Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERSALINAN
1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri ) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 1998). Persalinan merupakan suatu proses untuk mendorong
keluar hasil pembuahan (yaitu janin, plasenta, dan ketuban) dari dalam
uterus lewat vagina ke dunia luar (Farer, 2001).
Bentuk persalinan berdasarkan definisi sebagai berikut :
a. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan
Bila proses persalinan menggunakan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan (Manuaba, 1998)

2. Proses terjadinya persalinan


Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan terjadinya proses
persalinan. Ada 4 teori persalinan (Manuaba 1998)
a. Teori Estrogen-Progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi atau penenangan otot-otot rahim
sebaliknya estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama
kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan
estrogen di dalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron
menurun, akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesteron tertentu.
b. Teori Oxytosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitifitas
otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks, menurunnya
konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat
meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dapat dimulai.
c. Teori Fetal Endokrin Control
Teori ini menunjukan pada kehamilan dangan anencephalus, sering
terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus
glandula supra renal merupakan pemicu terjadinya persalinan.

d. Teori Prostagladin
Prostagladin yang dihasilkan oleh decidua disangka menjadi salah satu
sebab permulaan persalinan. Konsentrasi prostagladin meningkat sejak
umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan decidua. Hasil dari
percobaan menunjukkan bahwa prostagladin F2 atau E2 yang diberikan
secara intra vena menimbulkan kontraaksi myometrium pada setiap umur
kehamilan, hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostagladin
yang tinggi baik pada air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil
sebelum melahirkan atau selama persalinan.
3. Tanda-tanda persalinan (Mochtar, 1998)
a. Tanda persalinan sudah dekat
1) Terjadi Lightening
Menjelang minggu ke-36, pada primipara terjadi penurunan fundus
uteri karena bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan
oleh kontraksi braxton hicks, ketegangan dinding perut, masuknya
kepala bayi ke pintu atas panggul dirasakan ibu hamil ditandai dengan
bagian atas terasa ringan dan sering miksi.
2) Terjadi His Permulaan
Kontraksi Braxton Hicks terjadi karena perubahan keseimbangan
estrogen dan progesteron dan memberi kesempatan rangsangan
oksitosin. Dengan makin tua hamil pengeluaran estrogen dan
progesteron semakin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan

kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu (permulaan) yang


sifatnya antara lain : rasa nyeri ringan bagian bawah, tidak ada
perubahan pada servik, durasinya pendek, tidak bertambah bila
beraktifitas.
b. tanda persalinan
1). Rasa sakit oleh adanya his yang lebih kuat, sering, dan teratur
2). Keluar lendir bercampur darah (bloodslym) yang lebih banyak
karena robekan-robekan kecil pada servik.
3). Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4). Pada pemeriksaan dalam servik mendatar dan pembukaan telah
ada.
Faktor-faktor penting dalam persalinan Bobak (2000):
a.

Kekuatan mendorong janin keluar (power) : meliputi his (kontraksi


uterus), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau
kekuatan mengejan, ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.

b. Passanger : meliputi faktor janin dan plasenta


c.

passage : meliputi faktor jalan lahir dan jalan lahir tulang.

d. Psychologi Respons : meliputi pengalaman, emosi dan lingkungan.

10

4. Tahap-tahap dalam persalinan


a. Kala I persalinan (kala pembukaan)
Kala I persalinan adalah dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap
(10 cm). Faktor-faktor yang menyebabkan pembukaan leher rahim adalah :
1) Otot-otot servik menarik pada pinggir osteum dan membesar.
2) Waktu kontraksi segmen bawah rahim dan servik ditegang oleh rahim
terutama oleh rahim ketuban. Kecepatan pembukaan leher rahim
(serviks Uteri) selama kala I ada tiga fase yaitu :
a). Fase Laten
Tahap laten dari 0 sampai 3-4 cm pada primigravida kurang lebih
8 jam sedangkan multigravida kurang lebih 6 jam.
b) Fase Aktif
Pembukaan dari 3 4 sampai 9 cm pada primigravida berlangsung
kurang lebih 4 jam sedangkan multigravida berlangsung 2 jam.
c) Fase Peralihan
Pembukaan 9 cm sampai lengkap primigravida berlangsung
kurang dari 1 jam.
b. Kala II persalinan
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.

