Anda di halaman 1dari 8

FAKTOR-FAKTOR

YANG

MEMPENGARUHI

TERJADINYA

KECELAKAAN LALU LINTAS.


Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas, antara
lain:
1.

Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam kecelakaan.
Hampir semua kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran ramburambu

lalu

lintas.

Pelanggaran

dapat

terjadi

karena

sengaja

melanggar,ketidaktahuan terhadap arti aturan yang berlaku ataupun tidak


2.

melihat ketentuan yang diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu.


Faktor kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah, rem
tidak berfungsi

sebagaimana

seharusnya,

kelelahan

logam

yang

mengakibatkan bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak


diganti dan berbagai penyebab lainnya. Keseluruhan faktor kendaraan
sangat terkait dengan teknologi yang digunakan, perawatan yang dilakukan
terhadap kendaraan. Untuk mengurangi faktor kendaraan perawatan dan
perbaikan kendaraandiperlukan, di samping itu adanya kewajiban untuk
3.

melakukan pengujian kendaraan bermotor secara teratur.


Faktor jalan
Faktor jalan terkait dengan perencanaan jalan, geometrik jalan, pagar
pengaman di daerah pegunungan, ada tidaknya median jalan, jarak pandang
dan

4.

kondisi

permukaan

jalan.

Jalan

yang

rusak/berlubang

sangatmembahayakan pemakai jalan terutama bagi pemakai sepeda motor.


Faktor lingkungan
Hari hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti
jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin, jarak
pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa bekerja secara
sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan jarak pandang menjadi lebih

pendek.Asap dankabut juga bisa mengganggu jarak pandang, terutama di


daerah pegunungan.
PERLUKAAN

Definisi Perlukaan

Pengertian medis menyatakan trauma atau perlukaan adalah hilangnya kontinuitas


jaringan yang disebabkan karena adanya kekuatan dari luar.

Jenis Perlukaan
Jenis luka dapat dibagi dalam 2 kelompok besar yaitu: luka akibat kekerasan
tajam, dan kekerasan tumpul.
A. Kekerasan tajam Ciri-ciri umum dari luka akibat benda tajam adalah
sebagai berikut:
- Garis batas luka biasanya teratur, tepinya rata, dan sudutnya
-

runcing
Bila ditautkan akan menjadi rapat (karena benda tersebut hanya
memisahkan, tidak menghancurkan jaringan) dan membentuk

garis lurusatau sedikit lengkung.


- Tebing luka rata dan tidak ada jembatan jaringan.
- Daerah di sekitar garis batas luka tidak ada memar.
B. Kekerasan tumpul Jenis luka yang ditimbulkan akibat kekerasan
tumpul adalah luka memar, luka lecet, dan luka robek/terbuka: Luka
memar adalah perdarahan jaringan bawah kulit akibat pecahnya
kapiler dan vena yang disebabkan oleh kekerasan tumpul. Letak,
bentuk dan luas memar dipengaruhi oleh besarnya kekerasan, jenis
benda, penyebab, kondisi dan jenisjaringan, usia, jenis kelamin, corak
dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah serta penyakit yang
diderita. Bila kekerasan tumpul mengenai jaringan longgar seperti
didaerah mata, leher atau pada bayi dan orang usia lanjut, maka
memar cenderung lebih luas. Adanya jaringan ikat longgar
memungkinkan berpindahnya memar ke daerah yang lebih rendah

akibat gravitasi. Informasi mengenai bentuk benda tumpul dapat


diketahui jika ditemukan perdarahan tepi. Pada perdarahan tepi,
perdarahan tidak dijumpai pada lokasi yang tertekan, tetapi perdarahan
akan menepi sehingga bentuk perdarahan sesuai dengan bentuk celah
antara kedua kembang yang berdekatan/cetakan negatif. Memar
biasanya merupakan cedera ringan, karena sangat jarang memar dapat
menyebabkan keadaan yang fatal. Bentuk dan ukuran memar dapat
menunjukkan jenis dan derajat kekerasan yang dialami. Usia dari
memar tersebut juga bisa diperkirakan, sehingga dengan demikian
juga dapat memperkirakan saat terjadinya cedera. Luka lecet
merupakan luka kulit yang superfisial akibat cedera pada epidermis
yang bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau
runcing.Walaupun kerusakannya minimal tetapi luka lecet dapat
memberikan petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat
pada alat-alat dalam tubuh. Pada luka robek yang merupakan luka
terbuka yang terjadi akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga
melampaui elastisitas kulit atau otot. Ciri luka robek adalah tidak
beraturan,tepi tidak rata, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila
kekerasannya di daerahyang berambut, sering tampak luka lecet
memar di sekitar luka. Pada kecelakaan lalu lintas, terjadinya
perlukaan dapat saja disertai dengan patah tulang, baik patahtulang
tertutup atau pun patah tulang terbuka.

