Anda di halaman 1dari 57

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Hasil Diagnosis dan Intervensi dengan judul PERILAKU MEROKOK PADA
KELUARGA BINAAN DI RT 005/RW 006 KAMPUNG GARAPAN DESA TANJUNG PASIR
KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI

BANTEN,

PERIODE 2 FEBRUARI 7 MARET 2015 telah disetujui oleh pembimbing untuk dipresentasikan
dalam rangka memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas YARSI.

Jakarta, Februari 2015


Pembimbing,

DR.Dr.H.Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Alhamdulillahirabbilalamin. Puji dan syukur kami senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga Laporan Diagnosis
dan Intervensi Komunitas yang berjudul PERILAKU MEROKOK PADA KELUARGA BINAAN
DI RT 005/006 KAMPUNG GARAPAN, DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUK
NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN, PERIODE 2 FEBRUARI 7
MARET 2015 ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan dan penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik
bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, periode 2 Februari
7 Maret 2015. Selain itu, tujuan lainnya adalah sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi
pembaca, terutama pengetahuan mengenai Ilmu Kesehatan Masyarakat, sehingga dapat memberikan
manfaat.
Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen pembimbing, staf pengajar,
serta orang-orang sekitar yang terkait. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.

DR. Dr. H. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes selaku Dekan dan dosen pembimbing
Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas YARSI yang telah membimbing dan

2.

memberi masukan yang bermanfaat.


Dr. Sugma Agung Purbowo, MARS selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan

3.

staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas YARSI.


Dr. Citra Dewi, M.Kes selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas

4.
5.

Universitas YARSI.
Rifda Wulansari, SP, M.Kes selaku Koordinator Kepaniteraan Ilmu Kedokteran YARSI
DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes sebagai staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kesehatan

6.

Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.


Dr. Dian Mardhiyah, MKK selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas

7.

Universitas YARSI.
Dr. H. Sumedi Sudarsono, M.PH, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
2

8.

Dr. Erlina Wijayanti, MPH selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas,

9.

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.


Dr. Dini Widianti, MKK selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas,

Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.


10. Dr. Taufit Wirawan selaku Kepala Puskesmas Tegal Angus dan pembimbing yang
membimbing dan member masukan yang bermanfaat selama berada di Puskesmas Tegal angus.
11. Dr. Nurlela selaku pembimbing yang membimbing dan memberi masukan bermanfaat selama
berada di Puskesmas Tegal angus.
12. Seluruh staf & tenaga kesehatan Puskesmas Tegal Angus yang telah memberikan
bimbingan dan data kepada penulis untuk kelancaran proses penulisan laporan ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Diagnosis dan
Intervensi Komunitas ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun
sebagai perbaikan. Kami mengharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak
terkait.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Februari 2015

Tim Penulis

BAB I
LATAR BELAKANG
I.1. GAMBARAN UMUM DESA SECARA GEOGRAFIS
I.1.1. Situasi Keadaan Umum

Desa Tanjung Pasir memiliki luas 570 Ha dengan jarak tempuh 47 Km dari ibu kota
kabupaten Tangerang, dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan laut
satu meter dengan suhu udara 30-37C. (Kartikawatie, 2012)
Gambar 1.1. Peta Desa Tanjung Pasir (Kartikawatie, 2012)

Sumber : google maps, 2014


Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu puskesmas yang terletak di wilayah Teluk Naga
Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang Propinsi
Banten, mempunyai luas wilayah 4.763.198 Ha (47,613 Km), terdiri dari luas daratan 2.170.120 Ha
dan sawah 2.593.078 Ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2-3 meter. Topografi kecamatan
Teluk Naga meliputi :
1.

Daerah sawah

1.

Daerah pantai

2.

Daratan rendah dengan ketinggian antara 2-3 meter diatas permukaan laut

3.

Daerah tambak

Wilayah kerja puskesmas Tegal Angus berada di wilayah kecamatan Teluk Naga
dipantai utara kabupaten Tangerang dengan wilayah kerja 2.481.599 Ha (30 km) terdiri dari luas
daratan 1.085.060 Ha dan sawah 1.296.539 Ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2-3
meter. Temperatur wilayah Puskesmas Tegal Angus cukup panas, yaitu rata-rata antara 30C 37C.
I.1.2. Batas Wilayah

Batas batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar adalah sebagai
berikut (Kartikawatie, 2012) :
1.

Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

2.

Sebelah barat berbatasan dengan Desa Tanjung Burung

3.

Sebelah timur berbatasan dengan Desa Muara

4.

Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan.
Gambar 1.2. Peta Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir

Sumber : kartikawatie, 2012


Terdapat enam desa binaan Puskesmas :
a.

Desa Lemo

b.

Desa Tanjung Pasir

c.

Desa Tanjung Burung

d.

Desa Pangkalan

e.

Desa Tegal Angus

f.

Desa Muara
Desa Tanjung Pasir terdiri dari 6 Kepala Dusun, 18 Rukun Warga (RW) dan 31 Rukun

Tetangga (RT). Jarak tempuh dari pusat pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam melaksanakan
hubungan dan komunikasi kerja dengan pemerintah di atasnya secara berjenjang sebagai berikut
(Kartikawatie, 2012) :
1. Dengan kantor kecamatan berjarak

12 km

2. Dengan ibukota kabupaten berjarak

54 km

3. Dengan ibukota provinsi berjarak

72 km

I.2. GAMBARAN UMUM DESA SECARA DEMOGRAFI


I.2.1. Situasi Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Tanjung Pasir sampai dengan tahun 2012 tercatat sebanyak 9.513
jiwa, terdiri dari laki-laki 4884 jiwa dan perempuan 4629 jiwa. Secara rinci klasifikasi penduduk
menurut kelompok umur sebagai berikut (Kantor Statistik Kabupaten Tangerang, 2012) :
Tabel 1.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kewarganegaraan
No.
Warga Negara
1
Warga Negara Indonesia (WNI)
2

Warga Negara Asing( WNA)

Laki laki
4884orang

Perempuan
4629orang

- orang

- orang

Sumber : (Kantor Statistik Kabupaten Tangerang, 2012)


Tabel 1.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Umur

Jumlah Penduduk
0 4 tahun
920 orang
5 14 tahun
1880 orang
15 44 tahun
5139 orang
45 64 tahun
1273 orang
>65 tahun
301 orang
Sumber : (Kantor Statistik Kabupaten Tangerang, 2012)

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2012 jumlah penduduk di
wilayah kerja puskesmas Tegal Angus adalah 53.831 jiwa yang tersebar di 6 desa seperti yang
tercantum di tabel bawah ini :
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
NO

DESA

Luas

Jumlah

wilayah

penduduk rumah

(km)
1
1
2
3
4
5
6
Jumlah

Jumlah
tangga

Rata-rata

Kepadatan

jiwa/rumah penduduk
tangga

per km

2
Pangkalan
Tanjung

3
7.54
5.24

4
16,888
7,669

5
4,138
2,473

4.08
3.10

7
2239.79
1463.55

Burung
Tegal

2.83

9,513

2,879

3.30

3361.48

Angus
Tanjung

5.64

9,513

1,787

5.32

1686.70

5.14
3.61
30.00

3,566
6,682
53,831

496
648
12,421

7.19
10.31
4.33

693.77
1850.97
1,794

Pasir
Muara
Lemo

Sumber : Kantor BPS Kabupaten Tangerang


Jumlah penduduk yang berubah-ubah dikarenakan adanya kelahiran, kematian dan migrasi
penduduk. Migrasi penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus cenderung terjadi dengan
cepat, mengingat letak wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus yang berbatasan dengan provinsi DKI
Jakarta dan Kota Tangerang.
Jumlah penduduk yang cukup besar dan adanya fluktuasi merupakan suatu tantangan dalam
pembangunan kesehatan karena adanya perubahan sasaran dan program pembangunan kesehatan
sekaligus menjadi faktor pendorong pembangunan karena tersedia SDM (sumber daya manusia)
yang cukup untuk menggerakkan pembangunan. Akan tetapi SDM bidangkesehatan masih sangat
kurang di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus sehingga diharapkan Puskesmas dapat terus
meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk menyesuaikan program puskesmas dengan keadaan
penduduk di wilayah kerjanya.
Klasifikasi jumlah penduduk berdasar jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.4. Klasifikasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin


NO
1
2
3
4
5
6

Desa/kel

Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Pangkalan
8.710
8.178
16.888
Tanjung Burung
3.937
3.732
7.669
Tegal Angus
4.890
4.622
9.512
Tanjung Pasir
4.884
4.629
9.513
Muara
1.820
1.746
3.566
Lemo
3.430
3.252
6.682
JUMLAH
27.671
26.160
53.831
Sumber : Kantor BPS kabupaten Tangerang 2012

Seperti terlihat pada tabel di atas jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah
penduduk perempuan. Kondisi ini menuntut perhatian khusus karena saat ini tingkat partisipasi
terhadap program kesehatan di puskesmas lebih banyak pada perempuan baik sebagai sasaran
7

kesehatan seperti bumil, bulin maupun kader kesehatan. Program-program seperti KIA-KB dan
gizi identik dengan ibu-ibu padahal peran laki-laki juga dibutuhkan. Di lain pihak, kesehatan
pengembangan seperti usaha kesehatan kerja mungkin perlu dikembangkan mengingat lebih
banyak laki-laki yang bekerja bandingkan perempuan.
I.2.2. Keadaan Sosial Ekonomi
Potensi adalah sumber daya yang berada pada suatu wilayah yang dapat digali dan
dimanfaatkan atau dikembangkan. Potensi ini dibagi menjadi dua kategori yaitu
a. Potensi umum
Sumber daya material yang dapat dimanfaatkan secara bersama atau umum oleh masyarakat.
b. Potensi khusus
Semua sumber daya material dan non material yang dimiliki secara pribadi oleh
masyarakat.

Tabel 1.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Mata Pencaharian Pokok


Buruh/swasta
Praktek Dokter/Bidan
Montir
Nelayan
Pedagang
Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Pengemudi Becak
Pengrajin
Pengusaha
Penjahit
Petani
Peternak
Supir
TNI / POLRI
Tukang Batu

Jumlah Penduduk
65 orang
6 orang
25 orang
2.331 orang
1.213 orang
15 orang
43 orang
5 orang
8 orang
24 orang
176 orang
6 orang
30 orang
6 orang
42 orang

Sumber : (Kartikawatie, 2012)


Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus terdiri dari campuran budaya asli
Tangerang dan budaya Cina yang sudah lama menetap di daerah Tangerang dan sekitarnya. Jumlah
pemeluk agama di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.6. Jumlah Pemeluk Agama di Wilayah Tegal Angus
No
1

Islam

Agama
45481

Jumlah Penduduk

Budha

3059

Kristen

671

Khatolik

105

Khonghucu

27

Hindu

Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus 2012


Seperti terlihat pada tabel diatas bahwa komposisi pemeluk di wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus di dominasi oleh pemeluk agama Islam dan Budha. Kehidupan agama di wilayah ini berjalan
dengan harmonis.
I.2.3. Keadaan Sosial Budaya
Kondisi suasana kehidupan beragama bagi masyarakat Desa Tanjung Pasir cukup baik, rukun,
tenang, tentram, saling menghormati, dan tolong menolong dalam menghadapi permasalahan yang
timbul ataupun dalam menghadapi musibah dalam kehidupan bermasyarakat, sebagai contoh:
musibah kematian dan sebagainya, serta kegiatan sesuai dengan agama dan kepercayaan masingmasing.
Tabel 1.7. Sarana Peribadatan yang Tersedia di Desa Tanjung Pasir
No.
1.
2.
3.
4.
5.

