34 Strategi Pemasaran Pendukung Sektor Pariwisata
34 Strategi Pemasaran Pendukung Sektor Pariwisata
I. Pendahuluan
Harus diakui telah cukup banyak upaya pembinaan dan pengembangan usaha
mikro dan kecil yang dilakukan saat ini, hanya saja upaya tersebut masih tumpang tindih
dan dilakukan sendiri-sendiri, oleh tiap departemen. Sehingga yang terjadi adalah (1)
ketidakefektifan arah pembinaan (2) tiadanya indikator keberhasilan yang seragam,
karena masing-masing instansi berupaya mengejar target dan sasaran sesuai dengan
kriteria yang telah mereka tetapkan sendiri.
Di Kota Pangkalpinang sebagai ibukota propinsi, usaha mikro dan kecil yang
mendukung pengembangan pariwisata sangat dibutuhkan, hal ini karena kota
Pangkalpinang memiliki tiga sektor unggulan yaitu perdagangan, perindustrian dan jasa.
Ketiga sektor tersebut mencirikan tumbuhnya suatu kota menuju kearah kemajuan.
Potensi jasa pariwisata sendiri sebenarnya cukup besar ini dilihat dari 21 (dua puluh satu)
objek pariwisata yang dimiliki kota Pangkalpinang, tetapi kalau dilihat dari jumlah
wisatawan yang datang baik dari mancanegara maupun nusantara masih kurang dari
yang diharapkan, yaitu hanya 241 (dua ratus empat puluh satu) orang/tahun. (BPS Kota
Pangkalpinang, 2006). Sehingga kontribusinya terhadap PAD masih jauh dari yang
diharapkan.
II.
Permasalahan
Rumusan permasalahan penelitiannya sebagai berikut :
1. Bagaimana peta usaha mikro dan kecil yang mendukung sektor pariwisata di kota
Pangkalpinang.
banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau 2) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus
juta rupiah).
Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Setiap fungsi manajemen memberikan kontribusi tertentu pada saat penyusunan
strategi pada level yang berbeda. Pemasaran merupakan fungsi yang memiliki kontak
paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal perusahaan hanya memiliki kendali
yang terbatas terhadap lingkungan eksternal. Oleh karena itu pemasaran memainkan
peranan penting dalam pengembangan strategi. (Tjiptono : 2008)
Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat tetap hidup, berkembang dan
mampu bersaing. Dalam rangka inilah, maka setiap perusahaan selalu menetapkan dan
menerapkan strategi dan cara pelaksanaan kegiatan pemasarannya. Salah satu unsur
dalam strategi pemasaran terpadu adalah strategi bauran pemasaran (Marketing Mix).
Keempat unsur atau variabel bauran pemasaran tersebut adalah : a) strategi produk, b)
strategi harga, c). strategi distribusi dan d) strategi promosi. Keempat strategi tersebut di
atas saling mempengaruhi (independent), sehingga semuanya penting sebagai satu
kesatuan strategi yaitu strategi bauran pemasaran. Strategi ini merupakan pedoman
dalam menggunakan unsur/variabel pemasaran yang dapat dikendalikan pimpinan
perusahaan, untuk mencapai tujuan perusahaan dalam pemasaran. (Assauri, 2007).
Selan itu ada juga bauran pemasaran yang menyertakan 7P yaitu price, place, product,
promotion, people, positioning, public relation, power, physical, publicity dan
purchasing power.
VI.
Metodologi Penelitian
Metode penelitiannya adalah dengan metode studi kasus atau penelitian lapanan
(Case Study and Field Research). Data yang diperlukan penelitian ini dijabarkan dalam
14 (empat belas) kriteria untuk memetakan UMK pendukung sektor pariwisata Kota
Pangkalpinang yaitu tenaga kerja terampil, bahan baku, modal, sarana
produksi/usaha/teknologi, sosial budaya, manajemen usaha, ketersediaan pasar, harga,
penyerapan tenaga kerja, kontribusi terhadap sektor pariwisata, perspektif finansial,
perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan. Untuk variabel AHP modal kepariwisataan adalah : objek pariwisata,
infrastruktur pariwisata, pengembangan usaha yang mendukung pariwisata, peningkatan
kualitas SDM pariwisata dan anggaran untuk sektor pariwisata. Sedangkan variabel AHP
untuk strategi pemasaran terdiri dari 7P yaitu : price, place, product, promotion, people,
positioning, public relation, power, physical, publicity dan purchasing power.
