Anda di halaman 1dari 10

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit


Kelapa sawit merupakan tumbuhan yang berasal dari Afrika Barat. Kelapa sawit
pertama masuk ke Indonesia pada tahun 1848, dibawa oleh seorang warga Belanda dari
Mauritius dan Amsterdam. Bibit kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut
masing-masing berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di Kebun Raya
Bogor. Hingga saat ini dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini
sebagai nenek moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara (Hadi Mustafa, 2004).
Kelapa sawit memliki tinggi yang dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya
berupa lebat, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah
kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi minyak.
Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Tempurungnya
digunakan sebagai bahan bakar dan arang. Kelapa sawit yang berkembang biak
dengan biji, tumbuh di daerah tropis, pada ketinggian 0 - 500 meter di atas permukaan
laut. Kelapa sawit menyukai tanah yang subur dan tempat terbuka, dengan kelembapan
tinggi. Kelembapan tinggi itu antara lain ditentukan oleh adanya curah hujan yang tinggi,
sekitar 2,000-2,500 mm setahun. (wikipedia,2009).

Gambar. Kelapa Sawit

Gambar. Detail Kelapa Sawit


2.1.1 Cangkang Kelapa Sawit
Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak
kelapa sawit yang cukup besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak.
Tempurung buah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif
dimanfaatkan oleh berbagai industri, antara lain industri minyak, karet, gula dan farmasi.
Selain itu tempurung kelapa sawit digunakan hanya sebagai bahan bakar pembangkit
tenaga uap dan bahan pengeras jalan (Fauzi,Yan &dkk,2002)
Prinsip pemisahan biji dari cangkangnya adalah karena adanya perbedaan berat
jenis antara inti dan cangkang. Caranya adalah dengan mengapungkan biji-biji yang telah
dipecahkan dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Dalam keadaan ini
inti kelapa sawit akan mengapung dalam larutan dan cangkang akan mengendap di
dasar. Inti dan cangkang diambil secara terpisah kemudian dicuci sampai bersih. Alat
yang digunakan untuk memisahkan inti dari cangkangnya disebut hydrocyclone
0

separator.Inti buah dimasukkan ke silo dan dikeringkan pada suhu 80 C. Selama


pengeringan harus selalu dibolak-balik agar keringnya merata.

Gambar. Cangkang Kelapa Sawit


2.1.2 Abu Cangkang Kelapa Sawit
Dalam

pemrosesan

buah

kelapa

sawit

menjadi

ekstrak

minyak

sawit,menghasilkan limbah padat yang sangat banyak dalam bentuk serat, cangkang
dan tandan buah kosong, dimana untuk setiap 100 ton tandan buah segar yang
diproses ,akan di dapat lebih kurang 20 ton cangkang, 7 ton serat dan 25 ton tandan
kosong. Untuk membantu pembuangan limbah dan pemulihan energi,cangkang dan serat
ini

digunakan

lagi

sebagai

bahan

bakar

untuk

menghasilkan

uap

pada

penggilingan minyak sawit.setelah pembakaran dalam ketel uap,akan dihasilkan 5% abu


(oil palm ashes) dengan ukuran butiran yang halus. Abu hasil pembakaran ini biasanya
dibuang dekat pabrik sebagai limbah padat dan tidak dimanfaatkan.
Jika unsur silika (SiO2) ditambahkan dengan campuran beton, maka unsur
silika tersebut akan bereaksi dengan kapur bebas Ca(OH)2 yang merupakan unsur lemah
dalam beton menjadi gel CSH baru. Gel CSH merupakan unsur utama yang
mempengaruhi kekuatan pasta semen dan kekuatan beton.
Bambang Subiyanto (Subiyanto.B, 2007) melaporkan bahwa pengaruh penggantian
sebagian agregat kasar kerikil dengan agregat arang cangkang sawit dapat menurunkan kuat tekan
beton yang menunjukkan selain pengaruh persentase penggantian juga dipengaruhi oleh metode
perawatan. Gambar 3 berikut menggambarkan hasil uji kuat tekan beton dengan agregat kasar
arang cangkang sawit 0%, 50 % dan 100% dengan agregat kasar arang cangkang sawit 0%, 50%
dan 100% dengan variasi perawatan direndam dalam ruangan lembab.