Tempat Peribadatan
Masjid
Musholla
Majelis Taklim
Gereja
Pura

Jumlah Penduduk
6 Unit
30 Unit
4 Unit
- Unit
- Unit
Sumber : (Kartikawatie, 2012)

1.2.4. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan

perilaku

masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat berperan dalam pembangunan
kesehatan.
Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus seperti terlihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 1.8. Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
JUMLAH SEKOLAH
No

Nama Desa

PAUD

TK

RA

SD

MI

SMP

MTS

SMA

SMK

M
A

Pangkalan

Tanjung Burung

Tegal Angus

Tanjung Pasir

Muara

Lemo

PUSKESMAS

12

Sumber data : puskesmas tegal angus 2012


Perkembangan pendidikan 2 tahun terakhir (2010-2012) dan tingkat partisipasi sekolah
menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih baik, terlihat dari jumlah siswa.
Tabel 1.9. Lembaga pendidikan
NO Lembaga

TK

SDN

MI

pendidikan

SLTP

MTS

negeri

SLTP

SMU

SMK

swasta negeri
islam

Jumlah sekolah

17

Jumlah murid

153

1.269 876

orang

orang orang

5 orang

28

Jumlah guru

16

orang orang

413

orang
-

16
orang

Tabel 1.10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan


No
1
2
3
4
5
6
7
8

Tingkat Pendidikan
Belum Sekolah
Usia 7-45 th tidak sekolah
Tidak tamat SD/Sederajat
Tamat SD/Sederajat
Tamat SLTP/Sederajat
Tamat SLTA/Sederajat
Sarjana/D1-D3
Pasca Sarjana/S2-S3

Jumlah Penduduk
1.976 jiwa
145 jiwa
234 jiwa
3.789 jiwa
1.653 jiwa
954 jiwa
41 jiwa
-

I.2.5. Kesehatan
10

Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan instansi terkait, dalam hal ini, antara lain :
1. Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang ada di
setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.
2. Pencegahan penyakit, vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi Polio bagi balita, pemberian
vitamin A.
3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah Dengue, Flu Burung,
Chikungunya, dan sejenisnya.
4. Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan makanan yang
bernutrisi.
5. Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan dengan
membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.
6. Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayur dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA),
Tabulapot dan Tabulakar.
7. Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan diadakannya program senam LANSIA
dan POSBINDU
I.2.6. Data Puskemas Tegal Angus
1. TB Paru
Berdasarkan data puskesmas mengenai jumlah kasus TB Paru dan kematian akibat TB
Paru menurut jenis kelamin dari 6 kecamatan di Puskesmas Tegal Angus, didapatkan kasus
baru pada:
Laki-laki
: 26 orang dari 27.671 orang
Perempuan
: 21 orang dari 26.160 orang
Total
: 48 orang dari 53.831 orang
Kasus lama : (-)
a) Angka insiden per 100.000 penduduk:
Laki-laki
: 94.0
Perempuan
: 80.0
Total
: 89.1
b) Jumlah BTA (+)
Laki-laki
: 13 orang
Perempuan
: 14 orang
Total
: 27 orang
c) CDR
Laki-laki
: 48.15
Perempuan
: 50.0
Total
: 49.09
Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
2. Diare
Berdasarkan data puskesmas mengenai kasus diare didapatkan:
a) Jumlah perkiraan kasus:
Laki-laki
: 1.170 orang dari 27.671 orang
Perempuan
: 1.107 orang dari 26.160 orang
Total
: 2.277 orang dari 53.831 orang
11

b) Jumlah kasus yang di tangani


Laki laki
: 394 orang (33.7%)
Perempuan
: 553 orang (50%
Total
: 947 orang (41.6%)
Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
3. Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan
Berdasarkan data puskesmas mengenai persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yaitu:
a) Jumlah ibu yang bersalin
: 928 orang dari 1.025 persalinan
b) Jumlah ibu yang nifas
: 1.025 orang
Yankes
: 1.022 orang
Sumber: Program KIA Puskesmas Tegal Angus 2012
4. Kepemilikan Jamban
a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan jamban menurut kecamatan dan puskesmas:
1. Jumlah keluarga: 12.421
2. Jumlah keluarga yang memiliki jamban: 4.968
3. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117
4. Jumlah keluarga yang memiliki jamban sehat: 103
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
5. Tempat Sampah
a) Presentasi keluarga dengan kepemilikan tempat sampah menurut kecamatan dan
puskesmas:
Jumlah keluarga: 12.421
Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah: 3.106
Keluarga yng diperiksa: 117
Jumlah keluarga yang memiliki tempat sampah yang sehat : 103
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
6. Air Minum
a) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut kecamatan
1.
2.
3.
4.

puskesmas:
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117
b) Jenis sarana air minum
1. Kemasan: (-)
2. Ledeng: 25 keluarga
3. Air isi ulang: 89 keluarga
4. Sumur terlindung: 3 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
7. Sarana dan Akses Air Bersih
a) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut kecamatan
dan puskesmas
1. Jumlah keluarga: 12.421
2. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117
Jenis sarana air bersih
1. PDAM : 4 keluarga
2. SGL : 31 keluarga
3. Sumur Bor : 82 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
8. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
12

a) Presentasi rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut kecamatan dan
puskesmas
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Keluarga yang diperiksa :1260
3. Jumlah yang sesuai dengan kriteria PHBS : 183
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
9. Sepuluh Besar Penyakit
Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LBI) puskesmas Tegal Angus didapatkan
gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 menurut
semua golongan umur seperti diagram berikut ini :
Diagram 1.1. : Data Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Tegal Angus

Sumber: Data Surveilance Puskesmas Tegal Angus


Diagram 1.1 Jumlah penderita ISPA jenis kelamin laki-laki di Desa Tanjung Pasir bulan
Januari-Agustus 2012
Penderita Non-Pneumonia J enis Kelamin Laki-Laki
180

Labels
0-1 tahun
1-4 tahun

160

Jumlah Penderita

140
120
100
80
60
40
20
0

J an

Feb

Mar

Apr

Mei

jun

J ul

Agt

(sumber : buku laporan tahunan puskesmas tanjung pasir tahun 2012


Diagram 1.2 Jumlah penderita ISPA jenis kelamin perempuan di Desa Tanjung Pasir
bulan

januari

Penderita Non-Pneumonia J enis Kelamin Perempuan

Agustus

Labels
0-1 tahun
1-4 tahun

250

2012

Jumlah Penderita

200

150

13

100

50

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

jun

J ul

Agt

Tabel 1.11. Sarana Pelayanan Kesehatan


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Sarana Pelayanan Kesehatan


Poskesdes
Pos KB Keluarga
Posyandu
Pos Mandiri
Klinik Bersalin/ BKIA
Praktek Dokter/ Bidan
Praktek Bidan
Paraji
Keluarga Berencana

Jumlah
1 Unit
6 Unit
4 Unit
4 Unit
4 Orang
- Unit

a. Jumlah Pos/ Klinik KB : b. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) :


334 Pasang
c. Jumlah Akseptor KB

1.3

1) Pil

: 127 orang

2) IUD

: 14 orang

3) Kondom

: - orang

4) Suntik

: 190 orang

5) Implan

: 13 orang

Data Keluarga Binaan


Gambar 1.3 Denah Keluarga Binaan
Tn. Emet

Tn. Yaman

Tn. Umin

Jalan setapak

Empang
14

1.3.1 Keluarga Tn. Emet


Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Emet yang memiliki empat orang anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah:
Tabel 1.12. Tabel Keluarga Tn. Emet
No Nama

Status

Jenis

Usia

Pendidikan

Pekerjaan

H. Emet

keluarga
Kepala

kelamin
Laki-laki

60

SD

Pengusaha Tambak

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Hj. Sawiyah
Meti
Emi
Arun
Dedi
Marjaya
Ernawati
Mardiyah
Andri
Rafa

keluarga
Istri
Anak
Anak
Anak
Anak
Anak
Anak
Menantu
Menantu
Cucu

Wanita
Wanita
Wanita
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki

45
32
30
29
28
27
25
27
27
2

SD
D3
S1
D3
D3
D3
D3
S1
SMA
Belum sekolah

Ibu Rumah Tangga


Bidan
Guru
Pegawai Negeri
Buruh Pabrik
Pegawai Swasta
Bidan
Guru
Pegawai Swasta
-

Keluarga Tn. Emet tinggal di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga
RT 05/06. Keluarga ini terdiri dari seorang kakek nenek dengan anak-anaknya yang telah berkeluarga,
dan satu orang cucu yang tinggal serumah. Tn. Emet sebagai pemilik rumah, berusia 60 tahun dan
pekerjaan pengusaha tambak, sedangkan Ny. Sawiyah sebagai istri berusia 45 tahun dengan latar
belakang pendidikan terakhir sekolah dasar.
Ny. Meti sebagai anak pertama yang berusia 32 tahun dengan latar pendidikan D3 mempunyai
pekerjaan bidan tidak tinggal serumah dengan orang tuanya yaitu H. Emet. Anak kedua yaitu Ny. Erni
30 tahun dengan latar belakang pendidikan S1 mempunyai pekerjaan guru juga tidak tinggal serumah
dengan orang tuanya. Anaknya yang ketiga bernama Tn. Arun saat ini berusia 29 tahun, pendidikan
terakhir D3 dan mempunyai pekerjaan pegawai negeri juga tidak tinggal serumah dengan orang
tuanya. Tn. Dedi sebagai anak keempat berusia 28 tahun dengan pendidikan terakhirnya D3 dan
mempunyai pekerjaan sebagai buruh pabrik juga tidak tinggal serumah dengan orang tuanya.
Anak ke lima yaitu Tn. Marjaya berusia 27 tahun dengan latar belakang pendidikjan terakhir
D3 dan mempunyai pekerjaan sebagai pegawai swasta tinggal serumah dengan orang tuanya.Tn.
Marjaya mempunyai istri yang bernama Ny. Mardiyah berumur 27 tahun dengan latar belakang
pendidikan S1 dan mempunyai pekerjaan sebagai seorang guru juga tinggal bersama keluarga H. Emet.
15

