1
Soimun. Analisis Pola Pemukiman Di Lingkungan Perairan Di
Indonesia(Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan 1994), hal 11.
2Sarjulis, Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Tanjung Mutiara Kabupaten
Agam 1970-2009, Skripsi, (Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Padang 2011).
Sebagai di Propinsi Sumatera salah satu kota Pemerintahan Barat. Kota Pariaman
terletak di Pesisir pantai barat Sumatera Barat yang luasnya 73,36 kilometer persegi,
yang terdiri dari lautan seluas 12 kilometer persegi dan panjang garis pantai 12
kilometer sebagai daerah yang memiliki laut, menyebabkan ekonomi penduduk,
khususnya masyarakat nelayan di daerah pesisir Pariaman tergantung pada hasil laut.
salah satu daerah yang sangat tergantung pada hasil laut iu adalah masyarakat Desa
Pasir Sunur, Kecamatan Pariaman Selatan kota Pariaman.
Desa Pasir Sunur memiliki luas wilayah 0,61 kilometer persegi. Dari luas kota
Pariaman mencapai 73,36 km2 dengan panjang garis pantai 12 km2. 3 batas wilayah
Desa Pasir Sunur yaitu: Sebelah Utara: Marunggi, Sebelah Selatan: Sunur Barat,
Sebelah Barat: Samudera Hindia, Sebelah Timur: Sunur Barat
Di Desa Pasir Sunur terdapat kawasan pemukiman nelayan yang letaknya lebih
kurang 5 kilometer dari kantor kecamatan, dan lebih kurang 6 kilometer dari ibukota .
Desa ini lebih kurang berjarak 52 km ibukota propinsi di Padang.4
Pada umumnya masyarakat desa pantai Sunur memanfaatkan perairan laut
sebagai sumber kehidupan sebagai nelayan. Pekerjaan menangkap ikan bagi
masyarakat pantai merupakan kegiatan yang dilalui oleh berbagai generasi yaitu
semenjak kawasan itu mulai ditempati umat manusia hingga sekarang. Hal ini
3 Profil Kota Pariaman. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota
Pariaman 2012.
4 Profil Desa Pasir Sunur. 2013
merupakan salah satu bentuk usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Faktor
pendorong
usaha
tersebut
adalah
dorongan
alamiah,
baik
untuk
Yang menarik bagi peneliti adalah tidak adanya perubahan yang signifikan cara
penangkapan atau alat yang digunakan nelayan desa Pasir Sunur ini dalam mencari
ikan, bahkan sampai saat ini nelayan tetap melakukan penangkapan ikan dengan cara
tradisional yaitu dengan sampan, dimana sampan ini hanya mengandalkan angin
untuk menangkap ikan, namun sejak beroperasinya bagan, yaitu kapal yang
berukuran lebih besar dari sampan yang memiliki mesin, dimulai sekitar tahun 1990an , menyebabkan pendapatan nelayan tradisional di desa Pasir Sunur mengalami
penurunan karena, bagan ini mempunyai daya tangkap lebih besar dibandingkan
dengan sampan, dan yang memiliki bagan yaitu nelayan dari luar Pasir Sunur seperti;
Desa Karannaur, Taluk, Padang, Tiku bahkan sampai nelayan Sibolga7.
Selain Bagan penangkapan ikan yang dilakukan dari nelayan luar, penangkapan
ikan juga dilakukan dengan pukat harimau yaitu sejenis bom yang bisa merusak
terumbu karang, Padahal terumbu karang adalah tempat ikan bertelur atau sebagai
rumah untuk menetap, hal inilah yang membuat hasil tangkapan nelayan semakin
berkurang. Kehidupan nelayan di desa Pasir Sunur dalam menangkap ikan hanya
mengandalkan cuaca dan melihat bintang. Didalam setahun nelayan hanya 6 bulan
menangkap ikan. Menariknya adalah kalau hasil tangkapan nelayan melimpah tidak
serta merta senang. malah membuat nelayan kesulitan karna pada waktu itu
transportasi sulit, dan alat untuk pendingin ikan tidak ada, maka ikan hanya ditimbun
dengan pasir untuk membuangnya, namun yang menarik bagi peneliti, nelayan
7
merasa kebutuhannya malah lebih dari cukup penghasilanya sampai tahun 1990
dibandingkan dengan sekarang. Meskipun teknologi sudah canggih banyak
bermunculan kapal, namun dengan kondisi ekonomi yang rendah maka alat ini tidak
dapat dibeli bahkan sampai saat sekarang. Nelayan desa Pasir Sunur masih
tradisional.8
Kegiatan menangkap ikan dilaut dilakukan oleh laki-laki, baik yang sudah
berkeluarga maupun yang belum berkeluarga. Para nelayan hanya menggunakan
perahu ukuran kecil atau sampan. Jika menggunakan perahu kecil, nelayan tidak
terlalu jauh meninggalkan garis pantai. Nelayan biasanya berangkat melaut sekitar
pukul 05.00 WIB dan kembali pukul 13.00 WIB, sebelum sampan menepi, sudah
banyak pembeli yang menunggu dipantai, sehingga nelayan tidak kesulitan dalam
menjajakan jualannya.9
Namun dalam jual beli ini nelayan desa Pasir Sunur harus menunggu hasil jualan
dari pedagang untuk mendapatkan uang jadi hasil tangkapan nelayan ini tergantung
laku atau tidaknya ikan dari pedagang.
