Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

Letak lintang merupakan suatu keadaan dimana sumbu memanjang


tubuh bayi kira-kira tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuh ibu. Bila
sumbu memanjang tersebut membentuk sudut lancip, hasilnya adalah letak
lintang oblik. Pada letak lintang, biasanya bahu berada diatas pintu atas
panggul, sedangkan kepala terletak di salah satu fosa iliaka dan bokong pada
fosa iliaka yang lain. Keadaan ini disebut presentasi bahu atau presentasi
akromion.1,2,3
Insiden letak lintang bertambah dengan bertambahnya paritas. Pada
wanita dengan paritas 4 kali atau lebih, insiden letak lintang hampir 10 kali
lipat dibanding wanita nulipara.1,4
Penyebab dari letak lintang antara lain ibu dengan paritas tinggi,
adanya tumor pelvis, deformitas pelvis, malformasi uterus, janin yang
prematur, hamil ganda, hidramnion, makrosomia, hidrosefalus, anensefalus,
atrofi otot uterus dan plasenta previa. 4
Pada saat terjadinya kala inpartu, percobaan untuk mengubah posisi
untuk menjadi letak longitudenal dengan manipulasi abdomen tidak mungkin
berhasil. Sebelum persalinan atau dalam awal persalinan, dengan ketuban
yang masih utuh, upaya versi luar akan berguna sebagai suatu percobaan
bila tidak ada komplikasi obstetrik lainnya yang merupakan indikasi
dilakukannya seksio sesarea.1

LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama

: Ny. JA

Umur

: 30 tahun

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Luwuk, Sul-TengahI

Suku

: Luwuk

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Kristen Protestan

Nama suami : Tn. RS


Pekerjaan

: Swasta

MRS

: 13 Desember 2004

ANAMNESIS
Anamnesis Utama
Anamnesis diberikan oleh penderita.
Keluhan utama:
Dirujuk dari Dokter spesialis Penyakit Dalam RSU Luwuk dengan Diagnosis
Gravid 3 bulan dan Gagal ginjal kronik
Riwayat penyakit sekarang:
Bulan agustus 2004, penderita mual muntah, nafsu makan turun, berobat ke
dokter spesialis Kebidanan dan Kandungan dan i USG dikatakan janin dalam
keadaan baik, diberi obat tapi tidak sembuh-sembuh, penderita semakin
lemah dan pada tanggal 09-12-2004 dirujuk ke RSU Luwuk diperiksa dan

diketahui sakit ginjal serta dianjurkan datang ke RSU Luwuk diperiksa dan
diketahui sakit ginjal serta dianjurkan datang ke RSU Prof. Dr. R. D. Kandou.
Nyeri perut bagian bawah belum dirasakan. Pelepasan lendir campur darah
, pelepasan air (-), pergerakan janin masih dirasakan saat MRS.
Riwayat kembar disangkal penderita.
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) biasa.
Riwayat penyakit dahulu
Penyakit darah tinggi, jantung, paru, hati, ginjal, kencing manis disangkal
Anamnesis Kebidanan
Riwayat Kehamilan Sekarang
Pemeriksaan Ante Natal (PAN)
PAN dilakukan sebanyak 6 kali di dokter umum
Riwayat Haid
Haid pertama pada usia 15 tahun dengan siklus tidak teratur dan lamanya
haid tiap siklus 4-5 hari. Hari pertama haid terakhir (HPHT) 20 Maret 2004
dan taksiran tanggal partus 27 Desember 2004.
Riwayat Keluarga
Penderita menikah satu kali dengan suami sekarang 15 tahun.
Jumlah anak sekarang 1 orang
Keluarga Berencana
Tidak pernah ikut KB
Riwayat Kehamilan Terdahulu

1.

1989, , aterm, spontan letak kepala, di rumah oleh biang,


BL: 2700 gr, hidup.

2.

2004, ini

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum
Status Praesens
Keadaan Umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis.

Tekanan darah

: 140/90 mmHg

Nadi

: 88 x/m.

Pernapasan

: 24 x/m.

