Padang, 7 September
2015
Ketua Panitia,
Kegiatan
07.30 08.00
08.00 09.45
Sesi I
Waktu
10.00 12.00
Bangsa
Moderator: Dr Wannofri Samry
12.00-13.00
ISHOMA
Sesi II
Waktu
13.00 15.00
16.00 17.30
Zulfa
Universitas Andalas
Enimay
Aslinda dkk
Universitas Andalas
Universitas Andalas
Eka Jaya PU
Universitas Andalas
Kegiatan
Pendaftaran dan Morning coffee
Sesi IV (Paralel)
Time
08.00 10.00
Topik: Pluralisme
Dr Lindayanti M. Hum
Dr Anatona M.Hum
Universitas Andalas
Universitas Andalas
Jambi 1970-2012
Yuver Kusnoto
Witrianto dkk
Universitas Andalas
10.00 10.30
Coffee Break
Sesi V
Waktu
10.30 12.30
Moderator: Dr Nopriyasman
12.30-13.30
Istirahat dan makan siang, Lt 1 Jurusan Sejarah dan Ruang seminar FIB
Unand.
Penutupan
Waktu
15.30 16.00
Kegiatan
Upacara Penutupan
Pidato Penutupan: Dekan FIB Unand, Prof Dr Gusti Asnan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR PANITIA
DAFTAR ISI
1. Pemakalah Utama Seminar Nasional 70 Tahun Indonesia Merdeka Tentang Revolusi
A. Revolusi Nasional di Indonesia Awal Kemerdekaan.
Oleh: Prof Dr Mestika Zed (Universitas Negeri Padang )
B. Djawatan Pos Telegraph Telepon sebagai Pendukung Mata Rantai Republik
Indonesia di Sumatera Barat
Oleh: Purnawan Basundoro (Universitas Airlangga)
C. Menjadikan PDRI sebagai Semangat Baru Pembangunan di tengah Krisis
Bangsa
Oleh: Lismomon Nata (Universitas Andalas)
2. Pembangunan Maritim
Pembangunan Poros Maritim dan Arah Baru Pembangunan Nasional
Oleh: Andrinof Chaniago (Menteri PPN/Kepala Bappenas RI 2014-2015)
B.
Sejarah Maritim di Indonesia Abad 19
Oleh: Prof Dr Gusti Asnan (Universitas Andalas)
C.
Gambaran Latar Belakang Sejarah Maritim Abad 18-20: Pelabuhan Pantai
A.
B. Pemukiman Orang Laut sebagai Bentuk Identitas Kearifan Lokal & Refleksi
Budaya Melayu Kalimantan Barat
Oleh: Yuver Kusnoto (IKIP PGRI Pontianak)
C. Jalan Terjal Membentuk Karakter Bangsa: Dialetika Petani Versus PengusahaPenguasa di Sumatera Barat, Riau dan Jambi 1970-2010
Oleh: Drs Zaiyardam Zubir M. Hum (Universitas Andalas)
B. Pendidikan dan Nasionalisme
A. Semangat PDRI dalam Membentuk Pendidikan Berkarakter
Oleh: Dr Anatona (Universitas Andalas)
B. Pembentukan Karakter Bangsa Melalui Pembelajaran Sejarah dengan
menggunakan Simbol Nasionalisme pada SLTA di Sumatera Barat
Oleh: Witrianto dkk (Universitas Andalas)
C. Khasanah Permikiran Politik Nusantara
Oleh: Tamrin (Universitas Andalas)
KUMPULAN ABSTRAK
REVOLUSI KEMERDEKAAN RI DAN KONTRIBUSI PDRI DALAM
MENYAMBUNG NYAWA REPUBLIK *)
*)*) Makalah Pengantar untuk Seminar nasional bertajuk 70 Tahun Medeka: Kebangkitan Indonesia
dan Perkembangan Nasionalisme di Duia Melayu, diselenggarakan oleh Jurusan Sejarah, FIB,
Unand, 7-9 September 2015,
1 Makalah ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis yang tergabung dalam LSPEU
Indonesia (Jakarta) bekerjasama dengan PT Pos Indonesia pada 2008-2009. Pernah dimuat pada
Imam Ahmad, Kholid Novianto, dan Purnawan Basundoro, Melayani Rakyat Menjaga Negara:
Sejarah Sosial, Politik dan Ekonomi PT Pos Indonesia (Persero), (Jakarta: LSPEU Indonesia, 2011).
