b.
c.
Catalyst / Oil ratio (Temperatur feed, temperatur reactor & temperatur regenerated
catalyst).
Makin tinggi severity maka akan menghasilkan gasoline yang semakin tinggi dengan
angka ON yang semakin menurun, namun produksi coke juga akan meningkat.
Koreksi dilakukan dengan mempergunakan LCO terhadap 90 % distilasi gasoline
pada temperatur 193 C.
B. CATALYST / OIL RATIO.
C/O rattio merupakan perbandingan berat sirkulasi katalis (kg/j) dengan berat umpan
(kg/j) yang dipergunakan untuk menentukan jumlah katalis aktif per satuan berat
umpan. C/O ratio untuk unit FCC/ RCC direkomendasikan antara 5 - 10, namun
UOP merekomendasikan 6,4 - 8,6 dan umumnya C/O ratio yang dipergunkan adalah
7,4. Makin tinggi C/O ratio maka makin banyak reaksi perengkahan katalitis yang
terjadi dan meningkatkan pula reaksi hydrogen transfer sehingga berakibat pada
meningkatnya produksi coke. C/O ratio akan menurun dengan kenaikkan temperatur
regenerator dan kenaikkan temperatur umpan. Rendahnya C/O ratio dan tingginya
Variabel process
61
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pengaturan C/O ratio dapat dilakukan dengan mengatur aliran katalis yang melalui
regenerated catalyst stand pipe (15 SLV-102) menuju reaktor yang dipengaruhi oleh
1. Temperatur reaktor (15 TC-022).
2. Temperatur feed (15 TC-030).
3. Temperatur regenerated catalyst (15 TC-072).
4. Beda tekanan 15 SLV-102 (15 PDC-013).
C.
TEMPERATUR REAKTOR.
Temperatur reaktor merupakan kontrol utama severity reaksi yang secara langsung
mempengaruhi besarnya aliran sirkulasi katalis yang
sifat-sifat produk.
Menaikkan suhu reaktor pd sirkulasi katalis yg tetap akan mengakibatkan :
D.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
TEMPERATUR UMPAN.
Temperatur umpan akan mempengaruhi viskositas yang sangat menentukan kondisi
pengkabutan umpan pada feed nozzle, dan juga mempengaruhi supply panas yang
dibutuhkan bagi reaksi perengkahan katalitis yang terjadi pada riser reactor.
Variabel process
62
F.
1.
2.
3.
4.
5.
LIFT GAS.
Lift gas yang dipergunakan adalah off gas yang berasal dari sponge absorber yang
diinjeksikan dari bagian bawah (wye piece) riser untuk mengangkat percepatan
katalis kebagian atas riser tempat umpan diinjeksikan.
2.
3.
4.
5.
Jika lift gas mengandung komponen C3+ akibat buruknya recovery pada gas conc
unit, maka hydrokarbon tersebut akan mudah terengkah menjadi produk dry gas
yang dapat merusak performance overhead system.
G.
DISPERSION STEAM.
Steam ini dipergunakan untuk membantu pengkabutan umpan agar mudah kontak
dengan dengan katalis panas.
dipergunakan untuk sirkulasi katalis, namun pemakaian yang terlalu lama akan
cenderung merusak katalis karena aus.
Kenaikkan total steam ke riser akan menyebabkan :
1.
2.
3.
Variabel process
63
H.
STRIPPING STEAM.
Stripping steam dipergunakan untuk melucuti sisa uap hidrokarbon yang masih
menempel pada partikel katalis setelah jatuh dari cyclone, sehingga beban
regenerator tidak terlalu tinggi. Pemakaiannya tergantung pada besarnya sirkulasi
katalis yang umumnya sekitar 1 - 2 kg steam/ton katalis sirkulasi.
Kenaikkan stripping steam diperlukan apabila terjadi perubahan kondisi operasi
seperti :
I.
1.
Kenaikkan umpan.
2.
3.
4.
5.
TEKANAN REAKTOR.