Suhu badan

: 36,6 0C.

Berat badan

: 51 kg.

Tinggi badan

: 142 cm.

Gizi

: Cukup.

Kepala
Kepala berbentuk simetris. Kedua konjungtiva tidak anemis, kedua sklera
tidak ikterik. Telinga berbentuk normal dan tidak ada sekret yang keluar dari
liang telinga. Hidung berbentuk normal dengan kedua septum intak, tidak ada
sekret yang keluar dari hidung. Pada gigi ditemukan adanya karies dentis.
Tonsil T1/T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis.
Leher
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher.
Dada
Bentuk simetris normal.
Jantung
Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung.
Paru-paru
Tidak ditemukan adanya ronki dan wheezing di kedua lapangan paru.

Abdomen
Hepar dan lien sukar dievaluasi
Alat kelamin
, tidak ada kelainan.
Anggota gerak
Ditemukan adanya edema pada kedua tungkai. Varises tidak ada.
Refleks
Refleks fisiologis positif normal, tidak terdapat refleks patologis.
Kulit
Turgor normal.
Status Obstetri
Pemeriksaan luar
Tinggi fundus uteri

: 26 cm.

Letak janin

: Letak lintang.

Detak jantung janin : 13 12 12.


His

: 4-5 / 30-35

TBBA

: 3000 gram

Pemeriksaan dalam (PD)


Eff. 90 %, pemb. 6-7 cm, ketuban , pp bahu, ketiak menutup kekanan, H II
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hb

: 12,1 gr %.

Leukosit

: 13.200/mm3.

Trombosit

: 372.000/mm3.

RESUME MASUK
G2P1A0, 42 tahun MRS tanggal 28 Desember 2004 jam 06.50 Wita dengan
keluhan utama nyeri perut bagian bawah dan ingin melahirkan. Tanda inpartu

sejak jam 22.00 (27-12-04), pelepasan air (-), gerak janin , Riwayat
gemeli (-), RPD (-).
HPHT 20-03-2004, TTP 27-12-2004
Status Praesens

: KU: Cukup; Kes: CM; T: 140/90 mmHg; N: 88 x/mnt;


R: 24x/mnt; SB: 36.6 0C, edema tungkai +/+

Status Obstetri

: TFU: 26 cm; Letak lintang


BJA: 13 12 12; His: 4-5 / 30-35
TBBA: 3000 gram

Pemeriksaan dalam:
Eff. 90 %, Pemb. 6-7 cm, ket , PP bahu, ketiak menutup kekanan H II
DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0, 42 tahun, hamil 40 41 minggu, inpartu kala I + Primi sekundi +
Riwayat infertil 13 tahun + PER
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak lintang II
SIKAP/ TERAPI/ RENCANA
-

SC Cito

Sedia donor, setuju operasi

Konseling sterilisasi

Lapor konsulen setuju SC Cito + Sterilisasi

OBSERVASI
Tanggal 28 Desember 2004
Jam 06.50

: Kes: CM; T; 140/90 mmHg; N: 88 x/mnt; R: 24 x/mnt


His 4-5 / 30-35, BJA: 13-12-12

PD

: Eff. 90 %, Pemb. 6-7 cm, ket , PP bahu, ketiak


menutup kekanan H II

Diagnosis:
G2P1A0, 42 tahun, hamil 40 41 minggu, inpartu kala I + Primi sekundi
+ Riwayat infertil 13 tahun + PER
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak lintang II
Sikap:
-

SC cito

Sedia donor dan Informed concent

Konseling sterilisasi

Lapor konsulen setuju SC + Sterilisasi

Jam 07.00

: His 4-5 / 30-35, BJA 11-11-12

Jam 07.30

: His 4-5 / 25-30, BJA 12-11-12

Jam 08.00

: His 4-5 / 25-30, BJA 12-11-11

Jam 08.30

: Penderita didorong ke OK cito

Jam 08.40

: Kes: CM; T; 140/90 mmHg; N: 90 x/mnt; R: 24 x/mnt


His 4-5 / 30-35, BJA: 13-12-12

PD

: Eff. 90 %, Pemb. 6-7 cm, ket , PP bahu, ketiak


menutup kekanan H II

Diagnosis:
G2P1A0, 42 tahun, hamil 40 41 minggu, inpartu kala I + Primi sekundi
+ Riwayat infertil 13 tahun + PER
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak lintang II
Sikap: SC cito
Jam 08.50