Sampel diambil setelah dibagi-bagi menjadi kelompok/klaster usaha : toko
makanan
khas,
rumah
makan/restoran,
industri
pengolahan
perikanan,
hotel/penginapan,travel/tiketing, dan toko souvenir, dari klaster-klaster tersebut diambil
sampel secara purposive (sengaja). Setiap klaster dipilih 4 (empat) orang dari
pengusaha mikro dan 4 (empat) orang dari pengusaha kecil. Sehingga jumlah sampel
yang diambil adalah 48 orang. Analisis untuk penetapan prioritas pengembangan modal
kepariwisataan (tourism asset) dan penentuan strategi kebijakan pariwisata berbasis
UMK dilakukan dengan Expert Choice 2000 melalui metode Analytical Hierarchy
Process (AHP) (Saaty, 2000).
7.1.
Pengalaman
Kerja (Th)
2
3
4
4
5
4
2. Bahan Baku
Bahan baku adalah faktor utama dalam proses produksi barang atau jasa,
sehingga sangat penting untuk diketahui baik dari sisi kualitas maupun kemudahan
memperoleh bahan baku. Adapun kondisi bahan baku UMK pendukung sektor
pariwisata kota Pangkalpinang adalah sebagai berikut :
Kemudahan Memperoleh
Bahan Baku
Mudah
Mudah
Cukup Sulit
Cukup Sulit
Sulit
Sangat Sulit
3. Modal
Modal sering sekali disebut-sebut sebagai salah satu faktor utama penghambat
berkembangnya usaha mikro dan kecil. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dalam
masa tumbuh usaha (growth) modal merupakan stimulan yang paling efektif untuk
meningkatkan usaha menuju kearah kemajuan menjadi bintang (star). Dari hasil
wawancara dengan para pelaku UMK pendukung sektor pariwisata di Kota
Pangkalpinang menunjukkan bahwa
Tabel 3. Kondisi Modal UMK
Investasi Awal
Modal
Kerja Aksesibilitas
Bidang Usaha
(Rp)
(Rp)
Pembiayaan
Toko Makanan Khas
51.000.000,15.125.000,Mudah
Rumah Makan / Restoran
40.000.000,10.000.000,Mudah
Industri Pengolahan
5.000.000,3.750.000,Cukup sulit
Hotel/Penginapan
650.000.000,125.000.000,Cukup sulit
Travel/Tiketing
40.000.000,12.500.000,Sulit
Toko Souvenir
51.000.000,15.000.000,Sangat sulit
Sumber : Hasil Wawancara diolah (2008)
Harga Saprod/teknologi
Mahal
Murah
Mahal
Murah
Mahal
Mahal
Faktor sosial budaya merupakan unsur yang sangat berkaitan dengan mental para
pelaku usaha mikro dan kecil di suatu daerah. Faktor ini begitu melekat dalam diri
individu masing-masing, dalam menghadapai segala tantangan bisnis. Disini mencakup
dua indikator yaitu ciri khas daerah dan penerimaan masyarakat terhadap usaha tersebut.
Untuk toko makanan khas, rumah makan/restoran, hotel/penginapan, dan industri
pengolahan perikanan ciri khasnya kuat hal ini karena memiliki ciri khas daerah
Pangkalpinang sebagai Kota Perdagangan, Industri da Jasa sedangkan untuk penerimaan
masyarakatnya untuk toko makanan khas, industri pengolahan perikanan, toko souvenir,
dan hotel/penginapan masyarakat mendukung adanya usaha tersebut. Sedangkan untuk
usaha rumah makan/restoran masyarakat sangat mendukung usaha tersebut dan memiliki
ciri khas yang sangat kuat dan untuk usaha travel/ticketing masyarakat cukup
mendukung usaha yang ada dan memiliki ciri khas yang cukup kuat.
6. Manajemen Usaha
Selain modal, manajemen usaha merupakan faktor yang penting dalam
pengelolaan usaha mikro dan kecil.