Tekanan reaktor tergantung pada tekanan main column yang juga tergantung pada
tekanan overhead receiver yang diatur melalui kontrol 15 PC-502, namun tekanan ini
dijaga konstant. Kenaikkan tekanan reaktor akan menaikkan sedikit konversi dan
menaikkan produksi coke.
perubahan laju umpan dan perubahan beban main column, namun perubahan
tekanan harus dihindari guna menjaga fluktuasi kecepatan pada riser, cyclone dan
sirkulasi katalis.
J.
KESETIMBANGAN TEKANAN.
Aliran katalis dari lower regenerator ke riser reaktor disebabkan oleh beda tekanan
dan head katalis dalam stand pipe.
menaikkan beda tekanan dan aliran katalis dari lower RG ke riser RX. Kenaikkan
tekanan pada RX akan menghambat laju alir katalis dari lower RG ke riser RX.
K.
UDARA PEMBAKARAN.
Total kebutuhan udara pembakaran ke regenerator sebanding dengan jumlah
CO2/CO dalam flue gas. Upper regenerator dirancang untuk pembakaran parsial
coke membentuk gas CO sehingga memungkin kan pembakaran coke dalam jumlah
lebih besar yaitu sekitar 70 - 80 % total coke. Lower regenerator dirancang untuk
pembakaran sempurna coke membentuk gas CO2 sehingga dapat diperoleh katalis
Variabel process
64
yang lebih bersih. Oleh karena panas yang dihasilkan untuk pembakaran C menjadi
CO (2200 kcal/kg) adalah lebih kecil dibanding C menjadi CO2 (7860 kcal/kg) maka
total panas yang dihasilkan hampir sama.
Pada lower regenerator, aliran udara dipertahankan konstan pada 30 % dari total
kebutuhan udara pembakaran. Sedangkan untuk upper regenerator aliran udara
diatur sesuai dengan jumlah coke yang terdapat pada katalis. Jika aliran udara ke
upper regenerator kurang maka jumlah coke yang terbakar juga akan berkurang dan
akan meningkatkan beban lower regenerator yang memungkinkan sebagian katalis
kurang teregenerasi sehingga sebagian katalis tersebut akan kurang aktif saat
melalui riser. Akibatnya akan terjadi behind in burning karena coke pada katalis ini
akan terbakar pada saat melalui spent catalayst stand pipe pada kecepatan rendah.
Jika aliran udara berlebih maka akan timbul gelembung-gelembung udara pada bed
katalis dan akan mengakibatkan after burning sehingga temperatur akan naik yang
dapat merusak cyclone atau saluran flue gas.
Nozzle distributor udara dengan bentuk lubang-lubang dirancang untuk beda
tekanan 0.05 - 0.07 kg/cm2.
menyebabkan kerusakan distributor, hal ini dapat ditunjukan oleh tidak meratanya
profil temperatur.
Pengendalian
temperatur dilakukan dengan mengatur beban penyerapan panas back mix catalyst
cooler dan pemakaian udara pembakaran.
Faktor-faktor yang menyebabkan kenaikkan temperatur dense phase adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
Variabel process
65
M.
Temperatur lower regenerator tergantung pada jumlah coke yang tidak terbakar pada
upper regenerator dan beban flow trough catalyst cooler. Pengendalian temperatur
dilakukan dengan mengatur jumlah aliran katalis melalui flow trough catalyst cooler.
Temperatur dense phase pada lower regenerator merupakan variable utama dalam
mengendalikan reaksi perengkahan.
N.
REGENERATOR LEVEL.
Level akan sedikit bervariasi dengan perubahan kondisi operasi, tetapi harus dijaga
dengan mengatur keseimbangan level antara upper dan lower RG serta
untuk
REGENERATOR PRESSURE.
Meningkatnya tekanan regenerator dapat membantu memperbaiki regenerasi katalis,
meskipun demikian variabel ini jarang dipergunakan untuk tujuan ini, karena akan
mempengaruhi beda tekanan slide valve, konsumsi power MAB, catalyst
entraintment dan yang lebih penting adalah efisiensi cyclone.
Penurunkan tekanan regenerator akan mengakibatkan :
1.
2.
3.
4.
5.
