Laporan Intervensi Diagnosis
Laporan Intervensi Diagnosis
Laporan Hasil Diagnosis dan Intervensi dengan judul PERILAKU MEROKOK PADA
KELUARGA BINAAN DI RT 005/RW 006 KAMPUNG GARAPAN DESA TANJUNG PASIR
KECAMATAN TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI
BANTEN,
PERIODE 2 FEBRUARI 7 MARET 2015 telah disetujui oleh pembimbing untuk dipresentasikan
dalam rangka memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kedokteran Universitas YARSI.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Alhamdulillahirabbilalamin. Puji dan syukur kami senantiasa kami ucapkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada tim penulis sehingga Laporan Diagnosis
dan Intervensi Komunitas yang berjudul PERILAKU MEROKOK PADA KELUARGA BINAAN
DI RT 005/006 KAMPUNG GARAPAN, DESA TANJUNG PASIR, KECAMATAN TELUK
NAGA, KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN, PERIODE 2 FEBRUARI 7
MARET 2015 ini dapat diselesaikan dengan baik.
Penulisan dan penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik
bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI, periode 2 Februari
7 Maret 2015. Selain itu, tujuan lainnya adalah sebagai salah satu sumber pengetahuan bagi
pembaca, terutama pengetahuan mengenai Ilmu Kesehatan Masyarakat, sehingga dapat memberikan
manfaat.
Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen pembimbing, staf pengajar,
serta orang-orang sekitar yang terkait. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1.
DR. Dr. H. Artha Budi Susila Duarsa, M.Kes selaku Dekan dan dosen pembimbing
Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas YARSI yang telah membimbing dan
2.
3.
4.
5.
Universitas YARSI.
Rifda Wulansari, SP, M.Kes selaku Koordinator Kepaniteraan Ilmu Kedokteran YARSI
DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes sebagai staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kesehatan
6.
7.
Universitas YARSI.
Dr. H. Sumedi Sudarsono, M.PH, selaku staf pengajar bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
2
8.
Dr. Erlina Wijayanti, MPH selaku staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas,
9.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Diagnosis dan
Intervensi Komunitas ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun
sebagai perbaikan. Kami mengharapkan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak
terkait.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Februari 2015
Tim Penulis
BAB I
LATAR BELAKANG
I.1. GAMBARAN UMUM DESA SECARA GEOGRAFIS
I.1.1. Situasi Keadaan Umum
Desa Tanjung Pasir memiliki luas 570 Ha dengan jarak tempuh 47 Km dari ibu kota
kabupaten Tangerang, dan merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan laut
satu meter dengan suhu udara 30-37C. (Kartikawatie, 2012)
Gambar 1.1. Peta Desa Tanjung Pasir (Kartikawatie, 2012)
Daerah sawah
1.
Daerah pantai
2.
Daratan rendah dengan ketinggian antara 2-3 meter diatas permukaan laut
3.
Daerah tambak
Wilayah kerja puskesmas Tegal Angus berada di wilayah kecamatan Teluk Naga
dipantai utara kabupaten Tangerang dengan wilayah kerja 2.481.599 Ha (30 km) terdiri dari luas
daratan 1.085.060 Ha dan sawah 1.296.539 Ha dengan ketinggian dari permukaan laut 2-3
meter. Temperatur wilayah Puskesmas Tegal Angus cukup panas, yaitu rata-rata antara 30C 37C.
I.1.2. Batas Wilayah
Batas batas wilayah Desa Tanjung Pasir seperti yang terlihat pada gambar adalah sebagai
berikut (Kartikawatie, 2012) :
1.
2.
3.
4.
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, Lemo dan Pangkalan.
Gambar 1.2. Peta Batas Wilayah Desa Tanjung Pasir
Desa Lemo
b.
c.
d.
Desa Pangkalan
e.
f.
Desa Muara
Desa Tanjung Pasir terdiri dari 6 Kepala Dusun, 18 Rukun Warga (RW) dan 31 Rukun
Tetangga (RT). Jarak tempuh dari pusat pemerintahan Desa Tanjung Pasir dalam melaksanakan
hubungan dan komunikasi kerja dengan pemerintah di atasnya secara berjenjang sebagai berikut
(Kartikawatie, 2012) :
1. Dengan kantor kecamatan berjarak
12 km
54 km
72 km
Laki laki
4884orang
Perempuan
4629orang
- orang
- orang
Umur
Jumlah Penduduk
0 4 tahun
920 orang
5 14 tahun
1880 orang
15 44 tahun
5139 orang
45 64 tahun
1273 orang
>65 tahun
301 orang
Sumber : (Kantor Statistik Kabupaten Tangerang, 2012)
Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Tangerang pada tahun 2012 jumlah penduduk di
wilayah kerja puskesmas Tegal Angus adalah 53.831 jiwa yang tersebar di 6 desa seperti yang
tercantum di tabel bawah ini :
Tabel 1.3 Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
NO
DESA
Luas
Jumlah
wilayah
penduduk rumah
(km)
1
1
2
3
4
5
6
Jumlah
Jumlah
tangga
Rata-rata
Kepadatan
jiwa/rumah penduduk
tangga
per km
2
Pangkalan
Tanjung
3
7.54
5.24
4
16,888
7,669
5
4,138
2,473
4.08
3.10
7
2239.79
1463.55
Burung
Tegal
2.83
9,513
2,879
3.30
3361.48
Angus
Tanjung
5.64
9,513
1,787
5.32
1686.70
5.14
3.61
30.00
3,566
6,682
53,831
496
648
12,421
7.19
10.31
4.33
693.77
1850.97
1,794
Pasir
Muara
Lemo
Desa/kel
Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Pangkalan
8.710
8.178
16.888
Tanjung Burung
3.937
3.732
7.669
Tegal Angus
4.890
4.622
9.512
Tanjung Pasir
4.884
4.629
9.513
Muara
1.820
1.746
3.566
Lemo
3.430
3.252
6.682
JUMLAH
27.671
26.160
53.831
Sumber : Kantor BPS kabupaten Tangerang 2012
Seperti terlihat pada tabel di atas jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah
penduduk perempuan. Kondisi ini menuntut perhatian khusus karena saat ini tingkat partisipasi
terhadap program kesehatan di puskesmas lebih banyak pada perempuan baik sebagai sasaran
7
kesehatan seperti bumil, bulin maupun kader kesehatan. Program-program seperti KIA-KB dan
gizi identik dengan ibu-ibu padahal peran laki-laki juga dibutuhkan. Di lain pihak, kesehatan
pengembangan seperti usaha kesehatan kerja mungkin perlu dikembangkan mengingat lebih
banyak laki-laki yang bekerja bandingkan perempuan.
I.2.2. Keadaan Sosial Ekonomi
Potensi adalah sumber daya yang berada pada suatu wilayah yang dapat digali dan
dimanfaatkan atau dikembangkan. Potensi ini dibagi menjadi dua kategori yaitu
a. Potensi umum
Sumber daya material yang dapat dimanfaatkan secara bersama atau umum oleh masyarakat.
b. Potensi khusus
Semua sumber daya material dan non material yang dimiliki secara pribadi oleh
masyarakat.
Jumlah Penduduk
65 orang
6 orang
25 orang
2.331 orang
1.213 orang
15 orang
43 orang
5 orang
8 orang
24 orang
176 orang
6 orang
30 orang
6 orang
42 orang
Islam
Agama
45481
Jumlah Penduduk
Budha
3059
Kristen
671
Khatolik
105
Khonghucu
27
Hindu
Tempat Peribadatan
Masjid
Musholla
Majelis Taklim
Gereja
Pura
Jumlah Penduduk
6 Unit
30 Unit
4 Unit
- Unit
- Unit
Sumber : (Kartikawatie, 2012)
1.2.4. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat sangat berperan dalam membentuk sikap dan
perilaku
masyarakat terhadap program kesehatan sehingga pendidikan sangat berperan dalam pembangunan
kesehatan.
Sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus seperti terlihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 1.8. Sarana Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus
JUMLAH SEKOLAH
No
Nama Desa
PAUD
TK
RA
SD
MI
SMP
MTS
SMA
SMK
M
A
Pangkalan
Tanjung Burung
Tegal Angus
Tanjung Pasir
Muara
Lemo
PUSKESMAS
12
TK
SDN
MI
pendidikan
SLTP
MTS
negeri
SLTP
SMU
SMK
swasta negeri
islam
Jumlah sekolah
17
Jumlah murid
153
1.269 876
orang
orang orang
5 orang
28
Jumlah guru
16
orang orang
413
orang
-
16
orang
Tingkat Pendidikan
Belum Sekolah
Usia 7-45 th tidak sekolah
Tidak tamat SD/Sederajat
Tamat SD/Sederajat
Tamat SLTP/Sederajat
Tamat SLTA/Sederajat
Sarjana/D1-D3
Pasca Sarjana/S2-S3
Jumlah Penduduk
1.976 jiwa
145 jiwa
234 jiwa
3.789 jiwa
1.653 jiwa
954 jiwa
41 jiwa
-
I.2.5. Kesehatan
10
Upaya Pemerintah Desa Tanjung Pasir dengan instansi terkait, dalam hal ini, antara lain :
1. Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita yang ada di
setiap posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.
2. Pencegahan penyakit, vaksinasi Filariasis (kaki gajah), imunisasi Polio bagi balita, pemberian
vitamin A.
3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain Demam Berdarah Dengue, Flu Burung,
Chikungunya, dan sejenisnya.
4. Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan memberikan susu dan makanan yang
bernutrisi.
5. Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga dan memelihara lingkungan dengan
membersihkan rumah masing-masing dan lingkungan sekitarnya.
6. Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur mayur dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA),
Tabulapot dan Tabulakar.
7. Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan diadakannya program senam LANSIA
dan POSBINDU
I.2.6. Data Puskemas Tegal Angus
1. TB Paru
Berdasarkan data puskesmas mengenai jumlah kasus TB Paru dan kematian akibat TB
Paru menurut jenis kelamin dari 6 kecamatan di Puskesmas Tegal Angus, didapatkan kasus
baru pada:
Laki-laki
: 26 orang dari 27.671 orang
Perempuan
: 21 orang dari 26.160 orang
Total
: 48 orang dari 53.831 orang
Kasus lama : (-)
a) Angka insiden per 100.000 penduduk:
Laki-laki
: 94.0
Perempuan
: 80.0
Total
: 89.1
b) Jumlah BTA (+)
Laki-laki
: 13 orang
Perempuan
: 14 orang
Total
: 27 orang
c) CDR
Laki-laki
: 48.15
Perempuan
: 50.0
Total
: 49.09
Sumber: Program P2ML Puskesmas Tegal Angus Tahun 2012
2. Diare
Berdasarkan data puskesmas mengenai kasus diare didapatkan:
a) Jumlah perkiraan kasus:
Laki-laki
: 1.170 orang dari 27.671 orang
Perempuan
: 1.107 orang dari 26.160 orang
Total
: 2.277 orang dari 53.831 orang
11
puskesmas:
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117
b) Jenis sarana air minum
1. Kemasan: (-)
2. Ledeng: 25 keluarga
3. Air isi ulang: 89 keluarga
4. Sumur terlindung: 3 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
7. Sarana dan Akses Air Bersih
a) Presentasi keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan menurut kecamatan
dan puskesmas
1. Jumlah keluarga: 12.421
2. Jumlah keluarga yang diperiksa: 117
Jenis sarana air bersih
1. PDAM : 4 keluarga
2. SGL : 31 keluarga
3. Sumur Bor : 82 keluarga
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
8. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
12
a) Presentasi rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menurut kecamatan dan
puskesmas
1. Jumlah keluarga : 12.421
2. Keluarga yang diperiksa :1260
3. Jumlah yang sesuai dengan kriteria PHBS : 183
Sumber: Program Kesehatan Lingkungan Tegal Angus 2013
9. Sepuluh Besar Penyakit
Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LBI) puskesmas Tegal Angus didapatkan
gambaran pola penyakit yang terjadi di Puskesmas Tegal Angus pada tahun 2014 menurut
semua golongan umur seperti diagram berikut ini :
Diagram 1.1. : Data Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Tegal Angus
Labels
0-1 tahun
1-4 tahun
160
Jumlah Penderita
140
120
100
80
60
40
20
0
J an
Feb
Mar
Apr
Mei
jun
J ul
Agt
januari
Agustus
Labels
0-1 tahun
1-4 tahun
250
2012
Jumlah Penderita
200
150
13
100
50
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
jun
J ul
Agt
Jumlah
1 Unit
6 Unit
4 Unit
4 Unit
4 Orang
- Unit
1.3
1) Pil
: 127 orang
2) IUD
: 14 orang
3) Kondom
: - orang
4) Suntik
: 190 orang
5) Implan
: 13 orang
Tn. Yaman
Tn. Umin
Jalan setapak
Empang
14
Status
Jenis
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
H. Emet
keluarga
Kepala
kelamin
Laki-laki
60
SD
Pengusaha Tambak
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Hj. Sawiyah
Meti
Emi
Arun
Dedi
Marjaya
Ernawati
Mardiyah
Andri
Rafa
keluarga
Istri
Anak
Anak
Anak
Anak
Anak
Anak
Menantu
Menantu
Cucu
Wanita
Wanita
Wanita
Laki-laki
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Perempuan
Laki-laki
Laki-laki
45
32
30
29
28
27
25
27
27
2
SD
D3
S1
D3
D3
D3
D3
S1
SMA
Belum sekolah
Keluarga Tn. Emet tinggal di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga
RT 05/06. Keluarga ini terdiri dari seorang kakek nenek dengan anak-anaknya yang telah berkeluarga,
dan satu orang cucu yang tinggal serumah. Tn. Emet sebagai pemilik rumah, berusia 60 tahun dan
pekerjaan pengusaha tambak, sedangkan Ny. Sawiyah sebagai istri berusia 45 tahun dengan latar
belakang pendidikan terakhir sekolah dasar.
Ny. Meti sebagai anak pertama yang berusia 32 tahun dengan latar pendidikan D3 mempunyai
pekerjaan bidan tidak tinggal serumah dengan orang tuanya yaitu H. Emet. Anak kedua yaitu Ny. Erni
30 tahun dengan latar belakang pendidikan S1 mempunyai pekerjaan guru juga tidak tinggal serumah
dengan orang tuanya. Anaknya yang ketiga bernama Tn. Arun saat ini berusia 29 tahun, pendidikan
terakhir D3 dan mempunyai pekerjaan pegawai negeri juga tidak tinggal serumah dengan orang
tuanya. Tn. Dedi sebagai anak keempat berusia 28 tahun dengan pendidikan terakhirnya D3 dan
mempunyai pekerjaan sebagai buruh pabrik juga tidak tinggal serumah dengan orang tuanya.
Anak ke lima yaitu Tn. Marjaya berusia 27 tahun dengan latar belakang pendidikjan terakhir
D3 dan mempunyai pekerjaan sebagai pegawai swasta tinggal serumah dengan orang tuanya.Tn.
Marjaya mempunyai istri yang bernama Ny. Mardiyah berumur 27 tahun dengan latar belakang
pendidikan S1 dan mempunyai pekerjaan sebagai seorang guru juga tinggal bersama keluarga H. Emet.
15
Pasangan tersebut mempunyai seorang anak bernama Rafa berumur 2 tahun dan belum sekolah. Rafa
diberikan ASI Ekslusif sampai berumur 4 bulan dan dilanjutkan dengan susu formula, setelah itu mulai
diberikan makanan seperti nasi, lauk pauk, dan buah.An.Raffa tidak diberikan imunisasi dasar secara
lengkap yaitu kurang imuniasi campak. Pada umur 1,5 tahun, An. Rafa pernah menderita batuk pilek
yang berulang, namun tidak diperiksakan ke dokter spesialis anak ataupun berobat ke balai pengobatan
lainnya hanya diberikan obat dari warung.