Rata-rata pelaku usaha memang tingkat
pendidikannya tidak terlalu rendah, tetapi pengelolaan usaha memang masih tradisional,
hal karena pelatihan manajemen maupun yang berkaitan dengan teknis usaha yang
digeluti jarang diikuti. Ada tiga usaha yang menurut responden mudah dikelola yaitu
toko makanan khas, rumah makan/restoran dan travel/ticketing. Sedangkan yang cukup
sulit adalah industri pengolahan perikanan, hotel/penginapan dan toko souvenir.
7. Pasar
Sebelum merencanakan program pemasaran, usaha yang perlu dilakukan adalah
mengidentifikasi konsumen sasarannya dan bagaimana proses keputusan mereka. Pelaku
UMK biasanya tidak bisa bersaing dengan pengusaha besar sehingga mereka membidik
celah pasar yang tidak dilirik. Untuk aspek pemasaran disini yang menjadi indikator
jangkauan pemasaran dan distribusinya. Ada 4 (empat) usaha yang jangkauan
pemasarannya antar kabupaten yaitu rumah makan/restoran, travel/ticketing, toko
makanan khas dan toko souvenir. Sedangkan yang antar provinsi adalah industri
pengolahan perikanan dan hotel/penginapan. Untuk distribusinya pada usaha toko
makanan khas, rumah makan/restoran dan toko souvenir mudah, tapi industri pengolahan
hasil perikanan, hotel/penginapan serta travel/ticketing cukup sulit.
8. Harga
Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan
harus menetapkan harganya secara tepat. Tingkat harga yang ditetapkan mempengaruhi
kuantitas yang terjual. Selain itu secara tidak langsung harga juga mempengaruhi biaya,
karena kuantitas yang terjual berpengaruh pada biaya yang ditimbulkan dalam kaitannya
dengan efisiensi produksi. Oleh karena itu penetapan harga mempengaruhi pendapatan
total dan biaya total, maka keputusannya memegang peranan penting dalam setiap
perusahaan. Untuk toko makanan khas, industri pengolahan perikanan, travel/ticketing
dan toko souvenir harga yang ditetapkan cukup stabil (kadang naik kadang turun),
sedangkan untuk rumah makan/restoran dan hotel/penginapan harganya stabil.
9. Penyerapan Tenaga Kerja
Tingkat penyerapan yang tinggi terhadap tenaga kerja dari suatu usaha
menunjukkan bahwa usaha tersebut memiliki multipler effect yang tinggi dalam
perekonomian suatu daerah. Di dalam penelitian ini rata-rata penyerapan tertinggi
hingga terendah, berturut-turut adalah hotel/penginapan 9 (sembilan orang), kemudian
warung makan/restoran 9 (sembilan) orang, industri pengolahan perikanan 7 (tujuh
orang) orang, travel/ticketing dan toko makanan khas 2 (dua) orang, dan toko souvenir 3
(tiga) orang.
10. Kontribusi Terhadap Sektor Pariwisata
Kontribusi terhadap sektor pariwisata menunjukkan skor dari yang tinggi hingga
terendah dari suatu usaha juga apakah usaha tersebut berpengaruh besar terhadap sektor
pariwisata di kota Pangkalpinang, sehingga ke depan harus ditingkatkan untuk
mengoptimalkan potensinya. Urutannya tinggi rendahnya kontribusi usaha adalah
sebagai berikut usaha hotel/penginapan (85%), travel/ticketing (75%) dan toko makanan
khas (75%), sedangkan warung makanan/restoran , industri pengolahan perikanan dan
toko souvenir skornya cukup tinggi yaitu 60% .