Pasangan tersebut mempunyai seorang anak bernama Rafa berumur 2 tahun dan belum sekolah. Rafa
diberikan ASI Ekslusif sampai berumur 4 bulan dan dilanjutkan dengan susu formula, setelah itu mulai
diberikan makanan seperti nasi, lauk pauk, dan buah.An.Raffa tidak diberikan imunisasi dasar secara
lengkap yaitu kurang imuniasi campak. Pada umur 1,5 tahun, An. Rafa pernah menderita batuk pilek
yang berulang, namun tidak diperiksakan ke dokter spesialis anak ataupun berobat ke balai pengobatan
lainnya hanya diberikan obat dari warung.
Anak yang terakhir bernama Ny. Ernawati berusia 25 tahun dengan latar belakang pendidikan
D3 bekerja sebagai bidan tinggal bersama orang tuanya dan mempunyai seorang suami bernama Tn.
Andri berusia 27 tahun dengan latar belakang pendidikan SMP mempunyai pekerjaan pegawai swasta,
pasangan ini belum mempunyai keturunan. Tn. Budi berprofesi sebagai tukang pabrik bangunan
dengan pendapatan Rp 1.200.000,- tiap bulan. Tn. Emet dan Ny. Ami bekerja sebagai ibu rumah
tangga.
Keluarga Tn. Emet tinggal disebuah rumah bangunan permanen diatas tanah seluas 15 x 10 m 2.
Dinding rumah terbuat dari semen

dan batu bata, lantai menggunakan semen. Atap rumah

menggunakan genteng dan terdapat plafon. Rumah Tn. Emet terdiri dari 4 buah kamar tidur, satu
ruang keluarga, satu ruang tamu, satu ruang kerja, satu dapur, dan dua kamar mandi. Ruang tamu
berukuran 2 x 2 m2 beralaskan semen dan terdapat kursi kayu sebanyak 4 buah. Ditengah terdapat
ruang keluarga, dimana terdapat TV, diruangan tersebut tidak terdapat jendela yang dapat dilewati
cahaya matahari pada sisi rumah Tn. Emet terdapat adanya ventilasi udara yang kurang. Pada ruang
tidur tidak terdapat ventilasi dan lembab.
Di rumah Tn. Emet terdapat WC ( jamban ) dan di sebelah dapur dan dalam ruang tidur utama.
Dapur Tn. Emet menggunakan kompor gas. Untuk sumber air bersih menggunakan air PAM. Keluarga
Tn. Emet terbiasa melakukan cuci tangan sebelum makan, tetapi tidak menggunakan sabun, kemudian
apabila selesai makan, keluarga Tn. Emet terbiasa mencuci tangan menggunakan air cuci tangan dari
bak tempat penampungan air dikamar mandi rumahnya. Cucu Tn. Emet yaitu rafa jarang menggunakan
alas kaki ketika keluar rumah, dan akhir akhir ini mengeluhkan gatal gatal pada kaki akibat terkena
air banjir.
Rumah keluarga Tn. Emet terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar rumah
0,5 meter disebelah kanan dan kiri dan di depan terdapat empang yang berjarak 5 meter dari rumahnya.
Keluarga Tn. Emet memiliki kebiasaan membuang sampah di dekat empang.

16

Gambar 1.4 Denah keluarga Tn. Emet


Keluarga Tn. Emet memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Biasanya menu yang
biasa dimakan adalah tahu, tempe, dan telur. Tn. Emet memiliki kebiasaan merokok. Seluruh anggota
keluarga mengaku jarang melakukan olahraga. Tn. Emet dan seluruh anggota keluarga tidak
mengetahui tentang mencuci tangan yang baik dan benar, sehingga mereka hanya melakukan cuci
tangan dengan air bersih saja. Tn. Emet tidak memiliki masalah kesehatan dalam sebulan terakhir ini.
Tabel 1.13 Faktor Internal Keluarga Tn. Emet
No
1
2

Faktor Internal
Kebiasaan Merokok
Olah raga

Pola Makan

Pola Pencarian Pengobatan

5
6

Menabung
Aktivitas sehari-hari

Permasalahan
Ada yang merokok
Keluarga Tn. Emet tidak ada yang memiliki kebiasaan
berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah melakukan
olahraga.
Istri Tn. Emet memasak sendiri untuk makan keluarga, menu
makanan yang sering dimakan adalah tahu, tempe, dan telur.
Apabila sakit, mereka membeli obat warung. Apabila tidak
sembuh, mereka berobat ke mantri untuk minta obat.
Keluarga Tn. Emet tidak memiliki kebiasaan menabung
Tn. Emet bekerja di tambak, Ia berangkat jam 08.00 WIB
dan pulang pada pukul 14.00 WIB

Perilaku mencuci tangan

Keluarga Tn. Emet tidak memiliki pengetahuan cuci tangan


yang baik dan benar

Tabel 1.14 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Emet


No
1.

Kriteria
Luas Bangunan

Permasalahan
Luas rumah 15 x 10 m2

17

2.

Ruangan dalam rumah

Dalam rumah terdapat ruang tamu, empat kamar tidur, satu ruang keluarga, satu
dapur, satu ruang kerja dan dua kamar mandi.

3.

Ventilasi

Tidak terdapat ventilasi pada sisi rumah, ventilasi hanya terdapat pada depan rumah.
Tiap kamar tidak terdapat ventilasi.

4.

Pencahayaan

a.

Terdapat jendela pada kamar, tetapi selalu ditutupi dengan kain dan tidak bisa

b.

dibuka.
Terdapat 3 buah lampu di dalam rumah, 3 berwarna putih. Lampu terdapat di
ruang keluarga, kamar tidur dan ruang tamu.

5.
6.
7.

MCK
Sumber Air
SPL

Terdapat tempat untuk mandi, buang aur besar, dan cuci piring.
Dalam kesehariannya Tn. Emet mendapatkan sumber air bersih dari PAM
Air Limbah rumah tangga di buang ke parit buatan sendiri yang di alirkan ke kolam
empang di belakang rumah

8.

TPS

Sampah rumah tangga di kumpulkan dibelakang rumah. Sampah ditumpuk terlebih


dahulu hingga cukup banyak di buang ke empang

9.

Lingkungan sekitar

Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah tetangga. Di lingkungan sekitar
rumah keluarga Tn. Emet masih banyak sampah yang berserakan dikarenakan
penduduk sekitar kurang peduli dengan lingkungannya.

rumah

1.3.2. Keluarga Binaan Tn. Yaman


Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Yaman yang memiliki tiga orang anak dan keluarga yang
tinggal dalam satu rumah ada tiga anggota keluarga. Ketiga anggota keluarga tersebut adalah:
Tabel 1.15 Data Keluaga Tn. Yaman
No

Nama

Status

Jenis

Keluarga

Kelamin

Usia Pendidikan

Pekerjaan

Tn.Yaman

Suami

Laki-laki

63th

Tidak sekolah Nelayan

Ny. Sapinah

Istri

Perempuan

60th

SD

Ibu Rumah Tangga

Ny.Yati

Anak

Perempuan

30th

SD

Ibu Rumah Tangga

Ny.Yanti

Anak

Perempuan

28th

Tidak sekolah Ibu Rumah Tangga

Tn.Suryadi

Anak

Laki-laki

22th

S1

Mahasiswa

Keluarga binaan ini beralamat di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga RT 05/06, Kabupaten Tangerang Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri yang menikah dan
memiliki 3 orang anak. Keluarga ini terdiri dari seorang kepala keluarga yang bernama Tn. Yaman , 63
18

tahun. Ia memiliki istri bernama Ny. Sapinah yang berusia 60 tahun. Keluarga ini memiliki
penghasilan dari hasil bernelayan rata-rata pendapatan Rp.1.200.000 tiap bulan.
Anak pertama Tn. Yaman dan Ny. Sapinah bernama Tn.Yaman yang sekarang berusia 45 tahun
dulu lahir dibantu oleh dukun beranak. Anak pertama bernama Yati berumur 30 tahun, berpendidikan
terakhir SD, sebagai ibu rumah tangga, Ny. Yati tidak tinggal dirumah tersebut. Anak ke dua bernama
Ny.Yanti yang usianya sekarang 28 tahun lahir dibantu oleh dukun beranak dan berpendidikan tidak
bersekolah dan sebagai ibu rumah tangga, Ny. Yanti tidak tinggal dirumah tersebut . Anak ke tiga
bernama Tn. Suryadi sekarang berusia 22 tahun lahir dibantu oleh dukun beranak dan sedang berkuliah
menjalani pendidikan strata satu.
Keluarga Tn. Yaman tinggal disebuah rumah bangunan permanen diatas tanah seluas 7 x 10
m2. Dinding rumah terbuat dari batu bata, lantai menggunakan keramik . Atap rumah menggunakan
genteng dan terdapat plafon. Rumah Tn. Yaman terdiri dari dua kamar tidur, satu ruang keluarga, satu
dapur,satu tempat sholat dan satu kamar mandi . Ruang keluarga berukuran 3x 2 m 2 beralaskan
keramik dan terdapat kursi sebanyak tiga buah,terdapat TV, diruangan tersebut terdapat jendela yang
dapat dilewati cahaya matahari pada depan rumah Tn. Yaman terdapat adanya ventilasi udara yang
kurang cukup. Pada ruang tidur tidak terdapat ventilasi dan lembab.
Di rumah Tn. Yaman terdapat WC ( jamban ) dan hanya terdapar dapur dan kamar mandi.
Disebelah dapur terdapat tempat sholat yang dialasi oleh keramik. Dapur Tn. Yaman menggunakan
kompor gas . Untuk sumber air bersih menggunakan air PAM. Keluarga Tn. Yaman terbiasa
melakukan cuci tangan sebelum makan,kemudian apabila selesai makan, keluarga Tn. Yaman terbiasa
mencuci tangan menggunakan air cuci tangan dari bak tempat penampungan air dikamar mandi
rumahnya.
Rumah keluarga Tn. Yaman terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar rumah
0,5 meter disebelah kanan dan kiri dan di depan terdapat empang yang berjarak 20 meter dari
rumahnya. Keluarga Tn. Yaman
memiliki
sampah

kebiasaan
dikumpulkan

membuang
didepan

rumahnya, kemudian dibuang ke


empang.