Anak yang terakhir bernama Ny. Ernawati berusia 25 tahun dengan latar belakang pendidikan
D3 bekerja sebagai bidan tinggal bersama orang tuanya dan mempunyai seorang suami bernama Tn.
Andri berusia 27 tahun dengan latar belakang pendidikan SMP mempunyai pekerjaan pegawai swasta,
pasangan ini belum mempunyai keturunan. Tn. Budi berprofesi sebagai tukang pabrik bangunan
dengan pendapatan Rp 1.200.000,- tiap bulan. Tn. Emet dan Ny. Ami bekerja sebagai ibu rumah
tangga.
Keluarga Tn. Emet tinggal disebuah rumah bangunan permanen diatas tanah seluas 15 x 10 m 2.
Dinding rumah terbuat dari semen
menggunakan genteng dan terdapat plafon. Rumah Tn. Emet terdiri dari 4 buah kamar tidur, satu
ruang keluarga, satu ruang tamu, satu ruang kerja, satu dapur, dan dua kamar mandi. Ruang tamu
berukuran 2 x 2 m2 beralaskan semen dan terdapat kursi kayu sebanyak 4 buah. Ditengah terdapat
ruang keluarga, dimana terdapat TV, diruangan tersebut tidak terdapat jendela yang dapat dilewati
cahaya matahari pada sisi rumah Tn. Emet terdapat adanya ventilasi udara yang kurang. Pada ruang
tidur tidak terdapat ventilasi dan lembab.
Di rumah Tn. Emet terdapat WC ( jamban ) dan di sebelah dapur dan dalam ruang tidur utama.
Dapur Tn. Emet menggunakan kompor gas. Untuk sumber air bersih menggunakan air PAM. Keluarga
Tn. Emet terbiasa melakukan cuci tangan sebelum makan, tetapi tidak menggunakan sabun, kemudian
apabila selesai makan, keluarga Tn. Emet terbiasa mencuci tangan menggunakan air cuci tangan dari
bak tempat penampungan air dikamar mandi rumahnya. Cucu Tn. Emet yaitu rafa jarang menggunakan
alas kaki ketika keluar rumah, dan akhir akhir ini mengeluhkan gatal gatal pada kaki akibat terkena
air banjir.
Rumah keluarga Tn. Emet terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar rumah
0,5 meter disebelah kanan dan kiri dan di depan terdapat empang yang berjarak 5 meter dari rumahnya.
Keluarga Tn. Emet memiliki kebiasaan membuang sampah di dekat empang.
16
Faktor Internal
Kebiasaan Merokok
Olah raga
Pola Makan
5
6
Menabung
Aktivitas sehari-hari
Permasalahan
Ada yang merokok
Keluarga Tn. Emet tidak ada yang memiliki kebiasaan
berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah melakukan
olahraga.
Istri Tn. Emet memasak sendiri untuk makan keluarga, menu
makanan yang sering dimakan adalah tahu, tempe, dan telur.
Apabila sakit, mereka membeli obat warung. Apabila tidak
sembuh, mereka berobat ke mantri untuk minta obat.
Keluarga Tn. Emet tidak memiliki kebiasaan menabung
Tn. Emet bekerja di tambak, Ia berangkat jam 08.00 WIB
dan pulang pada pukul 14.00 WIB
Kriteria
Luas Bangunan
Permasalahan
Luas rumah 15 x 10 m2
17
2.
Dalam rumah terdapat ruang tamu, empat kamar tidur, satu ruang keluarga, satu
dapur, satu ruang kerja dan dua kamar mandi.
3.
Ventilasi
Tidak terdapat ventilasi pada sisi rumah, ventilasi hanya terdapat pada depan rumah.
Tiap kamar tidak terdapat ventilasi.
4.
Pencahayaan
a.
Terdapat jendela pada kamar, tetapi selalu ditutupi dengan kain dan tidak bisa
b.
dibuka.
Terdapat 3 buah lampu di dalam rumah, 3 berwarna putih. Lampu terdapat di
ruang keluarga, kamar tidur dan ruang tamu.
5.
6.
7.
MCK
Sumber Air
SPL
Terdapat tempat untuk mandi, buang aur besar, dan cuci piring.
Dalam kesehariannya Tn. Emet mendapatkan sumber air bersih dari PAM
Air Limbah rumah tangga di buang ke parit buatan sendiri yang di alirkan ke kolam
empang di belakang rumah
8.
TPS
9.
Lingkungan sekitar
Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah tetangga. Di lingkungan sekitar
rumah keluarga Tn. Emet masih banyak sampah yang berserakan dikarenakan
penduduk sekitar kurang peduli dengan lingkungannya.
rumah
Nama
Status
Jenis
Keluarga
Kelamin
Usia Pendidikan
Pekerjaan
Tn.Yaman
Suami
Laki-laki
63th
Ny. Sapinah
Istri
Perempuan
60th
SD
Ny.Yati
Anak
Perempuan
30th
SD
Ny.Yanti
Anak
Perempuan
28th
Tn.Suryadi
Anak
Laki-laki
22th
S1
Mahasiswa
Keluarga binaan ini beralamat di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga RT 05/06, Kabupaten Tangerang Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri yang menikah dan
memiliki 3 orang anak. Keluarga ini terdiri dari seorang kepala keluarga yang bernama Tn. Yaman , 63
18
tahun. Ia memiliki istri bernama Ny. Sapinah yang berusia 60 tahun. Keluarga ini memiliki
penghasilan dari hasil bernelayan rata-rata pendapatan Rp.1.200.000 tiap bulan.
Anak pertama Tn. Yaman dan Ny. Sapinah bernama Tn.Yaman yang sekarang berusia 45 tahun
dulu lahir dibantu oleh dukun beranak. Anak pertama bernama Yati berumur 30 tahun, berpendidikan
terakhir SD, sebagai ibu rumah tangga, Ny. Yati tidak tinggal dirumah tersebut. Anak ke dua bernama
Ny.Yanti yang usianya sekarang 28 tahun lahir dibantu oleh dukun beranak dan berpendidikan tidak
bersekolah dan sebagai ibu rumah tangga, Ny. Yanti tidak tinggal dirumah tersebut . Anak ke tiga
bernama Tn. Suryadi sekarang berusia 22 tahun lahir dibantu oleh dukun beranak dan sedang berkuliah
menjalani pendidikan strata satu.
Keluarga Tn. Yaman tinggal disebuah rumah bangunan permanen diatas tanah seluas 7 x 10
m2. Dinding rumah terbuat dari batu bata, lantai menggunakan keramik . Atap rumah menggunakan
genteng dan terdapat plafon. Rumah Tn. Yaman terdiri dari dua kamar tidur, satu ruang keluarga, satu
dapur,satu tempat sholat dan satu kamar mandi . Ruang keluarga berukuran 3x 2 m 2 beralaskan
keramik dan terdapat kursi sebanyak tiga buah,terdapat TV, diruangan tersebut terdapat jendela yang
dapat dilewati cahaya matahari pada depan rumah Tn. Yaman terdapat adanya ventilasi udara yang
kurang cukup. Pada ruang tidur tidak terdapat ventilasi dan lembab.
Di rumah Tn. Yaman terdapat WC ( jamban ) dan hanya terdapar dapur dan kamar mandi.
Disebelah dapur terdapat tempat sholat yang dialasi oleh keramik. Dapur Tn. Yaman menggunakan
kompor gas . Untuk sumber air bersih menggunakan air PAM. Keluarga Tn. Yaman terbiasa
melakukan cuci tangan sebelum makan,kemudian apabila selesai makan, keluarga Tn. Yaman terbiasa
mencuci tangan menggunakan air cuci tangan dari bak tempat penampungan air dikamar mandi
rumahnya.
