Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1. A.

Latar Belakang

Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia
harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa
atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk
lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini
meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2
persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29
juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia
meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk
Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7
tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun
1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun
(BPS.2000). Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun
1990 2025, tergolong tercepat di dunia (Kompas, 25 Maret 2002:10).
Meningkatnya jumlah lansia akan membutuhkan perawatan yang serius karena
secara alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi
maupun mentalnya (Nugroho, 2004).
Usia lanjut (USILA) merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Setiap orang yang dikaruniai umur panjang akan mengalami tahapan
ini. Dengan berhasilnya pelayanan kesehatan yang ditandai dengan bertambahnya
usia harapan hidup maka kesempatan menjadi usila semakin besar sehingga
diperkirakan jumlah usila semakin bertambah.Dalam Lokakarya Nasional
Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa keperawatan adalah suatu

bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang
didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada
individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang
mencakup seluruh kehidupan manusia.Sedangkan asuhan yang diberikan berupa
bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam
melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Pada makalah ini akan dibahas tentang dokumentasi asuhan keperawatan lanjut
usia, dimanan pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang
meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing
diagnosis), merencanakan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan
tindakan keperawatan (Implementation) dan melakukan evaluasi (Evaluation).
Serta akan menjelaskan pula tentang kebutuhan bio-psiko-sosial-kultural dan
spiritiual, dan tentang dementia pada lansia.
Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka kelompok usila perlu
mendapat perhatian dan pembinaan khusus baik oleh pemerintah atau swasta
maupun berbagai disiplin ilmu termasuk keperawatan, agar para usia lanjut dapat
mempertahankan kondisi kesehatannya sehingga tetap dapat produktif, berperan
aktif di masyarakat dan tetap bahagia di usia lanjut.
1. B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana proses asuhan keperawatan dokumentasi pada lansia
2. Bagaimana cara mengisi format asuhan keperawatan pada lansia
3. Bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual untuk lansia

4. Bagaimana dementia pada lansia


1. C. Tujuan Penulis
Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mengetahui tentang dokumentasi asuhan keperawatan
pada usia lanjut, bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual, dan daya ingat pada
lansia.
1. Tujuan khusus
2. Mahasiswa mengetahui dokumentasi asuhan keperawatan
3. Mahasiswa mengetahui bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual pada lansia
4. Mahasiswa mengetahui dementia pada lansia

BAB II

LANDASAN TEORI

1. A.

Dokumentasi Asuhan Keperawatan

2. 1.

Dokumentasi

Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat
asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
Sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan
yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk
kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memeberikan pelayanan
kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis
dengan tanggung jawab perawat.
Dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.Dokumentasi ini penting karena pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada klien membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan
sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah
yang dialami klien baik masalah kepuasan maupun ketidak puasan terhadap
pelayanan yang diberikan. Dokumentasi keperawatan mempunyai beberapa
kegunaan bagi perawat dan klien antara lain :
1. Sebagai alat komunikasi
Dokumentasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang terkoordinasi dengan
baik akan menghindari atau mencegah informasi yang berulang. Kesalahan juga
akan berkurang sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Disamping itu, komunikasi juga dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
1. Sebagai mekanisme peratanggunggugatan

Standar dokumentasi memuat aturan atau ketentuan tentang pelaksanaan


pendokumentasian. Oleh karena itu, kualitas kebenaran standar pendokumentasian
akan mudah dipertanggung jawabkan dan dapat digunakan sebagai perlindungan
atas gugatan karena sudah memilki standar hukum.
1. Metode pengumpulan data
Dokumentasi dapat digunakan untuk melihat data data pasien tentang kemajuan
atau perkembangan dari pasien secara objektif dan mendeteksi kecendrungan yang
mungkin terjadi.Dapat digunakan juga sebagai bahan penelitian, karena data
datanya otentik dan dapat dibuktikan kebenarannya.Selain itu, dokumentasi dapat
digunakan sebagai data statistic.
1. Sarana pelayanan keperawatan secara individual
Tujuan ini merupakan integrasi dari berbagai aspek klien tentang kebutuhan
terhadap pelayanan keperawatan yang meliputi kebutuhan bio-psiko-sosialspiritual sehingga individu dapat merasakan manfaat dari pelayanan keperawatan.
1. Sarana evaluasi
Hasil akhir dari asuhan keperawatan yang telah didokumentasikan adalah evaluasi
tentang hal hal yang berkaitan dengan tindakan keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan.
1. Sarana meningkatkan kerja sama antar tim kesehatan
Melalui dokumentasi, tenaga dokter, ahli gizi, fisioterapi, dan tenaga kesehatan,
akan saling kerja sama dalam memberi tindakan yang berhubungan dengan klien.
Karena hanya lewat bukti bukti otentik dari tindakan yang telah dilaksanakan,
kegiatan tersebut akan berjalan secara professional.
1. Sarana pendidikan lanjutan

Bukti yang telah ada menuntut adanya system pendidikan yang lebih baik dan
terarah sesuai dengan program yang diinginkan klien. Khusus bagi tenaga
perawat, bukti tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan
pendidikan lanjutan tentang layanan keperawatan
1. Digunakan sebagai audit pelayanan keperawatan
Dokumentasi berguna untuk memantau kualitas layanan keperawatan yang telah
diberikan

sehubungan

dengan

kompetensi

dalam

melaksanakan

asuhan

keperawatan.
1. 2.

Dokumentasi Pengkajian

Dokumentasi pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang


dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data dasar
tentang klien, dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien.Pengkajian
adalah awal dari tahapan proses keperawatan. Dalam mengkaji, harus
memperhatikan data dasar pasien. Informasi yang didapat dari klien ( sumber data
primer ), data yang didapat dari orang lain ( data sekunder ), catatan kesehatan
klien informasi atau laporan laboratorium, tes diagnostic, keluarga dan orang
terdekat, atau anggota tim kesehatan merupakan pengkajian data dasar.
Pengumpulan data menggunakan berbagai metode seperti observasi ( data yang
dikumpulkan berasal dari pengamatan ), wawancara ( bertujuan mendapatkan
respons dari klien dengan cara tatap muka ), konsultasi, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, ataupun pemeriksaan tambahan. Manusia mempunyai
respons terhadap masalah kesehatan yang berbeda sehingga perawat harus
mengkaji respons klien terhadap masalah secara individual.Tujuan dokumentasi
pengkajian adalah :
1. Untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan respons pasien terhadap
masalah yang dapat mempengaruhi perawatan

2. Untuk konsolidasi dan organisasi informasi yang didapat dianalisis dan


diidentifikasi
3. Untuk dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mencapai/mendapatkan
informasi. Dengan kata lain, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk ukuran
dan perubahan kondisi pasien.
4. Untuk mengidentifikasi berbagai macam karakteristik serta kondisi pasien
dan respons yang akan mempengaruhi perencanaan perawatan.
5. Untuk menyediakan data yang cukup pada kebenaran hasil observasi
terhadap respons pasien.
6. Untuk menyediakan dasar pemikiran pada rencana keperawatan.
Jenis Dokumentasi Pengkajian
I.

