TINJAUAN PUSTAKA
A. PERSALINAN
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri ) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 1998). Persalinan merupakan suatu proses untuk mendorong
keluar hasil pembuahan (yaitu janin, plasenta, dan ketuban) dari dalam
uterus lewat vagina ke dunia luar (Farer, 2001).
Bentuk persalinan berdasarkan definisi sebagai berikut :
a. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan menggunakan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan (Manuaba, 1998)
d. Teori Prostagladin
Prostagladin yang dihasilkan oleh decidua disangka menjadi salah satu
sebab permulaan persalinan. Konsentrasi prostagladin meningkat sejak
umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan decidua. Hasil dari
percobaan menunjukkan bahwa prostagladin F2 atau E2 yang diberikan
secara intra vena menimbulkan kontraaksi myometrium pada setiap umur
kehamilan, hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostagladin
yang tinggi baik pada air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil
sebelum melahirkan atau selama persalinan.
3. Tanda-tanda persalinan (Mochtar, 1998)
a. Tanda persalinan sudah dekat
1) Terjadi Lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primipara terjadi penurunan fundus
uteri karena bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan
oleh kontraksi braxton hicks, ketegangan dinding perut, masuknya
kepala bayi ke pintu atas panggul dirasakan ibu hamil ditandai dengan
bagian atas terasa ringan dan sering miksi.
2) Terjadi His Permulaan
Kontraksi Braxton Hicks terjadi karena perubahan keseimbangan
estrogen dan progesteron dan memberi kesempatan rangsangan
oksitosin. Dengan makin tua hamil pengeluaran estrogen dan
progesteron semakin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan
10
11
12
13
kencang. Ada pula yang merasa tidak tahan mengalami rasa nyeri. Beragam
respon itu merupakan suatu mekanisme proteksi dari rasa nyeri yang dirasakan.
3. Fisiologi Nyeri Persalinan / Neuroanatomi
Sensasi nyeri dihasilkan oleh jaringan serat saraf kompleks yang menghasilkan
sistem saraf perifer dan sentral.Dalam nyeri persalinan, sistem saraf otonom dan
terutama komponen simpatis berperan dalam sensasi.
a. Sistem saraf otonom
Sistem saraf otonom mengontrol aktifitas otot polos dan viseral, uterus
yang dikenal sebagai sistem saraf involunter karena organ ini berfungsi
tanpa kontrol kesadaran. Terdapat dua komponen yaitu sistem simpatis dan
parasimpatis. Saraf simpatis menyuplai uterus dan membentuk bagian yang
sangat penting dari neuroanatomi nyeri persalinan.
Neuron aferen mentransmisikan informasi dari rangsang nyeri dari
sistem saraf otonom menuju sistem saraf pusat dari visera terutama melalui
serat saraf simpatis. Neuron aferen somatik dan otonom bersinaps dalam
region kornu dorsalis dan saling mempengaruhi, menyebabkan fenomena
yang disebut nyeri alih. Nyeri ini adalah nyeri yang paling dominan
dirasakan selama bersalin terutama selama kala I (Mander , 2003).
Neuron aferen otonom berjalan keatas melalui medulla spinalis dan
batang otak berdampingan dengan neuron aferen somatik, tetapi walaupun
14
15
16
17
18
19
20
c.
d. Efek endokrin: salah satu efek samping peningkatan kadar adrenalin adalah
penurunan aktifitas uterus yang dapat menyebabkan persalinan lama.
e. Aktifitas uterus: nyeri persalinan dapat dipengaruhi kontraksi uterus melalui
sekresi kadar katekolamin dan kortisol yang meningkat dan akibatnya
mempengaruhi durasi persalinan. Nyeri juga dapat menyebabkan aktifitas
uterus yang tidak terkoordinasi yang akan mengakibatkan persalinan lama
(Mander, 2003).
Menurut Prawiroharjo (1997) perubahan fisiologis saat persalinan meliputi:
kebutuhan O2 naik sampai 100% dan curah jantung naik sampai 80% diatas
nilai sebelum proses persalinan, ini adalah akibat autotranfusi plasenta sebanyak
300-500ml darah selama kontraksi uterus. Tekanan vena sentral naik 4-6cm
H2O akibat kenaikan sementara volume darah ibu.