Rumah keluarga Tn. Yaman terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar rumah
0,5 meter disebelah kanan dan kiri dan di depan terdapat empang yang berjarak 20 meter dari
rumahnya. Keluarga Tn. Yaman
memiliki
sampah
kebiasaan
dikumpulkan
membuang
didepan
19
Faktor Internal
Kebiasaan Merokok
Olah raga
Pola Makan
5
6
Menabung
Aktivitas sehari-hari
Permasalahan
Tn. Yaman memiliki kebiasaan merokok
Keluarga Tn. Yaman tidak ada yang memiliki kebiasaan
berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah melakukan
olahraga.
Ny. Sapinah memasak sendiri untuk makan keluarga, menu
makanan yang sering dimakan adalah tahu, tempe,ikan dan
sayuran.
Apabila sakit, mereka membeli obat warung. Apabila tidak
sembuh, mereka berobat ke puskesmas.
Keluarga Tn. Emet tidak memiliki kebiasaan menabung
Tn. Yaman bekerja sebagai nelayan.
Kriteria
Luas Bangunan
2.
Ruangan
rumah
dalam
Permasalahan
Luas rumah 7x 10 m2
Dalam rumah terdapat dua kamar tidur, satu ruang keluarga, satu dapur,satu ruang sholat dan
satu kamar mandi.
20
3.
Ventilasi
Tidak terdapat ventilasi pada sisi rumah, ventilasi hanya terdapat pada depan rumah. Tiap kamar
tidak terdapat ventilasi.
4.
Pencahayaan
c.
Terdapat jendela pada kamar, tetapi selalu ditutupi dengan kain dan tidak bisa dibuka.
d. Terdapat 5 buah lampu di dalam rumah. Lampu terdapat di ruang keluarga, kamar
tidur,kamar mandi dan dapur.
5.
6.
7.
MCK
Sumber Air
SPL
Terdapat tempat untuk mandi, buang air besar, dan cuci piring.
Dalam kesehariannya menggunakan air dari PAM
Air Limbah rumah tangga di buang ke parit buatan sendiri yang di alirkan ke kolam empang di
depan rumah
8.
TPS
Sampah rumah tangga di kumpulkan didepan rumah. Sampah ditumpuk terlebih dahulu hingga
cukup banyak lalu dibuang ke empang.
9.
Lingkungan
Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah tetangga. Di lingkungan sekitar rumah
keluarga Tn. Yaman masih banyak sampah yang berserakan dikarenakan penduduk sekitar
kurang peduli dengan lingkungannya.
sekitar rumah
Tn.Umin
Ny. Yati
Nengsih
Nugiansyah
Status keluarga
Jenis
Usia
Pendidikan Pekerjaan
Kepala keluarga
Istri
Anak
Anak
kelamin
Laki-laki
Wanita
Wanita
Laki-laki
40
30
14
3
SD
SD
SMP
Belum
Nelayan
Ibu Rumah Tangga
Pelajar
-
Sekolah
Keluarga binaan ini beralamat di Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk
Naga RT 05/06, Kabupaten Tangerang Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri yang menikah dan
memiliki 2 orang anak. Keluarga ini terdiri dari seorang kepala keluarga yang bernama Tn. Umin , 40
tahun. Ia memiliki istri bernama Ny. Yati yang berusia 30 tahun. Keluarga ini memiliki penghasilan
dari hasil bernelayan rata-rata pendapatan Rp.1.000.000 tiap bulan.
Anak pertama Tn. Umin dan Ny. Yati bernama Nengsih yang sekarang berusia 14 tahun dulu
lahir dibantu oleh bidan desa. Anak pertama berpendidikan terakhir SD. Anak kedua bernama
Nugiansyah berumur 3 tahun, dulu lahir dibantu oleh bidan desa
21
Keluarga Tn. Umin tinggal disebuah rumah bangunan permanen diatas tanah seluas 7 x 10 m 2.
Dinding rumah terbuat dari batu bata, lantai menggunakan keramik . Atap rumah menggunakan
genteng dan terdapat plafon. Rumah Tn. Umin terdiri dari tiga kamar tidur, satu ruang keluarga, satu
dapur. Ruang keluarga berukuran 3x 2 m2 beralaskan keramik dan terdapat kursi sebanyak empat
buah,terdapat TV, diruangan tersebut terdapat jendela yang dapat dilewati cahaya matahari pada depan
rumah Tn. Umin terdapat adanya ventilasi udara yang kurang cukup. Pada ruang tidur tidak terdapat
ventilasi dan lembab.
Di rumah Tn. Umin tidak terdapat WC ( jamban ), untuk mandi keluarga ini ikut mandi di
rumah sebelah, dan dapur memakai kompor gas beralaskan keramik. Untuk sumber air bersih
menggunakan air PAM. Keluarga Tn. Yaman terbiasa melakukan cuci tangan sebelum
makan,kemudian apabila selesai makan, keluarga Tn. Yaman terbiasa mencuci tangan menggunakan
air cuci tangan dari bak tempat penampungan air dikamar mandi rumahnya.
Rumah keluarga Tn. Umin terletak di daerah yang padat penduduk dengan jarak antar rumah
0,5 meter disebelah kanan dan kiri dan di depan terdapat empang yang berjarak 20 meter dari
rumahnya. Keluarga Tn. Umin memiliki kebiasaan membuang sampah dikumpulkan didepan
rumahnya, kemudian dibuang ke empang. Anak- anak tuan Umin tidak dibiasakan keluar rumah
memakai sandal dan karena banjir di daerah dekat rumahnya, akhir akhir ini menderita gatal gatal.
22
Faktor Internal
Kebiasaan Merokok
Olah raga
Pola Makan
5
6
Menabung
Aktivitas sehari-hari
Permasalahan
Tn. Umin memiliki kebiasaan merokok
Keluarga Tn. Umin tidak ada yang memiliki kebiasaan
berolahraga. Bahkan hampir tidak pernah melakukan
olahraga.
Ny. Yati memasak sendiri untuk makan keluarga, menu
makanan yang sering dimakan adalah tahu, tempe,ikan dan
sayuran.
Apabila sakit, mereka membeli obat warung. Apabila tidak
sembuh, mereka berobat ke puskesmas.
Keluarga Tn. Umin tidak memiliki kebiasaan menabung
Tn. Umin bekerja sebagai nelayan.
Kriteria
Luas Bangunan
Luas rumah 7x 10 m2
2.
Ruangan
dalam
Permasalahan
rumah
3.
Ventilasi
Tidak terdapat ventilasi pada sisi rumah, ventilasi hanya terdapat pada depan rumah. Tiap kamar
tidak terdapat ventilasi.
23
4.
Pencahayaan
e.
f.
Terdapat jendela pada kamar, tetapi selalu ditutupi dengan kain dan tidak bisa dibuka.
Terdapat 4 buah lampu di dalam rumah. Lampu terdapat di ruang keluarga, kamar tidur
5.
6.
7.
MCK
Sumber Air
SPL
8.
TPS
Sampah rumah tangga di kumpulkan didepan rumah. Sampah ditumpuk terlebih dahulu hingga
cukup banyak lalu dibuang ke empang.
9.
Lingkungan
Di samping kanan dan kiri rumah terdapat rumah tetangga. Di lingkungan sekitar rumah
keluarga Tn. Umin masih banyak sampah yang berserakan dikarenakan penduduk sekitar
kurang peduli dengan lingkungannya.
sekitar rumah
1.4
kegiatan termasuk saat ingin makan, BAB di jamban pada keluarga sebelah, tidak memakai
alas kaki, perilaku membuang sampah di lingkungan sekitar tempat tinggal, kurangnya
ventilasi udara yang ada di rumah keluarga binaan, kurangnya pencahayaan di rumah keluarga
binaan. Masalah medis yaitu menderita ISPA, gatal gatal karena banjir, serta tidak
lengkapnya imunisasi dasar.