11

c. Kala III persalinan


Dimulai segera setelah bayi lahir sampai adanya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
d. Kala IV persalinan
Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum
(Prawiroharjo, 2002).
B. NYERI PERSALINAN
1. Pengertian
Nyeri adalah bagian integral dari persalinan dan melahirkan ( Melzack,1984)
dikutip oleh Mander (2003).Nyeri persalinan disebabkan karena adanya
regangan segmen bawah rahim dan servik serta adanya siskemi otot rahim
(Farer, 2001). Intensitas nyeri sebanding dengan kekuatan kontraksi dan tekanan
yang terjadi, nyeri bertambah ketika mulut rahim dalam dilatasi penuh akibat
tekanan bayi terhadap struktur panggul diikuti regangan dan perobekan jalan
lahir.Nyeri persalinan unik dan berbeda pada setiap individu karena nyeri tidak
hanya dikaitkan dengan kondisi fisik semata, tetapi berkaitan juga dengan
kondisi psikologis ibu pada saat persalinan.
2. Penyebab Nyeri Persalinan
Rasa nyeri saat persalinan merupakan hal yang normal terjadi. Penyebabnya
meliputi faktor fisiologis dan psikis ( Khasanah, 2005).
a. Faktor fisiologis

12

Faktor fisiologis yang dimaksud adalah kontraksi. Gerakan otot ini


menimbulkan rasa nyeri karena saat itu otot-otot rahim memanjang dan
kemudian memendek. Serviks juga akan melunak, menipis, dan mendatar,
kemudian tertarik. Saat itulah kepala janin menekan mulut rahim dan
membukanya. Jadi, kontraksi merupakan bagian dari upaya membuka jalan
lahir.
Intensitas rasa nyeri dari pembukaan satu sampai pembukaan sepuluh akan
bertambah tinggi dan semakin sering sebanding dengan kekuatan kontraksi dan
tekanan bayi terhadap struktur panggul, diikuti regangan bahkan perobekan
jalan lahir bagian bawah. Dari tak ada pembukaan sampai pada pembukaan 2
cm , rasa sakit yang muncul rata-rata dua kali dalam sepuluh menit. Proses ini
bisa berlangsung sekitar 8 jam. Rasa sakit pada pembukaan 3 cm sampai
selanjutnya rata-rata 0,5-1 cm per jam.
Maka lama dan frekuensi nyeri makin sering dan makin bertambah kuat
sampai mendekati proses persalinan.
b. Faktor psikis
Rasa takut dan cemas yang berlebihan akan mempengaruhi rasa nyeri ini.
Setiap ibu mempunya versi sendiri-sendiri tentang nyeri persalinan dan
melahirkan, karena ambang batas rangsang nyeri setiap orang berlainan dan
subyektif sekali. Ada yang merasa tidak sakit hanya perutnya yang terasa

13

kencang. Ada pula yang merasa tidak tahan mengalami rasa nyeri. Beragam
respon itu merupakan suatu mekanisme proteksi dari rasa nyeri yang dirasakan.
3. Fisiologi Nyeri Persalinan / Neuroanatomi
Sensasi nyeri dihasilkan oleh jaringan serat saraf kompleks yang menghasilkan
sistem saraf perifer dan sentral.Dalam nyeri persalinan, sistem saraf otonom dan
terutama komponen simpatis berperan dalam sensasi.
a. Sistem saraf otonom
Sistem saraf otonom mengontrol aktifitas otot polos dan viseral, uterus
yang dikenal sebagai sistem saraf involunter karena organ ini berfungsi
tanpa kontrol kesadaran. Terdapat dua komponen yaitu sistem simpatis dan
parasimpatis. Saraf simpatis menyuplai uterus dan membentuk bagian yang
sangat penting dari neuroanatomi nyeri persalinan.
Neuron aferen mentransmisikan informasi dari rangsang nyeri dari
sistem saraf otonom menuju sistem saraf pusat dari visera terutama melalui
serat saraf simpatis. Neuron aferen somatik dan otonom bersinaps dalam
region kornu dorsalis dan saling mempengaruhi, menyebabkan fenomena
yang disebut nyeri alih. Nyeri ini adalah nyeri yang paling dominan
dirasakan selama bersalin terutama selama kala I (Mander , 2003).
Neuron aferen otonom berjalan keatas melalui medulla spinalis dan
batang otak berdampingan dengan neuron aferen somatik, tetapi walaupun