11. Perspektif Finansial
Dari perspektif finansial yang diukur dari tingkat keuntungan, omset penjualan
dan biaya produksi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5. Perspektif Finansial UMK
Keuntungan
Bidang Usaha
(Rp/tahun)
Toko Makanan Khas
300.000.000,Rumah Makan/ Restoran
350.000.000,Industri Pengolahan
150.000.000,Hotel/Penginapan
200.000.000,Travel/Tiketing
150.000.000,Toko Souvenir
120.000.000,Sumber : Hasil Wawancara diolah (2008)
Omset
Penjualan
(Rp/tahun)
500.000.000,500.000.000,300.000.000,500.000.000,400.000.000,420.000.000,-
Biaya Produksi
(Rp/tahun)
200.000.000,150.000.000
150.000.000,300.000.000,250.000.000,300.000.000,-
Hotel/Penginapan
50
Travel/Tiketing
600
Toko Souvenir
20
Sumber : Hasil Wawancara diolah (2008)
75
300
60
20
50
2
Pelayanan
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Cukup Baik
Setelah data kuesioner diolah dengan software expert choice 2000 maka
didapatkan hasil skala prioritas pengembangan modal kepariwisataan (tourism assets)
di Kota Pangkalpinang adalah pembangunan infrastruktur pariwisata, peningkatan
kualitas SDM pariwisata, diversifikasi objek pariwisata, peningkatan anggaran
pariwisata, dan pengembangan usaha pendukung pariwisata. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel. berikut ini :
Skor
0.307
0.222
0.192
4.
5.
Skor
0.213
0.176
0.148
0.120
0.096
0.077
0.059
0.043
0.031
0.025
0.012
khas,yang jelek adalah toko souvenir. Sedangkan jika dilihat dari pelayanannya
semuanya sudah baik kecuali toko souvenir cukup baik. Pada perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan kinerja usaha mikro dan kecil masih kurang baik,
terutama jika dilihat dari peningkatan keahlian pegawai dimana hampir semua usaha
jarang melakukan kegiatan peningkatan keahlian pegawai.
Hanya industri
pengolahan perikanan dan toko souvenir yang kadang-kadang melakukan kegiatan
tersebut.
Pada peningkatan sikap pegawai agak lebih baik karena rumah
makan/restoran dan hotel/penginapan sudah sering melakukan kegiatan peningkatan
sikap pegawai.
3. Skala prioritas pengembangan modal kepariwisataan (tourism assets) di Kota
Pangkalpinang adalah berturut-turut pembangunan infrastruktur pariwisata (0.307),
peningkatan kualitas kualitas SDM pariwisata (0.222), diversifikasi objek pariwisata
(0.192), peningkatan anggaran pariwisata (0.146) dan pengembangan usaha
pendukung pariwisata (0.133).
4. Strategi pemasaran sektor pendukung pariwisata berbasis usaha mikro dan kecil di
Kota Pangkalpinang adalah dengan marketing mix (4P) + (7P ) = (11 P) dimana
prioritas strateginya adalah sebagai berikut : Product/Jasa (0.213), people (0.176),
price (0.148), positioning (0.120), power (0.096), physical (0.077), publicity (0.059),
promotion (0.043), place (0.031), public relation (0.025), purchasing power (0.012).
Adapun saran yang diberikan dari penelitian ini adalah :
1. Perlunya pemerintah meningkatkan akses pembiayaan untuk usaha mikro dan
kecil pendukung sektor pariwisata di Kota Pangkalpinang.
2. Meningkatkan infrastruktur umum sehingga mudah
memperoleh sarana
produksi/teknologi dan menjamin harganya murah.
3. Meningkatkan pelatihan manajemen usaha terutama yang berkaitan dengan
strategi pemasaran sehingga mereka akan dapat meningkatkan pemasaran ke
daerah/propinsi dan Negara lain
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini Ida, dkk (2005), Strategi Pengembangan Pariwisata Kabupaten Kepahiang
Provinsi Bengkulu. Laporan Penelitian-Dibiayai oleh Kopertis Wilayah II Palembang-Anggaran
Tahun 2005.
Assauri, Sofyan (2007), Manajemen Pemasaran-Dasar, Konsep, Strategi. PT. Raja
Grafindo Persada-Jakarta.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pangkalpinang (2008), Kalender Pariwisata &
Peristiwa Budaya.
Hunger, J. David & Thomas L. Wheelen (2003), Managemen Strategi. TerjemahanPenerbit ANDI-Yogyakarta.
Ismail, Zarmawis, dkk (2004). Peningkatan Daya Saing Ekonomi Indonesia : Studi
Kasus Industri Pariwisata (Kajian Makro). Pusat Penelitian Ekonomi-LIPI. http://www.ekonomi
lipi.go.id.