Gambar 3. Kuat tekan beton arang cangkang sawit pada umur 7 dan 28 hari
A

Beton Normal perawatan ruang lembab

Beton Normal Perawatan dengan cara perendaman

Beton dengan agregat kasar 50% arang cangkang sawit dirawat dalam ruang lembab

Beton dengan agregat kasar 50% arang cangkang sawit dirawat dengan perendaman

Beton dengan agregat kasar 100% arang cangkang sawit dirawat dalam ruang lembab

Beton dengan agregat kasar 100% arang cangkang sawit dirawat dengan perendaman
Gambar 3 menunjukkan bahwa penggunaan arang cangkang sawit sebagai bahan cam-

puran beton tidak dapat menghasilkan kuat tekan yang memadai sebagai beton struk- tural namun
masih memungkinkan untuk digunakan sebagai beton ringan nonstruk- tural.

2.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian yang memanfaatkan arang cangkang sawit sudah beberapa kali dilakukan,
berikut beberapa penelitian tersebut;
Narayanan, et al (2007), melakukan penelitian dengan judul Flexural Behaviour of
Precast Slab Made of Ops Lightweight Concrete; Hasil pengujiannya menunjukkan
initialcrack load beton OPS mendekati 50% initial crack load beton coarse aggregate
sandstone dan Granit begitu juga failure load yang dicapai.
Fitriyani (2010) melakukan penelitian dengan judul penelitian Pengaruh Abu
Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Bahan Tambahan Pada Pembuatan Batako, dalam
penelitian ini ditambahkan abu cangkang kelapa sawit pada campuran batako dengan
komposisi 0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% dari berat pasir yang digunakan, hasil
pengujian menunjukkan Kuat tekan batako dengan campuran abu cangkang kelapa sawit
pada komposisi 10% dan 20% hampir menyamai kuat tekan batako normal, penyerapan air
batako dengan menggunakan abu cangkang kelapa sawit yaitu 15,03%-23,13% lebih besar
dari batako normal, densitas pada batako dengan menggunakan abu cangkang kelapa
3
3
sawit yaitu 1,69 gr/cm -1,41gr/cm lebih rendah dari batako normal.

Tahun 2009 Syaifullah Ali dari jurusan teknik sipil Politeknik Negeri Padang
melakukan penelitian yaitu mengenai Karakteristik Marshall Campuran Hot Rooled Sheet
(HRS) yang Mengandung Cangkang Kelapa Sawit Sebagai Agregat Kasar. Melalui
penelitiannya dia mencoba mencari alternatif bahan lain yang dapat digunakan sebagai
agregat dalam campuran aspal, dia mencoba memanfaatkan limbah cangkang kelapa sawit
sebagai pengganti sebagian agregat kasar dalam campuran HRS.
Dari semua hasil yang diperoleh ternyata karakteristik campuran HRS dapat
dipenuhi, sehingga cangkang kelapa sawit yang selama ini hanya sebagai limbah yang
dibuang begitu saja dapat digunakan sebagai pengganti sebagian agregat kasar dalam
campuran beraspal terutama campuran HRS-WC.
Arifal Hidayat, ST, MT dan Anton Ariyanto, M.Eng juga melakukan penelitian
mengenai Pengaruh Penambahan Cangkang Kelapa Sawit Terhadap Kuat Tekan Beton Fc
30 MPa. Dalam penelitiannya mereka mencoba memanfaatkan limbah cangkang kelapa
sawit sebagai pengganti sebagian agregat kasar pada campuran beton. Dengan penelitian ini
diharapkan dapat menghasilkan beton dengan mutu yang baik dan tidak menurunkan nilai
kekuatan beton, selain itu juga dapat mengurangi dampak negative dari limbah cangkang
kelapa sawit terhadap lingkungan. Perencanaan campuran brton menggunakan DoE
(Departement of Enviroment) yang berlaku di Indonesia.
Berdasarkan penelitian diperoleh peningkatan kuat tekan beton dengan penggunaan
cangkang kelapa sawit yaitu dengan presentase 5% dari berat agregat kasar.
F. Elsa Putra (2003), telah mengadakan penelitian

terhadap

cangkang

kelapa

sawit guna mendapatkan suatu bahan baru untuk beton. Dari penelitian tersebut dihasilkan
beton ringan struktural yang diperoleh dengan mengganti agregat kasar (kerikil) dengan
material yang lebih ringan yaitu cangkang kelapa sawit.
Dwina Archenita (2004) juga telah melakukan penelitian dengan memanfaatkan
cangkang kelapa sawit ini sebagai pengganti agregat kasar untuk bahan perkerasan jalan
pada campuran Asphaltic Concrete (AC) dengan metode marshall. Dari penelitian ini
diperoleh hasil yang
agregat 25%.