Variabel process
66
NO
VARIABEL
Konversi
PENGARUH
d. Sifat-sifat feed (API, MCR & Average Boiling Point).
e. Sifat-sifat katalis(activity & metal content).
f. Catalyst / Oil ratio (Temperatur feed, temperatur reactor &
Cat/oil Ratio
Cat/Oil naik
9.
Temperatur Reaktor
Temperatur Reaktor naik
pd Sirkulasi Katalis tetap
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
e.
a.
Temperatur Feed
Temperatur Feed naik pd
suhu reaktor konstan
Lift Gas
Lifg Gas Naik
a.
Dispersion Steam
Dispersion Steam naik
Variabel process
67
b.
c.
a.
Kenaikkan umpan.
b.
c.
d.
e.
Stripping Steam
Stripping Steam naik bila
Tekanan Reaktor
Tekanan Reaktor
a.
konversi naik
b.
a.
Kenaikkan umpan.
b.
c.
d.
e.
Temperatur upper RG
Temperatur upper RG
KLASIFIKASI UMPAN.
a. Paraffin.
Variabel process
68
yang
mempunyai tingkat kestabilan tinggi. Paraffin terdapat dalam bentuk ikatan paraffin
hydrocarbon rantai lurus (n-Paraffin) maupun cabang (iso-Paraffin). Pada umumnya
umpan FCC didominasi oleh paraffinic dengan kandungan paraffin antara 50 - 60 %
dari total feed.
jumlah yield terbesar dengan total liquid produk paling banyak adalah gasoline dan
paling sedikit fuel gas namun octane number rendah.
b. Olefin.
Merupakan ikatan rantai hydrocarbon tak jenuh dg rumus umum CnH2
yang
d. Aromatic.
Merupakan rantai hydrocarbon tak jenuh dengan rumus umum CnH2n-6 atau sering
disebut dengan seri Benzene yang memiliki sekurang-kurangnya satu cincin ikatan
rangkap Benzene (Benzene, Toluene, Aniline dll) dan bersifat sangat stabil serta
Variabel process
69
tidak dapat terengkah menjadi komponen yang lebih kecil. Aromatik kurang disukai
sebagai umpan FCC karena sebagian besar molekulnya tidak dapat terengkah.
Perengkahan aromatik pada dasarnya hanya akan memutuskan rantai sampingnya
saja sehingga akan menghasilkan fuel gas berlebihan. Beberapa senyawa aromatik
yang terdiri beberapa cincin (poly nuclear aromatic - PNA) dapat secara terpadu
membentuk chicken wire
Dibanding dengan
paraffin, perengkahan aromatik stock akan menghasilkan koversi yang lebih rendah,
yield gasoline lebih rendah dan sedikit liquid dengan Octane Number yang lebih
tinggi.
Tabel 1. Perbandingan Thermal Cracking dan Catalytic Cracking.
Type Hydrocarbon Thermal Cracking
Catalytic Cracking
n-Paraffin
Major produk
C2
C3 - C6
Produk lain
C1 & C3
n-C4 + Olefin
Alpha
Beberapa alpha
Aliphatic
Umumnya normal
Umumnya cabang
n-Olefin
Double bond shift Lambat
Cepat
Skeletal Isomerisasi
Sedikit
H Transfer
Minor
Major
Cracking rate
Sangat cepat
Tertiary Olefins
Non selective
Selective
Berlebih
Naphthenes
Cracking rate
Alkylaromatics
Cracking rate
70
Jika API
gravity umpan meningkat akibat umpan yang lebih jenuh (sedikit aromatik), maka
akan mengakibatkan :
a.
Umpan lebih mudah dilakukan cracking pada temperatur reaktor yang tetap
dengan konversi yang lebih tinggi.
b.
c.
Seringkali
titik didih rata-rata / average boiling point - ABP suatu hidrokarbon dan bersama API
gravity dapat diketahui sifat-sifat hidrokarbon berdasarkan empirical correlation
seperti sebagai acuan ops.
c. UOP K factor.
