PENDAHULUAN
Biaya pemeliharaan (Maintenance costs) mengambil bagian nesar dari total biaya
produksi. Tergantung pada jenis industrinya, biaya pemeliharaan (maintenance) berkisar
antara 15 sampai 60 persen dari biaya produksi barang. Sebagai contoh pada industri
makanan, rata-rata biaya pemeliharaan berkisar 15 persen dari biaya produksi.
Sedangkan biaya pemeliharaan untuk industri baja, kertas dan industri berat lainya
berkisar 60 persen dari biaya produksi. Angka-angka ini bisa bervariasi, karena sering
sekali biaya-biaya yang tergolong bukan biaya pemeliharaan, dimasukkan kedalam
biaya pemeliharaan.
Survey mengenai effektivitas manajemen pemeliharaan
bahwa 1/3 atau 33 persen dari biaya pemeliharaan terbuang-buang sia-sia sebagai hasil
dari kegiatan pemeliharaan yang tidak tepat atau tidak perlu. Industri-industri Amerika
mengeluarkan uang lebih dari $ 200 milyar pertahun setiap tahun untuk pemeliharaan
peralatan dan fasilitas pabrik. Angka ini menunjukkan dampak pemeliharaan terhadap
produktivitas dan keutungan.
Ketidak
efektifan
dalam
proses
pemeliharaan
di
industri-industri
di
Amerika
menimbulkan kehilangan sebesar $60 milyar pertahun. Yang paling penting dari semua
itu adalah bahwa semua kehilangan atau ketidakefektifan berpengaruh terhadap kualitas
produk untuk berkompetisi secara global.
Sampai saat ini masih banyak perusahaan-perusahaan yang mengabaikan peran dari
dampak dari operasi pemeliharaan pada kualitas produk, biaya produksi, dan lebih
penting diatas segalanya adalah keuntungan. Alasan dominant untuk ketidakefektifan
manajemen pemeliharaan adalah lemahnya data-data faktual untuk mengkuantifikasi
kebutuhan actual untuk perbaikan atau pemeliharaan mesin-mesin pabrik, peralatan,
dan system. Opini yang umum adalah Maintenance is a necessary evil atau Nothing
can be done to improve maintenance costs. Hal ini benar untuk 10 atau 20 tahun yang
lalu, tetapi perkembangan mikroprosessor dan perlatan instumentasi berbasis computer
yang dapat digunakan untuk mengamati kondisi dari system dan permesinan pabrik,
membuka jalan baru bagi pengelolaan kegiatan pemeliharaan. Intrumen-instrumen ini
menyediakan cara untuk mengurangi atau menghilangkan perbaikan yang tidak perlu,
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
yang meliputi spareparts penting bagi mesin-mesin yang bernilai kritis di pabrik. Pilihan
lain adalh menjalin hubungan dengan vendor peralatan yang harus mengirimkan spare
parts secepatnya begitu dibutuhkan. Dan yang terakhir inipun membutuhkan biaya lebih
mahal karena biaya ekstra pada pengiriman dan waktu yang mengharuskan mesin tidak
dapat beroperasi beberapa saat, selama mesin dalam perbaikan. Untuk meminimalisasi
dampak pada produksi yang dihasilkan oleh kegagalan mesin yang tak terduga, semua
pekerja harus juga mampu bereaksi cepat terhadap kegagalan mesin. Hasil akhir dari
manajemen Breakdown adalah tingginya biaya pemeliharaan
dan rendahnya
akan
mengurangi
waktu
untuk
perbaikan
dan
berdampak
pada
berkurangnya biaya untuk pekerja (labor cost), juga mengurangi dampak negative dari
pengeluaran ekstra pada pengiriman serta mengurangi kehilangan produksi.