Lokasi dan Mekanisme Perlukaan


Lokasi perlukaan adalah lokasi dimana terjadinya luka akibat kecelakaan lalu lintas
yang meliputi daerah kepala, ekstremitas atas, ekstremitas bawah, tubuh bagiandepan,

dan tubuh bagian belakang. Fakta fisika dasar dapat menjelaskan pola perlukaan yang
kompleks karena kecelakaan lalu lintas:
1.

Trauma jaringan disebabkan karena adanya perbedaan dari pergerakan. Pada

kecepatan yang konstan, dengan kecepatan yang berbeda, tidak akan menimbulkaan
efek apapun seperti pada perjalanan luar angkasa atau rotasi bumi. Adanya perbedaan
perpindahan gerak, dapat menyebabkan peristiwatraumatis yaitu, akselerasi dan
deselerasi.
2.

Perbedaan ini diukur dengan gaya gravitasi atau umum disebut G force. Jumlah

dimana tubuh manusia dapat mentoleransi sangat bergantung pada arah datangnya
gaya tersebut. Deselerasi dengan kekuatan 300G bisa tidak menimbulkan cedera dan
dalam jangka waktu yang pendek gaya 2000G pun masih bisa tidak menimbulkan
cedera, bila datangnya gaya tepat pada sudut yang tepat pada sumbu panjang tubuh.
Tulang frontal dapat menahan gaya 800G tanpa fraktur dan mandibula 400G,
demikian juga dengan rongga thoraks.
3.

Selama akselerasi maupun deselerasi jumlah trauma jaringan yang dihasilkan

tergantung dari gaya yang bekerja per unit area, perumpamaan seperti pisau yang
tajam akan menembus lebih mudah daripada yang tumpul dengan gaya yang sama.
Jika sebuah pengendara mobil diberhentikan tiba-tiba dari kecepatan 80 km/jam dan
10 cm2 luas dari kepala membentur kaca depan kerusakan akan lebih parah
dibandingkan dengan gaya yang sama dan tersebar 500 cm2 sepanjang sabuk
pengaman.
4.

Pada benturan dari arah frontal, tidak mungkin kendaraan langsung berhenti

sempurna, walaupun menabrak struktur yang sangat besar dan tidak bergerak.
Kendaraan itu akan berubah bentuk dan mengurangi gaya deselerasi dan mengurangi
G force yang akan diterima dari penumpang kendaraan.

5.

Nilai dari G forces dapat dihitung dengan rumus G = C ( V2 )/D, dimana

V=kecepatan (km/jam), D jarak stop dimulai dari waktu benturan (m), dan C adalah
konstanta 0.0039. 2.4 Perlukaan dan Kematian dalam Kecelakaan Lalu Lintas8
Kematian dalam kecelakaan lalu lintas dapat terjadi sebagai akibat dari tabrakan atau
benturan dari kendaraan. Secara imajinatif semua model dari sarana transportasi
mempunyai kemampuan untuk menyebabkan kematian atau kecacatan.
Kematian karena kecelakaan lalu lintas dapat dibagi menjadi empat kategori
tergantung dari arah terjadinya benturan pada kendaraan, antara lain :
1.

Arah depan Ini adalah paling umum, yang kejadiannya kira-kira mencapai 80%

dari semua kecelakaan lalu lintas. Tabrakan dari arah depan terjadi bila dua
kendaraan/orang bertabrakan yang mana keduanya arah kepala, atau bagiandepan dari
kendaraan menabrak benda yang tidak bergerak, seperti tembok, ataupun tiang listrik.
Sebagai akibat dari energi gerak, penumpang darikendaraan bermotor akan terus
melaju (bila tidak memakai sabuk pengaman pada pengguna mobil). Pola dan lokasi
luka akan tergantung dari posisi saat kecelakaan.
2.

Arah samping (lateral) Biasanya terjadi di persimpangan ketika kendaraan lain

menabrak dari arah samping, ataupun mobil yang terpelintir dan sisinya menghantam
benda tidak bergerak. Dapat terlihat perlukaan yang sama dengan tabrakan dari arah
depan, bila benturan terjadi pada sisi kiri dari kendaraan, pengemudi akan cenderung
mengalami perlukaan pada sisi kiri, dan penumpang depan akan mengalami perukaan
yang lebih sedikit karena pengemudi bersifat sebagai bantalan. Bila benturan terjadi
pada sisi kanan, maka yang terjadi adalah sebaliknya, demikian juga bila tidak ada
penumpang.
3.