19

Gambar 1.5 Denah keluarga Tn. Yaman


Keluarga Tn. Yaman memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Biasanya menu yang
biasa dimakan adalah tahu, tempe,ikan, sayuran. Tn. Yaman memiliki kebiasaan merokok. Merokok
sudah lama kurang lebih 25 tahun. Keluarga Ny. Taman mengaku melakukan mencuci tangan sebelum
makan. Seluruh anggota keluarga mengaku jarang melakukan olahraga. Ny. Sapinah menderita
hipertensi dan diabetes melitus rajin kontrol ke dokter puskesmas, dan Keluarga Tn. Yaman dalam
sebulan ini mengaku terkena penyakit ISPA .
Tabel 1.16 Faktor Internal Keluarga Tn. Yaman
No
1
2

Faktor Internal
Kebiasaan Merokok
Olah raga

Pola Makan

Pola Pencarian Pengobatan

5
6

Menabung
Aktivitas sehari-hari

Permasalahan
Tn. Yaman memiliki kebiasaan merokok
Keluarga Tn. Yaman tidak ada yang memiliki kebiasaan
berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah melakukan
olahraga.
Ny. Sapinah memasak sendiri untuk makan keluarga, menu
makanan yang sering dimakan adalah tahu, tempe,ikan dan
sayuran.
Apabila sakit, mereka membeli obat warung. Apabila tidak
sembuh, mereka berobat ke puskesmas.
Keluarga Tn. Emet tidak memiliki kebiasaan menabung
Tn. Yaman bekerja sebagai nelayan.

Perilaku mencuci tangan

Keluarga Tn. Emet memiliki pengetahuan cuci tangan yang


baik dan benar

Tabel 1.17 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Yaman


No
1.

Kriteria
Luas Bangunan

2.

Ruangan
rumah

dalam

Permasalahan
Luas rumah 7x 10 m2
Dalam rumah terdapat dua kamar tidur, satu ruang keluarga, satu dapur,satu ruang sholat dan
satu kamar mandi.

20

3.

Ventilasi

Tidak terdapat ventilasi pada sisi rumah, ventilasi hanya terdapat pada depan rumah. Tiap kamar
tidak terdapat ventilasi.

4.

Pencahayaan

c.

Terdapat jendela pada kamar, tetapi selalu ditutupi dengan kain dan tidak bisa dibuka.

d. Terdapat 5 buah lampu di dalam rumah. Lampu terdapat di ruang keluarga, kamar
tidur,kamar mandi dan dapur.

5.
6.
7.

MCK
Sumber Air
SPL

Terdapat tempat untuk mandi, buang air besar, dan cuci piring.
Dalam kesehariannya menggunakan air dari PAM
Air Limbah rumah tangga di buang ke parit buatan sendiri yang di alirkan ke kolam empang di
depan rumah

8.

TPS

Sampah rumah tangga di kumpulkan didepan rumah. Sampah ditumpuk terlebih dahulu hingga
cukup banyak lalu dibuang ke empang.

9.

Lingkungan

Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah tetangga. Di lingkungan sekitar rumah
keluarga Tn. Yaman masih banyak sampah yang berserakan dikarenakan penduduk sekitar
kurang peduli dengan lingkungannya.

sekitar rumah

1.3.3 Keluarga Binaan Tn. Umin


Keluarga binaan adalah keluarga Tn. Umin yang memiliki empat orang anggota keluarga yang
tinggal dalam satu rumah. Keempat anggota keluarga tersebut adalah:
Tabel 1.18. Tabel Keluarga Tn. Umin
No Nama
1
2
3
4

Tn.Umin
Ny. Yati
Nengsih
Nugiansyah

Status keluarga

Jenis

Usia

Pendidikan Pekerjaan

Kepala keluarga
Istri
Anak
Anak

kelamin
Laki-laki
Wanita
Wanita
Laki-laki

40
30
14
3

SD
SD
SMP
Belum

Nelayan
Ibu Rumah Tangga
Pelajar
-

Sekolah

Keluarga binaan ini beralamat di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga RT 05/06, Kabupaten Tangerang Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri yang menikah dan
memiliki 2 orang anak. Keluarga ini terdiri dari seorang kepala keluarga yang bernama Tn. Umin , 40
tahun. Ia memiliki istri bernama Ny. Yati yang berusia 30 tahun. Keluarga ini memiliki penghasilan
dari hasil bernelayan rata-rata pendapatan Rp.1.000.000 tiap bulan.
Anak pertama Tn. Umin dan Ny. Yati bernama Nengsih yang sekarang berusia 14 tahun dulu
lahir dibantu oleh bidan desa. Anak pertama berpendidikan terakhir SD. Anak kedua bernama
Nugiansyah berumur 3 tahun, dulu lahir dibantu oleh bidan desa
21

Keluarga Tn. Umin tinggal disebuah rumah bangunan permanen diatas tanah seluas 7 x 10 m 2.
Dinding rumah terbuat dari batu bata, lantai menggunakan keramik . Atap rumah menggunakan
genteng dan terdapat plafon. Rumah Tn. Umin terdiri dari tiga kamar tidur, satu ruang keluarga, satu
dapur. Ruang keluarga berukuran 3x 2 m2 beralaskan keramik dan terdapat kursi sebanyak empat
buah,terdapat TV, diruangan tersebut terdapat jendela yang dapat dilewati cahaya matahari pada depan
rumah Tn. Umin terdapat adanya ventilasi udara yang kurang cukup. Pada ruang tidur tidak terdapat
ventilasi dan lembab.
Di rumah Tn. Umin tidak terdapat WC ( jamban ), untuk mandi keluarga ini ikut mandi di
rumah sebelah, dan dapur memakai kompor gas beralaskan keramik. Untuk sumber air bersih
menggunakan air PAM. Keluarga Tn. Yaman terbiasa melakukan cuci tangan sebelum
makan,kemudian apabila selesai makan, keluarga Tn. Yaman terbiasa mencuci tangan menggunakan
air cuci tangan dari bak tempat penampungan air dikamar mandi rumahnya.
Rumah keluarga Tn. Umin terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar rumah
0,5 meter disebelah kanan dan kiri dan di depan terdapat empang yang berjarak 20 meter dari
rumahnya. Keluarga Tn. Umin memiliki kebiasaan membuang sampah dikumpulkan didepan
rumahnya, kemudian dibuang ke empang. Anak- anak tuan Umin tidak dibiasakan keluar rumah
memakai sandal dan karena banjir di daerah dekat rumahnya, akhir akhir ini menderita gatal gatal.

22

Gambar 1.6 Denah keluarga Tn. Umin


Keluarga Tn. Umin memiliki pola makan sebanyak 3 kali dalam sehari. Biasanya menu yang
biasa dimakan adalah tahu, tempe,ikan, sayuran. Tn. Umin memiliki kebiasaan merokok. Merokok
sudah lama kurang lebih 20 tahun. Keluarga Tn. Umin mengaku melakukan mencuci tangan sebelum
makan. Seluruh anggota keluarga mengaku jarang melakukan olahraga. Keluarga Tn. Umin dalam
sebulan ini mengaku terkena penyakit ISPA .
Tabel 1.19 Faktor Internal Keluarga Tn.Umin
No
1
2

Faktor Internal
Kebiasaan Merokok
Olah raga

Pola Makan

Pola Pencarian Pengobatan

5
6

Menabung
Aktivitas sehari-hari

Permasalahan
Tn. Umin memiliki kebiasaan merokok
Keluarga Tn. Umin tidak ada yang memiliki kebiasaan
berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah melakukan
olahraga.
Ny. Yati memasak sendiri untuk makan keluarga, menu
makanan yang sering dimakan adalah tahu, tempe,ikan dan
sayuran.
Apabila sakit, mereka membeli obat warung. Apabila tidak
sembuh, mereka berobat ke puskesmas.
Keluarga Tn. Umin tidak memiliki kebiasaan menabung
Tn. Umin bekerja sebagai nelayan.

Perilaku mencuci tangan

Keluarga Tn. Umin memiliki pengetahuan cuci tangan yang


baik dan benar

Tabel 1.20 Faktor Eksternal Keluarga Tn. Umin


No
1.

Kriteria
Luas Bangunan

Luas rumah 7x 10 m2

2.

Ruangan

Dalam rumah terdapat tiga kamar tidur, satu ruang keluarga

dalam

Permasalahan

rumah
3.

Ventilasi

Tidak terdapat ventilasi pada sisi rumah, ventilasi hanya terdapat pada depan rumah. Tiap kamar
tidak terdapat ventilasi.

23

4.

Pencahayaan

e.

f.

Terdapat jendela pada kamar, tetapi selalu ditutupi dengan kain dan tidak bisa dibuka.
Terdapat 4 buah lampu di dalam rumah. Lampu terdapat di ruang keluarga, kamar tidur

5.
6.
7.

MCK
Sumber Air
SPL

Menumpang dirumah sebelah (Tn. Yaman)


Dalam kesehariannya menggunakan air dari PAM
Air Limbah rumah tangga di buang ke parit buatan sendiri yang di alirkan ke kolam empang di
depan rumah

8.

TPS

Sampah rumah tangga di kumpulkan didepan rumah. Sampah ditumpuk terlebih dahulu hingga
cukup banyak lalu dibuang ke empang.

9.

Lingkungan

Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah tetangga. Di lingkungan sekitar rumah
keluarga Tn. Umin masih banyak sampah yang berserakan dikarenakan penduduk sekitar
kurang peduli dengan lingkungannya.

sekitar rumah

1.4

Penentuan Area Masalah Kesehatan


1.4.1 Rumusan Area masalah Keluarga Binaan
1.4.1.1 Keluarga Tn. Emet
Area masalah yang terdapat pada keluarga Tn. Emet dibagi menjadi 2, yaitu masalah
medis dan non medis. Masalah non medis yang terdapat pada keluarga Tn. Emet yaitu
perilaku merokok, kurangnya sirkulasi udara yang cukup. Kebiasaan mencuci tangan tidak
memakai sabun sebelum makan,membuang sampah tidak pada tempatnya, tidak memakai
alas kaki ketika keluar rumah dan ventilasi yang kurang.
Sedangkan masalah medis yang ada adalah ISPA yang diderita oleh keluarga, gatal
gatal akibat banjir, dan Herpes Zooster yang diderita Tn. Emet, hipertensi pada istri Tn.
Emet, keluarga Tn. Emet memiliki kebiasaan tidak berobat ke klinik ataupun puskesmas
jika sakit, mereka hanya membeli obat warung atau pergi ke bidan terdekat. Dan imunisasi
dasar tidak lengkap pada cucu Tn. Emet.
1.4.1.2 Keluarga Tn. Yaman
Area masalah yang terdapat pada keluarga Tn. Masa dibagi menjadi 2, yaitu masalah
medis dan non medis. Masalah non medis yang terdapat pada keluarga Tn. Yaman adalah
perilaku merokok dan buang sampah tidak pada tempatnya, tidak adanya ventilasi yang baik
dalam rumah, dan tidak memakai alas sendal saat keluar rumah. Sedangkan masalah medis
yang ada adalah penyakit DM dan menderita Hipertensi yang sedang dialami oleh Ny.
Sapinah, dan Suryadi sedang mengalami ISPA.
1.4.1.3 Keluarga Tn. Umin
Area masalah yang terdapat pada keluarga Tn. Umin dibagi menjadi 2, yaitu masalah
medis dan non medis. Masalah non medis yang terdapat pada keluarga Tn. Umin adalah
perilaku merokok, cuci tangan menggunakan air mengalir dan tanpa sabun saat melakukan
24

kegiatan termasuk saat ingin makan, BAB di jamban pada keluarga sebelah, tidak memakai
alas kaki, perilaku membuang sampah di lingkungan sekitar tempat tinggal, kurangnya
ventilasi udara yang ada di rumah keluarga binaan, kurangnya pencahayaan di rumah keluarga
binaan. Masalah medis yaitu menderita ISPA, gatal gatal karena banjir, serta tidak
lengkapnya imunisasi dasar.