memenuhi spesifikasi untuk campuran AC pada komposisi

2.3 Beton Ringan


Berat jenis beton dengan agregat ringan yang kering udara sangat bervariasi,
tergantung pada pemilihan agregatnya, apakah pasir alam atau agregat pecah yang ringan
3

halus yang dipergunakan. Berat jenis sebesar 1850 kg/m

dapat dianggap sebagai

batasan atas dari beton ringan yang sebenarnya, meskipun nilai ini kadang- kadang
melebihi.(Murdock,L.J,1991).
Secara garis besar bila diringkas pembagian penggunaan beton ringan dapat
dibagi tiga yaitu:
3

(1) Untuk nonstruktur dengan berat jenis antara 240 kg/m sampai 800 kg/m dan kuat
tekan antara 0.35 MPa sampai 7 MPa yang umumnya digunakan seperti untuk dinding
pemisah atau dinding isolasi.
3

(2) Untuk struktur ringan dengan berat jenis antara 800 kg/m sampai 1400 kg/m dan
kuat tekan antara 7 MPa sampai 17 MPa yang umumnya digunakan seperti untuk
dinding yang juga memikul beban.
3

(3) Untuk struktur dengan berat jenis antara 1400 kg/m sampai 1800 kg/m dan kuat
tekan lebih dari 17 MPa yang dapat digunakan sebagaimana beton normal.
(Wisnuwijanarko,2008)
2.4 Semen
Semen adalah bahan anorganik yang mengeras pada pencampuran dengan air.
Yang paling sering digunakan sebagai perekat pada bahan bangunan adalah semen
portland. Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi
utamanya adalah kalsium dan aluminium silikat. Penambahan air pada mineral ini
menghasilkan suatu pasta yang jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti
batu. (Surdia,T.,1999).
Semen Portland adalah semen hidrolis yang terutama terdiri dari silikat-silikat
kalsium yang bersifat hidraulis bersama bahan-bahan tambahan yang biasa digunakan
yaitu gypsum. (Segel,R,.Ing P.K & G.H,kusuma,1997)
Semen portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi
utamanya adalah kalsium atau batu kapur (CaO), Alumunia (Al2O3), Pasir silikat
(SiO2) dan bahan biji besi (FeO2) dan senyawa-senyawa MgO dan SO3, penambahan air

pada mineral ini akan menghasilkan suatu pasta yang jika mengering akan mempunyai
kekuatan seperti batu.(Nawy.G.Edward, 1990).
2.4.1 Jenis-Jenis Semen
Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campurn serta
susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
a. Semen non-hidrolik
Semen non hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan
tetapi dapat mengeras di udara.Contoh utama dari semen non hidrolik adalah kapur.
b. Semen hidrolik
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam
air. contoh dari semen hidrolik yaitu:
1.

Kapur hidrolik

2.

Semen Pozollan

3.

Semen Terak

4.

Semen Alam

5.

Semen Portland

6.

Semen Portland Pozzolan

7.

Semen Putih

8.

Semen Alumina

2.5 Agregat
Agregat adalah bahan-bahan campuran beton yang saling diikat oleh perekat
semen. Agregat yang umum dipakai adalah pasir; kerikil dan batu-atu pecah.
Pemilihan agregat tergantung dari:

Syarat-syarat yang ditentukan beton

Persedian lokasi pembuatan beton

Perbandingan yang telah ditentukan antara biaya dan mutu


(Sagel,R.&dkk,1997)