Terguling Keadaan ini lebih mematikan (lethal) dibandingkan tabrakan dari

samping, terutama bila tidak dipakainya pelindung kepala (helm), terguling di jalan,
sabuk pengaman dan penumpang terlempar keluar mobil. Beberapa perlukaan dapat
terbentuk pada saat korban mendarat pada permukaan yang keras, pada beberapa

kasus, korban yang terlempar bisa ditemukan hancur atau terperangkap di bawah
kendaraan. Pada kasus seperti ini penyebab kematian mungkin adalah traumatic
asphyxia
4.

Arah belakang Pada benturan dari arah belakang, benturan dikurangi atau

terserap oleh bagian bagasi dan kompartemen penumpang belakang (pada pengguna
mobil), yang dengan demikian memproteksi penumpang bagian depan dari perlukaan
yang parah dan mengancam jiwa.

PEMERIKSAAN FORENSIK TERHADAP KORBAN KECELAKAAN LALU


LINTAS
Pada kematian yang berhubungan dengan sarana transportasi, pemeriksaan
postmortem dilakukan untuk beberapa alasan :

Untuk secara positif menegakkan identitas dari korban, terutama bila jenazah

telah terbakar habis, atau termutilasi.


Untuk menentukan sebab kematian dan apakah kematian disebabkan

kesalahan atau kecacatan sarana transportasi.


Untuk menentukan seberapa luas luka yang diterima.
Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan yang dapat menyebabkan

kecelakaan tersebut, seperti infark miokardial atau keracunan obat.


Untuk mendokumentasikan penemuan untuk kemungkinan penggunaannya
yang mengarah kepada penegakkan keadilan.

Bukti-bukti sisa dapat ditemukan pada kecelakaan kendaraan bermotor, dan pada
kasus-kasus tertentu harus dikumpukan sebagai barang bukti. Barang bukti ini dapat
menjadi penting selanjutnya bila posisi dari penumpang dari kendaraan bermotor
pada waktu terjadinya benturan dipertanyakan. Bukti sisa ini dapat ditemukan di

dalam kendaraan ataupun pada tubuh korban. Pencarian bukti dapatdilakukan antara
lain :
a. Dalam kendaraan
Carilah rambut, darah, ataupun sobekan baju ataupun rambut dari penumpang
yang tertinggal pada pecahan kaca, gagang pintu/kenop, atau permukaan yang
dimana terjadi benturan.
b. Pada tubuh korban
Carilah tempelan cat, fragmen kaca, ataupun bagian dari kendaraan yang bisa
tertanam pada luka.
Toksikologi juga seharusnya dilakukan baik pada pengemudi maupun penumpang
pada kecelakaan lalu lintas. Analisa ini haruslah mencakup pemeriksaan untuk
alkohol, karbon monoksida (CO), obat-obatan, dan narkotika. Beberapa kecelakaan
lalu lintas disebabkan karena tindakan bunuh diri (suicidal action). Beberapa bukti
yang menyokong (corroborating evidences) keadaan bisa ditemukan pada kasus
seperti ini, seperti:
a.

Korban biasanya mempunyai sejarah percobaan bunuh diri ataupun mengidap

penyakit mental.
b.

Bukti pada tubuh korban yang menyokong dapat ditemukan, seperti luka lama

maupun baru, irisan pada pergelangan, ataupun mengkonsumsi obat-obatan pada


dosis letal. Dan pada beberapa kasus, individu akan menembak dirinya sendiri di
dada ataupun dikepala sewaktu mengendarai kendaraan.
c.

Investigasi pada tempat kejadian perkara (TKP) tidak memperlihatkan adanya

bukti-bukti ataupun adanya saksi yang mendukung.


d.

Kendaraan bisa sudah keluar dari jalur dan dikemudikan langsung menuju

kepada benda yang tidak bergerak, ataupun sangat jarang ke arah kendaraan dari arah
berlawanan.

e.

Bukti lain yang dapat ditemukan seperti adanya batu ataupun objek yang

besar diletakkan di bawah injakan rem kendaraaan.

Bila tabrakan dari kendaraan

menyebabkan kebakaran, dan bila tubuh terbakar, segala upaya haruslah dilaksanakan
untuk mengidentifikasi jenazah yang terbakar.

Sumber :
1. Kecelakaan

Lalu

Lintas.

Available

at:

http://theherijournals.blogspot.co.id/2013/01/kecelakaan-lalu-lintas.html.
Accesed on : September 22, 2015
2. Scribd.
KLL
Forensik.

Available

http://www.scribd.com/doc/45757744/Bab-2-Kll-Forensik.
September 22, 2015.

Acessed

at:
on:

Anda mungkin juga menyukai