2 Dosen pada Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Surabaya.
yang tak ternilai dalam rangka ikut serta mempertahankan eksistensi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
ABSTRAK
Indonesia jika kita pahami dengan seksama, tentu kita bersepakat bahwa ia adalah sepetak
tanah sorga yang Tuhan perlihatkan kepada manusia di bumi ini. Ada beberapa potensi yang
ia miliki yang mungkin saja tidak ada pada bangsa dan negara lain. Pertama, Indonesia
memiliki letak secara geografis sangat strategis, yaitu pada persilangan dua benua dan dua
samudera serta dengan wilayah laut yang luas sebagai tempat lalu lintas perdagangan dunia.
Kedua, Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah ruah, hutan, hewan, hingga kekayaan laut
tiada tara yang memberikan kemudahan dan dapat dijadikan sebagai modal untuk
keberlangsungan kehidupan. Ketiga, otak orang Indonesia adalah otak segar yang
merupakan sebuah kekeyaan yang tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan kekayaan
alam. Kondisi negara yang dijuluki dengan zamrud khatulistiwa ini, semakin berwarna
ketika bangsa Indonesia adalah masyarakat yang majemuk.
Kemajemukan itu dapat dilihat dari lima ratus suku bangsa atau etnik dan bahasa yang
dimilikinya3. Menurut J.S Furnivall masyarakat majemuk diartikan sebagai suatu masyarakat
yang terdiri dari dua atau lebih elemen yang hidup sendiri- sendiri tanpa adanya pembauran
satu sama lain, namun dipersatukan oleh satu payung politik yang sama. Pada konteks ini
tentu saja keberagaman tersebut disatukan di bawah satu payung Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
ABSTRAK
Kehidupan masyarakat di kawasan pesisir Sumatra Barat pada umumnya tergantung
pada kelautan. Banyak di antara mereka yang menjadi nelayan dan menggunakan perahu
sebagai alat tangkap ikan. Kebutuhan nelayan terhadap perahu dipenuhi oleh industri
pembuatan perahu yang dilakukan oleh nelayan setempat. Kawasan pesisir Sumatra Barat
merupakan kawasan perkampungan nelayan. Keterampilan nelayan dalam industri
pembuatan perahu telah berlangsung secara turun temurun dari orangtua mereka. Disamping
menangkap ikan di laut, nelayan juga memiliki kerja sampingan di bandar-bandar atau
pelabuhan, yakni berdagang alat-alat yang digunakan untuk menangkap ikan. Pembuatan
perahu dilakukan oleh nelayan yang juga mahir sebagai tukang perahu. Perahu yang sudah
selesai dikerjakan, kemudian digunakan oleh nelayan setempat untuk menagkap ikan alat
transportasi laut. Proses pemilikan perahu oleh nelayan dimulai dengan pemesanan kepada
tukang perahu. Proses pembuatannya berjalan dalam waktu yang cukup lama sampai selesai
sehingga perahu itu layak laut. Industri pembauatan perahu menerima pesanan perahu dari
nelayan atau pengusaha perahu yang disewakan kepada nelayan lain. Perahu digerakan
dengan cara didayung atau penggunaan mesin tempel untuk penariknya. Perahu yang sudajh
dipesan kemudian dilengkapi dengan mesin tempel berbahan bakar solar. Proses pembuatan
perahu kadang-kadang memiliki kendala karena berbagai faktor, terutama kendala dalam
bahan baku pembuatan perahu dan musim tukang pershu bekerja. Pada tingkat sederhana
sebuah perahu dibuat dari batang pohon kayu yang dipotong sepanjang lebih kurang 4 meter
dengan diameter antara 75 - 100 centimeter. Namun pada masa kini kayu yang berukuran
4 Dr. Mhd. Nur, M.S. adalah staf Pengajar Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas, dan staf
Pengajar pada Program Studi Sejarah Program Pascasarjana Universitas Andalas. Makalah disampaikan pada
Seminar 70 Tahun Indonesia Merdeka, Kebangkkkitan Indonesia dan Perkembagan Nasionalisme di Dunia
Melayu pada 7-9 September 2015 di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Padang.