Peranan istri juga ada bagi kehidupan nelayan, sebagai ibu rumah tangga untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga, istri nelayan juga mempunyai kegiatan lain
8
9Iriani, Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Sago Kec. IV Jurai, Kab Pesisir
Selatan. (Padang: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Direktorat Jendral Nilai Budaya
Seni dan Film, 2001), hal 40.
masyarakat
perlu diketahui pola atau fungsi produksi ikan, pertumbuhan populasinya dan apa
yang ingin dicapai dengan beberapa kendala tertentu. Sehingga para nelayan tidak
merusak populasi laut, seperti terumbu karang dan penggunaan pukat harimau yang
mengancam punahnya kehidupan laut.
Namun, keterbatasan kemampuan nelayan-nelayan tradisional dari berbagai
aspek merupakan hambatan potensial bagi mereka untuk meningkatkan kesejahteraan
sosial dan mengatasi kemiskinan yang membelit kehidupan mereka selama ini. 11
Bahkan pendapatan nelayan jauh dibawah rata-rata, sehingga banyak masyarakat
nelayan yang berpindah pada profesi lain, seperti berdagang, tukang ojek dan bertani.
Selain keterbatasan kemampuan nelayan, penyebab lainnya adalah faktor alam yang
cendrung berubah-ubah dari waktu kewaktu, sehingga pendapatan nelayan tidak
stabil. Ketika musim badai dan terang bulan, saat itu biasanya selalu merupakan
masa paceklik bagi desa nelayan Pasir Sunur. ikan sedikit didapat sehingga kehidupan
nelayan cukup sulit12.
Dinamika kehidupan sosial dan aktivitas ekonomi nelayan di Pasir Sunur menarik
untuk dikaji, terutama bila dikaitkan dengan belum banyaknya perhatian ilmuwan
untuk mengkaji perubahan-perubahan yang dialami masyarakat desa pantai..
Penelitian yang juga mengkaji masyarakat pantai di Sumatera Barat secara umum dan
Pesisir Selatan secara khusus adalah karya Azmi Fitrisia Nelayan Kenagarian Painan
Studi Sosial Ekonomi 1970-1995. Azmi memberikan perhatian pada perubahan pola
produksi, distribusi dan konsumsi terhadap perubahan status sosial nelayan13.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Deswita yaitu Perubahan di Desa Pantai:
Suatu Kajian Tentang Sejarah Sosial Desa Simpang Carocok Kenagarian Ampang
Pulai Tarusan Tahun 1979-1999. Penelitiannya mengungkapkan tentang perubahan
sosial yang mencakup perubahan sosial budaya, politik dan ekonomi masyarakat
nelayan di Kenagarian Ampang Pulai Tarusan sejak tahun 1979-1999 14.
Walaupun ada penelitian lain, namun pilihan tema, ruang lingkup, tempat dan
waktu kajiannya relatif berbeda dari penelitian yang penulis lakukan. Berdasarkan
kelangkaan itulah penelitian ini dilakukan. Untuk itu penulis memberi judul tulisan
ini Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Desa Pasirsunur Kecamatan
Pariaman Selatan Tahun 1990-2013 Kota Pariaman.
B. Pembatasan Masalah
Penelitian ini terdiri dari batasan spasial dan temporal. Batasan spasial dalam
kajian ini adalah di desa Pasir Sunur. Pemilihan lokasi ini disebabkan karena
13Azmi Fitrisia, Nelayan Kenagarian Painan Studi Sosial Ekonomi 1970-1995, Skripsi
(Padang: Fakultas Sastra Universita Andalas, Tahun 2006). hal. 8.