25
Selama melakukan kunjungan beberapa kali ke rumah keluarga binaan, kami menemukan
bahwa ketiga keluarga binaan memiliki masalah banyaknya jumlah perokok. Dari hasil
presurvey didapatkan presentasi masing-masing ketiga domain pembentuk perilaku yaitu,
sebanyak 70% memiliki knowledge yang baik, sebanyak 55% memiliki attitude yang positif,
dan sebanyak 45% memiliki practice yang buruk. Jadi dari ke tiga keluarga binaan tidak
memiliki masalah pada knowledge nya. Sehingga, selama kunjungan dengan waktu yang
berbeda, kami observasi perilaku merokok pada ketiga keluarga binaan, dan didapatkan bahwa
perilaku merokok yang membahayakan kesehatan berdasarkan hasil checklist observasi. Hal ini
dikarenakan kesadaran dari keluarga binaan tentang bahaya merokok pada kesehatan.
Kebiasaan buruk ini dapat menjadi salah satu sebab timbulnya berbagai penyakit
paru,kelamin,jantung,dan lain-lain. Banyak keluarga anggota binaan termasuk perokok yang
mengalami gangguan dalam pernapasan
Berdasarkan data sekunder yang didapatkan dari Puskesmas Tegal Angus tahun 2013 mengenai
PHBS (Tabel 1.21), merokok merupakan indikator yang presentasenya (65,2%) masih tinggi di
daerah tanjung pasir.
Tabel 1.21 Laporan PHBS di wilayah Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2013
INDIKATOR
Nama
Desa
Juml
ah
KK
YDT
%
Per
sali
nan
O/
tks
%
Asi
eks
%
By/
blt
dt
mb
g
%
Cuc
i
Tan
gan
%
Air
Ber
sih
%
Jam
ban
Seh
at
%
Bersi
kan
Jenti
k
%
Mak
an
Sayu
r
Bua
h
%
Aktivi
tas
Fisik
%
Tdk
Mero
kok
dlm
Ruma
h
%
Jmlh
(Sehat
)
Pangkal
an
210
57.
6
42.
4
67.
1
70
95.
7
66.5
51.4
57
33.3
33.5
16.2
Tj.
Burung
210
64.
6
58.
6
65.
7
43.3
96.
6
46.7
79
61.9
72.8
72.8
16.7
Tegal
Angus
214
35.
6
24.
3
58.
9
87.4
90.
2
57
94
39.7
72.4
57
17
Tj. Pasir
210
71.
4
49.
5
79.
5
38.6
91.
4
68.8
92.7
72.3
65.6
65.2
17
Muara
210
71.
5
43.
6
70.
6
45.9
99
43
92
73.4
33
71.2
56.5
Lemo
206
63.
24.
64
91.6
83.
44.8
80.8
84
62
45
18
26
Jumlah
1260
65.
2
37.
7
6
67.
5
63.6
92.
8
54
86
55.3
61.5
54
15.5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan
kemudian melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi
komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas.Dalam
melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran
adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat
ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian,
manajemen kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan
gizi).
2.2
Konsep Perilaku
2.2.1.Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena
27
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme
tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua
(Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah
dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
2.2.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim
pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku
kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan
agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering disebut perilaku
pencarian pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya.
2.2.3. Domain Perilaku
Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini lebih
memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku & norma, sikap,
tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah
usaha untuk mengerti/ memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari
hubungan ini yang menemukan secara relative korespondensi yang rendah diantara sikap-sikap dan
28
perilaku, serta beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang
mendasari perilaku (Fishbein, 1993; Abelson, 1972; Wicker, 1969).
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang menghubungkan
kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan
dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen model
dan hubungan sebab musabab diantara komponen yang ditentukan dengan jelas (Ajzen dan Fishbein,
1980). Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran
hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai
dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atausarana.
c) Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi dan metode
dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi yang sebenarnya
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam
komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi dan ada kaitannya
dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
29
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi / objek.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen
pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah
suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko
merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Praktik atau tindakan (practice)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu
kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik
ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik
tingkat tiga.
30
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara terhadap
kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran
juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa
sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek)
2. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Hal ini
berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.
2.2.4. Asumsi Determinan Perilaku
Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai kebudayaan. Kepribadian
seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan pada diri orang tersebut.Secara
rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut
dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya
dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap faktor penentu yang dapat
mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain:
1. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :
1) Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,
kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
(a) Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
31
(b) Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima
kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
(c) Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat
seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap
tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada
situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain,
sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya
pengalaman seseorang.
2). Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia
katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
3). Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
4) Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu
masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut
kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat
ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2003).
2. Theory of Reasoned Action (TRA)
Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan
antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada
tahun 1967, TRA mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/
memahami hubungan antara sikap dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini yang
menemukan secara relative korespondensi yang rendah diantara sikap-sikap dan perilaku, serta
beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku
(Fishbein, 1993; Abelson, 1972; Wicker, 1969).
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang menghubungkan
kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma untuk tujuan yang
berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari
komponen model dan hubungan sebab musabab diantara komponen yang ditentukan dengan jelas
(Ajzen dan Fishbein, 1980). Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
3. Teori Lawrence Green (1980)
Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan
seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar
perilaku (non behavior causes).
Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
32
Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau
tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obatobatan, alat-alat steril dan sebagainya.
3)
Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
2.3
akau dan menghisap atau menghirup asap rokok dengan pipa atau langsung
33
dari rokoknya (mainstream smoke), dan kemudian menghembuskan kembali asap tersebut ke
udara (sidestream smoke).
2.3.2 Tahapan menjadi Perokok
Merokok tidak terjadi dalam sekali waktu karena ada proses yang dilalui, antara lain : periode
eksperimen awal (mencoba-coba), tekanan teman sebaya dan akhirnya mengembangkan sikap
mengenai seperti apa seorang perokok (Taylor,2009). Ada 4 tahapan yang merupakan proses
menjadi perokok (Ogden, 2000) antara lain :
1.
negative outcome expectancies seta self efficacy yang rendah maka individu akan
mengalami lapse.
2.3.3 Kategori Perokok
Sitepoe (2000) mengkategorikan perokok berdasarkan jumlah konsumsi rokok harian, yaitu
(a)
(b)
(c)
berhenti merokok lebih besar. Taylor (2009) menyebut istilah chippers untuk menjelaskan
perokok yang mengkonsumsi rokok kurang dari 5 batang/hari, sehingga memiliki kemungkinan
yang kecil untuk kecanduan nikotin. Istilah lainnya adalah social smoker yaitu individu yang
merokok hanya pada situasi social. Situasi social itu merupakan syarat atau pemicu untuk
merokok
Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positif affect smoking).
Tujuannya
untuk
mendapatkan/
meningkatkan
perasaan
positif,
misalnya
untuk
Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking). Individu yang sudah ketergantungan
nikotin cenderung menambah dosis rokok yang akan digunakan berikutnya karena efek
rokok yang dikonsumsi sebelumnya mulai berkurang sesaat setelah rokok habis dihisap
sehingga individu mempersiapkan hisapan rokok berikutnya. Umumnya, individu dengan
tipe perilaku merokok yang adiktif merasa gelisah bila tidak memiliki persediaan rokok.
35
d) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (habitual smoking). Dalam hal ini, tujuan
merokok bukan untuk mengendalikan perasaannya secara langsung melainkan karena sudah
terbiasa.