Pengkajian Awal ( Initial Assesment )

Pengkajian awal ( intial assessment ), dilakukan ketika pasien masuk kerumah


sakit. Bentuk dokumentasi biasanya merujuk pada data dasar perawatan.Selama
pengkajian umum, perawat mengidentfikasi masalah kesehatan yang dialami
klien, dengan mengumpulkan data pengkajian baik umum maupun khusus dapat
memudahkan perencanaan perawat klien.
II.

Pengkajian kontinu ( Ongoing Assesment )

Pengkajian kontinu merupakan pengembangan data dasar, informasi yang


diperoleh dari pasien selama pengkajian awal daan informasi tambahan ( berupa
tes diagnostic dan sumber lain ) diperlukan untuk menegakkan data.
III.

Pengkajian ulang ( Reassesment )

Data pengkajian ulang merupkan pengkajian yang didapat dari informasi selama
evaluasi.Pengkajian ulang berarti perawat mengevaluasi kemajuan data dari
masalah pasien atau pengembangan dari data dasar sebagai informasi tambahan
dari pasien.
1. 3.

Dokumentasi Diagnose Keperawatan

Diagnose keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seeorang,


keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang actual dan potensial ( NANDA,1990 ), Diaognose keperawatan
memberikan dasar pemilihan intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat.
Perumusan diagnose keperawatan adalah bagaimana diagnose keperawatan
digunakan dalam proses pemecahan masalah. Melalui identifikasi, dapat
digambarkan berbagai masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan
keperawatan. Disamping itu, dengan menentukan atau menyelidiki etiologi
masalah, akan dapat dijumpai factor yang menjadi kendala atau penyebab.
Dengan menggambarkan tanda dan gejala, akan memperkuat masalah yang ada.
Dokumentasi keperawatan merupakan catatan tentang penilaian klinis dari
respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan baik actual maupun potensial.
1)

Kategori Diagnosa Keperawatan


Untuk memudahkan dalam mendokumentasikan proses keperawatan,

harus diketahui beberapa tipe diagnose keperawatan. Tipe diagnose keperawatan


meliputi tipe actual, risiko, kemungkinan, sehat dan sejahtera, dan sindroma.
1. Diagnose keperawatan actual
Diagnose keperawatan actual menurut NANDA adalah menyajikan keadaan klinis
yang telah divalidasikan melalui batasan karakteristik mayor yang diidentifikasi.
Diagnose keperawatan actual memiliki empat komponen diantaranya : label,
definisi, batasan karakterstik, dan factor yang berhubungan.

Label merupakan deskripsi tentang definisi diagnose dan batasan karakterstik


( Gordon, 1990 ), Definisi menekankan pada kejelasan, arti yang tepat untuk
diagnose, batasan karakterstik menentukan karakteristik yang mengacu pada
petunjuk, klinis, tanda subjektif, dan objektif. Batasan ini juga mengacu pada
diagnose keperawatan, yang terdiri dari batasan mayor dan minor. Factor yang
berhubungan merupakan etiologi atau factor penunjang.Factor ini dapat
mempengaruhi perubahan status kesehatan. Factor yang berhubungan terdiri dari
empat komponen yaitu :

Patofisiologis ( biologis atau psikologis )

Tindakan yang berhubungan

Situasional ( lingkungan, personal )

Maturasional.

Penulisan rumusan ini adalah PES ( Problem + etiologi+symtoms).


1. Diagnosa keperawatan risiko atau risiko tinggi
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan risiko adalah keputusan klinis
tentang individu, keluarga, atau komunitas yang sangat rentan untuk mengalami
masalah dibanding individu atau kelompok lain pada situasi yang sama atau
hampir sama.Diagnosa keperawatan ini mengganti istilah diagnosa keperawatan
potensial dengan menggunakan risiko terhadap atau risiko tinggi terhadap .
validasi untuk menunjang diagnosa risiko tinggi adalah factor risiko yang
meperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau
kelompok dan tidak menggunakan batasan karakteristik.Penulisan rumusan
diagnosa keperawatan risiko tinggi adalah PE ( problem+etiologi )
1. Diagnosa keperawatan kemungkinan

Menurut NANDA, diagnosa keperawatan kemungkinan adalah pernyataan


tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan harapan
masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya factor
risiko
1. Diagnosa keperawatan sejahtera
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sejahtera adalah ketentuan klinis
mengenai individu, kelompok, atau masyarakat dalam transisi dari tingkat
kesehatan khusus ke tingkat kesehatan yang lebih baik. Cara pembuatan diagnosa
ini menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam masing-masing pola
kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang di sahkan.Dalam menentukan
diagnosa keperawatan sejahtera menunjukkan terjadi peningkatan fungsi
kesehatan menjadi fungsi yang positif. Contoh penulisan diagnosa keperawatan
sejahtera : Perilaku mencari bantuan kesehatan yang berhubungan dengan kurang
pengatahuan tentang peran sebagai orang baru ( linda jual carpenito, 1995 )
1. Metode dokumentasi diagnosa keperawatan
Dalam melakukan pencatatan diagnosa keperawatan digunakan pedoman
dokumentasi yaitu :

Gunakan format PES untuk semua masalah actual dan PE untuk masalah
resiko

Catat diagnosa keperawatan yang dibuat risiko dan risiko tinggi ke dalam
masalah atau format diagnosa keperawatan

Gunakan istilah diagnosa keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA

Mulai

pernyataan

diagnosa

keperawatan

informasi tentang data untuk diagnosa

dengan

mengidentifikasi

Masukan pernyataan diagnosa keperawatan kedalam daftar masalah

Hubungkan setiap diagnosa keperawatan ketika menemukan masalah


keperawatan

Gunakan diagnosa keperawatan sebagai pedoman untuk pengkajian,


perencanaan, intervensi, dan evaluasi

1. 4.

Dokumentasi Rencana Keperawatan

Dokumentasi rencana keperawatan merupakan catatan tentang penyusunan


rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk
menanggulangi masalah dengan cara mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
masalah. Selain itu, untuk memberikan kesempatan pada perawat, klien, keluarga,
serta orang terdekat dalam merumuskan rencana tindakan.Perencanaan adalah
bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan yang meliputi tujuan
perawatan, penetapkan pemecahan masalah, dan menentukan tujuan perencanaan
untuk mengatasi masalah pasien. Tujuan rencana keperawatan :

Konsolidasi dan organisasi informasi pasien sebagai sumber dokumentasi

Sebagai alat komunikasi antara perawat dank lien

Sebagai alat komunikasi antar anggota tim kesehatan

Langkah dari proses keperawatan ( pengkajian, perencanaan, pelaksanaan,


dan evaluasi ) yang merupakan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan

1. a.