Merupakan suatu indeks harga pendekatan yang dipergunakan untuk mengetahui
komposisi yang paling dominan suatu hydrokarbon yang merupakan hubungan
antara titik didih rata-rata dengan SG, mengindikasikan kemampuan rengkah suatu
umpan FCC. Makin tinggi K
merupakan
aromatic
amine
(C 6H5NH2)
yang
dipergunakan
untuk
71
parafinnya dan makin rendah anilene point makin tinggi aromatiknya, sedangkan
untuk naphtenik dan olefinik harganya terletak diantara paraffin dan aromatik.
Aniline point hanya dipergunakan untuk estimasi aromatsitas gasoil dan stock yang
lebih ringan.
e. VISCOSITAS - ASTM D-88.
Pengukuran viskositas dipergunakan untuk mengetahui komposisi kimia suatu
subtansi. Kenaikkan viskositas menujukkan adanya kenaikkan Hydrogen content
dan penurunan fraksi aromatik. Pengukuran viskositas umumnya dilakukan dengan
metode Saybolt.
f. CARBON RESIDUE.
Merupakan ukuran tidak langsung suatu umpan dalam menghasilkan coke. Harga
carbon residu dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu : Conradson, Ramsbottom dan
Micro Carbon Residue (Heptane Insoluble). Kenaikkan jumlah carbon residu dalam
umpan akan menaikkan beban pembakaran coke sehingga meningkatkan
temperatur regenerator.
g. NICKEL DAN VANADIUM.
Adanya Ni & V dalam bentuk senyawa Porphyrin dalam umpan RCC akan dapat
menyebabkan masalah yang serius pada katalis.
2.
3.
4.
Menurunkan konversi.
Vanadium akan migrasi kebagian dalam (zeolite) katalis bereaksi dengan inti asam
catalyst membentuk vanadium acid yang akan merusak struktur zeolite sehingga
mengakibatkan turunnya surface area dan activity catalyst.
h. SULFUR, NITROGEN DAN OKSIGEN.
Variabel process
72
Porsi terbesar kandungan sulfur terdapat dalam minyak residu dengan berat molekul
yang sangat tinggi dalam bentuk senyawa organik-sulfur (Mercaptan, Sulfide,
Thiophene) yang berkontribusi dalam pembentukan coke pada katalis. Sulfur yang
terdapat dalam coke terbakar dalam regenerator membentuk gas SO2 dan SO3 yang
mengakibatkan korosi peralatan dan polusi udara.
Nitrogen merupakan racun temporer pada katalis yang dapat menurunkan aktifitas
katalis dengan cara menutup sisi asam katalis yang mempromote reaksi
perengkahan. Total konsentrasi Nitrogen dalam umpan < 1000 ppm, umumnya tidak
detrimental pada aktifitas, tetapi aktifitas katalis dapat dipengaruhi oleh nitrogen
dengan konsentrasi > 1.500 ppm. Nitrogen menghasilkan NH3 dan HCN yang dapat
menyebabkan kebuntuan dan korosi, sedangkan NOx dan NH3 dlm flue gas dapat
mencemari lingkungan.
Reduced crude akan menyerap oksigen bila tangki yang dipergunakan untuk
menyimpan tidak di gas blanketed. Oksigen akan bersenyawa dengan minyak pada
temperatur sekitar 230 C membentuk gum yang dapat menyumbat H.E.
Bila
mempergunakan raw oil yang masih memerlukan pre heat dengan HE sampai
temperatur diatas 230 C, sebaiknya penmyimpanan umpan reduced crude dalam
tangki dilakukan dengan gas blanketed.
C.
RFCC PRODUK.
a.
Dry Gas.
Variabel process
73
Gas (C2 & lighter) yang meninggalkan sponge oil absorber tower lebih umum disebut
sebagai dry gas yang mempunyai kandungan utama hydrogen, methane, ethane,
ethylene dan trace hydrogen sulphide. Setelah dilakukan penghilangan H2S dan
acid gas pada amine-treating, dry gas ini dapat dilakukan blend sebagai refinery fuel
gas. Dry gas kurang dikehendaki sebagai by-product unit RFCC, bila berlebihan
akan meningkatkan beban wet gas compr dan seringkali merupakan kendala pada
cat cracker. Dry gas utamanya diakibatkan oleh thermal cracking, metal dalam
umpan dan non selective catalytic cracking.