14Deswita. Perubahan di Desa Pantai: Suatu Kajian Tentang Sejarah Sosial Desa Simpang
Carocok Kenagarian Ampang Pulai Tarusan Tahun 1979-1999. Skripsi (Padang: Fakultas
Sastra Universitas Andalas. 2001).
Batasan temporal yang dipilih adalah tahun 1990-2013. Pada tahun 1990
perekonomian di Pasir Sunur mulai mengalami penurunan. Sedangkan pada tahun
2013 terdapat bantuan dari pemerintah untuk memajukan usaha perikanan. Dan ada
alat tangkap modern sehingga memudahkan para nelayan untuk menangkap ikan
demi memperlancar kehidupan perekonomiannya.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan aktivitas nelayan di desa Pasir
Sunur. Penelitian ini juga bertujuan mengungkapkan usaha-usaha yang dilakukan
nelayan di Desa Pasir Sunur tersebut untuk mempertahankan kehidupannya dan
menjelaskan sikap para nelayan dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat untuk menjadi salah satu bagian
dari penulisan sejarah, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
pengetahuan bagi orang lain dan generasi yang akan datang. Selain itu, penelitian ini
juga diharapkan dapat menjadi
10
manusia nelayan dan sebagainya akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas
kemiskinan nelayan.15
Masalah kemiskinan tidak hanya berhubungan dengan ukuran-ukuran ekonomi,
tetapi berkaitan pula dengan persoalan-persoalan non-ekonomi, sosial budaya dan
politik. Artinya sebab terjadinya kemiskinan tidak hanya disebabkan oleh faktor
ekonomi. Kemiskinan adalah keadaan standar hidup absolut dari sekelompok orang
miskin, yaitu kondisi dimana kelompok tersebut tidak dapat memenuhi standar
kehidupan minimum tertentu.16
Ikan merupakan sumber daya alam yang dapat pulih yang memerlukan usahausaha pengelolaan yang baik agar dapat mempertahankan dan mengembangkan unit
populasi yang ada. Dalam usaha pengelolaan tersebut diperlukan pengetahuan dan
informasi tentang perikanan dalam rangka mempelajari prilaku kehidupan dan sifatsifat dari unit populasi yang merupakan suatu komunitas dalam sumberdaya alam
tersebut.17 Selain itu sumberdaya juga dikelompokkan menjadi sumberdaya manusia
dan modal18.
11
Pola
produksi
merupakan
kegiatan
yang
menyangkut
cara-cara
orang
18Catur Sugiyanto, Ekonomi Mikro Ringkasan Teori, Soal, Trik dan Jawaban.( Yogyakarta:
BPFE Yogyakarta. 1995).
19Iriani, Ibid. 2001, hal 36.
20Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994), hal. 33.
12
13
14
Daftar Pustaka
A. Arsip
Profil Desa Pasir Sunur Kecamatan Pariaman Selatan Kota Pariaman Tahun 2013.
Profil Kota Pariaman. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota
Pariaman Tahun 2012.
Padangpariaman
Dalam
Angka
dan
Badan
Pusat
Statistik,
Kabupaten
B. Buku-buku
Satria Arif, 2001. Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir, (Jakarta: Pustaka
Cidesindo)
15
Sugiyanto Catur, 1995. Ekonomi Mikro Ringkasan Teori, Soal, Trik dan Jawaban.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta..
Purwanto Heri. 2007. Strategi Hidup Masyarakat Nelayan. Yogyakarta:LKIS
Yogyakarta.
Iriani. 2001. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat di Desa Sago Kec. IV Jurai,
Kab Pesisir Selatan. Padang: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata
Direktorat Jendral Nilai Budaya Seni dan Film.
Kuntowijoyo, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Tiara Wacana).
Kusnadi. 2008. Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LKIS Yogyakarta.
Soimun. 1994. Analisis Pola Pemukiman Di Lingkungan Perairan Di Indonesia.
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Suparmoko. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Yogyakarta: BPFE
Yogyakarta.
C. Skripsi
Azmi Fitrisia. 1996. Nelayan Kenagarian Painan Studi Sosial Ekonomi 1970-1995,
skripsi Sarjana (Padang: Fakultas Sastra Universita Andalas,)
Deswita. 2001.Perubahan di Desa Pantai: Suatu Kajian Tentang Sejarah Sosial Desa
Simpang Carocok Kenagarian Ampang Pulai Tarusan Tahun 1979-1999
skripsi padang: Fakultas Sastra Universitas Andalas.
Sarjulis. 2011. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Nelayan Tanjung Mutiara
Kabupaten Agam 1970-2009, Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Andalas Padang.
16
17
Bab V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
18