PREVENTIVE MAINTENANCE
Banyak sekali definisi yang berkaitan dengan Preventive Maintenance, tetapi yang pasti
adalah semua program Preventive Maintenance dikendalikan oleh waktu. Dengan kata
lain semua pelerjaan pemeliharaan dadasarkan pada jam operasional. Gambar 1.1
memgilustrasikan suatu contoh dari umur mesin secara statistik. . The mean-time-tofailure (MTTF) atau
mempunyai kemungkinan
diawal pengoperasiannya
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
teknik-teknik
Preventive
Maintenance,
Pompa
harus
dihentikan
Masalah dengan
pendekatan ini adalah bahwa model pengoperasian dan system serta spesifikasi dari
pabrik akan sangat berpengaruh secara langsung kepada umur pengoperasian suatu
mesin. MTBF dari suatu pompa yang menangani air biasa akan berbeda dengan pompa
yang harus menangani air Lumpur. Penggunaan MTBF bisa menghasilkan perbaikan
yang tidak perlu atau munculnya kegagalan yang tak terduga, sebagai contoh pada
kasus pompa diatas, sangat mungkin pompa itu tidak perlu dibangun kembali (rebuild)
pada bulan ke 17, sehingga akan membuang-buang uang dan tenaga percuma. Atau
sangat mungkin kegagalan terjadi sebelum bulan ke 17, akibatnya perlu dilakukan
tindakan Run To failure (breakdown) maintenance, karena terjadi diluar jadwal yang
telah ditentukan. Hasil analisa menunjukkan bahwa biaya yanbg harus dikeluarkan
untuk menjalankan perbaikan pada Breakdown maintenance tiga kali lipat dari biaya
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
yang
harus
dikeluarkan
jika
perbaikan
dijadwalkan
sebelumnya
(Preventive
Maintenance).
Predictive Maintenance.
Seperti juga metode yang lain, Predictive Mintenance memiliki banyak definisi. Untuk
beberapa pekerja predictive Maintenance berarti mengamati dan memonitor getaran
yang terjadi pada Rotating Machinery seperti pompa, turbin, proros, dan lain-lain,
sebagai usaha usaha untuk mendeteksi masalah-masalah serta mencegah terjadinya
kegagalan fatal. Bagi yang lain bisa berarti suatu kegiatan memonitor gambar-gambar
ingfra merah dari electrical switchgear, motor, dan peralatan kelistrikan yang lain untuk
mendeteksi munculnya masalah.
program monitoring terhadap kondisi actual dari mesin, effesiensi oprasinya, dan
indicator-indikator lain dari kondisi operasi mesin dan system proses . Semua proses
tersebut akan menghasilkan data yang dbutuhkan untuk menjamin interval maksimum
diantara perbaikan, dan mengurangi biaya yang diakibatkan oleh kegiatan oerbaikan
tidak terjadwal akibta kegagalan mesin.
Lebih lanjut lagi Predictive Maintenance adalah suatu kegiatan yang akan memperbaiki
produktivitas, kualitas produk, dan Overall Effectiveness dari manufaktur dan pabrik.
Predictive Maintenance bukan Pemonitor getaran atau thermal imaging atau lubricating
oil analysis atau NTD (Non Destructive Testing) metode yang lain yang diperkenalkan
oleh produsen alat-alat teknik sebagai alat Predictive Maintenance.
Predictive Maintenance adalah sebuah falsafah ata sikap, yang secara sederhana
diartikan sebagai penggunaan kondisi operasi aktual dari pabrik untuk mengoptimalisasi
pengoperasian pabrik secara total. Program Predictive Maintenance yang menyeluruh
mengggunakan peralatan-peralatan mahal seperti Vibration monitoring, thermography,
tribology, dan lain-lain untuk memperoleh kondisi operasi aktual dari system pabrik yang
paling kritis, dan berdasarkan data-data aktual tersebut menyusun suatu penjadwalan
(schedule) terhadap seluruh aktifitas pemeliharaan yang didasarkan pada kebutuhan.
Termasuk dalam tujuan program ini adalah mengoptimalkan ketersediaan (availability)
dari mesin-mesin proses dan secara drastic mengurangi biaya pemeliharaan. Program
ini juga bertujuan untuk memeprbaiki kualitas produk, produktivitas dan keuntungan
pabrik manufaktur.