1.4.2 Alasan Pemilihan Area Masalah


Sebagai pendekatan awal untuk mengetahui area masalah yaitu dengan menganalisis
laporan tahunan puskesmas mengenai data program kesehatan lingkungan, PHBS wilayah
Puskesmas Tegal Angus, serta kemudian informasi tersebut dibandingkan dengan laporan kader
desa setempat yang menyatakan bahwa jumlah perokok masih sangat banyak. Setelah mengamati,
mewawancarai, dan melakukan observasi masing-masing keluarga binaan di Kampung Telaga
Sukamana, Desa Tanjung Pasir terdapat berbagai area permasalahan, yaitu:
1. Perilaku merokok
2. Perilaku membuang sampah disekitar rumah
3. Kurangnya ventilasi pada rumah keluarga binaan
4. Mencuci tangan tidak memakai sabun sebelum makan.
5. Tidak memakai alas kaki
6. Gatal gatal akibat banjir
7. Imunisasi dasar tidak lengkap
8. Banyaknya penderita ISPA
9. Menderita Herpes Zooster
10. Hipertensi
11. Diabetes Melitus
Dari sekian masalah yang ada pada keluarga tersebut, kami memutuskan untuk mengangkat
permasalahan PERILAKU MEROKOK TERHADAP KELUARGA BINAAN RT 05 RW 06
KAMPUNG GARAPAN DESA TANJUNG PASIR . Dalam pengambilan sebuah masalah
digunakan Metode Delphi.
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang dibuat oleh suatu
kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli atas masalah yang akan diputuskan. Proses
penetapan Metode Delphi dimulai dengan identifikasi masalah yang akan dicari penyelesaiannya.
Pemilihan area masalah ini didasarkan atas metode delphi dan melalui berbagai pertimbangan
yaitu :

25

Selama melakukan kunjungan beberapa kali ke rumah keluarga binaan, kami menemukan
bahwa ketiga keluarga binaan memiliki masalah banyaknya jumlah perokok. Dari hasil
presurvey didapatkan presentasi masing-masing ketiga domain pembentuk perilaku yaitu,
sebanyak 70% memiliki knowledge yang baik, sebanyak 55% memiliki attitude yang positif,
dan sebanyak 45% memiliki practice yang buruk. Jadi dari ke tiga keluarga binaan tidak
memiliki masalah pada knowledge nya. Sehingga, selama kunjungan dengan waktu yang
berbeda, kami observasi perilaku merokok pada ketiga keluarga binaan, dan didapatkan bahwa
perilaku merokok yang membahayakan kesehatan berdasarkan hasil checklist observasi. Hal ini
dikarenakan kesadaran dari keluarga binaan tentang bahaya merokok pada kesehatan.
Kebiasaan buruk ini dapat menjadi salah satu sebab timbulnya berbagai penyakit
paru,kelamin,jantung,dan lain-lain. Banyak keluarga anggota binaan termasuk perokok yang
mengalami gangguan dalam pernapasan
Berdasarkan data sekunder yang didapatkan dari Puskesmas Tegal Angus tahun 2013 mengenai
PHBS (Tabel 1.21), merokok merupakan indikator yang presentasenya (65,2%) masih tinggi di
daerah tanjung pasir.
Tabel 1.21 Laporan PHBS di wilayah Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2013
INDIKATOR
Nama
Desa

Juml
ah
KK
YDT

%
Per
sali
nan
O/
tks

%
Asi
eks

%
By/
blt
dt
mb
g

%
Cuc
i
Tan
gan

%
Air
Ber
sih

%
Jam
ban
Seh
at

%
Bersi
kan
Jenti
k

%
Mak
an
Sayu
r
Bua
h

%
Aktivi
tas
Fisik

%
Tdk
Mero
kok
dlm
Ruma
h

%
Jmlh
(Sehat
)

Pangkal
an

210

57.
6

42.
4

67.
1

70

95.
7

66.5

51.4

57

33.3

33.5

16.2

Tj.
Burung

210

64.
6

58.
6

65.
7

43.3

96.
6

46.7

79

61.9

72.8

72.8

16.7

Tegal
Angus

214

35.
6

24.
3

58.
9

87.4

90.
2

57

94

39.7

72.4

57

17

Tj. Pasir

210

71.
4

49.
5

79.
5

38.6

91.
4

68.8

92.7

72.3

65.6

65.2

17

Muara

210

71.
5

43.
6

70.
6

45.9

99

43

92

73.4

33

71.2

56.5

Lemo

206

63.

24.

64

91.6

83.

44.8

80.8

84

62

45

18
26

Jumlah

1260

65.
2

37.
7

6
67.
5

63.6

92.
8

54

86

55.3

61.5

54

15.5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Diagnosis dan intervensi komunitas


Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu

masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan
kemudian melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi
komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas.Dalam
melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran
adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat
ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian,
manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
gizi).
2.2

Konsep Perilaku

2.2.1.Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena

27

perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua
(Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.2.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan
agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku
pencarian pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya.
2.2.3. Domain Perilaku
Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini lebih
memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku & norma, sikap,
tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah
usaha untuk mengerti/ memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari
hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi yang rendah diantara sikap-sikap dan
28

perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang
mendasari perilaku (Fishbein, 1993; Abelson, 1972; Wicker, 1969).
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang menghubungkan
kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan
dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model
dan hubungan sebab musabab diantara komponen yang ditentukan dengan jelas (Ajzen dan Fishbein,
1980). Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran
hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai
dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atausarana.
c) Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi dan metode
dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi yang sebenarnya
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya
dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
29

6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen
pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik
ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik
tingkat tiga.
30

d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran
juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek)
2. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.
2.2.4. Asumsi Determinan Perilaku
Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian
seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut.Secara
rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut
dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya
dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat
mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain:
1. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :
1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,
kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
(a) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
31

(b) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima
kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
(c) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat
seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap
tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada
situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain,
sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya
pengalaman seseorang.
2). Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia
katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3). Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut
kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat
ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).
2. Theory of Reasoned Action (TRA)
Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan
antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada
tahun 1967, TRA mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/
memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini yang
menemukan secara relative korespondensi yang rendah diantara sikap-sikap dan perilaku, serta
beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku
(Fishbein, 1993; Abelson, 1972; Wicker, 1969).
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang menghubungkan
kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma untuk tujuan yang
berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari
komponen model dan hubungan sebab musabab diantara komponen yang ditentukan dengan jelas
(Ajzen dan Fishbein, 1980). Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
3. Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan
seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar
perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
32

1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,


kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2)

Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obatobatan, alat-alat steril dan sebagainya.

3)

Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

4. Teori Snehandu B. Kar (1983)


Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari :
1) Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya
(behavior itention).
2) Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
3) Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of
information).
4) Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan
(personal autonomy).
5) Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

2.3

Teori perilaku merokok.

2.3.1 Definisi Merokok


Menurut Sitepoe tahun 2000, merokok merupakan aktivitas membakar tembakau
kemudian menghisap asapnya dengan menggunakan rokok atau pipa. Asap rokok yang dihisap
melalui mulut disebut mainstream smoke, sedangkan asap yang dihembuskan ke udara oleh
perokok disebut sidestream smoke yang mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif.
Sumarno (2007) menjelaskan 2 cara merokok yang umum dilakukan yaitu;
(1) menghisap dan menelan asap rokok kedalam paru paru dan dihembuskan;
(2) hanya menghisap sampai mulut lalu dihembuskan melalui mulut atau hidung. Adapun
definisi yang dikemukakan oleh Amstrong (2007) adalah menghisap asap tembakau ke dalam
tubuh lalu menghembuskannya keluar.
Kesimpulan dari perilaku merokok dengan merujuk pada definitas di atas adalah aktivitas
membakar temb

akau dan menghisap atau menghirup asap rokok dengan pipa atau langsung
33

dari rokoknya (mainstream smoke), dan kemudian menghembuskan kembali asap tersebut ke
udara (sidestream smoke).
2.3.2 Tahapan menjadi Perokok
Merokok tidak terjadi dalam sekali waktu karena ada proses yang dilalui, antara lain : periode
eksperimen awal (mencoba-coba), tekanan teman sebaya dan akhirnya mengembangkan sikap
mengenai seperti apa seorang perokok (Taylor,2009). Ada 4 tahapan yang merupakan proses
menjadi perokok (Ogden, 2000) antara lain :
1.

Tahap I dan II: Initation dan Maintenance


Initation merupakan tahap awal atau pertama kali individu merokok atau tahap perintisan
merokok yaitu tahap apakah seseorang meneruskan atau tidak perilaku merokonya.
Sedangkan maintenance merupakan tahap dimana individu kembali merokok. Factor
kognitif berperan besar ketika individu mulai merokok, antara lain menghubungkan perilaku
merokok dengan kesenangan, kebahagiaan, keberanian, kesetiakawanan, dan percaya diri.
Faktor lainnya adalah memiliki orang tua perokok, tekanan teman sebaya untuk merokok,
menjadi pemimpin dalam kegiatan social.

