Dayanti Novaliani
Ina Hajah
Nanda Finisa
Rahmatiaqmara Haziroh
Ratu Nurendah
J3P115017
J3P115034
J3P115022
J3P115024
J3P115015
PARAMEDIK VETERINER
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Adab
Menuntut Ilmu. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Kokom Firdaus selaku Dosen mata
kuliah Pnedidikan Agama Islam IPB yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai adab dalam menuntut ilmi. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam diturunkan sebagai rahmatan lil alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah
SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan
manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu
dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan
kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih
baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan
kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru
akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi
karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan dunia rasanya
kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat. Orang yang berpengetahuan
luas tapi tidak tersentuh ilmu agama sama sekali, maka dia akan sangat mudah terkena bujuk
rayu syaitan untuk merusak bumi, bahkan merusak sesama manusia dengan berbagai tindak
kejahatan. Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting dan hendaknya diajarkan
sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu diajarkan kepada anak sebelum anak
tersebut menerima ilmu dunia. Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi
masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia membutuhkan terapi agar menjadi
makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana akhlak dalam menuntut ilmu sebagai seorang muslim?
2. Bagaimana metode yang baik dalam menuntut ilmu?
3. Bagaimana tentang adab dalam menuntut ilmu?
4. Bagaimana deskripsi tentang orang yang akan memperoleh kemudahan dalam menuntut
ilmu?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Memberikan penjelasan tentang pengertian ilmu dan tujuan ilmu.
2. Memberikan penjelasan tentang metode yang baik dalam menuntut ilmu.
3. Memberikan penjelasan tentang adab dalam menuntut ilmu.
4. Memberikan deskripsi tentang orang yang akan memperoleh kemudahan dalam menuntut
ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
Waktu untuk menuntut ilmu tidak terbatas pada usia masuk sekolah dasar atau Madrasah
Ibidaiyah sampai keperguruan tinggi, tetapi masa untuk menuntut ilmu ialah sejak manusia di
lahirkan dan berakhir pada saat manusia meninggal dunia, orang barat menyebtnya Long Life
Education pendidikan seumur hidup. Orang yang menuntut ilmu akan diberikan pahala yang
sangat besa, seperti sabda Rosullah yang terdapat dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan lain-lain dari shabat Abu Hurairah yang artinya :
Barangsiapa berjalan di suatu tempat guna menuntut ilmu, maka Allah akan
memudahkan baginya jalan ke Syurga.
a.
Adab dalam menuntut ilmu itu penting. Oleh karena itulah, perhatian Rasulullah dalam
mengajarkan adab kepada para shahabatnya tidaklah mengurangi perhatian beliau dalam
mengajarkan ilmu kepada mereka, demikian juga perhatian beliau dalam mendidik dan
mensucikan / membersihkan jiwa-jiwa mereka tidaklah mengurangi perhatian beliau dalam
menjelaskan dan menerangkan hukum-hukum Islam kepada mereka.
Maka bisa disimpulkan bahwa ilmu tanpa disertai adab tidak akan bermanfaat dan ilmu
yang tidak disertai dengan jiwa yang bersih dan suci sungguh akan menghujat pemiliknya pada
hari kiamat, pada hari tidak akan bermanfaat harta maupun anak-anak kecuali orang yang datang
kepada Allah dengan hati yang selamat / lurus.
Dan dari sini muncullah perhatiannya Salafush shalih dengan mendidik para penuntut
ilmu dan membersihkan jiwa-jiwa mereka serta mengobati penyakit-penyakit hati mereka,
sehingga mereka (salafush shalih) memberikan adab kepada para penuntut ilmu sebelum
memberikan ilmu itu sendiri, dan mengawasi keadaan-keadaan mereka layaknya seorang dokter
yang mengobati pasien, maka dia akan mencari seluruh obat yang bermanfaat untuk pasiennya
tersebut sampai dia bangkit dari kelemahannya dan sembuh dari sakitnya.