2.3.5 Faktor-Faktor Penyebab atau Pendorong Perilaku Merokok
Lewin (dalam Komasari dan Helmi, 2000) perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan
dan individu. Artinya perilaku merokok disebabkan oleh faktor dalam diri (seperti perilaku
memberontak dan suka mengambil resiko) dan faktor lingkungan (seperti orangtua yang
merokok dan teman sebaya yang merokok). Menurut Mutadin (dalam Aula, 2010)
mengemukakan alasan seseorang merokok, diantaranya:
a. Pengaruh Orangtua
Menurut Baer dan Corado, individu perokok adalah individu yang berasal dari keluarga
tidak bahagia, dimana orangtua tidak memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan
individu yang berasal dari lingkunag rumah tangga yang bahagia. Perilaku merokok lebih
banyak didapati pada individu yang tinggal dengan satu orangtua (Single Parent). Individu
berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok dibandingkan ayah mereka yang
merokok. Hal ini terlihat pada wanita.
b. Pengaruh Teman
Berbagai faktor mengungkapkan semakin banyak individu merokok maka semakin banyak
teman-teman individu yang merokok, begitu pula sebaliknya.
c. Faktor Kepribadian
Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan dari rasa
sakit atau kebosanan.
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok
adalah lambang kejantanan atau glamour membuat seseorang seringkali terpicu untuk
mengikuti perilaku yang ada di iklan tersebut.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (dalam Nasution, 2007) tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok, yaitu:
- Faktor Biologis
Banyak penelitian menunjukan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan
kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok. Pendapat ini didukung Aditama
(1992) yang mengatakan nikotin dalam darah perokok cukup tinggi.
- Faktor Psikologis
36
Dampak positif
Merokok menimbulkan dampak yang sangat sedikit bagi kesehatan. Graham (dalam Ogden,
2000), menyatakan bahwa perokok menyebutkan dengan merokok dapat menghasilkan mood
positif dan dapat membantu individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit.
2.
Dampak negative
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negative yang berpengaruh bagi kesehatan.
Merokok bukanlah suatu penyakit, namun dapat memicu berbagai jenis penyakit. Sehingga
boleh dikatakan merokok tidaklah menyebabkan kematian, tetapi penyakit yang ditimbulkan
dari perilaku merokok yang bisa menyebabkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang bisa
37
ditimbulkan oleh rokok antara lain penyakit tekanan darah, memperpendek umur, penurunan
vertilitas dan nafsu sexual, sakit maag, gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat
pengeluaran air seni, penglihatan kabur, kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi
udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan tenggorokan).
Menurut Hahn & Payne, 2003, dampak positif merokok yaitu menimbulkan perasaan
bahagia karena kandungan nikotin pada tembakau menstimulasi adrenocorticotropic hormone
yang terdapat pada area spesifik di otak. Rose (Marks, Murray, et al, 2004) menyatakan
bahwa nikotin yang dikonsumsi dalam jumlah kecil memiliki efek psikologis, antara lain:
menenangkan, mengurangi berat badan, mengurangi perasaan mudah tersinggung,
meningkatkan kesiagaan dan memperbaiki fungsi kognitif. Hahn & Payne (2003) mengatakan
bahwa perokok aktif biasanya lebih mudah sakit, menjalani proses pemulihan kesehatan yang
lebih lama dan usia hidup yang lebih singkat. Merokok tidak menyebabkan kematian tapi
mendorong munculnya jenis penyakit yang dapat mengakibatkan kematian, antara lain :
penyakit kardiovaskular, kanker, saluran pernapasan, gangguan kehamilan, penurunan
kesuburan, gangguan pencernaan,, peningkatan tekanan darah, peningkatan prevalensi gondok
dan gangguan penglihatan (Sitepoe, 2000).
Secara signifikan, perokok memiliki kecenderungan lebih besar mengkonsumsi obatobatan terlarang dan meningkatkan resiko disfungsi ereksi sebesar 50% (Taylor, 2000).
Merokok tidak hanya berbahaya bagi perokok tetapi juga bagi orang-orang disekitar perokok
dan lingkungan (Fyold, Mimms & Yelding, 2003). Passive smokers memiliki kecendurungan
yang lebih besar mengalami gangguan jantung karena menghirup tar dan nikotin 2 kali lebih
banyak, karbonmonoksida 5 kali lebih banyak dan ammonia 50 kali lebih banyak (Donatelle
& Davis, 1999). Polusi lingkungan yang menyebabkan kematian terbesar adalah karena asap
rokok dan dikategorikan sebagai penyebab paling dominan dalam polusi ruangan tertutup
karena memberikan polutan berupa gas dan logam-logam berat (Donatelle & Davis, 1999).
2.3.7
b)
c)
Waktu merokok adalah kapan (pada momen-momen apa saja) individu melakukan
aktivitas merokoknya.
d)
Fungsi merokok, yaitu seberapa penting aktivitas merokok bagi diri si perokok dalam
kehidupannya sehari-hari dan makna merokok itu sendiri bagi individu yang
bersangkutan.
2.4
Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori WHO (1984), yang menyatakan
bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu karena adanya 4 alasan pokok, yaitu:
Pemikiran dan Perasaan
(Thought and Feelings)
1. Pengetahuan
2. Kepercayaan
3. Sikap
Tokoh penting sebagai panutan
(Personal Reference)
Sumber daya yang tersedia
(Resource)
Perilaku
1. Ekonomi
2. Fasilitas
3. Waktu
4. Tenaga kesehatan
5. Pendidikan, dll.
Kebudayaan (Culture)
1. Perilaku Normal
2. Kebiasaan
3. Nilai-nilai
39
Perilaku
merokok
Ya atau Tidak
2.6
Definisi Operasional
Tabel 2.1 Tabel Definisi Operasional Diagnosis Dan Intervensi Komunitas Area Masalah Perilaku
Merokok Pada Daerah Keluarga Binaan RT 05/RW 06 Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten
No.
Variabel
Hasil Ukur
Skala
40
1.
Perilaku
merokok
Nominal
aktifitas
menghirup Checklist Observasi Tidak
Kuesioner
Wawancara
merokok
:
1-4
atau menghisap asap
Merokok : 5-7
rokok
menggunakan
pipa
atau rokok
2.
Nominal
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sikap yang
salah
Ide
yang
mucul Kuesioner Wawancara
mempengaruhi emosinal
untuk
melakukann
kecendrungan merokok
Percaya akan Meyakini
perilakuKuiesioner Wawancara
merokok
dapat
rokok
meningkatkan pandangan
membuat
lebih jantan menjadi pria lebih jantan
Baik : 1-3
Buruk 4-7
Nominal
Ekonomi
Pendapatan
responden Kuesioner Wawancara Tinggi : 1
Ordinal
Rendah : 2-3
yang rendah perbulan dibandingkan
dengan UMR kabupaten
tangerang
Kurangnya
Ada tidaknya peran Kuesioner Wawancara Memadai : 1 Nominal
(edukasi, pengawasan,
Tidak memadai
jumlah
dan
dorongan)
petugas
: 2-3
Tenaga
kesehatan
dalam
bahaya
kesehatan
merokok
Pendidikan Jenjang
pendidikan Kuesioner Wawancara Tinggi : 1-3
terakhir
yang
ditempuh
Rendah : 4-6
yang rendah
oleh responden yang
mempengaruhi perilaku
merokok
Tokoh penting Tokoh penting sebagai Kuisoner Wawancara Baik : 1-2
Buruk: 3-5
sebagai
Panutan.
Apabila
seseorang itu penting
panutan
Kebiasaan
merokok di
lingkungan
sekitar
Ordinal
Nominal
Nominal
BAB III
41
METODE PENELITIAN
Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan masalah, langkah-langkah
yang ditempuh harus relevan dengan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam setiap
melaksanakan langkah tersebut harus dilakukan secara objektif dan rasional.
3.1
Populasi.
Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang bersifat sosial, perlu dilakukan
pembatasan populasi dan cara pengambilan sampel. Populasi adalah keseluruhan objek
pengumpulan data (Arikunto, 2002). Dalam hal ini, yang menjadi populasi adalah 3 keluarga
binaan, yaitu : keluarga Tn. Emet, Tn. Yaman, Tn. Umin,di RT 05/ RW 06 Kampung Garapan,
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
3.2
Sampel.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002). Dalam hal ini
yang menjadi sampel adalah anggota dari keluarga binaan yang memenuhi kriteria inklusi.
Kriteria inklusi mencakup usia >17 tahun, sehat mental dan tidak cacat fisik. Responden adalah
sebagian sampel yang mau berpartisipasi pada penelitian ini diambil dari peneliti langsung
melakukan observasi ke rumah keluarga binaan dan pengumpulan data dengan kuesioner.
3.3
Responden.
Responden kuesioner merupakan perwakilan dari setiap anggota keluarga binaan yang
kooperatif, usia di atas 17 tahun, bisa membaca dan menulis, sehat jasmani dan rohani yaitu
sebanyak 11 orang, yaitu : keluarga Tn. Emet sebanyak 6 orang, Tn. Yaman sebanyak 3 orang,
Tn. Umin sebanyak 2 orang
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel
penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu :
- Bersedia untuk menjadi informan
- Merupakan anggota keluarga binaan
- Usia diatas 17-64 tahun
- Sehat jasmani dan rohani
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel
karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian, yaitu :
1. Tidak bersedia menjadi informan
2. Berusia diatas 65 tahun
3. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
42
Data Kualitatif
Data kualitatif pada penelitian ini diperoleh melalui hasil wawancara pada
keluarga binaan, analisis, dan observasi observasi yang telah dituangkan dalam
catatan lapangan (transkrip).
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yang diperoleh adalah berupa data diskrit dan data kontinu
yaitu :
1.
Data diskrit
Dalam penelitian ini terdapat 11 responden yang tercantum dalam tabel 3.1.dan
tabel 3.2 mengenai jumlah perempuan dan laki-laki serta distribusi tingkat
pendidikan pada keluarga binaan
Tabel 3.1 Jumlah perempuan dan laki-laki pada Keluarga Binaan di di Kampung
Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015
Jenis Kelamin
Jumlah Responden
Laki-laki
Perempuan
Total
11
Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Keluarga Binaan di Kampung
Garapan, RT 005/RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015
No.
1
2
3
4
5
6
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
D3
S1
Jumlah
Jumlah
2
4
0
1
2
2
11
Persentase
18,18%
36,36%
0%
9,09%
18,18%
18,18%
100%
43
2.
Data kontinu diperoleh dari segi umur atau usia yang tercantum dalam tabel
3.3
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung Garapan, RT
005/RW 006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Februari 2015
Umur (dalam tahun)
< 20
21-40
41-60
>60
Jumlah
3.4.2
Jumlah
0
5
5
1
11
Persentase
0%
45,45%
45,45%
9,09%
100%
Sumber Data
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah para responden yaitu tiga keluarga binaan RT
005/ RW 006, Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.
a.
Data primer
Data yang langsung didapatkan dari hasil pengamatan langsung ke rumah, melalui
hasil wawancara, analisis dan observasi pada keluarga binaan di RT 005/ RW 006,
Kampung Garapan, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.
b.
Data sekunder
Data yang didapat dari data yang sudah ada di Puskesmas Tegal Angus berupa data
kesehatan lingkungan yaitu PHBS yang tercantum dalam tabel 1.5, dan data
c.
44
\
Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Pengumpulan Data
Tanggal
Kamis, 12 Februari 2015
Kegiatan
a. Pengumpulan data program wajib Puskesmas Tegal Angus, laporan
penyakit dan gambaran Desa Tanjung Pasir.
b. Perkenalan dan sambung rasa dengan keluarga binaan.
a.
b.
Diskusi kelompok :
1. Mengumpulkan referensi yang berkaitan dengan area masalah.
2. Membuat kerangka teori dan pertanyaan mengenai seputar faktorfaktor yang berkaitan dengan area masalah.
2.
3.
Membuat checklist
45
4. Diskusi Diagnosis dan Intervensi Komunitas
1. Mengolah data yang diperoleh dari pengamatan langsung
2.
Menganalisis data dan menarik kesimpulan dari hasil checklist dan
kuesioner
3. Membuat laporan
3.4.3
3.
4.
5.
6.
46
BAB IV
HASIL ANALISA
4.1 Karakteristik Keluarga Binaan
Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk diagram yang diambil dari data karakteristik
responden yang terdiri dari enam keluarga binaan di Kampung Garapan RT 005/RW 006, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten yakni: keluarga
Tn. Emet,Tn. Yaman,Tn. Umin.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia pada Keluarga Binaan di Kampung Garapan RT 005/RW
006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Februari 2015
Umur (dalam tahun)
Jumlah
Persentase
< 20
3
21,42%
21-40
5
35,71%
41-60
5
35,71%
>60
1
7,14%
Jumlah
14
100%
Berdasarkan dari tabel tentang frekuensi berdasarkan usia pada keluarga binaan didapatkan
jumlah anggota keluarga terbanyak adalah yang berusia 21-40 tahun (35,71%) dan 41-60 tahun
(35,71%).
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan Kampung Garapan, RT 005/RW
006, Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
Februari 2015
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
Pekerjaan
Tidak Bekerja
Ibu Rumah Tangga
Nelayan
Wiraswasta
Pelajar
Mahasiswa
Bidan
Guru
Jumlah
2
3
2
1
1
1
1
1
Persentase
14,28%
21,42%
14,28%
7,14%
7,14%
7,14%
7,14%
7,14%
47
Pegawai swasta
Jumlah
2
14
14,28%
100%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Distribusi Pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga,
sebanyak 3 orang. 21,42%.
4.2 Analisis Univariat
Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-variabel dalam check list dan
kuesioner yang diambil langsung pada tiga rumah keluarga binaan pada bulan Februari 2015.
Tabel 4.3 Distribusi responden terhadap aspek perilaku merokok di Kampung Garapan Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,Februari 2015
Perilaku
Jumlah Responden
Persentase (%)
Tidak Merokok
54,54%
Merokok
45,45%
Total
11
100%
Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan bahwa sebanyak 5 orang responden (45,45%) memiliki perilaku
merokok.
Tabel 4.4 Distribusi responden terhadap aspek sikap yang salah di Kampung Garapan Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015
Sikap yang Salah
Jumlah Responden
Persentase (%)
Benar
54,54%
Salah
Total
5
11
45,45%
100%
Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan bahwa sebanyak 5 responden (45,45%) memiliki sikap terhadap
merokok yang salah.
Tabel 4.5 Distribusi Responden terhadap aspek percaya akan rokok membuat lebih jantan di
Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Februari 2015
Percaya Rokok
Jumlah Responden
Persentase (%)
Membuat Lebih Jantan
Tidak percaya
Percaya
Total
11
0
11
100%
0%
100%
48
Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan bahwa sebanyak 11 responden (100%) memiliki aspek percaya akan
rokok membuat lebih jantan tidak berpengaruh
Tabel 4.6 Distribusi responden terhadap aspek tingkat ekonomi terhadap perilaku merokok di
Kampung Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten, Februari 2015
Tingkat Ekonomi
Jumlah Responden
Persentase (%)
Tinggi
27,27%
Rendah
72,72%
Total
11
100%
Dari Tabel 4.6 didapatkan bahwa sebanyak 3 responden (27,27) berada pada tingkat ekonomi tinggi.
Tabel 4.7 Distribusi responden terhadap aspek tenaga kesehatan di Kampung Garapan Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,Februari 2015
Ketersediaan Tenaga
Jumlah Responden
Persentase (%)
Kesehatan
Cukup memadai
0%
Kurang memadai
11
100%
Total
11
100%
Dari Tabel 4.7 didapatkan bahwa sebanyak 11 responden (100%) menagatakan kurangnya memadai
tenaga kesehatan untuk penyuluhan perilaku merokok
Tabel 4.8 Distribusi responden terhadap aspek pendidikan rendah di Kampung Garapan Desa Tanjung
Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Februari 2015
Pendidikan
Jumlah Responden
Presentase (%)
Tinggi
5
45,45%
Rendah
Total
6
11
54,54%
100%
Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan bahwa sebanyak 6 responden (54,54%) memiliki pendidikan yang
rendah.