Tipe Dokumentasi Rencana Keperawatan

Ada dua tipe dokumentasi rencana keperawatan menurut fischbach yaitu :


v Traditionally designed care plans

Tipe dokumentasi rencana keperawatan ini menggunakan tiga pendekatan


yaitu diagnosa keperawatan, kriteria hasil, dan intervensi keperawatan atau
instruksi perawatan
v Standarlized care plan
Tipe dokumentasi rencana keperawatan ini menggunakan standar praktik
keperawatan dalam pendokumentasian yaitu :
1. Rencana perawatan di cetak berdasarkan diagnosa medic atau prosedur
khusus seperti prosedur katerisasi jantung, pembedahan, dan lain-lain.
Tipe ini mengantisipasi respon terhadap prosedur yang dilakukan
2. Rencana perawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan. Hal ini
digunakan berdasarkan pengkajian pasien yang mendukung diagnosa
perawatan. Kemudian perawat menuliskan secara lengkap etiologi dan
masalah
3. Rencana perawatan dibuat dengan menggunakan standar computer.
Perawat dapat menyeleksi masalah klien dari menu yang terdapat dalam
computer.
4. 5.

Dokumentasi implementasi keperawatan

Dokumentasi implementasi merupakan catatan tentang tindakan yang


diberikan oleh perawat.Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan rencana
perawatan, pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri, dan
tindakan kolaboratif.
Tindakan keperawatan mandiri merupakan tindakan yang dilakukan
perawat tanpa pesanan dokter.Tindakan ini telah ditetapkan oleh standar praktik
keperawatan.Intervensi keperawatan mencakup mengkaji klien, mencatat respons
klien terhadap tindakan, melaporkan status klien kepetugas jaga berikutnya, dan
mencatat respons klien terhadap asuhan keperawatan.Selain itu perawat

mengajarkan klien untuk mengubah posisi tidur, melakukan rentang gerak,


mengkaji status fisik klien, dan mengkaji aktivitas hisup sehari-hari.
Tindakan kolaboratif adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat yang
bekerja sama dengan anggota tim kesehatan lainnya untuk mengatasi masalah
klien. Tindakan ini mencakup membahas perencanaan pulang, membahas respons
pasien, merujuk klien keterapi okupasi, memberi obat-obat nyeri sesuai dengan
pesanan dokter.
Intervensi keperawatan ( tindakan atau implementasi ) merupakan bagian
dari proses keperawatan. Tujuan intervensi adalah mengatasi masalah yang terjadi
pada manusia.Intervensi keperawatan dicatat untuk mengkomunikasikan rencana
perawatan, mencapai tujuan, dilakukan intervensi yang tepat sesuai dengan
masalah, serta tetap melakukan pengkajian untuk evaluasi efektif terhadap
perawatan.
1. Tipe intervensi keperawatan
Menurut bleich dan fischbach, tipe intervensi keperawatan dibagi menjadi
dua komponen yaitu :
1. Intervensi perawatan terpeutik
Intervensi ini memberikan pengobatan secara langsung pada masalah yang
dialami pasien, mencegah komplokasi, dan mempertahankan status kesehatan.
Intervensi keperawatan terapeutik, contohnya diagnosa keperawatan : bersihan
jalan nafas tidak efektif. Intervensi keperawatan diantaranya atur posisi pasien
untuk oksigenasi, ajarkan tekhnik batuk secara efektif, lakukan pengisapan
( suction ) pada jalan napas.
1. Intervensi surveilens

Intervensi ini menyatakan tentang survey data dengan melihat kembali


data umum dan membuktikan kebenaran data. Dengan kata lain, sifatnya tidak
langsung karena menyediakan data lebih dulu.Intervensi keperawatan surveilens :
1. Lakukan observasi tanda vital
2. Lakukan pemeriksaan status neurologis
3. Kumpulkan dan tes urine
4. Lakukan pemantauan glukosa darah
5. Lakukan pemeriksaan fisik
6. Lakukan pemantauan jantung
7. Lakukan pemantauan respirasi
8. Lakukan pemantauan masukan dan keluarkan
9. 6.

Dokumentasi Evaluasi

Dokumentasi evaluasi merupakan catatan tentang indikasi kemajuan


pasien terhadap tujuan yang dicapai.Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan
perawatan dan untuk mengkomunikasikan status pasien dari hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi memberikan informasi, sehingga memungkinkan revisi
perawatan
Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria
hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan.Pernyataan evaluasi terdiri dari
dua komponen yaitu data yang tercatat yang menyatakan status kesehatan

sekarang dan pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari tindakan yang
diberikan pada pasien.
Tipe Dokumentasi Evaluasi
Terdapat dua tipe dokumentasi evaluasi yaitu evaluasi formatif yang
menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan
respons segera dan evaluasi sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil
observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu. Untuk dokumentasi
evaluasi yang memenuhi standar, dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan
aplikasi prinsip ukuran dan proses evaluasi. Proses ini kemungkinan hanya
dipakai jika tujuan dapat di ukur, kepekaan pada pasien tentang kemampuan
mencapai status tujuan, kesadaran tentang factor lingkungan, social dan system
pendukung memadai. Disamping itu, evaluasi juga digunakan sebagai alat ukur
suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakah tujuan
tercapai, tidak tercapai, atau tercapai sebagian.Contoh penulisan sebagai berikut.
1. B.

Biopsiko Sosial dan Spiritual Pada Lansia


1. 1.

Ruang Lingkup Permasalahan

2. a.

Kesehatan.

Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan mulai menurun pada
usia setengah baya. Penyakit-penyakit degeneratif mulai menampakkan diri pada
usia ini. Namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa kebugaran dan
kesehatan pada usia lanjut sangat bervariasi. Statistik menunjukkan bahwa usia
lanjut yang sakit-sakitan hanyalah sekitar 15-25%, makin tua tentu presentase ini
semakin besar.
Demikian pula usia lanjut yang tidak lagi dapat melakukan aktivitas sehari-hari
(Activities of Daily Living) hanya 5-15%, tergantung dari umur. Di samping
faktor keturunan dan lingkungan, nampaknya perilaku (hidup sehat) mempunyai

peran yang cukup besar. Perilaku hidup sehat harus dilakukan sebelum usia lanjut
(bahkan jauh-jauh sebelumnya). Perilaku hidup sehat, terutama adalah perilaku
individu, dilandasi oleh kesadaran, keimanan dan pengetahuan.Menjadi tua secara
sehat (normal ageing, healthy ageing) bukanlah satu kemustahilan, tapi sesuatu
yang bisa diusahakan dan diperjuangkan.Seyogyanya dianut paradigma,
mencegah dan mengendalikan faktor-faktor risiko sebaik mungkin, kemudian
menunda kesakitan dan cacat selama mungkin.
1. b.

Sosial.

Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut juga akan mengalami
perubahan-perubahan. Perubahan ini akan lebih terasa bagi seseorang yang
menduduki jabatan atau pekerjaan formal. la akan merasa kehilangan semua
perlakuan yang selama ini didapatkannya seperti dihormati, diperhatikan dan
diperlukan. Bagi orang-orang yang tidak mempunyai waktu atau tidak merasa
perlu untuk bergaul di luar lingkungan pekerjaannya, perasaan kehilangan ini akan
berdampak pada semangatnya, suasana hatinya dan kesehatannya. Di dalam
keluarga, peranannya-pun mulai bergeser.Anak-anak sudah jadi orang, mungkin
sudah punya rumah sendiri, tempat tinggalnya mungkin jauh.Rumah jadi sepi,
orangtua seperti tidak punya peran apa-apa lagi.
Teori Kejiwaan Sosial
1)

Aktivitas atau kegiatan ( Activity Theory )


1. Ketentuan akan mengingatnya pada penurunan jumlah kegiatan secara
langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan social
2. Ukuran optimum ( pola hidup ) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia
3. Mempertahankan hubungan antara system social dan individu agar tetap
stabil dari usia pertengahan kelanjut usia

2)

Kepribadian berlanjut ( Continuity Theory )

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
3)

Teori Pembebasan ( Didengagement Theory )

Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu


oleh Cummning dan Henry 1961. Teori ini menyatakan bahwa dengan
bertambahnya usia, seseorang secara berangsur angsur mulai melepaskan
pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi social usia lanjut
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingg sering terjadi kehilangan
ganda ( triple loos ) yakni :

Kehilangan peran ( loss of role )

Hambatan kontak social ( Restrastion of Contacts and Relation ship )

Berkurangnya komitmen ( reuced commitmen to social mores dan values )

1. c.

Psikososial

Memasuki usia lanjut mungkin sekali akan berdampak kepada penghasilan. Bagi
mereka yang menduduki jabatan formal, pegawai negeri atau ABRI, pension
menyebabkan penghasilan berkurang dan hilangnya fasilitas dan kemudahan
kemudahan.Bagi para profesional, pensiun umumnya tidak terlalu menjadi
masalah karena masih tetap dapat berkarya setelah pensiun.Namun bagi non
profesional pensiun dapat menimbulkan goncangan ekonomi.Oleh karena itu,
pensiun seyogyanya dihadapi dengan persiapan-persiapan untuk alih profesi
dengan latihan latihan keterampilan dan menambah ilmu, baik dengan
pengembangan hobi maupun pendidikan formal. Bagi mereka yang mencari
nafkah melalui sektor non formal, seperti petani, pedagang dan sebagainya,

memasuki

usialanjut

umumnya

tidak

akan

banyak

berdampak

pada

penghasilannya, sejauh kebugarannya tidak terlalu cepat mengalami kemunduran


dan kesehatannya tidak terganggu. Terganggunya kesehatan berdampak seperti
pisau bermata dua. Pada sisi yang satu menjadi kendala : Untuk mencari nafkah,
pada sisi lain menambah beban pengeluaran. Oleh karena itu, jaminan hari tua,
asuransi kesehatan, tabungan, dan sebagainya akan sangat membantu pada kondisi
ini.
Perubahan Perubahan Psikososial

Pensiun

Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan


dengan peranan dalam pekerjaaan, bila seseorang pension ( purna tugas ) ia akan
mengalami kehilangan antara lain :

Kehilangan finansial ( income berkurang )

Kehilangan status ( dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,


lengkap segala fasilitasnya )

Kehilangan teman / kenalan atau relasi

Kehilangan pekerjaan / kegiatan

1. d.

Psikologi.

Masalah-masalah kesehatan, sosial dan ekonomi, sendiri-sendiri atau bersamasama secara kumulatif dapat berdampak negatif secara psikologis. Hal-hal
tersebut dapat menjadi stresor, yang kalau tidak dicerna dengan baik akan
menimbulkan masalah atau menimbulkan stres dalam berbagai manifestasinya.
Sikap mental seseorang sendiri dapat menimbulkan masalah.Usia kronologis
memang tidak dapat dicegah, namun penuaan secara biologis dapat diperlambat.

Rambut yang memutih, kulit yang mulai keriput, langkah yang tidak lincah lagi
dan sebagainya, harus diterima dengan ikhlas. Namun janganlah penuaan secara
psikologis terjadi lebih cepat daripada usia kronologis. Untuk itu diperlukan sikap
mental yang positif terhadap proses penuaan. Menua tidak harus sakit-sakitan,
juga tidak harus loyo dan jompo.Kehidupan spiritual mempunyai peran yang
sangat penting. Seseorang yang mensyukuri nikmat umurnya, tentu akan
memelihara umurnya dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti
kata sebuah hadis : sebaik-baik manusia adalah yang umurnya panjang dan baik
amal perbuatannya. Kalau mensyukuri nikmat sehat, maka akan memelihara
kesehatan kita sebaik-baiknya. Kalau silaturachmi itu memperpanjang umur, kita
sebaiknya memelihara kehidupan sosial selama mungkin.
1. e.

Spiritual

Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta,
tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.Spiritual adalah
kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya
tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi:
kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan
aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang,
dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang,
kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas
(Maslow 1970, dikutip dari Prijosaksono, 2003).
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta (Hamid, 1999).Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang
dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat
diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang
lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang.
Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan
(Nelson, 2002). Menurut Mickley et al (1992) menguraikan Spiritual sebagai
suatu yang multidimensi yaitu dimensi eksitensial dan dimensi agama.Dimensi

eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama
lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Spiritual sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan dengan
Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan
dimensi horizontal adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan orang.
Dimensi Spiritual Pada Pasien Lansia
Menurut Koezier & Wilkinson, 1993 cit Hamid, 2000, dimensi spiritual adalah
upaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar,
berjuang untuk menjawab atau mendapat kekuatan ketika sedang menghadapi
stres emosional, penyakit fisik atau kematian. kekuatan yang timbul diluar
kekuatan

manusia.

Dimensi

spiritual

berupaya

untuk

mempertahankan

keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau
mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit
fisik, atau kematian.Dimensi spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang
timbul diluar kekuatan manusia (Kozier, 2004).Spiritualitas sebagai suatu yang
multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama, Dimensi eksistensial
berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih
berfokus

pada

hubungan

seseorang

dengan

Tuhan

Yang

Maha

Penguasa.Spirituailitas sebagai konsep dua dimensi.Dimensi vertikal adalah


hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan
seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus
menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari, 2002).
Perkembangan Spiritual Pada Pasien Lansia
Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk
kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti
nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena
pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat)

menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri.Perkembangan filosofis agama yang


lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan,
berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima
kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid,
2000).
Mubarak et.al (2006),perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia antara
lain.

Agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan

Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. Perkembangan spiritual
pada usia 70 tahun menurut Fowler : universalizing, perkembangan yang
dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara
memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.

1. 2.

Batasan Dan Pemahaman


1. a.

Pendekatan Holistik

Pendekatan holistik, adalah pendekatan secara utuh bio-psiko-sosial ekonomi


dan spiritual, terhadap kehidupan, dengan mengingat bahwa pada hakikatnya

Manusia adalah hamba Allah

Manusia adalah makhluk sosial dan bagian dari alam semesta

Manusia

adalah

Kesatuan

yang

utuh

(an

integrated

whole)

jasmanirohani.
Dengan cara pendekatan ini, maka gangguan pada salah satu aspek
kehidupan, misalnya gangguan kesehatan jiwa, dapat dan bahkan harus
dicari sebabnya pada kemungkinan adanya disharmoni salah satu atau
lebih dari sisi kehidupan manusia tersebut.