21
22
e. Nyeri hebat : skala 8 dengan kriteria nyeri seperti rasa gatal atau sengatan dan
mengerikan bagi klien.
f. Nyeri tidak terlokalisir : skala10 dengan kriteria nyeri dirasakan sangat hebat
dan menyiksa, klien dalam keadaan tidak sadar, disertai penurunan tekanan
darah, nadi dan respirasi (And Walson).
9. Manajemen Nyeri Persalinan.
Tujuan utama dari manajemen nyeri adalah membantu pasien untuk
mengontrol nyeri dan belajar strategi efektif untuk mengontrol nyeri. Mengajari
klien tentang manajemen nyeri adalah sangat penting. Ada dua metode atau cara
untuk mengurangi nyeri pada persalinan. Yaitu metode farmakologi dan non
farmakologi. Dimana metode kedua yaitu mengatasi nyeri dengan tindakan non
formokologi merupakan batas wewenang bagi perawat dan bidan untuk dapat
melakukan tindakan secara mandiri. Manajemen non farmakologi adalah suatu
intervensi keperawatan yang dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
rasa nyeri,diantranya adalah .
a) Distraksi
Metode untuk menghilangkan rasa nyeri dengan cara mengalihkan
perhatian pasien pada hal-hal yang lain sehingga pasien akan lupa terhadap
nyeri yang dialami. Distraksi bisa menurunkan nyeri pada skala nyeri ringan
dan ini akan lebih efektif digunakan segera setelah nyeri. Proses penurunan
nyeri berhubungan dengan teori gate control. Distraksi mungkin hanya
23
bekerja pada waktu singkat pada nyeri untuk beberapa menit selama
prosedur invasif.
Contoh : Bernyanyi, mendengarkan musik, bermain game.
b) Relaksasi
Teknik relaksasi merupakan tindakan eksternal yang mempengaruhi
respon internal individu terhadap nyeri.
Contoh : Relaksasi otot, teknik relaksasi nafas dalam, imaginasi terbimbing.
c) Stimulasi kulit
Stimulasi kulit dapat dilakukan dengan cara pemberian kompres dingin,
panas, masase dan vibrasi. Stimulasi kulit mungkin mengaktifkan sensory
syaraf besar dan mencegah impuls kecil sehingga persepi nyeri menurun.
c) Akupuntur
Suatu metode penurunan nyeri dengan menggunakan jarum. Akupuntur
merangsang serabut syaraf sensory besar yang membawa impuls
penghambat nyeri sehingga akan menimbulkan pemblokan impuls
penghantar nyeri.
d) Hipnotis
Hipnotis adalah tehnik dengan menekan gejala untuk memblok
kesadaran pada nyeri atau penggantian gejala yang akan membuat
interprestasi terhadap nyeri menjadi positif.
24
e) Meditasi
Meditasi adalah mengulang-ulang satu kata atau frase atau menatap satu
objek sampai dengan rileks.
f) TENS
Transcutaneus electrical nerve stimulation digunakan oleh fisioterapist
untuk mengatasi nyeri kronik dan nyeri akibat post operasi. Teknik ini dapat
juga digunakan saat persalinan.
Mekanisme mengurangi nyeri pada tehnik ini sama seperti tehnik
menyuntikkan
cairan
cairan
steril
intradermal,
yaitu
merangsang
25
26
3. Tujuan
Tujuan komunukasi terapeutik menurut Purwanto. (1994) adalah :
a. Membantu klien untuk memperjelaskan dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
pasien percaya pada hal yang diperlukan.
b.
27
c. Kehangatan (warmth)
Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan
ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki
atau dikonfrontasi. Suasana yang hangat, permisif, dan tanpa adanya
ancaman menunjukkan adanya rasa penerimaan perawat terhadap pasien.
Sehingga pasien akan mengekspresikan perasaanya secara lebih mendalam.