Faktor-faktor utama yang meningkatkan produksi dry gas adalah sbb :
Naiknya Olefin, Naphthene & Aromatic dalam umpan yang ditunjukkan dg
kenaikkan refractive index (RI), penurunan UOP K & aniline point.
Naiknya konsentrasi metal (Ni & V) dalam umpan & pada catalyst.
Penurunan MAT E-cat, surf area, rare earth & MAT fresh cat.
Naiknya temperatur reaktor atau regenerator.
Penurunan atomizing steam.
Naiknya residence time uap hydrocarbon dalam reaktor.
Naiknya sirkulasi MCB maupun HCO recycle.
Turunnya performance feed nozzle.
b.
L P G.
Variabel process
74
LPG diperoleh dari overhead stream debutanizer atau stabilizer yang banyak
mengandung olefin, propylene dan butylene
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan yield LPG dan olefinicity adalah :
Perubahan catalyst yang meminimize reaksi hydrogen transfer.
Naikkan konversi.
Gasoline.
Merupakan produk yang paling berharga yg dihasilkan oleh unit cat cracker.
Faktor-faktor yang meningkatkan yield gasoline adalah sebagai berikut :
Naikkan Cat / Oil ratio dengan menurunkan temperatur umpan ke riser.
Naikkan aktifitas catalyst dg menaikkan fresh cat addition atau activity.
Naikkan EP-gasoline dg menurunkan main column top pump around rate.
Naikkan RX temp (jika tidak mengakibatkan overcrack produk gasoline).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ON gasoline :
Kondisi Operasi.
End Point Gasoline, pada paraffin stock EP tidak mempengaruhi ON, pada
naphthenic atau aromatik stock bila EP naik maka RON akan naik.
Kualitas Umpan.
API Gravity, API naik ON akan turun karena paraffin makin naik.
Variabel process
75
Catalyst.
d.
e.
sebagai slurry oil, clarified oil, bottom dan RFCC residu yang dijual sebagai umpan
carbon black.
operasi. API gravity merupakan indikasi kasar aromaticity dan boiling range. Produk
DCO umumnya memerlukan filtrasi untuk memisahkan catalyst fine.
Variabel process
76
f. Coke.
Coke merupakan campuran carbon dan hydrogen dengan sebagian kecil sulphur,
nitrogen dan trace metal. Coke dapat mendeaktivasi katalis dengan cara menutup
sisi aktif atau menutup porikatalis. Coke tersebut dihilangkan dengan cara dibakar
dalam regenerator dengan mempergunakan udara pembakaran. Pembakaran coke
akan menghasilkan panas reaksi yang dipergunakan untuk mengkonversi feed
menjadi produk dalam reaktor. Struktur dan uraian kimia pembentukan coke sangat
sulit didefinsikan dan pada umumnya type coke pada RFCC berasal dari empat
sumber sebagai berikut
Feed Residue Coke.
- CCR / MCR .
Coke dari fraksi umpan yang sangat berat dan yield-nya dapat diperkirakan
dengan Conradson
Carbon (CCR), Micro Carbon (MCR) atau Ramsbottom Residue test. Sekitar 50 %
CCR atau MCR dalam feed yang akan menjadi coke, makin tinggi MCR maka
akan makin tinggi coke yang akan terbentuk.
- Non Vaporized Feed Coke.
Sebagian kecil dari umpan yang tidak teruapkan akan langsung terdeposit sebagai
coke pada katalis. Untuk mengatur penguapan feed dengan baik sangat
ditentukan oleh design feed nozzle serta pemakaian dispersion steam. Coke ini
mudah terakumulasi pada low velocity zone dan overhead line yang dapat
mengakibatkan kenaikan beda tekanan RX MC.
Catalytic Coke (Conversion Coke).
Merupakan by-product perengkahan umpan RFCC menjadi produk yang lebih
ringan, merupakan fungsi konversi, catalyst type dan hydrocarbon/catalyst
residence time dalam reaktor. Ada 2 cara untuk mengatur coke in yaitu dengan
menurunkan temperatur reaktor guna menurunkan konversi atau menaikkan
temperatur feed yang akan menurunkan katalis sirkulasi dari RG (C/O ratio turun).