1. b.

Usia Lanjut

Di Indonesia batasan usia lanjut yang tercantum dalam Undang-undang


No.12/1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut adalah sebagai berikut : Usia
lanjut adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Depsos,1999);
batasan ini sama dengan yang dikemukakan oleh Burnside dkk. Menurut WHO

Elderly (64 74 thn)

Old (75 90 thn)

Very Old (> 90 thn)

1. c.

Usia Lanjut Sehat

Usia lanjut sehat adalah usia lanjut yang dapat mempertahankan kondisi fisik dan
mental yang optimal serta tetap melakukan aktivitas sosial dan produktif. Ciri usia
lanjut sehat :

Memiliki tingkat kepuasan hidup yang relatif tinggi karena merasa


hidupnya bermakna, mampu menerima kegagalan yang dialaminya
sebagai bagian dari hidupnya yang tidak perlu disesali dan justru
mengandung hikmah yang berguna bagi hidupnya.

Memiliki integritas pribadi yang baik, berupa konsep diri yang tepat dan
terdorong untuk terus memanfaatkan potensi yang dimilikinya.

Mampu mempertahankan sistem dukungan sosial yang berarti, berada di


antara orang-orang yang memiliki kedekatan emosi dengannya, yang
memberi perhatian dan kasih sayang yang membuat dirinya masih
diperlukan dan dicintai.

Memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik, didukung oleh


kemampuan melakukan kebiasaan dan gaya hidup yang sehat.

Memiliki keamanan finansial, yang memungkinkan hidup mandiri, tidak


menjadi beban orang lain, minimal untuk memenuhi kebutuhan seharihari.

Pengendalian pribadi atas kehidupan sendiri, sehingga dapat menentukan


nasibnya sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Hal ini dapat menjaga
kestabilan harga dirinya.

1. d.

Proses Penuaan

Proses penuaan pada seseorang sebenarnya sudah mulai terjadi sejak


pembuahan/konsepsi dan berlangsung sampai-pada saat kematian. Dalam
perjalanannya proses tersebut akan dipengaruhi oleh variabel-variabel :

Kultural dan etnik

Polesan genetik dan keturunan

Kondisi fisiologis pada waktu konsepsi dan kelahiran

Pertumbuhan dan maturasi

Lingkungan, sistem famili dan hubungara kemaknaan lainnya.

Proses penuaan mengakibatkan terganggunya berbagai organ di dalam tubuh


seperti system gastro-intestinal, sistem genito-urinaria, sistem endokrin, sistem
immunologis, sistem serebrovaskular dan sistem saraf pusat, dsb. Perubahan yang
terjadi pada otak mulai dari tingkat molekuler, sampai pada struktur dan fungsi
organ otak. Akibat dari perubahan tersebut maka antara lain akan terjadi
penurunan peredaran darah ke otak padadaerah tertentu dan gangguan

metabolisme, neurotransmiter, pembesaran ventrikel sampai akhimy a terjadi


atrofi dari otak dan berat otak mengalami pengurangan kurang lebih 7% dari berat
sebelumnya. Akibat di atas, maka fenomena yang muncul adalah perubahan
struktural dan fisiologis, seperti sulit tidur, gangguan perilaku, gangguan seksual
dan gangguan kognitif.
1. e.

Kesejahteraan Usia Lanjut

Menurut pasal 1 UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia Lajut bahwa
yang dimaksud dengan kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa
keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir dan batin yang memungkinkan
bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani,
rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila.
Kesejahteraan ini hanya dapat tercapai jika ada jaminan sosial terutama dalam
bentuk pensiun, asuransi pensiun dan asuransi kesehatan dari pemerintah ataupun
swasta, jaminan dari anak-anaknya atau keluarganya atau yang bersangkutan
sendiri.Usia Lanjut Potensial adalah usia lanjut yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa.
1. f.

Budaya

Konsep budaya menurut Linton adalah : suatu tatanan pola perilaku yang
dipelajari, diciptakan, serta ditularkan di antara suatu anggota masyarakat tertentu.
Batasan budaya menurut Koentjaraningrat adalah : keseluruhan sistemgagasan,
tindakan dan basil karya manusia, dalam rangka kehidupan bermasyarakat, yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Karakteristik budaya menurut TO.
Ihromi adalah :

Budaya diciptakan dan ditransmisikan lewat proses belajar

Budaya dimiliki bersama oleh sekelompok manusia dan merupakan pola


kelakuan umum

Budaya merupakan mental blue print

Penilaian terhadap budaya bersifat relative

Budaya bersifat dinamis, adaptif dan integratif.

Pemahaman akan konsep budaya, membawa kita pada kesimpulan bahwa


gagasan, perasaan dan perilaku manusia dalam kehidupan sosialnya sangat
dipengaruhi oleh budaya yang berlaku di masyarakat. Demikian pula pergeseran
ataupun perubahan pada tatanan budaya dalam suatu masyarakat akan diiringi
denganperubahan perilakudari individu yang hidup di dalamnya. Budaya tercipta
sebagai upaya manusia untuk beradaptasi terhadap masalahmasalah yang timbul
dari lingkungan hidupnya.Selanjutnya budaya mempengaruhi pembentukan dan
perkembangan kepribadian manusia dalam kelompoknya.Interaksi keduanya
membentuk suatu pola spesifik perilaku, proses pikir, emosi dan persepsi individu
atau kelompok dalam bereaksi terhadap tekanan-tekanan kehidupan.Dengan
demikian dapat dimengerti peranan budaya dalam masalah kesehatan jiwa.
1. g.

Gangguan Psikologis dan Masalah Perilaku pada Usia Lanjut

Tahap memasuki usia tua ini akan dialami oleh semua orang (tak bisa
dihindarkan), tetapi kondisi fisik dan psikologis usia lanjut sangat berbeda dari
satu usia lanjut dengan usia lanjut lainnya. Kekuatan tubuh yang mulai berkurang
daya penyesuaian diri, reaksi terhadap lingkungan, daya inisiatif dan daya kreatif
ini pada usia lanjut dapat menimbulkan masalah psikologis. Kondisi menjadi tua
bukan terjadi dalam waktu semalam, tetapi telah mengikuti rentang kehidupan
yang cukup lama dan dalam memandang pembentukan kepribadian seseorang
pandangan holistik dapat membantu kita lebih memahami perilaku seseorang.