Tabel 4.9 Distribusi responden terhadap aspek tokoh penting sebagai panutan di Kampung Garapan
Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Juni
Februari 2015
49
Tokoh Masyarakat
Baik
Jumlah Responden
6
Presentase (%)
54,54%
Buruk
Total
5
11
45,45%
100%
Berdasarkan Tabel 4.9 didapatkan bahwa sebanyak 6 responden (54,54%) mengaku tokoh penting
sebagai panutan berperan terhadap perilaku merokok.
Tabel 4.10 Distribusi responden terhadap aspek kebiasaan merokok di lingkungan sekitar di Kampung
Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Juni Februari 2015
Kebiasaan Merokok di
Jumlah Responden
Presentase (%)
Lingkungan Sekitar
Baik
54,54%
Buruk
Total
5
11
45,45%
100%
Berdasarkan Tabel 4.10 didapatkan bahwa sebanyak 5 responden (45,45% ) mempunyai kebiasaan
buruk merokok di lingkungan sekitar .
Tabel 4.11 Distribusi responden terhadap pengetahuan merokok di lingkungan sekitar di Kampung
Garapan Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga RT 005/006, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, Juni Februari 2015
Pengetahuan merokok
Baik
Jumlah Responden
8
Presentase (%)
72,72%
Buruk
Total
3
11
27,27%
100%
Berdasarkan Tabel 4.11 didapatkan bahwa sebanyak 8 responden (72,72%) mempunyai pengetahuan
yang baik tentang merokok.
4.3 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana intervensi pemecahan
masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram fishbone yaitu untuk
mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar - akar penyebab masalah sehingga dapat
50
ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah dari setiap akar penyebab masalah tersebut.
Adapun diagram fishbone dapat dilihat sebagai berikut
Tabel 4.12 Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi
No.
1.
Akar Penyebab
Alternatif
Masalah
Pemecahan
Tradisi keluarga
hanya bersekolah
sampai sekolah
dasar
Masalah
Mengubah tradisi
keluarga sehingga
meningkatkan
pentingnya
pendidikan
Rencana Intervensi
Intervensi Yang
Dilakukan
penyuluhan
tentang
pentingnya
pendidikan
serta
manfaatnya
bagi
kehidupan sehari-hari.
memberikan
informasi
mengenai
beasiswa
pendidikan
berupa BOS.
memberikan
informasi
mengenai
pendidikan tingkat lanjut
serta
informasi
universitas
yang
memberikan beasiswa
pendidikan.
2.
Mengubah
Merokok
membuat
laki- kepercayaan
merokok
laki lebih jantan
akan
tidak
menjadi lebih jantan
Memberikan bukti
nyata (penelitian para
ahli) kepada perokok
terhadap
bahaya
merokok
Menceritakan efek
buruknya merokok dari
seorang
mantan
pecandu rokok
Memberikan
pemahaman
kepada
warga
akan
mitos
tentang merokok lebih
terlihat jantan salah
Pemahaman akan
rokok yang salah
Memberi
pemahaman rokok
yang benar dan baik
Menempelkan
poster tentang bahaya
merokok
dan
pengaruhnya
bagi
kesehatan.
Menempelkan
poster
tentang
bahaya
merokok di tempat
yang selalu terlihat dan
menyebarkan pamflet
mengenai
bahaya
merokok
bagi
51
Penyuluhan
mengenai
pentingnya
bahaya merokok.
kesehatan.
Tiap
keluarga
binaan menanamkan dan
memahami akan bahaya
merokok.
4.
Banyaknya tokoh
masyarakat yang
merokok
Mengurangi
masyarakat
merokok
tokoh
yang
Mengikutsertakan
tokoh masyarakat dalam
penyuluhan
bahaya
merokok.
Melakukan
penyuluhan
dan
pengawasan
secara
berkala dan memberikan
informasi
terbaru
mengenai
bahaya
merokok
oleh
tokoh
masyarakat.
tokoh masyarakat
ikut
serta
dalam
mengkoordinasi program
bahaya merokok.
5.
Hanya bergantung
pada satu
pekerjaan
Menambah lapangan
pekerjaan di daerah
tersebut
dan
sekitarnya.
Memberikan
pelajaran
keterampilan
untuk keluarga binaan,
seperti mengolah barang
daur ulang untuk dijual.
Memberikan
pelajaran
keterampilan
untuk keluarga binaan,
seperti mengolah barang
daur ulang untuk dijual
secara berkala.
Tiap
keluarga
binaan
melakukan
pemberdayaan UKM.
6.
Kurangnya jumlah
tenaga kesehatan
yang kompeten
Menambah jumlah
tenaga
kesehatan
yang kompeten.
Memberikan
beasiswa
di
bidang
kesehatan
bagi
para
pemuda-pemudi setempat
yang berprestasi.
Memberikan
reward
kepada
para
52
Meningkatkan
fasilitas untuk puskesmas
dan tenaga kesehatan utuk
menarik minta para tenaga
kesehatan
7
Tidak
ditanamkannya
pengetahuan
bahaya rokok
sejak dini
Menanamkan akan
bahaya
merokok
bagi kesehatan sejak
dini
Memberikan
informasi secara terbuka
dan larangan terhadap
rokok sejak dini
Membentuk
pemahaman
tentang
bahaya merokok
Menilai
mengawasi
pengetahuan
merokok
Memberikan
penyuluhan tentang
bahaya merokok
Menghindari
dewasa
merokok.
orang
yang
dan
terhadap
bahaya
Memberikan
pengertian pada perokok
untuk tidak menularkan
kebiasaan merokok
Memberikan informasi
tentang bahaya perokok
pasif dan membatasi
area merokok
Meminta
pengertian orang merokok
untuk menghargai orang
yang tidak merokok
Mengurangi
jumlah perokok di desa
tersebut dengan cara
membatasi area merokok
53
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
5.1.1 Area Masalah
54
5.1.3
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
Meyakinkan perokok bahwa rokok tidak membuat lebih jantan.
Menanamkan akan bahaya merokok bagi kesehatan. baik dan benar.
Menanamkan pentingnya bahaya merokok bagi kesehatan
Menambah lapangan pekerjaan di daerah tersebut dan sekitarnya.
Menambah jumlah tenaga kesehatan yang kompeten.
Menanamkan akan bahaya merokok bagi kesehatan sejak dini
Merubah kebiasaan yang buruk menjadi lebih baik
Saran
55
DAFTAR PUSTAKA
Allport
.1954.
The
Nature
Of
Prejudice.
Addison-Wesley
Publishing
company.Cambridge,England.
Arikunto S. 2003. Manajemen Penelitian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Azwar A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Penerbit Mutiara Sumber Widya.
Jakarta
56
Depkes RI. 1992. Undang Undang Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992.
Jakarta
Entjang I. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit Alumni. Bandung
Hadi S. 1986. Pokok pokok metodologi penelitian. Tidak dipublikasi. Yogyakarta
Husaini, A. 2006. Tobat Merokok (Rahasia dan Cara Empatik Berhenti
Merokok). Pustaka Iman
Karman dan Suyasa, S. 2004. Stress, Perilaku Merokok dan TipeKepribadian, Jurnal pron esis.
Vol. 6 No. 11 Hal 19-39
Nainggolan, DR. (2006). Anda Mau Berhenti Merokok? Pasti Berhasil. Bandung : Indonesia
Publishing House
Notoatmodjo S. 2003. Pendidilkan dan Ilmu Perilaku. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Prabowo. 1996. Memahami Penelitian Kualitatif. Penerbit Remaja Rodaskarya. Bandung
57