Contaminant Coke (metals coke).
Aktifitas katalitis metals (Ni & V) yg terdeposit pd katalis akan menghasilkan coke.
Oleh karenanya diperlukan pengendalian metal tersebut melalui cat add.
Catalyst Circulation Coke (Striiper Coke).
Variabel process
77
Efisiensi catalyst-stripping
Catalyst (lb)
Cat / Oil Ratio =
Feed (lb)
Coke Yield
Coke / Feed Coke
Delta Coke =
=
=
Cat / Oil Ratio Catalyst / Feed
Catalyst
Delta coke merupakan jumlah coke yang terdapat pada regenerated catalyst.
Menurunkan delta coke akan menurunkan temperatur regenerator. Makin tinggi Cat /
Oil ratio akan memperbaiki selektifitas produk dan/atau memperbaiki flexibilitas
pengolahan umpan yang lebih berat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi delta coke adalah :
Feed injection system, system injeksi umpan harus memiliki kecepatan dan
kerataan penguapan yang baik.
Riser design, dengan menurunkan back-mixing catalyst yang telah terlapisi coke
dengan fresh catalyst maka akan mengurangi delta coke.
Cat / Oil ratio, C/O ratio naik maka delta coke turun.
Reactor temperature, RX temp naik maka delta coke akan turun.
Catalyst activity, MAT catalyst naik maka delta coke akan naik.
Setiap cat cracker selalu pernah mengalami coking/fouling yang pada umum nya
diketemukan pada dinding reactor, dome, plenum, cyclone, overhead vapor line dan
MCB. Penyebab utama terjadinya pembentukan coke pada reactor dan MCB adalah
sebagai berikut :
Perubahan parameter operasi.
Coke umumnya terbentuk apabila terdapat cold spot dalam system reaktor
apabila temperatur permukaan logam dinding reaktor / vapor line jatuh
dibawah temp dew point vapor, maka akan terjadi reaksi kondensa si produk
yang mengakibatkan coke build up.
Tingginya level MCB yang melebihi vapor line inlet akan meng akibatkan
terbentuknya lapisan donut coke pada line inlet MCB.
Rendahnya temperatur reactor memungkinkan tidak teruapkannya semua
hydrokarbon & hydrokarbon tersebut akan membentuk coke pada dinding
reaktor dan vapor line.
Variabel process
78
Lamanya waktu tinggal pada reaktor dan transfer line akan mempercepat
pembentukan coke.
Perubahan sifat-sifat catalyst.
Katalis dengan kandungan rare earth yang tinggi cenderung mempro mote
reaksi hydrogen transfer yang merupakan reaksi yang menghasil kan multing
ring aromatik.
Perubahan sifat-sifat umpan.
Perubahan kondisi mekanikal peralatan.
Variabel process
79
OPR CONDITIONS
PRODUCT YIELD
Untreat/Treat Feed Ratio
Dry Gas (wt%).
Octane
Number
Feed Rate.
LPG (wt %).
C2 Olefinicity.
R.C.C
Feed Temperature.
Naphta (wt %).
C3 Olefinicity.
RX Temperature.
LCO (wt%).
C4 Olefinicity.
RX Pressure.
DCO (wt%).
H2/C1 Ratio.
Dispersion Steam.
Coke (wt %).
Stripping Steam.
Conversions (LV %).
Lift Gas.
FEED PROP. CATALYST PROP.
Lift Steam.
Feed API.
E-Cat Activity.
RX RG Diff Press. Feed UOP K. E-Cat Nickel.
Combustion Air.
Feed MCR.
E-Cat Vanadium.
Upper RG Temperature.
Feed Nickel.
E-Cat Surface Area.
Lower RG Temperature.
Feed Vanadium. E-Cat Rare Earth.
RG Level.
E-Cat Alumina.
RG Pressure.
Catalyst Addition.
Catalyst Circulation Rate.
Catalyst Oil Ratio
Variabel process
80