Pandangan holistik ini ialah bahwa pribadi seseorang yaitu faktor biologis,
psikologis, sosial budaya, dan agama; keempat faktor inilah yang memberikan
warna tertentu pada seseorang sejak dalarn kandungan sampai usia lanjut. Dengan
kata lain apa yang terjadi dan akan dialami oleh usia lanjut tidak dapat dilepaskan
dari pembentukan pengalaman masa lalu di mana dia akan memperlihatkan wxrna
kepribadian tertentu yang akan menentukan seberapa berhasil dan tidak berhasil
dalam memasuki dan menjalani usia lanjut. Misalnya seseorang yang sebelumnya
sudahmemperlihatkan kemampuan penyesuaian diri yang baik, tentunya
diharapkan dapat menjalani usia lanjut dengan lebih baik, dibandingkan dengan
mereka yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri.
Persepsi psikologis usia lanjut terhadap dirinya. Seperti yang telah diulas di muka,
persepsi seseorang tentang citra dirinya akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana
dia membentuk kepribadiannya. Seseorang dengan kepribadian yang stabil,
hangat, positif dalam menentukan jalan pikirannya, biasanya akan lebih baik dan
mudah dalam menghadapi usia lanjutnya. Walaupun demikian memang tidak
dapat dipungkiri bahwa sikap dari masyarakat terhadap sosial budaya ikut andil
dalam menentukan persepsi citra diri usialanjut ini. Secara budaya ada pandangan
bahwa usia lanjut sudah tidak dapat didayagunakan, sudah ada keterbatasan gerak
dan pengambilan keputusan. Budaya sering kali mendudukkan mereka pada peran
yang dituakan, di sini mengandung dua pengertian, yaitu dituakan untuk tempat
mencari nasihat hidup bagi generasi yang lebih muda, atau dituakan dalam arti
tidak lagi diajak berdiskusi, berkomunikasi.Untuk selanjutnya terjadi lingkaran
setan antara sikap lingkungan dan perilaku yang diperlihatkan oleh usia lanjut
dengan memasuki dan menjalani usia lanjut, seseorang akan dituntut untuk
mengadakan penyesuaian diri. Beberapa kendala yang bisa muncul :
1. Sikap dan pandangan masyarakat terhadap usia lanjut dapat memicu
munculnya perilaku/sikap tidak berdaya tidak berguna, tidak bisa
membantu apapun.

2. Keadaan

yang

sulit

berkomunikasi

disebabkan

kurangnya

daya

pendengaran, kurangnya kemampuan mengingat, kesulitan menangkap isi


pembicaraan orang lain menyebabkan usia lanjut akan memperlihatkan
perilaka menjauh dan menjaga jarak dengan orang sekitarnya. 8. Pola
Tidur Pola tidur adalah model, bentuk atau corak tidur dalam jagka waktu
yang relatif menetap dan meliputi :

Jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun

Irama tidur

Frekuensi tidur dalam sehari

Mempertahankan kondisi tidur

Kepuasan tidur.
Tidur adalah kondisi organisme yang sedang istirahat secara reguler,

berulang dan reversibel dalam keadaan mana ambang rangsang terhadap


rangsangan dari luar lebih tinggi jika dibandingkan dengan pada keadaan jaga.
1. C.

Dementia Pada Lansia

Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan Asosiasi Psikogeriatrik


Amerika, Demensia adalah kehilangan kemampuan intelektual, termasuk daya
ingat yang cukup parah sehingga mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan yang
diakibatkan dari gangguan di otak.Pikun atau istilah bahasa latin Demensia adalah
kerusakan progresif dari fungsi kognitif yang terjadi dalam kesadaran yang jernih.
Demensia mempunyai banyak tanda dan gejala terdapat disfungsi kronik dan
tersebar.Gambaran utama ialah adanya kerusakan menyeluruh kemampuan
intelek, dengan manifestasisebagai kesulitan dalam ingatan, perhatian, berpikir,
dan penggabungan. Pikun hampir selalu beridentifikasi usia lanjut, namun

sesungguhnya pikun bisa terjadi pada semua segmen umur, yaitu saat usia muda.
Proses terjadinya pikun usia muda berbeda dengan usia tua.
Menurut Harianti (2008: 9), berdasarkan persepsi yang berkembang di
masyarakat, dengan bertambahnya usia, seseorang akan bertambah menjadi
pelupa atau demensia, tidak kreatif dan tidak bisa bekerja lagi. Hal ini tentu saja
tidak benar. Demensia sebenarnya bukan karena faktor usia orang menjadi pikun.
Beberapa faktor penyebab demensia antara lain sering mengonsumsi jenis obat
tertentu, penyakit, gizi yang kurang baik dan memercayai anggapan yang beredar
bahwa usia yang menua akan membuat seseorang menjadi pelupa atau demensia.
Ahli saraf dari Jepang, Dr Nozomi Okamoto dalam penelitian terbarunya
mengungkap bahwa kondisi kesehatan gusi yang merupakan penyebab gigi
tanggal berhubungan erat dengan risiko kepikunan.Ia menyimpulkan hal itu
setelah meneliti 6.000 lansia berusai 65 tahun ke atas. Infeksi yang terjadi di gusi
dapat menyebabkan senyawa tertentu yang memicu radang yang bisa terbawa oleh
aliran darah menuju tempat lain termasuk otak, kemudian menyebabkan radang di
jaringan tersebut. Radang yang terjadi di jaringan otak dapat menyebabkan
kematian sel-sel saraf yang hampir seluruhnya berpusat di sana. Kerusakan pada
saraf-saraf memori dan kognitif adalah penyebab utama terjadinya demensia pada
orang dewasa maupun lansia.
Gejala klinik demensia penting dengan mengidentifikasikan sindrom dan
penatalaksanaan klinis dari penyebabnya.Kelainan ini dapat progresif atau statis,
permanen atau tidak menetap.Tingkat pemulihan demensia dihubungkan dengan
kondisi patologi penyakit yang mendasarinya dan penggunaan pengobatan yang
efektif.
Pengelompokan Demensia
1. a.

Demensia yang tidak dapat pulih (Irreversible Dementia)

Demensia Tipe Alzheimer (DTA)

Korea Huntington

Penyakit Parkinson

Lain-lain

1. b.

Demensia yang dapat pulih (Reversible Dementia)

Demensia vaskuler.

Hidrosefalus dengan Tekanan Normal (Normal Pressure Hydrocephalus)

1. c.

Demensia menetap yang diinduksi oleh zat

Intoksikasi obat

Tumor Otak

Trauma Otak

Infeksi

Gangguan metabolic

Gangguan jantung, paru, hati dan ginjal.

Tanda & Gejala Demensia

Penurunan memori (daya ingat)

Penurunan daya orientasi

Hendaya (impairment) intelektual

Gangguan daya nilai (judgment)

Gejala psikotik

Hendaya berbahasa

Tanda Dan Gejala Demensia Stadium Dini


1. Perubahan samar-samar kepribadian
2. Hendaya (gangguan) penampilan
3. Minat berkurang
4. Depresi sering terjadi
Tanda Dan Gejala Demensia Stadium Lanjut
1. Penurunan memori (daya ingat)
2. Penurunan daya orientasi
3. Daya intelektual
4. Gangguan daya nilai
5. Gejala psikotik
6. Daya berbahasa
7. D.