besar tidak tersedia sehingga perahu dibuat dalam bentuk kerangka yang ditambah dengan
papan-papan.
GAMBARAN LATAR BELAKANG SEJARAH MARITIM ABAD KE-18 HINGGA
KE-20
PELABUHAN PANTAI BOGAK, KECAMATAN TANJUNG TIRAM,
KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA
Oleh :
Lila Pelita Hati1, Rita M Setianingsih2, Fitriaty Harahap3
ABSTRAK
Keberadaan dari tinggalan sejarah dan arkeologi dan berita-berita sejarah dan
arkeologi di daerah wilayah pesisir timur Sumatera bagian utara pada umumnya dan di Pantai
Bongak, Kecamatan Tanjung Tiram, akan memberikan gambaran tentang adanya berbagai
aktivitas dan perjalanan panjang dari sejarah kebudayaan manusia di masa abad ke-18 hingga
ke-20.
Pada Januari 2008 di dasar pasir bibir Pantai Bogak di depan Perumahan Nelayan
(Perumnel), Dusun XII Desa Bogak, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara,
Provinsi Sumatera Utara telah ditemukan sebuah sampan. Setelah diteliti dapat diketahui
bahwa sampan tersebut merupakan benda cagar budaya yang berkaitan erat dengan
kehidupan masyarakat di daerah tersebut setidaknya pada awal ke-18. Saat banyak pelaut dan
pedagang berbagai negeri dan bangsa menyemarakan kehidupan perekonomian. Serta
ditemukan juga ditemukan berupa keramik dari Cina dan uang logam VOC tahun 1734, 1752,
1760, 1780, 1781, 1788 dan 1790.
Penelitian ini mencoba mengungkap untuk menggali sumber sejarah dan arkeologi
daerah Kecamatan Tanjung Tiram serta menguraikan peranan pelabuhan Pantai Bogak pada
abad ke-18 hingga ke-20 dalam dunia maritim di pantai timur. Demikian juga hal ini
merupakan penggalian jati diri daerah dalam hal ini adalah Kabupaten Asahan, Kecamatan
Tanjung Tiram, Provinsi Sumatera Utara dan yang sekaligus merupakan jati diri bangsa
Indonesia.
Adapun penelitian dilakukan melalui pendekatan sejarah dan arkeologi. Metode yang
digunakan adalah pengumpulan data, pengolahan data, analisis, serta penyusunan
rekomendasi. Proses pengumpulan data diberlakukan atas dua jenis informasi, yakni
tinggalan sejarah dan arkeologi. Pengumpulan data diberlakukan atas data primer melalui
observasi dan data sekunder (melalui laporan, daftar inventaris, dan hasil studi).
Kata Kunci : benda cagar budaya, sampan, pelabuhan kuna
1
2
Lektor Kepala di Fakultas Ilmu Budaya, Departemen Sejarah Universitas Sumatera Utara
Makalah dipresentasikan di Seminar Nasional universitas Andalas, Padang, 7 Sepetember 2015 sampai 9
September 2015.
Abstrak.
Penyelenggaraan program transmigrasi pada dasarnya merupakan pembangunan
wilayah dalam rangka peningkatan taraf hidup serta pemanfaatan sumber daya alam dan
manusia.
Penyelenggaraan
program
ini
dilakukan
dengan
cara
memindahkan
penduduk . Melihat sasaran dari transmigrasi maka dapat dikatakan bahwa dengan
memindahkan penduduk, diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
dari transmigran tersebut .
