian
mengenai pengaruh nilai PDRB, tingkat
upah
dan
tingkat
inflasi
terhadap
pengangguran
terbuka
maka
dapat
disarankan hal-hal sebagai berikut. Bagi
Pemerintah Provinsi Bali, peran penting

Vol: 4 No: 1 Tahun: 2014

Pemerintah Daerah dalam mengurangi


jumlah pengangguran terbuka di Provinsi
Bali serta di dukung hasil penelitian, maka
peneliti dapat memberikan saran kepada
pihak-pihak
yang
terkait.
Pertama,
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus
diimbangi
dengan
kesejahteraan
masyarakat yang merata. Untuk itu
pemerintah
diharapkan
dapat
lebih
mengoptimalkan sektor-sektor dalam PDRB
agar
sektor-sektor
tersebut
mampu
meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan
mengurangi kemiskinan di Provinsi Bali
seperti pelatihan untuk menjadi wirausaha
mandiri dan kreatif. Kedua, Pemerintah
Daerah Provinsi Bali atau buruh yang
menuntut kenaikan upah secara jelas akan
memberatkan pengusaha dan jalan satusatunya baginya adalah mengurangi
penyerapan
tenaga
kerja
untuk
menstabilkan perusahaan. Hal tersebut
dapat dilihat dari semakin tingginya jumlah
upah dari tahun ke tahun. Sehingga
diharapkan Pemda Bali dapat lebih
mendukung
program
pelatihan
kewirausahaan baik itu secara internal
maupun ekternal agar tidak bergantung
hanya pada sektor industri maupun sektor
lainnya. Ketiga, untuk jangka panjang
diharapkan akan lebih baik bila inflasi
diusahakan pada tingkat yang stabil sebab
tingkat inflasi yang stabil akan menurunkan
tingkat suku bunga yang secara langsung
akan memicu akan permintaan kredit usaha
dan
akan
banyak
sektor
usaha
bermunculan nantinya. Bagi Akademik,
diharapkan peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian di bidang ekonomi
mikro
dan
makro,
lebih
mengkaji
permasalahan di sektor lainnya. Sehingga
akan lebih jelas permasalahan ekonomi apa
saja yang terjadi Di Provinsi Bali agar
Pemda Bali memperoleh masukan dari
hasil penelitian yang dilakukan. Sehingga
diharapkan dapat membantu mengurangi
permasalahan ekonomi yang ada di
Provinsi Bali.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
Lincolyn.
2000.
Ekonomi
Pembangunan.
Edisi
4.
Yogyakarta: STIE YKPN

Badan Pusat Statistik. 2012. Indikator


Tingkat Hidup Pekerja. Denpasar
Badan

Pusat Statistik. 2012.


Domestik
Regional
Denpasar

Produk
Bruto.

Boediono, 1999. Teori Pertumbuhan


Ekonomi. Yogyakarta: BPEE
Husein, Umar. 2004. Metode Penelitian
untuk Skrpisi dan Tesis Bisnis. Edisi
Baru, 8. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Kartasapoetra. G dan Bambang, S. 1992.
Biaya Produksi. Jakarta: Rineka
Cipta
Pasal 27. Ayat 2 UUD 1945
Sukirno, Sadono. 2002, Pengantar Teori
Makro Ekonomi, edisi kedua.
Jakarta: Rajawali Pers.
Martoyo, Susilo. 2000. Manajemen Sumber
Daya Manusia. BPFG.Yogyakarta.
-------, 2005. Makro Ekonomi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Undang-Undang No. 13/2003 Tentang
Ketenagakerjaan yang Mengatur
Sistem Pengupahan dan Upah
Minimum.

Anda mungkin juga menyukai