5. Prinsip Komunikasi terapeutik
Menurut Boyd dan Nihart dikutip oleh Nurjanah, (2001) :
a. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.
b. Tingkah laku profesional mengatur hubungan terapeutik.
c. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai
tujuan terapeutik.
d. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
e. Kerahasiaan klien harus dijaga.
f. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman.
g. Implementasi intervensi berdasarkan teori.
h. Memelihara interaksi yang tidak menilai dan hindari membuat penilaian
tentang tingkah laku klien dan memberi nasihat.
i. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya
secara rasional.
28
29
jawab
perawat-klien,
menjelaskan
peran
perawat-klien,
30
d. Fase terminasi
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan
terapeutik. Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina
dan berada pada tingkat optimal.
Tugas perawat pada fase ini adalah mengumpulkan hasil wawancara
meliputi hasil evaluasi proses dan hasil, memberikan reinforcement positif,
merencanakan tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak selanjutnya,
agar klien mampu berfungsi secara efektif tanpa bantuan perawat.
7. Teknik komunikasi terapeutik
Menurut Stuart dan Sundeen dikutip oleh Arwani, (2002) teknik komunikasi
terdiri dari :
a. Mendengarkan (listening)
Mendengarkan merupakan dasar dalam komunikasi yang akan mengetahui
perasaan klien. Teknik mendengarkan dengan cara memberi kesempatan
klien untuk bicara banyak dan perawat sebagai pendengar aktif.
b. Pertanyaan terbuka (broad opening)
Teknik ini dengan memberi kesempatan untuk memilih keinginan atau
tindakan.
c. Mengulang (restating)
Merupakan teknik yang dilaksanakan dengan cara mengulang pokok pikiran
yang diungkapkan klien. Yang berguna untuk menguatkan ungkapan klien
dan memberi indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraan.
31
d. Klarifikasi
Merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak
mendengar atau klien malu mengemukakan informasi.
e. Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang di
dengar, refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien
terhadap isi pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaanya.
f. Memfokuskan
Cara ini dengan memilih topik yang penting atau yang telah dipilih dan
menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas
dan berfokus pada realitas.
g. Membagi persepsi
Merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta pendapat klien tentang
hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan.
h. Identifikasi tema
Merupakan teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang
muncul dan berguna untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah
yang penting.
i. Diam
Teknik ini memberikan kesan berfikir dan memotifasi klien untuk bicara.
Pada klien menarik diri,teknik diam berarti perawat menerima klien.
32
j. Informing
Merupakan teknik dengan cara memberi informasi dan fikiran untuk
pendidikan dan kesehatan.
k. Saran
Menurut Keliat, (1996) teknik ini bertujuan memberi alternatif ide untuk
pemecahan masalah. Teknik ini tepat untuk dipakai fase kerja dan tidak
tepat pada fase awal hubungan.
8. Pendekatan komunikasi terapeutik secara psikologi pada ibu bersalin
Kegiatan komunikasi terapeutik perawat pada ibu melahirkan merupakan
pemberian bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan
proses persalinan. Tujuan dari komunikasi terapeutik ini adalah membantu ibu
serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selama proses persalinan,
membantu
mengambil
tindakan
yang
efektif
untuk
ibu,
membantu
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan
ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.
Pendekatan komunikasi terapeutik yang dapat dilakukan perawat meliputi:
Menjalin hubungan yang mengenakkan (Rapport) dengan klien, kehadiran,
mendengarkan, sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin, memberikan
informasi tentang kemajuan persalinan, memandu persalinan dengan memberi
instruksi khusus tentang bernafas,mengadakan kontak fisik dengan klien,
memberikan pujian, dan yang terakhir memberikan ucapan selamat pada ibu
atas kelahiran putranya dan menyatakan ikut berbahagia. Zein, Asmar Yetty
(2005).
33
E. Kerangka Teori
Persalinan
Faktor internal:
- pengalaman
dan pengetahuan
tentang nyeri
- usia
- aktifitas fisik
- kondisi psikologi
Nyeri persalinan
- Ringan
- Sedang
- Berat
Faktor Eksternal:
- Agama
-Lingkungan
fisik
- Budaya
- Support system
- Sosek
- Komunikasi
34
F. Kerangka Konsep
Variabel Independent
Komunikasi
Terapeutik Perawat
Variabel Dependent
Tingkat Nyeri
Persalinan