Dan tidaklah mengherankan apabila kita mendapatkan berpuluh-puluh tulisan yang telah
ditulis oleh para ulama yang mulia ini yang membicarakan akhlak-akhlak seorang penuntut ilmu
dan adab-adabnya, serta metode mendidik para pelajar dan memberikan adab kepada mereka,
sehingga keluarlah melalui tangan-tangan mereka generasi-generasi yang diberkahi yang
membawa ilmu yang disertai dengan pengamalan dan penerapan adab-adabnya, di mana mereka
menerapkan ilmu tersebut dengan sebaik-baiknya, sehingga terbentuklah masa depan Islam yang
dianggap sebagai kebanggaan ummat, dan semakin jelaslah kewibawaan para ulama dan
kedudukan mereka, melebihi kedudukan para penguasa, dan jadilah kemuliaan ilmu dan ulama
sebagai sifat yang jelas dan nampak di tengah-tengah masyarakat muslimin.
2.3.1 Adab-adab Seorang Penuntut Ilmu
Di antara adab-adab yang mendasar yang harus dimiliki oleh para penuntut ilmu adalah
sebagai berikut:
1. Mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu
Dalam menuntut ilmu kita harus ikhlas karena Allah Taala dan seseorang tidak akan
mendapat ilmu yang bermanfaat jika ia tidak ikhlas karena Allah. Padahal mereka tidak
disuruh kecuali agar beribadah hanya kepada Allah dengan memurnikan ketaatan hanya
kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan memurnikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. AlBayyinah:5)
Orang yang menuntut ilmu bukan karena mengharap wajah Allah termasuk orang
yang pertama kali dipanaskan api neraka untuknya. Rasulallah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, Barangsiapa yang menuntut ilmu syari yang semestinya ia lakukan
untuk mencari wajah Allah dengan ikhlas, namun ia tidak melakukannya melainkan
untuk mencari keuntungan duniawi, maka ia tidak akan mendapat harumnya aroma surga
pada hari kiamat. (HR. Ahmad)
3.
Dalam menuntut ilmu syari diperlukan kesungguhan. Tidak layak para penuntut ilmu
bermalas-malasan dalam mencarinya. Kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat
dengan izin Allah apabila kita bersungguh-sungguh dalam menuntutnya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam barsabda, Dua orang yang rakus yang tidak
pernah kenyang: yaitu (1) orang yang rakus terhdap ilmu dan tidak pernah kenyang
dengannya dan (2) orang yang rakus terhadap dunia dan tidak pernah kenyang
dengannya. (HR. Al-Baihaqi)
4.
Menjauhkan diri dari dosa dan maksiat dengan bertaqwa kepada Allah Taala
5. Tidak boleh sombong dan tidak boleh malu dalam menuntut ilmu
Dua orang yang tidak belajar ilmu: orang pemalu dan orang yang sombong
(HR. Bukhari secara muallaq)
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia
perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. AtTahriim: 6).
Hal yang harus diperhatikan oleh penuntut ilmu, apabila dakwah mengajak
manusia ke jalan Allah merupakan kedudukan yang mulia dan utama bagi seorang
hamba, maka hal itu tidak akan terlaksana kecuali dengan ilmu. Dengan ilmu, seorang
dapat berdakwah dan kepada ilmu ia berdakwah. Bahkan demi sempurnannya dakwah,
ilmu itu harus dicapai sampai batas usaha yang maksimal. Syarat dakwah:
Aqidah yang benar, seorang yang berdakwah harus meyakini kebenaran aqidah
Salaf tentang Tauhid Rububiyyah, Uluhiyyah, Asma dan Shifat, serta semua yang
berkaitan dengan masalah aqidah dan iman.
Manhajnya benar, memahami Al-quran dan As-sunnah sesuai dengan pemahaman
Salafush Shalih.
Beramal dengan benar, semata-mata ikhlas karena Allah dan ittiba (mengikuti)
contoh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tidak mengadakan bidah, baik dalam
itiqad (keyakinan), perbuatan, atau perkataan.
Adab-adab ini merupakan senjata yang harus dimiliki oleh para penuntut ilmu
syari dan harus diterapkan dalam kehidupannya agar ilmunya membuahkan hasil berupa
pembersihan terhadap jiwa dan keistiqomahan dalam akhlak serta penerimaan di tengahtengah manusia, sehingga manusia mengikuti dan meneladani mereka.
b.
Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadist, maka terdapatlah beberapa suruhan
yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu,
agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan.
Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat
atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadist Nabi Muhammad
saw :
Artinya : Menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun
perempuan. (HR. Ibn Abdulbari).
Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan pemeluknya agar
menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui segala kemashlahatan dan jalan
kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat meninjau dan menganalisa segala pengalaman
yang didapati oleh umat yang lalu, baik yang berhubungan dangan aqaid dan ibadat, baik yang
berhubungan dengan soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.
Nabi Muhammad saw.bersabda:
Artinya : Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia,
wajiblah ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) diakhirat,
wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang meginginkan kedua-duanya,
wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula.(HR.Bukhari dan Muslim)
Islam mewajibkan kita menuntut ilmu-ilmu dunia yang memberi manfaat dan berguna
untuk menuntut kita dalam hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan kita di dunia, agar tiaptiap muslim jangan picik dan agar setiap muslim dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan yang dapat membawa kemajuan bagi penghuni dunia ini dalam batas-batas yang
diridhai Allah swt.
Oleh karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa arab, ilmu sains
seperti perubatan, kejuruteraan, ilmu perundangan dan sebagainya adalah termasuk dalam ilmu
yg tidak diwajibkan untuk dituntuti tetapi tidaklah dikatakan tidak perlu kerana ia adalah
daripada ilmu fardhu kifayah. Begitu juga dengan ilmu berkaitan tarekat ia adalah sunat
dipelajari tetapi perlu difahami bahawa yg paling aula (utama) ialah mempelajari ilmu fardhu
ain terlebih dahulu. Tidak mempelajari ilmu fardhu ain adalah suatu dosa kerana ia adalah
perkara yg wajib bagi kita untuk dilaksanakan dan mempelajari ilmu selainnya tiadalah menjadi
dosa jika tidak dituntuti, walau bagaimanapun mempelajarinya amat digalakkan Ilmu yang
diamalkan sesuai dengan perintah-perintah syara. Hukum wajibnya perintah menuntut ilmu itu
adakalanya wajib ain dan adakalnya wajib kifayah. Sedang ilmu yang wajib kifayah hukum
mempelajarinya, ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu
hadist dan sebagainya. Ilmu yang wajib ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu diketahui
untuk meluruskan aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin, dan yang perlu di
satu untuk menuangkan air dan yang satu lagi untuk membasuh kaki gurumu. Subhanallah
begitu tegas khalifah mendidik anaknya agar hormat kepada guru.
2.6 Deskripsi tentang orang yang akan memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu
Beberapa hal yang dapat memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu:
1. taat beribadah, rajin bangun malam untuk sholat tahajud dan tafakur.
2. tidak berbuat maksiat
3. memuliakan/menghormati guru (adab murid kepada guru)
4. memuliakan/menghormati sahabat (adab murid kepada sesama murid)
5. memuliakan/menghormati kitab/buku (adab murid kepada pelajaran)
6. sering bergaul/berdiskusi dengan ulama (memuliakan ulama)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Ilmu merupakan sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia karena dengan ilmu semua
keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah baik secara
lisan (perkataan), maupun berupa perbuatan (anggota badan), tanpa ilmu kesuksesan tak pernah
ketemu karena ilmu merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seperti kebutuhan manusia
akan oksigen untuk bernapas.Dalam menuntut ilmu metode yang paling baik dilakukan
yaitu,diawali dengan niat,ada restu dari orang tua,ikhtiar,bersungguh-sungguh,dan tawakal
kepada Allah SWT.Dalam menuntut ilmu kita perlu memperhatikan adab yang baik dan benar
agar ilmu yang kita dapat bisa bermanfaat dan sesuai dengan syariat islam.Orang yang akan
memperoleh kemudahan dalam menuntut ilmu ialah orang yang selalu menjalankan perintah
Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya
3.2 Saran
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan mengetahui dan mengamalkan
adab-adab dalam menuntut ilmu yang baik dan benar agar ilmu yang sudah didapatkan bisa
bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Jawas Yazid bin Abdul Qadir Adab dan Akhlak Penuntut Ilmu, Bogor: Pustaka At-Taqwa, 2013
cet. 7