Daya Ingat (Memori) Pada Lansia

Memori atau daya ingat dan proses belajar merupakan satu kesatuan.
Belajar merupakan proses untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru,
sedangkan memori adalah proses penyimpanan informasi tersebut serta dapat

mengingatnya kembali bila dibutuhkan. Proses ingat-mengingat memori terdiri


atas :
1. Encoding, di mana suatu informasi dari dunia luar akan ditera dan
didistribusikan ke beberapa unit penyimpanan di otak sebelum unit
tersebut dapat mempelajari materinya.
2. Konsolidasi merupakan Retrieval adalah mengingat kembali penyimpanan
informasi tersebut yang lebih permanen bahan informasi yang telah
disimpan.
3. Retrieval adalah mengingat kembali bahan informasi yang telah disimpan.
Memori terdiri atas :
1. Daya ingat sesaat (Immediate Memory) yaitu informasi yang hanya
disimpan selama beberapa detik saja :contoh, memutar nomor telpon
sambil melihat nomor tersebut di buku telpon, di mana kita
langsung lupa nomor tersebut setelah memutarnya.
2. Daya ingat jangka pendek (Short-term Memory) yaitu informasi dapat
diingat setelah beberapa menit memperhatikan dan menghafalnya contoh,
memutar nomor telpon sambil menghafalnya. Dapat bertahan dalam
beberapa menit jam.
3. Daya ingat jangka panjang (Long term Memory) yaitu informasi masa
lampau masih dapat diingat. Ini merupakan bank memori tentang apa yang
kita ketahui dari pendidikan dan pengalaman, sebagian besar akan hilang
setelah beberapa lama.
4. E.

Masalah Daya Ingat (Memori_)

Menurut isinya daya ingat terdiri atas

Episodic Memory tentang peristiwa dan fakta dalam hidup.

Semantic Memory tentang pelajaran di sekolah. Semantic memory lebih


diingat ketimbang episodik.

Procedural Memory tentang bagaimana melakukan kegiatan sehari-hari


(berjalan, bersepeda). Pada umumnya memory ini tidak mudah dilupakan.

LUPA
Adalah keadaan di mana informasi yang pernah dipelajari tidak dapat
dikeluarkan pada waktu dibutuhkan.Beberapa penyebab mudah lupa.

Fisiologis : benign senescent forgetfulness

Patologis : merupakan gangguan mental ringan yang masih normal pada


usia lanjut.

1. Keadaan Reversibel
~

Drug induced (Single or Drug interactions): Obat-obat analgesics (NSAID),

sedative (benzodiazepine), antidepresan, alkohol, antihipertensi, antihistamin,


antikonvulsan, antibiotik, antiaritmik, antiparkinson, muscle-relaxant, logam berat
dan insektisida.
~

Metabolik / Endo krin tuitarisme, penyakit Wilson, hipotiroidi, defisiensi

Vit. B1,,B2, B6, B12.


~

Neurologik : gegar otak, tumor, hidrosefalus tekanan normal, hematoma

subdural kronik, sifilis, meningitis kronik. depresi, gangguan Psikiatrik mood


bipolar.
1. Keadaan Irreversibel / Progresif

Neurologik : penyakit Alzheimer, penyakit Lewy body, demensia vaskular,


demensia fronto-temporal, penyakit Pick, penyakit Prion.Tahap penurunan fungsi
kognitif pads usia lanjut
Age-associated memory impairment (AAMI) atau benign senescent
forgetfulness merupakan gangguan mental ringan yang masih normal pada usia
lanjut. Pada mereka ditemukan perlambatan dalam belajar, sering membutuhkan
cue pada retrieval dan mengalami forget to remember menurut diagnostic criteria
of aging associated cognitive decline (AACD) Working Party of the
International Psychogeriatric Association in collaboration with the WHO.
1. Adanya laporan yang dapat dipercaya bahwa fungsi kognitifnya mulai
menurun.
2. Timbulnya kemunduran tersebut terjadi bertahap minimal dalam enam
bulan.
3. Dijumpai adanya gangguan pada salah satu fungsi yaitu memori dan
belajar, atensi dan konsentrasi, problem solving abstraksi, bahasa
(comprehension, mencari kata yang tepat) dan visuospasial.
4. Pada asesmen (tes neuropsikologi dan mini mental) memberikan hasil
paling sedikit 1 SD (standar deviasi) di bawah normal.
5. Kriteria eksklusif; penyakit serebral, sistemik, depresi, anxietas, delirium,
postensefalitis, postkontusio dan pengaruh obat-zat.
AAMI disebabkan oleh beberapa keadaan yaitu
1. Proses berpikir yang lamban
2. Kesulitan memusatkan perhatian dan konsentrasi
3. Memerlukan waktu lebih lama untuk belajar sesuatu yang baru

4. Kesulitan menghindari hal yang tidak perlu (distraktor)


5. Memerlukan lebih banyak isyarat (cue) untuk me-recall (mengingat)
sesuatu
6. Kurang

menggunakan

strategi

memori

yang

tepat.

Kriteria Mudah Lupa (Forgetfulness)


7. Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya
8. Gangguan dalam mengingat kemb ali (Retrieval)
9. Gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah tersimpan
dalam memori (Recall = Active retrieval)
10. Memerlukan isyarat (cue) untuk retrieval
11. Lebih sering menjabarkan fungsi atau bentuk ketimbang menyebut
namanya.
Tahapan Penurunan Fungsi Memori
1. Memori deklaratif episodik, yaitu mengingat kembali masalah yang
berkaitan dengan waktu dan tempat (kapan dan di mana peristiwa itu
terjadi).
2. Penurunan memori deklaratif semantik (masalah yang berkaitan dengan
pengetahuan dan pengalaman).
3. Penurunan memori prosedural (keterampilan motorik yang pemah
dipelajari).
4. F.

Tes Skrining MMSE

Salah satu cara yang mudah untuk melakukan skrining terhadap


kemunduran ini adalah dengan Mini Mental State Examination (MMSE) yang
merupakan suatu tes skrining yang valid terhadap gangguan kognisi yang
berkorelasi cukup baik dengan tes standard Wechsler Adult Intelligence Scale
(WAIS). Clock Drawing TestPertama kali penelitian tentang Clock Drawing Test
(CDT) tahun 1983.Saat itulah tes tersebut digunakan di berbagai macam
setting.Tes tersebut memerlukan kemampuan pemahaman, kemampuan visual
spasial, kemampuan merekonstruksi, konsentrasi, pengetahuan angka, ingatan
visual dan fungsi eksekutif. Meskipun tes tersebut mampu untuk menguji aspek
kognitif yang luas, CDT tidak terlalu menekankan pada aspek pengetahuan
dibandingkan dengan tes lain misalnya The abbreviated mental test score (AMTS)
yang lebih pendek ataupun the Mini Mental State Examination (MMSE) yang
lebih umum. (Henderson, Scot, & Hotopf, 2007),
Inti dari tugas tes tersebut adalah aktivitas menggambar permukaan jam
kemudian menggambar jarum jam yang menunjuk pada arah tertentu sebagai
simbol dari waktu. Sejumlah variasi sudah berkembang, demikian juga variasi
dari sistem penilaiannya, akan tetapi yang disering digunakan adalah yang
dikembangkan oleh Manos dan Shulman. CDT menunjukkan korelasi yang baik
dengan tes fungsi kognitif yang lain yaitu MMSE dan The Blessed Dementia
Rating Scale (Henderson, Scot, & Hotopf, 2007).
CDT mempunyai kemungkinan kelemahan terbesar karena tidak sesuai
untuk orang-orang yang mengalami gangguan penglihatan atau gangguan
neurologis lengan bagian atas seperti kelumpuhan atau tremor. Beberapa ahli
berpendapat bahwa umur dan pendidikan menyebabkan bias pada penilaian CDT,
meskipun ahli lain mengatakan sebaliknya. Di sisi lain, CDT mempunyai banyak
keuntungan dibandingkan dengan metode skrining gangguan kognitif yang lain
yaitu tidak terpengaruh dengan suasana hati, bahasa atau budaya, selain itu tidak
membutuhkan pengetahuan yang tidak semestinya. Selain itu, CDT biasanya
menarik perhatian para penderita karena tidak terlalu lama dan mudah diterima.
(Henderson, Scot, & Hotopf, 2007).