2. Tahap III : Cessation


Merupakan proses dimana perokok akhirnya berhenti merokok. Tahap cessation terbagi
menjadi 4, yaitu: precontemplation (belum ada keinginan untuk berhenti merokok),
contemplation (ada pemikiran untuk berhenti merokok), action (ada usaha untuk berubah),
maintenance (tidak merokok selama beberapa waktu). Tahapan tersebut bersifat dinamis
karena seseorang yang berada di tahap contemplation dapat menjadi tahap precontemplation.
3. Tahap IV : Relapse
Individu yang berhasil berhenti merokok tidak menjadi jaminan bahwa ia tidak akan
kembali menjadi perokok. Marlatt dan Gordon (dalam Ogden, 2000) membedakan antara
lapse dan relapse. Lapse adalah kembali merokok dalam jumlah kecil dan relapse adalah
kembali merokok dalam jumlah besar. Ada beberapa situasi yang mempengaruhi yaitu highrisk situation coping behavior dan positive-negative outcome expectancies.
Saat dihadapkan dengan high risk situation maka individu akan melakukan strategi coping
behavior berupa perilaku atau kognitif. Bentuk perilaku misalnya menjauhi situasi atau
melakukan perilaku pengganti sedangkan bentuk kognitif adalah mengingat alasan untuk
berhenti merokok. Positive outcome expectancies (misalnya merokok mengurangi
kecemasan) dan negative outcome expectancies (merokok membuatnya sakit) dipengaruhi
pengalaman individu. No lapse berhasil dilakukan jika individu memiliki strategi coping dan
34

negative outcome expectancies seta self efficacy yang rendah maka individu akan
mengalami lapse.
2.3.3 Kategori Perokok
Sitepoe (2000) mengkategorikan perokok berdasarkan jumlah konsumsi rokok harian, yaitu
(a)

Perokok ringan (1-10 batang/hari)

(b)

Perokok sedang (11-20batang/hari)

(c)

Perokok berat (>20 batang/hari)


Perokok yang mengkonsumsi rokok dalam jumlah yang lebih kecil memiliki kecenderungan

berhenti merokok lebih besar. Taylor (2009) menyebut istilah chippers untuk menjelaskan
perokok yang mengkonsumsi rokok kurang dari 5 batang/hari, sehingga memiliki kemungkinan
yang kecil untuk kecanduan nikotin. Istilah lainnya adalah social smoker yaitu individu yang
merokok hanya pada situasi social. Situasi social itu merupakan syarat atau pemicu untuk
merokok

2.3.4 Tipe-Tipe Perilaku Merokok


Silvan Tomkins (dalam sarafino, 2002) menyebutkan 4 tipe perilaku merokok, yaitu:
a)

Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positif affect smoking).
Tujuannya

untuk

mendapatkan/

meningkatkan

perasaan

positif,

misalnya

untuk

mendapatkan rasa nyaman dan membentuk image yang diinginkan.


b) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative (negative affect smoking).
Tujuannya untuk mengurangi perasaan yang kuran menyenangkan, misalnya keadaan cemas
dan marah.
c)

Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking). Individu yang sudah ketergantungan
nikotin cenderung menambah dosis rokok yang akan digunakan berikutnya karena efek
rokok yang dikonsumsi sebelumnya mulai berkurang sesaat setelah rokok habis dihisap
sehingga individu mempersiapkan hisapan rokok berikutnya. Umumnya, individu dengan
tipe perilaku merokok yang adiktif merasa gelisah bila tidak memiliki persediaan rokok.

35

d) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (habitual smoking). Dalam hal ini, tujuan
merokok bukan untuk mengendalikan perasaannya secara langsung melainkan karena sudah
terbiasa.
2.3.5 Faktor-Faktor Penyebab atau Pendorong Perilaku Merokok
Lewin (dalam Komasari dan Helmi, 2000) perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan
dan individu. Artinya perilaku merokok disebabkan oleh faktor dalam diri (seperti perilaku
memberontak dan suka mengambil resiko) dan faktor lingkungan (seperti orangtua yang
merokok dan teman sebaya yang merokok). Menurut Mutadin (dalam Aula, 2010)
mengemukakan alasan seseorang merokok, diantaranya:
a. Pengaruh Orangtua
Menurut Baer dan Corado, individu perokok adalah individu yang berasal dari keluarga
tidak bahagia, dimana orangtua tidak memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan
individu yang berasal dari lingkunag rumah tangga yang bahagia. Perilaku merokok lebih
banyak didapati pada individu yang tinggal dengan satu orangtua (Single Parent). Individu
berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok dibandingkan ayah mereka yang
merokok. Hal ini terlihat pada wanita.
b. Pengaruh Teman
Berbagai faktor mengungkapkan semakin banyak individu merokok maka semakin banyak
teman-teman individu yang merokok, begitu pula sebaliknya.
c. Faktor Kepribadian
Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan dari rasa
sakit atau kebosanan.
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok
adalah lambang kejantanan atau glamour membuat seseorang seringkali terpicu untuk
mengikuti perilaku yang ada di iklan tersebut.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (dalam Nasution, 2007) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok, yaitu:
- Faktor Biologis
Banyak penelitian menunjukan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan
kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok. Pendapat ini didukung Aditama
(1992) yang mengatakan nikotin dalam darah perokok cukup tinggi.
- Faktor Psikologis
36

Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk,


mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan kesan
modern dan beribawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain,
perilaku merokok sulit dihindari.
- Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan perhatian individu pada
perokok. Seseorang berperilaku merokok dengan memperhatikan lingkungan sosialnya.
- Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia dewasa semakin
banyak (Smet, 1994) akan tetapi pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah merokok.
- Faktor Sosial Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, dan gengsi pekerjaan akan
mempengaruhi perilaku merokok pada individu (Smet, 1994).
- Faktor Sosial Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang bersifat
melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanyekampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi
masalah yang bertambah besar bagi Negara-negara berkembang termasuk Indonesia (Smet,
1994).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi seseorang untuk merokok yaitu faktor dari dalam diri individu dan juga dari
lingkungan.
2.3.6 Dampak dari perilaku merokok
Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi 2, yaitu:
1.

Dampak positif
Merokok menimbulkan dampak yang sangat sedikit bagi kesehatan. Graham (dalam Ogden,
2000), menyatakan bahwa perokok menyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood
positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit.

2.

Dampak negative
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negative yang berpengaruh bagi kesehatan.
Merokok bukanlah suatu penyakit, namun dapat memicu berbagai jenis penyakit. Sehingga
boleh dikatakan merokok tidaklah menyebabkan kematian, tetapi penyakit yang ditimbulkan
dari perilaku merokok yang bisa menyebabkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang bisa
37

ditimbulkan oleh rokok antara lain penyakit tekanan darah, memperpendek umur, penurunan
vertilitas dan nafsu sexual, sakit maag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat
pengeluaran air seni, penglihatan kabur, kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi
udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan).
Menurut Hahn & Payne, 2003, dampak positif merokok yaitu menimbulkan perasaan
bahagia karena kandungan nikotin pada tembakau menstimulasi adrenocorticotropic hormone
yang terdapat pada area spesifik di otak. Rose (Marks, Murray, et al, 2004) menyatakan
bahwa nikotin yang dikonsumsi dalam jumlah kecil memiliki efek psikologis, antara lain:
menenangkan, mengurangi berat badan, mengurangi perasaan mudah tersinggung,
meningkatkan kesiagaan dan memperbaiki fungsi kognitif. Hahn & Payne (2003) mengatakan
bahwa perokok aktif biasanya lebih mudah sakit, menjalani proses pemulihan kesehatan yang
lebih lama dan usia hidup yang lebih singkat. Merokok tidak menyebabkan kematian tapi
mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian, antara lain :
penyakit kardiovaskular, kanker, saluran pernapasan, gangguan kehamilan, penurunan
kesuburan, gangguan pencernaan,, peningkatan tekanan darah, peningkatan prevalensi gondok
dan gangguan penglihatan (Sitepoe, 2000).
Secara signifikan, perokok memiliki kecenderungan lebih besar mengkonsumsi obatobatan terlarang dan meningkatkan resiko disfungsi ereksi sebesar 50% (Taylor, 2000).
Merokok tidak hanya berbahaya bagi perokok tetapi juga bagi orang-orang disekitar perokok
dan lingkungan (Fyold, Mimms & Yelding, 2003). Passive smokers memiliki kecendurungan
yang lebih besar mengalami gangguan jantung karena menghirup tar dan nikotin 2 kali lebih
banyak, karbonmonoksida 5 kali lebih banyak dan ammonia 50 kali lebih banyak (Donatelle
& Davis, 1999). Polusi lingkungan yang menyebabkan kematian terbesar adalah karena asap
rokok dan dikategorikan sebagai penyebab paling dominan dalam polusi ruangan tertutup
karena memberikan polutan berupa gas dan logam-logam berat (Donatelle & Davis, 1999).
2.3.7

Aspek-aspek perilaku merokok


Menurut Kumalasari (dalam Triyono,2004) ada empat predictor dalam mengukur perilaku
merokok seseorang, yaitu :
a)

Aktivitas merokok adalah seberapa sering individu melakukan aktivitas yang


berhubungan dengan perilaku merokoknya (menghisap asap rokok, merasakan dan
menikmatinya).

b)

Tempat merokok adalah dimana individu melakukan aktivitas merokoknya (rumah,


sekolah, jalan, dan lain-lain).
38

c)

Waktu merokok adalah kapan (pada momen-momen apa saja) individu melakukan
aktivitas merokoknya.

d)

Fungsi merokok, yaitu seberapa penting aktivitas merokok bagi diri si perokok dalam
kehidupannya sehari-hari dan makna merokok itu sendiri bagi individu yang
bersangkutan.

2.4

Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori WHO (1984), yang menyatakan

bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu karena adanya 4 alasan pokok, yaitu:
Pemikiran dan Perasaan
(Thought and Feelings)
1. Pengetahuan
2. Kepercayaan
3. Sikap
Tokoh penting sebagai panutan
(Personal Reference)
Sumber daya yang tersedia
(Resource)

Perilaku

1. Ekonomi
2. Fasilitas
3. Waktu
4. Tenaga kesehatan
5. Pendidikan, dll.
Kebudayaan (Culture)
1. Perilaku Normal
2. Kebiasaan
3. Nilai-nilai
39

2.5 Kerangka Konsep


Pengetahuan yang kurang
memadai
Percaya akan rokok
membuat lebih jantan
Sikap terhadap rokok yang
salah
Ekonomi yang rendah
Kurangnya jumlah Tenaga
kesehatan

Pendidikan yang rendah

Perilaku
merokok
Ya atau Tidak

Tokoh masyarakat yang


hampir semuanya merokok
Kebiasaan merokok di
lingkungan sekitar

2.6
Definisi Operasional
Tabel 2.1 Tabel Definisi Operasional Diagnosis Dan Intervensi Komunitas Area Masalah Perilaku
Merokok Pada Daerah Keluarga Binaan RT 05/RW 06 Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten

No.

Variabel

Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur

Hasil Ukur

Skala

40

1.

Perilaku
merokok

Nominal
aktifitas
menghirup Checklist Observasi Tidak
Kuesioner
Wawancara
merokok
:
1-4
atau menghisap asap
Merokok : 5-7
rokok
menggunakan
pipa
atau rokok

2.