Di Indonesia memindahkan penduduk telah dimulai sejak tahun 1905. Istilah
transmigrasi pada zaman Hindia Belanda disebutKolonisasi. Setelah kemerdekaan, program
pemindahan penduduk dari Jawa namanya diganti menjadi transmigrasi.
Pemindahan penduduk, ini ada yang dilakukan antar Sumatera dan ada juga dari Jawa
ke Sumatera. Program pemindahan penduduk di Sumatera Barat di tempatkan di Kabupaten
Pasaman, Kabupaten Damasraya dan Kabupaten Pesisir Selatan. Memindahkan penduduk ke
Sumatera Barat ,di Kabupaten Pasaman masa Hindia Belanda dimulai sejak tahun 1936 dan
tahun 1941. Tahun 1941 itu, orang orang dari Jawa ini dipindahkan di Pasaman di Desa
Baru. masa Orla pemindahan penduduk dilakukan di beberapa desa, yaitu tahun 1941 di
Desa Baru , tahun 1954 masih di Desa Baru, tahun 1954 itu juga penduduk dipindahkan di
Tongar dan tahun 1964 di Kinali. Pada masa Orba tahun 1974 memindahkan penduduk dari
jawa masih di Tongar. Masa Reformasi tahun 1975, penduduk dari Jawa di pindahkan di
Kabupaten Damasraya,di Sitiung di Kampung Baru dan tahun 1980-an penduduk dari Jawa
dipindahkan ke Lunang di Kabupaten Pesisir Selatan.
ABSTRAK
PERDAGANGAN KARET PADA AWAL ABAD KE-20
DI KALIMANTAN BARAT
Eka Jaya PU* (jaya_240183@yahoo.co.id)
Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, dimana posisi
strategis negara masuk dalam lalu lintas perdagangan internasional. Pembangunan ekonomi
mensyaratkan untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Pada abad ke-20, karet merupakan
komoditi yang paling dicari di pasar internasional. Pendapatan perdagangan luar negeri
didomonasi melalui tanaman karet mentah, getah perca, getah jelutung dan getah hanghang.
Perkembangan nilai ekspor tanaman karet semakin meningkat, sehingga orang-orang Dayak
dan Melayu awalnya menanam tanaman pangan guna kebutuhan hidup sehari-hari, dan
beralih membudidayakan tanaman karet. Peran orang-orang Tionghoa sebagai perantara
sangat penting untuk mengekpor karet langsung ke Singapura dan wilayah lainnya sehingga
berdampak pada ramainya pelabuhan-pelabuhan sungai yang langsung bermuara ke laut.
Pontianak merupakan bandar besar yang menghubungkan pelayaran dan perdagangan antara
pusat dan daerah pedalaman.
Pada 1920an perdagangan karet mencapai puncaknya, dan berpengaruh terhadap
pemerintah Hindia Belanda. Bugis, Cina, Arab dan Melayu juga memberikan kontribusi
pertumbuhan pelabuhan baik di pusat maupun daerah pedalaman, sehingga sungai adalah
jalur lalu lintas yang sangat prinsip pada saat itu. Peningkatan nilai ekspor karet Kalimantan
Barat berkaitan dengan kebutuhan karet pada perang di Eropa. Dalam hal ini peran petani
kecil sangat besar dalam peningkatan perdangangan karet. Posisi Singapura sebagai
pertemuan jalur perkapalan dan menjadi bandar atau pelabuhan transit untuk hasil bumi dari
pulau-pulau sekitarnya. Pedagang-pedagang Cina menyulap Singapura sebagai kota dagang
terbesar di dunia. Secara tidak langsung Cina mendesak pelayaran perahu pribumi mengikuti
jalur perdagangannya sampai ke pedalaman.