Predictive Maintenance adalah program Preventive Maintenance yang dikendalikan oleh
kondisi. Pembuatan penjadwalan (schedule) pada Preventive Maintenance didasarkan
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
pada rata-rata data statistic dari mesin (yaitu Mean-time-to failure). Sedangkan
Predictive Maintenance menggunakan monitoring langsung terhadap kondisi mesin,
efesiensi system, dan indicator lainnya untuk menentukan Mean Time To Failure aktual
atau Effeciency Losses untuk setiap mesin dan system. Keputusan akhir dari Preventive
atau Program Run To Failure untuk melakukan perbaikan atau pembangunan kembali
didasarkan pada intuisi dan pengalaman pribadi dari manajer pemeliharaan.
Suatu program Predictive Maintenance dapat meminimalisasi breakdown yang tidak
terjadwal dari seluruh peralatan mekaninal di pabrik dan menjamin perbaikan peralatan
pada kondisi mekanikanl yang dapat diterima. Program ini juga dapat mengindentifikasi
masalah-masalah mesin sebelum menjadi lebih serius.
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
Reliability-Centered Maintenance
Dasar pemikiran dari RCM adalah bahwa semua mesin harus gagal dan memiliki usia
berguna yang terbatas, tetapi kedua asumsi tersebut salah karena jika mesin atau
pabrik dirancang , dipasang, dioperasikan dan dirawat secara baik, mereka tidak akan
gagal. Dan usia gunanya nyaris tarbatas. Beberapa kerusakan fatal terjadi secara
random, factor-faktor
memadai menyebabkan semua kegagalan tersebut, kesalahan ini bisa dikatakan factor
luar. Selain factor-faktor luar tersebut (operator error dan improver repair) yaitu factor
dinamika operasi dari mesin itu sendiri bisa dianalisa, dideteksi, diisolasi dan dicegah
dari kerusakan fatal.
diperkenalkan pada tahun 1960, mayoritas insinyur produksi percaya bahwa mesin
mempunyai hidup yang terbatas dan membutuhkan pembangunan kembali untuk
menjaga tingkat tertentu dari reliability (keandalan). John Moubray dalam bukunya
Reliability-centered Maintenance (1992) menulis ;
The traditional approach to scheduled maintenance programs was based on the concept
that every item on a piece of complex equipment has a right age at which complete
overhaul is necessary to ensure safety and operating reliability. Through the years,
however, it was discovered that many types of failures could not be prevented or
effectively reduced by such maintenance activities, no matter how intensively they were
performed. In response to this problem, airplane designers began to develop design
features that mitigated failure consequencesthat is, they learned how to design
airplanes that were failure tolerant. Practices such as the replication of system functions,
the use of multiple engines, and the design of damage tolerant structures greatly
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
weakened the relationship between safety and reliability, although this relationship has
not been eliminated altogether.
Perawatan.
Pengertian Perawatan.
Sejak dahulu, ketika manusia menggunakan alat alat primitif untuk membuat
mesin guna mengangkut barang, membajak tanah, dan menggunakan bahan-bahan
bangunanmereka telah dihadapkan pada kemungkinan memelihara barang tersebut
sampai tiba waktunya barang atau alat tersebut tidak dapat dipakai lagi atau
dipergunakan lagi. Begitu pula halnya dengan suatu perusahaan yang mempunyai
peralatan atau fasilitas maka biasanya Pimpinan perusahaan akan selalu berusaha agar
fasilitas/ peralatan dapat dipergunakan atau dapat diperpanjang usia kegunaanya.
Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk
menjaga suatu barang/alat atau memperbaikinya sampai pada suatu kombinasi yang
dapat diterima. Pemeliharaan merupakan suatu fungsi dalam suatu proses operasi
perusahaan yang sama pentingnya dengan fungsi-fungsi lain seperti produksi. Dalam
usaha untuk dapat menggunakan terus fasilitas tersebut agar kontinuitas produksi dapat
terjamin maka dibutuhkan kegiatan-kegiatan pemeliharaan yang meliputi kegiatan
pengecekan, pelunasan, dan perbaikan/reparasi atas kerusakan-kerusakan, serta
penyesuaian/penggantian
spare
part
pada
fasilitas
tersebut.
Dalam
masalah
digunakan.
Tugas
bagian
perawatan
adalah
merencanakan
dan
MANAJEMEN PEMELIHARAAN
MANAJEMEN PEMELIHARAAN