Pengetahuan merupakan hasil dari kuesioner Wawancara Baik :1-2


terjadi
Buruk : 3
yang kurang tahu,dan ini
setelah orang melakukan
memadai penghindaran terhadap

Nominal

suatu objek tertentu


3

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Sikap yang
salah

Ide
yang
mucul Kuesioner Wawancara
mempengaruhi emosinal
untuk
melakukann
kecendrungan merokok
Percaya akan Meyakini
perilakuKuiesioner Wawancara
merokok
dapat
rokok
meningkatkan pandangan
membuat
lebih jantan menjadi pria lebih jantan

Baik : 1-3
Buruk 4-7

Nominal

Tidak percaya Nominal


:1
Percaya : 2-3

Ekonomi
Pendapatan
responden Kuesioner Wawancara Tinggi : 1
Ordinal
Rendah : 2-3
yang rendah perbulan dibandingkan
dengan UMR kabupaten
tangerang
Kurangnya
Ada tidaknya peran Kuesioner Wawancara Memadai : 1 Nominal
(edukasi, pengawasan,
Tidak memadai
jumlah
dan
dorongan)
petugas
: 2-3
Tenaga
kesehatan
dalam
bahaya
kesehatan
merokok
Pendidikan Jenjang
pendidikan Kuesioner Wawancara Tinggi : 1-3
terakhir
yang
ditempuh
Rendah : 4-6
yang rendah
oleh responden yang
mempengaruhi perilaku
merokok
Tokoh penting Tokoh penting sebagai Kuisoner Wawancara Baik : 1-2
Buruk: 3-5
sebagai
Panutan.
Apabila
seseorang itu penting
panutan

Kebiasaan
merokok di
lingkungan
sekitar

untuknya, maka apa


yang ia katakan atau
perbuat.cenderung
untuk dicontoh.
Mengulangi Kuesioner Wawancara Baik: 1-3
Buruk: 4-11
melakukan
sesuatu
yang sama berkali-kali
dalam rentang waktu
yang lama dalam suatu
komunitas.

Ordinal

Nominal

Nominal

BAB III
41

METODE PENELITIAN
Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah, langkah-langkah
yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam setiap
melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara objektif dan rasional.
3.1

Populasi.
Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu dilakukan
pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi adalah keseluruhan objek
pengumpulan data (Arikunto, 2002). Dalam hal ini, yang menjadi populasi adalah 3 keluarga
binaan, yaitu : keluarga Tn. Emet, Tn. Yaman, Tn. Umin,di RT 05/ RW 06 Kampung Garapan,
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.2

Sampel.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Dalam hal ini
yang menjadi sampel adalah anggota dari keluarga binaan yang memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria inklusi mencakup usia >17 tahun, sehat mental dan tidak cacat fisik. Responden adalah
sebagian sampel yang mau berpartisipasi pada penelitian ini diambil dari peneliti langsung
melakukan observasi ke rumah keluarga binaan dan pengumpulan data dengan kuesioner.

3.3

Responden.
Responden kuesioner merupakan perwakilan dari setiap anggota keluarga binaan yang
kooperatif, usia di atas 17 tahun, bisa membaca dan menulis, sehat jasmani dan rohani yaitu
sebanyak 11 orang, yaitu : keluarga Tn. Emet sebanyak 6 orang, Tn. Yaman sebanyak 3 orang,
Tn. Umin sebanyak 2 orang
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu :
- Bersedia untuk menjadi informan
- Merupakan anggota keluarga binaan
- Usia diatas 17-64 tahun
- Sehat jasmani dan rohani
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel
karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, yaitu :
1. Tidak bersedia menjadi informan
2. Berusia diatas 65 tahun
3. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
42

4. Memiliki gangguan mental


3.4 Jenis Dan Sumber Data
3.4.1 Jenis data
a.

Data Kualitatif
Data kualitatif pada penelitian ini diperoleh melalui hasil wawancara pada
keluarga binaan, analisis, dan observasi observasi yang telah dituangkan dalam
catatan lapangan (transkrip).

b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang diperoleh adalah berupa data diskrit dan data kontinu
yaitu :
1.

Data diskrit
Dalam penelitian ini terdapat 11 responden yang tercantum dalam tabel 3.1.dan
tabel 3.2 mengenai jumlah perempuan dan laki-laki serta distribusi tingkat
pendidikan pada keluarga binaan

Tabel 3.1 Jumlah perempuan dan laki-laki pada Keluarga Binaan di di Kampung
Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015
Jenis Kelamin

Jumlah Responden

Laki-laki

Perempuan

Total

11

Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di Kampung
Garapan, RT 005/RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015
No.
1
2
3
4
5
6

Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
D3
S1
Jumlah

Jumlah
2
4
0
1
2
2
11

Persentase
18,18%
36,36%
0%
9,09%
18,18%
18,18%
100%

43

2.

Data kontinu diperoleh dari segi umur atau usia yang tercantum dalam tabel
3.3

Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung Garapan, RT
005/RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Februari 2015
Umur (dalam tahun)
< 20
21-40
41-60
>60
Jumlah

3.4.2

Jumlah
0
5
5
1
11

Persentase
0%
45,45%
45,45%
9,09%
100%

Sumber Data

Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu tiga keluarga binaan RT
005/ RW 006, Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.
a.

Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil pengamatan langsung ke rumah, melalui
hasil wawancara, analisis dan observasi pada keluarga binaan di RT 005/ RW 006,
Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.

b.

Data sekunder
Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal Angus berupa data
kesehatan lingkungan yaitu PHBS yang tercantum dalam tabel 1.5, dan data

c.

kesehatan mengenai kejadian ISPA.


Data tersier
Data yang didapat dari buku dan internet yaitu mengenai Manajemen Penelitian,
Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Pokok pokok
metodologi penelitian, Pendidilkan dan Ilmu Perilaku, Memahami Penelitian
Kualitatif dan lain-lain

44

\
Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data
Tanggal
Kamis, 12 Februari 2015

Kegiatan
a. Pengumpulan data program wajib Puskesmas Tegal Angus, laporan
penyakit dan gambaran Desa Tanjung Pasir.
b. Perkenalan dan sambung rasa dengan keluarga binaan.

Jumat , 13 Februari 2015

c. Pengumpulan data dasar masing-masing keluarga binaan.


a. Observasi rumah keluarga binaan.
b. Pengumpulan data dari Puskesmas Tegal Angus yang berhubungan
dengan beberapa masalah yang ditemukan pada keluarga binaan.
c. Diskusi kelompok menentukan area permasalahan dengan menjabarkan
permasalahan pada keluarga binaan masing-masing.

d. Diskusi kelompok menentukan area permasalahan Perilaku


Merokok Pada Keluarga Binaan di Kampung Telaga Garapan RT
005/RW 006, Desa Tanjung Pasir, KecamatanTeluk Naga,
Sabtu , 14 Februari 2015

a.

KabupatenTangerang, Provinsi Banten, Februari 2015.


Diskusi dengan dr. Taufit Wiryawan (Kepala PKM Tegal Angus)

b.

Diskusi kelompok :
1. Mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan area masalah.
2. Membuat kerangka teori dan pertanyaan mengenai seputar faktorfaktor yang berkaitan dengan area masalah.

3. Menentukan teknik dan instrumen pengumpulan data, disepakati


Minggu, 15 Februari 2015

Senin, 16 Februari 2015

melalui observasi dan wawancara dengan metode checklist


Diskusi kelompok:
1.

Membuat kerangka konsep

2.

Membuat definisi operasional

3.

Membuat checklist

45
4. Diskusi Diagnosis dan Intervensi Komunitas
1. Mengolah data yang diperoleh dari pengamatan langsung
2.
Menganalisis data dan menarik kesimpulan dari hasil checklist dan
kuesioner
3. Membuat laporan

3.4.3

Pengolahan Data dan Analisa Data


Untuk pengolahan data tentang Perilaku Merokok Pada Keluarga Binaan di
Kampung Garapan RT 005/RW 006, Desa Tanjung Pasir, KecamatanTeluk Naga,
KabupatenTangerang, Provinsi Banten, 02 Februari 07 Maret 2015 digunakan cara
manual dan bantuan software pengolahan data menggunakan Microsoft Word dan Microsoft
Excel. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat adalah dengan menggunakan analisa
univariat.
Analisa Univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap variabel dari hasil
penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan data sedemikian rupa
sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Peringkasan
tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel yang diukur adalah :
1.
2.

Perilaku responden mengenai merokok.


Pengetahuan responden mengenai rokok.

3.

Tingkat pendidikan responden terhadap perilaku merokok.

4.

Peran tingkat ekonomi responden terhadap perilaku merokok.

5.

Peran petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan mengenai aktivitas merokok.

6.

Peran tokoh masyarakat dalam memberikan penyuluhan mengenai perilaku merokok.

46

BAB IV
HASIL ANALISA
4.1 Karakteristik Keluarga Binaan
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data karakteristik
responden yang terdiri dari enam keluarga binaan di Kampung Garapan RT 005/RW 006, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yakni: keluarga
Tn. Emet,Tn. Yaman,Tn. Umin.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung Garapan RT 005/RW
006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Februari 2015
Umur (dalam tahun)
Jumlah
Persentase
< 20
3
21,42%
21-40
5
35,71%
41-60
5
35,71%
>60
1
7,14%
Jumlah
14
100%
Berdasarkan dari tabel tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga binaan didapatkan
jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia 21-40 tahun (35,71%) dan 41-60 tahun
(35,71%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan Kampung Garapan, RT 005/RW
006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Februari 2015
No.
1
2
3
4
5
6
7
8

Pekerjaan
Tidak Bekerja
Ibu Rumah Tangga
Nelayan
Wiraswasta
Pelajar
Mahasiswa
Bidan
Guru

Jumlah
2
3
2
1
1
1
1
1

Persentase
14,28%
21,42%
14,28%
7,14%
7,14%
7,14%
7,14%
7,14%
47

Pegawai swasta
Jumlah

2
14

14,28%
100%

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Distribusi Pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga,
sebanyak 3 orang. 21,42%.
4.2 Analisis Univariat
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-variabel dalam check list dan
kuesioner yang diambil langsung pada tiga rumah keluarga binaan pada bulan Februari 2015.
Tabel 4.3 Distribusi responden terhadap aspek perilaku merokok di Kampung Garapan Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,Februari 2015
Perilaku
Jumlah Responden
Persentase (%)
Tidak Merokok

54,54%

Merokok

45,45%

Total

11

100%

Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan bahwa sebanyak 5 orang responden (45,45%) memiliki perilaku
merokok.
Tabel 4.4 Distribusi responden terhadap aspek sikap yang salah di Kampung Garapan Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015
Sikap yang Salah
Jumlah Responden
Persentase (%)
Benar

54,54%

Salah
Total

5
11

45,45%
100%

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan bahwa sebanyak 5 responden (45,45%) memiliki sikap terhadap
merokok yang salah.
Tabel 4.5 Distribusi Responden terhadap aspek percaya akan rokok membuat lebih jantan di
Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Februari 2015
Percaya Rokok
Jumlah Responden
Persentase (%)
Membuat Lebih Jantan
Tidak percaya
Percaya
Total

