Anda di halaman 1dari 4

METODE PENELITIAN

A. FASE GERAK
Ambil KH2PO4 0,01 M sebanyak 420 ml
Tambahkan metanol sebanyak 20 ml
Tambahkan asetonitril sebanyak 30 ml
Tambahkan isopropil alkohol sebanyak 30 ml
Saring dengan membran whatman filter PTFE 0,2 m
Sonikasi eelama 30 menit
Ambil KH2PO4 0,01 M sebanyak 420 ml. Kemudian tambahkan metanol,
asetonitril, dan isopropil alkohol. Masing-masing sebanyak 20 ml, 30 ml dan 30 ml.
Saring dengan membran filter whatman 0,2 m dan sonikasi selama 30 menit.
B. LARUTAN STANDART/LARUTAN INDUK
Timbang 125 mg Parasetamol dan 12,5 mg kofein secara seksama
Larutkan masing-masing bahan dengan pelarut sebanyak 20 ml
Masukkan dalam labu takar 50 ml
Sonikasi selama 15 menit
Ad-kan hingga garis tanda labu takar
Saring dan filtrat sebagai larutan induk
Timbang parasetamol dan kofein masing-masing sebanyak 125 mg dan 12,5
mg secara seksama. Larutkan masing-masing bahan dengan pelarut sebanyak 20 ml.
Kemudian masukkan ke dalam labu takar 50 ml dan sonikasi selama 15 menit. Ad-kan
hingga garis tanda labu takar kemudian saring.
125 mg
Konsentrasi parasetamol = 50 ml x 1000 = 2500 ppm
Konsentrasi kofein =

12,5 mg
50 ml

x 1000 = 250 ppm

C. KURVA KALIBRASI STANDART (CAMPURAN PARASETAMOL DAN


KAFEIN)/LARUTAN BAKU
PARASETAMOL
Larutan induk (2500 ppm)

Pipet 0,4
ml

Pipet 0,8
ml

Pipet 1,2
ml

Pipet 1,6
ml

Pipet 2
ml

Masukkan dalam labu takar 10 ml


Tambahkan pelarut ad 10 ml dan kocok
Saring dengan membran filter 0,2 m
Sonikasi selama 20 menit
Injeksikan ke sistem HPLC dengan volume 10 l dengan panjang gelombang 215 nm
KAFEIN
Larutan induk (250 ppm)

Pipet 0,4
ml

Pipet 0,8
ml

Pipet 1,2
ml

Pipet 1,6
ml

Masukkan dalam labu takar 10 ml

Pipet 2
ml

Tambahkan pelarut ad 10 ml dan kocok


Saring dengan membran filter 0,2 m
Sonikasi selama 20 menit
Injeksikan ke sistem HPLC dengan volume 10 l dengan panjang gelombang 215 nm
Larutan induk dari parasetamol dan kofein masing-msing di pipet sebanyak
0,4 ml; 0,8 ml; 1,2 ml; 1,6 ml; dan 2 ml. Masukkan ke dalam labu takar 10 ml dan
adkan dengan pelarut. Kocok dan saring dengan membran filter 0,2 m. Kemudian
sonikasi selama 20 menit dan injeksikan ke sistem HPLC dengan volume 10 l
dengan panjang gelombang 215 nm.
Konsentrasi baku parasetamol
0,4 ml
10 ml x 2500 = 100 ppm

Konsentrasi baku kofein


0,4 ml
10 ml x 250 = 10 ppm

0,8 ml
10 ml

x 2500 = 200 ppm

0,8 ml
10 ml

x 250 = 20 ppm

1,2 ml
10 ml

x 2500 = 300 ppm

1,2 ml
10 ml

x 250 = 30 ppm

1,6 ml
10 ml

x 2500 = 400 ppm

1,6 ml
10 ml

x 250 = 40 ppm

2ml
10 ml

2ml
10 ml

x 2500 = 500 ppm

x 250 = 50 ppm

D. SAMPEL
Timbang sebanyak 20 tablet dan gerus
Timbang serbuk sebanyak 125 mg
Larutkkan dengan pelarut sebanyak 15 ml
Masukkan ke dalam labu takar 25 ml
Sonikasi selama 30 menit
Ad-kan hingga garis tanda
Kocok dan saring (buang 5 ml filtrat pertama)
Pipet 1 ml
Masukkan dalam labu takar 10 ml
Ad-kan dengan pelarut hingga garis tanda
Saring dengan membran filter 0,2 m
Sonikasi selama 20 menit
Injeksikan sebanyak 10 l ke sistem HPLC dengan panjang gelombang 215 nm
Hitung kadar
Ambil 20 tablet dan gerus. Timbang sebanyak 125 mg serbuk dan larutkan
serbuk dengan pelarut sebanyak 10 ml. Masukkan dalam labu takar 25 ml dan
sonikasi selama 30 menit. Ad-kan hingga garis tanda, lalu kocok dan saring. Buang
filtrat pertama sebanyak 5 ml. Pipet sebanyak 1 ml kemudian masukkan ke dalam
labu takar 10 ml. Ad-kan dengan pelarut hingga garis tanda. Saring dengan membran
filter 0,2 m dan sonikasi selama 20 menit. Injeksikan sebanyak 10 l ke dalam
HPLC dengan panjang gelombang 215 nm. Hitung kadarnya.
125 mg
Konsentrasi sampel = 25 ml x 1000 = 5000 ppm
Di pipet 1 ml =

1 ml
10 ml

x 5000 = 500 ppm

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis penetapan kadar parasetamol dan kofein dilakukan secara simultan dengan
menggunakan HPLC dengan fase gerak KH2PO4 0,01 M meyanol asetonitril isopropil
alkohol (420 : 20 : 30 : 30) dan panjang gelombang 215 nm dan kolom C 8. Pada penelitian ini
menggunakan fase diam kolom C18. Hasil penelitian ini membandingkan antara kolom C 8
dengan kolom C18. Diperoleh hasil yang berbeda pada sampel yaitu pada kolom C18 waktu
retensinya lebih cepat dibandingkan dengan kolom C 8. Hal ini membuktikan bahwa interaksi
parasetamol dan kofein pada kolom C18 lebih lemah dibandingkan dengan kolom C8.

Anda mungkin juga menyukai