14

sebagian besar serat aferen otonom berjalan menuju hipothalamus sebelum


menyebar ke thalamus dan kemudian terakhir pada kortek serebri.
Gambaran yang berada lebih lanjut dari sistem saraf otonom adalah
fakta bahwa neuron aferen yang keluar dari sistem saraf pusat hanya melalui
tiga region.
1) Dalam otak (nervus kranialis III,VII,IX dan X )
2) Dalam region torasika ( T1 sampai T12,L1 dan L2 )
3) Segmen sakralis kedua dan ketiga medula spinalis.
Region torasika membentuk aliran keluar sistem saraf simpatis yang
menyuplai organ viseral, misalnya uterus.
b. Jaras perifer nyeri persalinan
Karya eksperimental pada sistem saraf otonom menunjukkan bahwa baik
komponen simpatis dan parasimpatis menyuplai sebagian besar organ
abdomen dan pelvis, termasuk uterus. Secara anatomis, otot polos uterus
disuplai sebagian besar oleh serat C yang tidak bermielin dan sebagian oleh
serat A delta kecil yang bermielin.
Selama kala I persalinan, nyeri diakibatkan oleh dilatasi servik dan
segmen bawah uterus dan distensi korpus uteri. Nyeri selama kala ini
diakibatkan oleh kekuatan kontraksi dan tekanan yang dibangkitkan. Hasil
temuan bahwa tekanan cairan amnion lebih dari 15 mmHg diatas tonus yang
dibutuhkan untuk meregangkan segmen bawah uterus dan servik dan dengan
demikian menghasilkan nyeri (Mander, 2003). Dengan demikian logis untuk

15

mengharapkan bahwa makin tinggi tekanan cairan amnion, makin besar


distensi sehingga menyebabkan nyeri yang lebih berat. Nyeri ini dilanjutkan
ke dermaton yang disuplai oleh segmen medulla spinalis yang sama dengan
segmen yang menerima input nosiseptif dari uterus dan servik. Menurut
Muhiman (1996) nyeri persalinan selama kala I disebabkan oleh kontraksi
rahim yang dihantarkan oleh serabut saraf simpatis dan serabut saraf thorakal
11 dan 12. Nyeri juga disebabkan peregangan mulut rahim. Nyeri disebarkan
melalui saraf dari medulla spinalis yaitu thorakal 11 dan 12 serta lumbal 1.
Rasa nyeri yang timbul dirasakan sebagai nyeri punggung 10%, nyeri
pinggang 20%, dan sebagian besar nyeri pada bagian bawah perut 70%.
Pada kala II persalinan, nyeri tambahan disebabkan oleh regangan dan
robekan jaringan misalnya pada perineum dan tekanan pada otot skelet
perinium. Nyeri diakibatkan oleh rangsangan struktur somatik superfisial dan
digambarkan sebagai nyeri yang tajam dan terlokalisasi, terutama pada daerah
yang disuplai oleh syaraf pudendus. Muhiman mengungkapkan nteri pada kala
II disebabkan karena peregangan perineum, tarikan peritonium, kekuatan yang
meendorong pengeluaran janin serta tekanan dari traktus urinarius bagian
bawah dan pelvis. Rangsang nyeri disebarkan melalui saraf parasimpatis dari
jaringan perineum . Nyeri yang timbul dirasakan pada daerah dasar panggul
dan selangkangan atau paha.

16

4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan


a. Faktor Internal
1). Pengalaman dan Pengetahuan Tentang Nyeri
Pengalaman sebelumnya seperti persalinan terdahulu akan membantu ibu dalam
mengatasi nyeri, karena ibu telah memiliki koping terhadap nyeri. Ibu primipara
dan multipara kemungkinan akan berespon terhadap nyeri berbeda-beda walaupun
menghadapi kondisi yang sama yaitu suatu persalinan. Hal ini dikarenakan ibu
multipara telah memiliki pengalaman pada persalinan sebelumnya.
2). Usia
Usia muda cenderung dikaitkan dengan dikaitkan dangan kondisi
psikologis yang masih labil, yang memicu terjadinya kecemasan sehingga
nyeri yang dirasakan menjadi lebih berat.Usia juga dipakai sebagai salah
satu faktor dalam menentukan toleransi terhadap nyeri. Toleransi akan
meningkat seiring bertambahnya usia dan pemahaman terhadap nyeri.
3). Aktifitas Fisik
Aktifitas ringan bermanfaat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa
sakit menjelang persalinan, selama ibu tidak melakukan latihan-latihan
yang terlalu keras dan berat, serta menimbulkan keletihan pada wanita
karena hal ini justru akan memicu nyeri yang lebih berat.