: operasi dimulai, dilakukan SCTP

Laporan Operasi:

- Penderita terlentang diatas meja operasi, dilakukan tindakan antiseptik pada


abdomen dan sekitarnya, ditutup dengan doek steril kecuali lapangan
operasi
- Dalam GA dilakukan insisi pfanenstiel dan insisi diperdalam lapis demi lapis
secara tajam dan tumpul sampai tampak peritoneum. Peritoneum dijepit
dengan 2 pinset
- Setelah yakin tidak ada

usus di bawahnya,

digunting dan diperlebar,

tampak uterus gravidarum


- Identifikasi plika vesiko uterina, dijepit dan digunting, diperlebar kekiri dan
kekanan, disisihkan kebawah, vesika urinaria dilindungi dengan haak
abdomen.
- Insisi pada SBR diperdalam sampai ke kavum uteri, cairan ketuban warna
slight mekonium di suction kira-kira 100 cc. Eksplorasi janin letak kepala.
- Jam 08.55 lahir bayi laki-laki, BBL: 2800 gr, PBL: 47 cm, Apgar Score:
8-10 sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat dijepit pada 2 tempat
dan digunting diantaranya.
- Bayi diserahkan ke neonati, Eksplorasi implantasi plasenta pada korpus
uteri belakang, plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan,. Kavum uteri
dibersihkan dari sisa-sisa selaput ketuban
- Luka SBR dijepit dengan beberapa ringtang, uterus dijahit 2 lapis simpul
dan

jelujur,

kontrol

perdarahan,

perdarahan

tidak

ada,

dilakukan

reperitonealisasi, kontrol perdarahan kembali, jika tidak ada perdarahan


eksplorasi uterus bentuk arkuatus, dilanjutkan dengan sterilisasi pomeroy.
Kavum abdomen dibersihkan dari sisa-sisa perdarahan dan bekuan darah.
- Kontraksi uterus baik, dinding abdomen ditutup lapis demi lapis, kulit dijahit
subkutikuler. Luka ditutup dengan gaas steril.
Jam 09.50

: Operasi selesai
KU post Operasi: T: 110/70, N: 88 x/m, R: 24 x/m
Kontraksi uterus baik

Perdarahan kira-kira 450 cc


Diuresis kira-kira 200 cc

Follow up Ruangan
29 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,6 0C
Status Puerpuralis:
TFU: setinggi pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi -/- ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik (-), luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia: Rubra
BAB (-)/ BAK (+) diuresis 800 cc
Terpasang infus dan kateter
Diagnosis:
P2A0, 42 tahun post SCTP Hr I a.i. Letak lintang + sterilisasi pomeroy
Lahir bayi laki-laki, BBL 2800 gr, PBL 47 cm, AS 810
Sikap:
-

IVFD RL : D5

Ceftriakson inj 2 x 1 gram IV

Metronidazol 2 x 500 mg IV

Vit c. 1 x 1 amp IV

Oral aff

Aff infus dan kateter bila peristatik

Periksa HB post OP ( HB: 11,0 gr%)

10

30 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,7 0C
Status Puerpuralis:
TFU: setinggi pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi -/- ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia: Rubra
BAB (-)/ BAK (+)
Diagnosis:
P2A0, 42 tahun post SCTP Hr II a.i. Letak lintang + sterilisasi pomeroy
Lahir bayi laki-laki, BBL 2800 gr, PBL 47 cm, AS 810
Sikap:
-

Aff infus dan kateter

Amoksicilin tab 3 x 500 mg

Metronidazol tab 3 x 500 mg

Becomzet 2 x 1 tab

Diet: bubur saring

31 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 120/70 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,5 0C