Tujuan Penelitian
Tujuan

dari

penelitian

ini

memberikan

gambaran

mengenai

pengadministrasian Clock Drawing Test di Indonesia dan fungsinya untuk


mengetahui tanda-tanda orang lanjut usia yang mengalami demensia.
METODE Pemilihan Subjek
Subjek penelitian merupakan responden dari mahasiswa peserta mata
kuliah Psikogeriatri. Mereka mendapatkan tugas untuk mencari orang lanjut usia
yang ada di sekitar mereka untuk dites, diobservasi dan diwawancarai, Orang
lanjut usia yang dipilih yang mempunyai kriteria berumur diatas 55 tahun.
Sebelumnya, mahasiswa diberikan pelatihan selama satu hari (dalam satu kali
pertemuan kuliah) untuk memberikan instruksi, aspek yang diobservasi dan
diawawancarai. Para mahasiswa yang bertugas mengambil data sudah mempunyai
bekal pengetahuan tentang orang lanjut usia, baik berkaitan dengan perubahan
fisik, kognitif, emosi dan sosialnya maupun dengan berbagai macam penyakit
yang biasa di alami orang lanjut usia tersebut. Responden yang diberikan CDT
sebanyak 140 orang, tetapi tidak seluruhnya dapat dianalisis karena ada beberapa
data yang tidak ditampilkan misalnya pendidikan, tidak ada hasil wawancara dan
observasi mengenai keseharian responden.Jumlah data yang memadai adalah 133
responden.
Instrumen Penelitian
Untuk mengambil data digunakan Clock Drawing Test dari Shulman,
Gold, Cohen, dan Zucchero (1993). Pengadministrasiannya sebagai berikut
:Hartati dan Widayanti, Clock Drawing
Instruksi

Langkah 1: Memberikan responden sehelai kertas dengan lingkaran yang seperti


jam, besarnya relatif sesuai dengan angka yang akan digambar. Ditunjukkan
bagian atas dan bawah.
Langkah 2: Responden diminta untuk menggambar angka-angka di lingkaran
tersebut sehingga berbentuk seperti jam dan menggambar jarum jam yang
menunjuk jam 11 lewat 10 menit.
b) Skoring

Skoring

dapat

diperhatikan

pada tabel 1 berikut ini. Skor

Kesalahan

Contoh-contoh

Tidak

Sempurna

Kesalahan visual spasial a)


kecil

ada

kesalahan

sama sekali

kesalahan

membuat

spasi

angka

yang kecil
b)

menggambar

angka

jam

di

luar

lingkaran
c)
saat

membalik kertas
menuliskan

jam

sehingga angka terbalik


d)

Menggambar jari-

jari untuk menyesuaikan

angka jam

Tidak mampu menunjuk a)

Jarum

yang

seting jam 11 lebih 10 menunjuk menit ada di


menit

padahal

saat angka 10

organsasi visual spasial


terlihat
hanya

sempurna

atau

menunjukkan

penyimpangan yang kecil

b)

Menulis jam 11

lebih 10 menit
c)

Tidak

menggambar

mampu
penunjuk

waktu

Disorganisasi

visual a)

spasial

ringan yang tidak akurat

yang

Pembuatan spasi

sehingga tidak mungkin


akan menunjuk jam 11
lebih 10 menit

b)

Menghilangkan

angka
c)

Perseverasi:

mengulang

lingkaran

atau melanjutkan lebih 12


dengan 13, 14, 15, dst
d)

Bagian kiri kanan

terbalik:

angka

digambarkan
berkebalikan arah jarum

jam
e)

Disgrapia: tidak

mampu menulis angka


dengan akurat

Tingkat yag parah pada Lihat contoh dari skoring


disorganisasi

tersebut 4

seperti pada skoring 4

Tidak

mampu a)

merepresntasikan jam

Tidak ada usaha

sama sekali
b)

Tidak

ada

kemiripan dengan jam


sama sekali
c)

Menulis

nama

atau kata

Alat Ukur Demensia


Untuk mengetahui ada tidaknya demensia pada lansia digunakan tes Mini Mental
state Examination (tes mini mental) untuk mendeteksi adanya dantingkat
kerusakanintelektual.

No. Orientasi

Skor

Sebutkan : Tahun berapa sekarang

Musim apa (hujan/kemarau)

1
Tanggal

Bulan

Sebutkan dimana kita sekarang :


1
1. Negara

1
1

2. Propinsi
2

1
3. Kota
1
4. Rumah sakit (paling dekat dengan rumah)
1
5. Bagian rumah (sebutkan)

Registrasi

Pemeriksa menyebutkan 3 nama benda denganantara

detik

waktu

menyebut

nama

bendatersebut

(misalnya : buku, mangkok, payung).Setelah selesai,


suruh penderita menyebutnya.Beri angka 1 tiap

1
13

jawaban yang betul. Bila salah,suruh mengulang


sampai betul semua.

Perhatian dan Kalkulasi :


Hitungan kurang 7. Misalnya : 100-7,pendapatannya
dikurangi lagi dengan 7, demikianseterusnya sampai
4

5 jawaban. Jadi : ( 100 7 =93 7 = 86 7 = 79; 72;

65 ). Beri angka 1 bagitiap jawaban yang betul. Tes 4


ini dapat diganti dengan tes mengeja, yaitu mengeja
mundur kata :kartu (utrak ).

Mengingat kembali
5

Tanyakan nama benda yang telah disebutkanpada


pertanyaan nomor 3. beri angka 1 bagi tiapjawaban
yang betul.

Bahasa
6

Anda tunjuk pada pensil dan arloji. Suruhpenderita

menyebutkan nama benda yang andatunjuk.

Suruh penderita mengulangi kalimat berikut :tanpa


kalau, dan atau tetapi .

Suruh penderita melakukan suruhan 3 tingkatyaitu:


Ambil kertas dengan tanganmu

Anda mungkin juga menyukai