Kertajaya, Hermawan (2005), Attracting Tourists, Traders, Investors-Strategi
Memasarkan Daerah di Era Otonomi, Penerbit Gramedia-Jakarta
Kuncoro, Mudrajat (2007), Ekonomika Industri Indonesia - Lokasi Kawasan dan Daya
Saing Ekowisata Bali. Penerbit ANDI-Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajat (2004), Otonomi dan Pembangunan Daerah-Reformasi,
Perencanaan, Strategi dan Peluang, Penerbit Erlangga-Jakarta.
Mujiarto, R (2001). Potensi dan Prospek Pariwisata di Kabupaten Bantul Propinsi D.I.
Yogyakarta. Tesis S2. Jogjakarta:MEP UGM.
IDENTITAS PENULIS
Nama
RENIATI, SE.,M.Si
Alamat
r3ni4ti@yahoo.com
10
Nama lengkap
Tempat/tgl.lahir
Jenis Kelamin
Status Perkawinan
Agama
Tugas dan Unit Kerja
Kewarganegaraan
Alamat Rumah
:
:
:
:
:
:
:
:
Telepon
Email
:
:
Reniati, SE.M.Si
Pekalongan, 4 April 1972
Perempuan
Menikah
Islam
Dosen/Fakultas Ekonomi
Indonesia
Komplek
Pemda,
Jl.Singayuda
I/50 E Sungailiat-BangkaBabel
0717-94873/0813-6795-2524
r3ni4ti@yahoo.com
reniati@ubb.ac.id
B. PENDIDIKAN
1. Pendidikan Formal
Th. ajaran 2008/2009-:
1995-1998
1990-1994
1987-1989
11
1984-1987
1978-1984
SMP Muhammadiyah
Pekajangan Pekalongan
SD Muhammadiyah
Ambokembang Pekalongan
12
5. Konsultan
BDS-PPUKM
Wilayah
Bangka
Belitung,
Pangkalpinang Tahun 2001-2006.
6. Pengusaha, Bidang Perdagangan AL-HIJR tahun 2001Sekarang.
7. Trainer Kewirausahaan dan Manajemen, tahun 2001Sekarang.
8. STIE IBEK Pangkalpinang, sebagai dosen tahun 2001-2006.
9. STIPER Bangka, sebagai dosen tahun 2002-2006.
10. STTP-12 Bangka, sebagai dosen tahun 2004-2006.
11. Universitas Bangka Belitung sebagai Dosen Tetap Fakultas
Ekonomi, tahun 2006-Sekarang.
D. REFERENSI
PENELITIAN
No.
Judul Penelitian
Jabatan
Penyandang
dana
1.
Ketua
Peneliti
Sendiri
(Skripsi)
Anggota
Tim
Pokja
Dewan
Penunjang
Ekspor
(DPE)Jakarta
Ketua
Peneliti
Sendiri
(Tesis)
Ketua
Peneliti
Sendiri
Dampak
Kenaikan
Biaya Ketua
Produksi
Terhadap
Luas Peneliti
Lahan Lada di Kabupaten
Bangka (2004).
Sendiri
2.
4.
5.
6.
Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi dan
Keterkaitan Keputusan Kerja,
Pendapatan dan Pengeluaran
Rumahtangga Nelayan (1998)
Analisis Kepuasan Pelanggan
Telepon Flexy PT. Telkom di
Sungailiat (2005).
Ketua
Sendiri
13
Peneliti
7.
Uji
Implementasi
Strategi Ketua
Marketing In Venus Pada Peneliti
Customer
Maskapai
Penerbangan
di
Propinsi
Bangka Belitung (2008)
Beasiswa
Unggulan Diknas
8.
Korlap
Babel
9.
Ketua
Tim
Peneliti
Indonesian
Research
and
Development
Institute
Bank
IndonesiaPalembang
10.
Ketua
Peneliti
Kopertis
Wilayah II
Palembang
PRESTASI
14
PENGALAMAN KEORGANISASIAN
Reniati, SE.,M.Si
15
KEPADA
YTH. PANITIA RISET EKONOMI IV ISEI
SEKRETARIAT ISEI CABANG SURABAYA
JL. MH.THAMRIN NO. 12 SURABAYA
INDONESIA (60264)
PENGIRIM :
RENIATI, SE.,M.Si
KOMPLEK PEMDA, JL. SINGAYUDA I/50E
SUNGAILIAT-BANGKA BELITUNG
16