Kata kunci : Perdagangan, Karet, Kalimantan Barat
* Staf Pengajar Prodi Pendidikan Sejarah IKIP PGRI Pontianak
karyawan-karyawan dagang bangsa tersebut yang berasal dari suku Nias. Setelah era
Portugis, kesenian ini dikembangkan oleh suku Nias sebagai kelompok minoritas yang datang
dari kepulauan Nias. Pada awal pertumbuhan kesenian ini hanya dapat dipentaskan di ruang
tertutup disebuah gedung/rumah berbentuk lingkaran, disebut rumah bola dan saat sekarang
telah ditampilkan di pentas-pentas terbuka. Sebagai seni pertunjukan yang bersifat hiburan
dan unsur tambahan dalam pertunjukan yaitu minuman keras dan permainan judi dapat
dipastikan bahwa kesenian ini adalah pengaruh Barat yang seharusnya tidak dapat
berkembang di kota Padang yang majoritas penduduknya adalah suku Minangkabau yang
pada prinsipnya menentang kehadiran judi dan minuman keras yang bertentangan dengan
adat basandi Syarak dan Syarak basandi Kitabullah. Namun kenyataannya kesenian ini dapat
eksis dalam masyarakat kota Padang.
Abstrak
Malaysia merupakan salah satu kawasan rantau orang Minangkabau. Perantauan telah
berlangsung abad ke-15. Mereka bertebaran hampir di seluruh kawasan Malaysia. Salah satu
kawasan yang banyak dihuni oleh masyarakat Malaysia keturunan Minangkabau ialah Daerah
Gombak, Selangor Darul Ehsan. Tulisan ini mencoba menelusuri jejak keminangkabauan dari
segi bahasa tepatnya pada salah satu unit bahasa, iaitu fonem. Penelusuran dilakukan dengan
cara membandingkan fonem bahasa Minangkabau asal yang digunakan di Bonjol Kabupaten
Pasaman. Dari perbandingan akan diperoleh fonem mana yang sama dan berbeda antara
bahasa yang digunakan kedua kelompok masyarakat tersebut. Perbezaan yang ada
menunjukkan telah terjadi perubahan bahasa. Selain itu, dalam tulisan ini juga akan
dijelaskan faktor-faktor yang menyebabkan perubahan.
Kata kunci: sejarah, merantau, bahasa, Minangkabau, Melayu.
Makalah ini dipresentasikan dalam Seminar Nasional 70 Tahun Indonesia Merdeka: Kebangkitan
Indonesia Dan Perkembangan Nasionalisme di Dunia Melayu, diselenggarakan Jurusan Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Andalas di Padang pada tanggal 7-9 September 2015.
ABSTRACT
The topic of this article is selected with a view to find out the principal case of the
antagonists name change for the god Indra in the Sanskrit tradition, Wrtra,
which at the time
is transformed into Old Javanese tradition, become Wrta.
Both Wrtra
and Wrta
refer to the
same figure, but it has a meaning opposite to each other. Thus, the case of the Wrtras
name
sea
5 Mahasiswa Jurusan Sastra Nusantara, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
mengalami perubahan ke arah kemusnahan. Refleksi pemukian orang laut sebagai salah satu
kearifan lokal menjadi kajian penting untuk mempertahankan kekayaan lokal sebagai penguat
identitas bangsa.
Kata kunci pemukiman orang laut, identitas kearifan local, refleksi budaya
ABSTRAK
Sebuah episode penting dalam sejarah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia
menjelang periode akhir Revolusi Fisik ialah berdirinya Pemerintah Darurat Republik
Indonesia (PDRI). Hadirnya PDRI sebagai konsekuensi politik dari Agresi Belanda II tanggal
19 Desember 1948 dan ditawannya para pemimpin Republik Indonesia (RI) termasuk
Soekarno dan Hatta. Selama sekitar 6 bulan hingga pertengahan tahun 1949, PDRI telah
memainkan peranannya berjuang mempertahankan eksistensi pemerintahan RI. Meski
Presiden dan Wakil Presiden berada dalam tawanan Belanda. roda pemerintahan RI yang
didukung rakyat bersama TNI tetap berjalan. Sekarang PDRI sudah tidak ada. Ketua PDRI
Mr. Sjafruddin Prawiranegara telah mengembalikan mandat yang diembannya kepada
Presiden dan Wakil Presiden RI yang telah dibebaskan di Yogyakarta beberapa bulan
menjelang pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda tanggal 27 Desember 1949. Adakah
kontribusi semangat PDRI dalam pembentukan pendidikan berkarakter bangsa Indonesia?