2.5.1 Jenis-jenis Agregat


Secara umum agregat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu agregat kasar dan halus;
1. Agregat Kasar
Agregat disebut agregat kasar apabila ukurannya sudah melebihi in.(6 mm).
Sifat agregat kasar mempengaruhi kekuatan akhir beton keras dan daya tahannya
terhadap disentegrasi beton, cuaca dan efek-efek perusak lainnya. Agregat kasar mineral
ini harus bersih dari bahan-bahan organik dan harus mempunyai ikatan yang baik dengan
gel semen (Nawy,G.E.,1990). Agregat kasar ini biasanya dinamakan kerikil, spilit,
batu pecah, kricak dan lainnya.
2. Agregat Halus
Agregat halus merupakan pengisi yang berupa pasir. Agregat halus yang baik
harus bebas dari bahan organik dan lempung. Pasir yang digunakan dalam campuran
beton jika dilihat dari sumbernya dapat berasal dari sungai ataupun dari galian tambang
(quarry). Di daerah tertentu, pasir dapat mengandung mineral-mineral berat. Pasir kasar
alami biasanya dapat memenuhi syarat gradasi zona I dari British Standart (B.S), tetapi
mineral halusnya yang berukuran lebih kecil dari 0,3 mm tidak cukup banyak. Pasir yang
masuk zona II dan III dapat juga ditemukan dalam pasir alami, tetapi biasanya banyak
mengandung silt dan tanah liat. Agregat halus (pasir alam) yang berasal dari sumber
ini biasanya berbutir halus dan berbentuk bulat-bulat akibat proses gesekan, sehingga
daya lekat antara butirannya agak kurang. Agregat seperti ini cocok dipakai untuk
campuran plesteran karena butir-butirnya halus (Mulyono,T.,2004).
2.6 Kekuatan Agregat
Kekuatan beton tidak lebih tinggi dari kekuatan agregat, oleh karena itu sepanjang
kekuatan tekan agregat lebih tinggi dari beton yang akan dibuat maka agregat
tersebut masih cukup aman digunakan sebagai campuran beton. Beton mutu tinggi yang
mengalami konsentrasi tegangan lokal cenderung mempunyai tegangan lebih tinggi dari
pada kekuatan seluruh beton.
Faktor Yang Mempengaruhi Kekuatan Agregat
Kekuatan agregat dapat bervariasi dalam batas yang besar.Butir-butir agregat

dapat bersifat kurang kuat karena dua hal:


1.

Karena terdiri dari bahan yang lemah atau terdiri dari partikel yang kuat tetapi
tidak baik dalam hal pengikatan. Granite misalnya terdiri dari bahan yang kuat dan
keras yaitu kristal quarts dan feldspar, tetapi bersifat kurang kuat dan modulus
elastisitasnya rendah. Hal ini terjadi karena butir-butir granit tidak terikat dengan
baik.

2. Porositas yang besar. Porositas yang besar mempengaruhi keuletan yang menentukan
ketahanan terhadap benda kejut.
Cara Pengujian Kekuatan Agregat
Untuk menguji kekuatan agregat dapat menggunakan bejana Rudelloff ataupun
los Angelos Test. Bejana Rudelloff yang banyak digunakan di negara Inggris berupa
bejana yang berbentuk silinder baja dengan garis tengah bagian dalam 11.8 cm dan
tingginya 40 cm dengan dilengkapi stempel pada dasarnya. Cara pengujiannya butiran
agregat dimasukan kedalam silinder tersebut dan diletakkan stempel kemudian ditekan
dengan gaya tekan 20 ton selama 20 menit. Bagian yang hancur yang lebih kecil dari 2
mm kemudian ditimbang. Beratnya merupakan ukuran dari kekuatan agregat yang
dinyatakan dalam persen hancur. Semakin banyak bagian yang hancur semakin rendah
kekuatan agregat tersebut.(Mulyono,T.,2004)
Kuat tarik-belah beton benda uji silinder beton ialah nilai kuat tarik tidak
langsung dari benda uji beton berbentuk silinder yang diperoleh dari hasil pembebanan benda
uji tersebut yang diletakkan mendatar sejajar dengan permukaan meja penekan mesin
uji. Kuat tarik belah seperti inilah yang diperoleh melalui metode pengujian kuat tarik-belah
dengan Universal Testing Machine (UTM).

Gambar. Alat Uji Kuat Tarik Belah


Penelitian menggunakan dilakukan dengan menggunakan sampel beton berbentuk
silinder dengan mutu beton yang sudah direncanakan, sehingga dapat diperoleh besaran-besaran
yang akan diteliti. Adapun besaran yang dipakai sebagai acuan untuk mengetahui kuat tarik
beton adalah nilai kuat tarik yang didapatkan dari hasil splitting test dengan alat UTM (Universal
Testing Machine).

Pengujian kekuatan tekan beton dilakukan dengan menggunakan mesin tekan.


Hasil massa beban maksimum akan terbaca dalam satuan ton. Benda uji diletakkan
pada bidang tekan mesin secara sentris. Pembebanan dilakukan secara perlahan sampai
beton mengalami kehancuran.

Gambar. Alat Uji Kuat Tekan Beton

Anda mungkin juga menyukai