11

Status Puerpuralis:
TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia: Rubra
BAB (-)/ BAK (+)
Diagnosis:
P2A0, 42 tahun post SCTP Hr III a.i. Letak lintang + sterilisasi pomeroy
Lahir bayi laki-laki, BBL 2800 gr, PBL 47 cm, AS 810
Sikap:
-

Amoksicilin tab 3 x 500 mg

Metronidazol tab 3 x 500 mg

Becomzet 2 x 1 tab

Ganti gaas

01 Januari 2005
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/60 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,7 0C
Status Puerpuralis:
TFU: 1 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: luka operasi kering
Lokia: Sanguinolenta
BAB (+)/ BAK (+)

12

Diagnosis:
P2A0, 42 tahun post SCTP Hr IV a.i. Letak lintang + sterilisasi pomeroy
Lahir bayi laki-laki, BBL 2800 gr, PBL 47 cm, AS 810
Sikap:
-

ASI on demand

Amoksicilin tab 3 x 500 mg

Metronidazol tab 3 x 500 mg

Becomzet 1 x 1 tab

Diet: TKTP

Rawat luka

02 Januari 2005
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 100/60 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,4 0C
Status Puerpuralis:
TFU: 3 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: luka operasi kering
Lokia: Sanguinolenta
Diagnosis:
P2A0, 42 tahun post SCTP Hr V a.i. Letak lintang + sterilisasi pomeroy
Lahir bayi laki-laki, BBL 2800 gr, PBL 47 cm, AS 810
Sikap:
-

ASI on demand

13

Amoksicilin tab 3 x 500 mg

Metronidazol tab 3 x 500 mg

Becomzet 1 x 1 tab

Diet: TKTP

Rawat luka

Aff hecting

03 Januari 2005
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,8 0C
Status Puerpuralis:
TFU: 3 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: luka operasi kering
Lokia: Sanguinolenta
BAB (+)/ BAK (+)
Diagnosis:
P2A0, 42 tahun post SCTP Hr VI a.i. Letak lintang + sterilisasi pomeroy
Lahir bayi laki-laki, BBL 2800 gr, PBL 47 cm, AS 810
Sikap:
-

ASI on demand

Amoksicilin tab 3 x 500 mg

Metronidazol tab 3 x 500 mg

Becomzet 1 x 1 tab

Diet: TKTP

14

04 Januari 2005
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 20 x/mnt; SB: 36,5 0C
Status Puerpuralis:
TFU: 3 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: luka operasi kering
Lokia: Sanguinolenta
BAB (+)/ BAK (+)
Diagnosis:
P2A0, 42 tahun post SCTP Hr VII a.i. Letak lintang + sterilisasi pomeroy
Lahir bayi laki-laki, BBL 2800 gr, PBL 47 cm, AS 810
Sikap:
-

ASI on demand

Amoksicilin tab 3 x 500 mg

Metronidazol tab 3 x 500 mg

Becomzet 1 x 1 tab

Diet: TKTP

Rawat luka

Rencana pulang

15

DISKUSI
Dalam diskusi ini akan dibahas mengenai:
1. Diagnosis
2. Penanganan
3. Komplikasi
4. Prognosis
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kebidanan saat
masuk rumah sakit, penderita didiagnosis dengan G 2 P1 A0, 42 tahun, hamil
40-41 minggu, inpartu kala I + primi sekundi + riwayat infertil 13 tahun + PER.
Janin intra uterin, tunggal, hidup, letak lintang II.
Dari anamnesis, penderita hamil yang kedua dan pernah melahirkan 1 kali,
berusia 42 tahun. HPHT 20 maret 2004, datang dengan nyeri perut yang
sudah teratur disertai pelepasan lendir campur darah yang menandakan
keadaan inpartu. Jarak kehamilan pertama dan sekarang 15 tahun, hal ini
mendukung adanya diagnosis primi sekundi pada penderita yang sesuai
dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa primi sekundi adalah suatu
keadaan dimana jarak kehamilan > 10 tahun. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan tekanan darah 140/ 90 mmHg dan kedua tungkai edema, ini
menunjang diagnosis PER pada penderita. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa diagnosis pre-eklampsi ditegakkan
jika terdapat minimal 2 dari 3 keadaan yaitu: tekanan sistolis 140 atau lebih
dan diastolis 90 atau lebih, adanya edema dan adanya proteinuria. 5
Pada pemeriksaan dalam didapatkan presenting part dari janin adalah bahu
dengan ketiak menutup kekanan H II. Ini menunjukkan diagnosis letak lintang
janin. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pada
letak lintang, biasanya bahu berada diatas pintu atas panggul sedangkan
kepala terletak di salah satu fosa iliaka dan bokong pada fosa iliaka yang lain.