11
0
11

100%
0%
100%
48

Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan bahwa sebanyak 11 responden (100%) memiliki aspek percaya akan
rokok membuat lebih jantan tidak berpengaruh
Tabel 4.6 Distribusi responden terhadap aspek tingkat ekonomi terhadap perilaku merokok di
Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Februari 2015
Tingkat Ekonomi
Jumlah Responden
Persentase (%)
Tinggi

27,27%

Rendah

72,72%

Total

11

100%

Dari Tabel 4.6 didapatkan bahwa sebanyak 3 responden (27,27) berada pada tingkat ekonomi tinggi.
Tabel 4.7 Distribusi responden terhadap aspek tenaga kesehatan di Kampung Garapan Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,Februari 2015
Ketersediaan Tenaga
Jumlah Responden
Persentase (%)
Kesehatan
Cukup memadai

0%

Kurang memadai

11

100%

Total

11

100%

Dari Tabel 4.7 didapatkan bahwa sebanyak 11 responden (100%) menagatakan kurangnya memadai
tenaga kesehatan untuk penyuluhan perilaku merokok
Tabel 4.8 Distribusi responden terhadap aspek pendidikan rendah di Kampung Garapan Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015
Pendidikan
Jumlah Responden
Presentase (%)
Tinggi
5
45,45%
Rendah
Total

6
11

54,54%
100%

Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan bahwa sebanyak 6 responden (54,54%) memiliki pendidikan yang
rendah.
Tabel 4.9 Distribusi responden terhadap aspek tokoh penting sebagai panutan di Kampung Garapan
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni
Februari 2015
49

Tokoh Masyarakat
Baik

Jumlah Responden
6

Presentase (%)
54,54%

Buruk
Total

5
11

45,45%
100%

Berdasarkan Tabel 4.9 didapatkan bahwa sebanyak 6 responden (54,54%) mengaku tokoh penting
sebagai panutan berperan terhadap perilaku merokok.
Tabel 4.10 Distribusi responden terhadap aspek kebiasaan merokok di lingkungan sekitar di Kampung
Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Juni Februari 2015
Kebiasaan Merokok di

Jumlah Responden

Presentase (%)

Lingkungan Sekitar
Baik

54,54%

Buruk
Total

5
11

45,45%
100%

Berdasarkan Tabel 4.10 didapatkan bahwa sebanyak 5 responden (45,45% ) mempunyai kebiasaan
buruk merokok di lingkungan sekitar .
Tabel 4.11 Distribusi responden terhadap pengetahuan merokok di lingkungan sekitar di Kampung
Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Juni Februari 2015
Pengetahuan merokok
Baik

Jumlah Responden
8

Presentase (%)
72,72%

Buruk
Total

3
11

27,27%
100%

Berdasarkan Tabel 4.11 didapatkan bahwa sebanyak 8 responden (72,72%) mempunyai pengetahuan
yang baik tentang merokok.
4.3 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana intervensi pemecahan
masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram fishbone yaitu untuk
mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar - akar penyebab masalah sehingga dapat

50

ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut.
Adapun diagram fishbone dapat dilihat sebagai berikut
Tabel 4.12 Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi
No.

1.

Akar Penyebab

Alternatif

Masalah

Pemecahan

Tradisi keluarga
hanya bersekolah
sampai sekolah
dasar

Masalah
Mengubah tradisi
keluarga sehingga
meningkatkan
pentingnya
pendidikan

Rencana Intervensi

Intervensi Yang
Dilakukan

penyuluhan
tentang
pentingnya
pendidikan
serta
manfaatnya
bagi
kehidupan sehari-hari.

memberikan
informasi
mengenai
beasiswa
pendidikan
berupa BOS.

memberikan
informasi
mengenai
pendidikan tingkat lanjut
serta
informasi
universitas
yang
memberikan beasiswa
pendidikan.
2.

Mengubah
Merokok
membuat
laki- kepercayaan
merokok
laki lebih jantan

akan
tidak
menjadi lebih jantan

Memberikan bukti
nyata (penelitian para
ahli) kepada perokok
terhadap
bahaya
merokok

Menceritakan efek
buruknya merokok dari
seorang
mantan
pecandu rokok

Memberikan
pemahaman
kepada
warga
akan
mitos
tentang merokok lebih
terlihat jantan salah

Pemahaman akan
rokok yang salah

Memberi
pemahaman rokok
yang benar dan baik

Menempelkan
poster tentang bahaya
merokok
dan
pengaruhnya
bagi
kesehatan.

Menempelkan
poster
tentang
bahaya
merokok di tempat
yang selalu terlihat dan
menyebarkan pamflet
mengenai
bahaya
merokok
bagi
51


Penyuluhan
mengenai
pentingnya
bahaya merokok.

kesehatan.

Tiap
keluarga
binaan menanamkan dan
memahami akan bahaya
merokok.

4.

Banyaknya tokoh
masyarakat yang
merokok

Mengurangi
masyarakat
merokok

tokoh
yang

Mengikutsertakan
tokoh masyarakat dalam
penyuluhan
bahaya
merokok.

Melakukan
penyuluhan
dan
pengawasan
secara
berkala dan memberikan
informasi
terbaru
mengenai
bahaya
merokok
oleh
tokoh
masyarakat.

tokoh masyarakat
ikut
serta
dalam
mengkoordinasi program
bahaya merokok.
5.

Hanya bergantung
pada satu
pekerjaan

Menambah lapangan
pekerjaan di daerah
tersebut
dan
sekitarnya.

Memberikan
pelajaran
keterampilan
untuk keluarga binaan,
seperti mengolah barang
daur ulang untuk dijual.

Memberikan
pelajaran
keterampilan
untuk keluarga binaan,
seperti mengolah barang
daur ulang untuk dijual
secara berkala.

Tiap
keluarga
binaan
melakukan
pemberdayaan UKM.
6.

Kurangnya jumlah
tenaga kesehatan
yang kompeten

Menambah jumlah
tenaga
kesehatan
yang kompeten.

Memberikan
beasiswa
di
bidang
kesehatan
bagi
para
pemuda-pemudi setempat
yang berprestasi.

Memberikan
reward
kepada
para
52

tenaga kesehatan yang


kompeten secara berkala.

Meningkatkan
fasilitas untuk puskesmas
dan tenaga kesehatan utuk
menarik minta para tenaga
kesehatan
7

Tidak
ditanamkannya
pengetahuan
bahaya rokok
sejak dini

Menanamkan akan
bahaya
merokok
bagi kesehatan sejak
dini

Memberikan
informasi secara terbuka
dan larangan terhadap
rokok sejak dini

Membentuk
pemahaman
tentang
bahaya merokok

Menilai
mengawasi
pengetahuan
merokok

Dari kecil terbiasa


melihat laki-laki
merokok

Memberikan
penyuluhan tentang
bahaya merokok

Menghindari
dewasa
merokok.

orang
yang

dan
terhadap
bahaya

Memberikan
pengertian pada perokok
untuk tidak menularkan
kebiasaan merokok

Memberikan informasi
tentang bahaya perokok
pasif dan membatasi
area merokok

Meminta
pengertian orang merokok
untuk menghargai orang
yang tidak merokok

Mengurangi
jumlah perokok di desa
tersebut dengan cara
membatasi area merokok

Diagram 4. 1 Diagram Fishbone

53

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Area Masalah

54

Berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data dari kunjungan ke keluarga binaan


yang bertempat tinggal di RT 005/RW 006 Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, maka
dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan area masalah yaitu
perilaku mmerokok pada keluarga binaan.
5.1.2

Akar Penyebab Masalah


a) Tradisi keluarga hanya bersekolah sampai sekolah dasar
b) Merokok membuat laki-laki lebih jantan
c) Pemahaman akan rokok yang salah
d) Anggapan sepele dari tokoh masyarakat perihal tentang bahaya merokok
e) Hanya bergantung pada satu pekerjaan
f) Kurangnya jumlah tenaga kesehatan yang kompeten
g) idak ditanamkannya pengetahuan bahaya rokok sejak dini
h) Dari kecil terbiasa melihat laki-laki merokok

5.1.3

Alternatif Pemecahan Masalah


a) Memberikan informasi kepada keluarga binaan tentang pentingnya menempuh

b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)

jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Meyakinkan perokok bahwa rokok tidak membuat lebih jantan.
Menanamkan akan bahaya merokok bagi kesehatan. baik dan benar.
Menanamkan pentingnya bahaya merokok bagi kesehatan
Menambah lapangan pekerjaan di daerah tersebut dan sekitarnya.
Menambah jumlah tenaga kesehatan yang kompeten.
Menanamkan akan bahaya merokok bagi kesehatan sejak dini
Merubah kebiasaan yang buruk menjadi lebih baik

5.1.4 Intervensi yang dilakukan


a) Menempelkan poster tentang bahaya merokok di tempat yang selalu terlihat dan
menyebarkan pamflet mengenai bahaya merokok bagi kesehatan.
b) Memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok
c) Memberikan informasi tentang bahaya perokok pasif dan membatasi area merokok
5.2

Saran
55

a) Memotivasi keluarga untuk mengubah perilaku merokok sejak kecil.


b) Memberikan motivasi kepada keluarga binaan untuk mengerti akan bahaya
merokok bagi kesehatan.
c) Keluarga ikut aktif dalam mengubah kebiasaan merokok di anggota keluarganya.
d) Mengikutsertakan tokoh masyarakat dalam penyuluhan bahaya merokok.
e) Penambahan kader kesehatan di Kampung Garapan, desa Tanjung Pasir, kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang.

DAFTAR PUSTAKA

Allport

.1954.

The

Nature

Of

Prejudice.

Addison-Wesley

Publishing

company.Cambridge,England.
Arikunto S. 2003. Manajemen Penelitian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Azwar A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Penerbit Mutiara Sumber Widya.
Jakarta

56

Depkes RI. 1992. Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992.
Jakarta
Entjang I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit Alumni. Bandung
Hadi S. 1986. Pokok pokok metodologi penelitian. Tidak dipublikasi. Yogyakarta
Husaini, A. 2006. Tobat Merokok (Rahasia dan Cara Empatik Berhenti
Merokok). Pustaka Iman
Karman dan Suyasa, S. 2004. Stress, Perilaku Merokok dan TipeKepribadian, Jurnal pron esis.
Vol. 6 No. 11 Hal 19-39
Nainggolan, DR. (2006). Anda Mau Berhenti Merokok? Pasti Berhasil. Bandung : Indonesia
Publishing House
Notoatmodjo S. 2003. Pendidilkan dan Ilmu Perilaku. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Prabowo. 1996. Memahami Penelitian Kualitatif. Penerbit Remaja Rodaskarya. Bandung

57

Anda mungkin juga menyukai