Makalah ini mencoba memaparkan peristiwa sekitar PDRI dan semangatnya dalam
membentuk pendidikan berkarakter.
maupun yang bersifat pribadi. Di dalam jiwa yang memiliki sikap nasionalisme akan
tertanam suatu keinginan untuk membangun bangsa dan negara sesuai dengan cita-cita,
harapan, karakter, serta kemampuan setiap komponen bangsa.
Indonesia adalah sebuah negara besar yang terdiri dari beragam sukubangsa dan
agama. Keanekaragaman masyarakat yang ada di Indonesia jika tidak diwaspadai sejak dini
dapat menyebabkan terjadinya perpecahan bangsa Indonesia. Semua bangsa Indonesia,
terutama generasi muda harus diberi pemahaman bahwa semua bangsa Indonesia, dari etnis
apapun dan dari agama apapun adalah saudara sebangsa dan setanah air. Ancaman terhadap
sebagian dari wilayah Indonesia harus dianggap sebagai ancaman terhadap seluruh wilayah
Indonesia.
Satu hal yang menarik sepanjang abad ke-20 adalah munculnya kaum perempuan
sebagai bahagian dari gerakan modernisasi dan Ke-Indonesiaan. Fenomena ini kiranya
kurang mendapat perhatian yang serius dari pada sejarawan. Dari sumber diketahui bahwa
sejak awal abad ke-20 terjadi kebangkitan kaum perempuan dari tidur panjang struktural
mereka, atau yang dinamakan memecahkan cangkang yang mengungkung perempuan
selama ini. Mereka keluar dari cangkang itu, lahir, kemudian bergerak memperjuangkan diri
mereka. Konteks perjuangan kaum perempuan tidak pula bisa dilepaskan dari kebangkitan
pendidikan dan nasionalisme Indonesia. Kertas kerja ini hanya ingin melihat proses kelahiran
(pemecahan cangkang), seterusnya melihat bagaimana perempuan itu bergerak dan terlibat
dalam isu-isu menuju terbentuknya nasionalisme Indonesia. Penulis mencoba menggunakan
metodologi pembingkaian untuk mengindentifikasi masalah dan analisis. Adapun objek dan
bahan yang digunakan dalam penyusunan kertas kerja ini adalah penerbitan pers perempuan
dan kepingan-kepingan gagasan mereka di media massa sejak awal abad ke-20 hingga tahun
1930-an.
Kekuatan
Ketiga Dalam
Perjuangan Kemerdekaan Indonesia yang di terbitkan pada tahun 2006, akan diperoleh
kesimpulan bahwa kelompok politisi,
pendukung proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945), berperan penting dalam
mencapai kemerdekaan Indonesia. Kelompok ini disebut dengan kekuatan ketiga yang pro
kepada pemerintah Kolonial Belanda dengan mendirikan Negara Indonesia Timur (NIT).
Setelah terbitnya karya Prof. Leirizza (tahun 2007) pemerintah mengakui Anak Agung Gde
Agung , Perdana Menteri NIT sebagai pahlawan Nasional. Padahal I Gusti Ketut Puja
Gubernur Sunda Kecil (meliputi Nusatenggara dan Bali) yang menjadi lawan politiknya
baru diakui sebagai pahlawan nasional pada lima tahun berikutnya, yaitu tahun 2011. Fakta
ini membingungkan , golongan yang bermusuhan sama-sama diakui sebagai pahlawan
Nasional. Peper ini berupaya menjelaskann perjuangan golongan pro Republiken maupun
yang anti Republik yang akhirnya mengantarkan integrasi NIT dalam Negara Republik
Indonesia dengan mendiskripsikan latar belakang dan prosesnya. Dengan kata lain menafsir
kepahlawanan mereka.