16

Penanganan
Berdasarkan diagnosis, maka diambil sikap berupa:

SC Cito

Sedia donor, setuju operasi

Konseling sterilisasi

Lapor konsulen setuju SC Cito + Sterilisasi

Setelah diagnosis ditegakkan pada kasus ini, maka direncanakan untuk


dilakukan pengakhiran kehamilan secara seksio sesarea, sebab pada
penderita ini memenuhi indikasi janin untuk dilakukan seksio sesarea
yaitu adanya kelainan letak dalam hal ini letak lintang, yang tidak dapat
dilakukan manipulasi versi luar selain karena pembukaan sudah lebih dari
4 cm (6-7), juga karena adanya hipertensi (PER) yang dikhawatirkan akan
berkembang menjadi eklampsi. Juga penderita merupakan primi sekundi
15 tahun dan sudah berumur 42 tahun jadi kehamilan ini merupakan
kehamilan resiko tinggi. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa salah satu kontra indikasi dari versi luar adalah
adanya hipertensi.

Konseling sterilisasi pada penderita ini dimaksudkan untuk memberikan


penjelasan kepada penderita akan bahaya kehamilan berikutnya bagi
penderita yaitu selain usia penderita yang sudah lebih dari 40 tahun, juga
karena kehamilan ini akan dilakukan terminasi dengan cara seksio
sesarea sehingga untuk kehamilan berikutnya akan sangat berbahaya.

Komplikasi
Komplikasi tersering dari letak lintang adalah ruptur uteri spontan atau ruptur
traumatik akibat tindakan versi dan ekstraksi yang dilaksanakan dengan
buruk dan terlambat.1 Pada penderita ini, tidak ditemukan adanya komplikasi
tersebut, sebab terminasi kehamilan pada penderita ini dilakukan dengan

17

seksio sesarea. Komplikasi seksio sesarea seperti perdarahan juga tidak


didapatkan pada kasus ini.
Faktor predisposisi pada kasus ini adalah kelainan bentuk rahim yaitu
arcuatus6, yang terlihat saat dilakukan seksio sesarea.
Prognosis
Prognosis pada pre-operasi jelek karena selain letak lintang pada janin,
pendeirta sudah beresiko tinggi untuk hamil dengan usia diatas 40 tahun, ada
primisekundi dan pre-eklampsia. Tetapi dengan penanganan yang baik, ibu
dan anak dapat selamat. Prognosis post operasi adalah dubia ad bonam.
Namun untuk kehamilan selanjutnya prognosisnya jelek sehingga dianjurkan
untuk dilakukan sterilisasi.

18

KEPUSTAKAAN
1. Cunningham FG, McDonald PC. Obstetri williams, 18 th ed. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995
2. Mochtar R. Sinopsis Obstetri fisiologi dan patologi. Penerbit buku
kedokteran EGC. 1998
3. Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Ilmu Kebidanan. Ed.3.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo. Jakarta, 1999.
4. Gabbe

SG,

McDonald

PC.

Obstetrics:

Normal

and

problem

pregnancies. New York: Churchill Livingstone, 1996


5. Tim Pengajar FK UNPAD. Obstetri patologi. Bandung, Elstar Offset,
1983
6. Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo. Jakarta, 1995.

19

Anda mungkin juga menyukai