17

4). Kondisi Psikologi


Situasi dan kondisi psikologi yang labil memegang peranan penting dalam
memunculkan nyeri persalinan yang lebih berat. Salah satu mekanisme
pertahanan jiwa terhadap stress adalah konversi yaitu memunculkan
gangguan secara psikis menjadi gangguan fisik.
b. Faktor Eksternal
1). Agama
Semakin kuat kualitas keimanan seseorang maka mekanisme pertahanan
tubuh terhadap nyeri semakin baik karena berkaitan dengan kondisi
psikologis yang relatif stabil.
2). Lingkungan Fisik
Lingkungan yang terlalu ekstrim seperti perubahan cuaca, panas, dingin,
ramai,bising, memberikan stimulus terhadap tubuh yang memicu
terjadinya nyeri.
3). Budaya
Budaya tertentu akan mempengaruhi respon seseorang terhadap nyeri, ada
budaya yang mengekspresikan rasa nyeri secara bebas, tapi ada pula yang
menganggap nyeri adalah sesuatu yang tidak perlu diekspresikan secara
berlebihan.
4). Support System
Tersedianya sarana dan support sistem yang baik dari lingkungan dalam
mengatasi nyeri, dukungan dari keluarga dan orang terdekat sangat

18

membantu mengurangi rangsang nyeri yang dialami oleh seseorang saat


menghadapi persalinan.
5). Sosial Ekonomi
Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat membantu mengatasi
rangsang nyeri yang dialami. Seringkali status ekonomi mengikuti
keadaan nyeri persalinan. Keadaan ekonomi yang kurang, pendidikan
yang rendah, informasi yang minimal dan kurang sarana kesehatan yang
memadai akan menimbulkan ibu kurang mengetahui bagaimana mengatasi
nyeri yang dialami dan masalah ekonomi berkaitan dengan biaya dan
persiapan persalinan sering menimbulkan kecemasan tersendiri dalam
menghadapi persalinan.
6). Komunikasi
Komunikasi tentang penyampaian informasi yang berkaitan dengan halhal seputar nyeri persalinan, bagaimana mekanismenya, apa penyebabnya,
cara mengatasi dan apakah hal ini wajar akan memberikan dampak yang
positif terhadap manajemen nyeri.Komunikasi yang kurang akan
menyebabkan ibu dan keluarga tidak tahu apa yang harus dilakukan jika
mengalami nyeri saat persalinan.

19

5. Mekanisme Nyeri pada Persalinan


Mekanisme nyeri persalinan menurut Muhiman (1996)
a. Membukanya mulut rahim
Nyeri pada kala pembukaan disebabkan oleh membukanya mulut rahim
misalnya karena peregangan otot polos yang menyebabkan timbulnya
nyeri.,terdapat hubungan yang erat aantara kontraksi rahim dan intensitas
nyeri. Nyeri akan bertambah sejalan dengan adanya kontraksi rahim. Rasa
nyeri terasa kira-kira 15-30 detik setalah mulai komtraksi rahim.
b. Kontraksi dan peregangan rahim
Rangsang nyeri yang terjadi karena adanya penekanan pada ujung saraf
sewaktu rahim berkontraksi dan teregangnya segmen rahim bagian bawah.
c. Kontraksi mulut rahim
Teori ini kurang diterima karena jaringan mulut rahim hanya mengandung
jaringan otot.
d. Peregangan jalan lahir bagian bawah
Peregangan jalan lahir oleh kepala janin pada akhir kala pembukaan dan
selama kala pengeluaran kemungkinan adanya kerusakan jaringan perineum
menimbulkan nyeri salama proses persalinan.
6. Nyeri persalinan dan Respon Tubuh
Nyeri yang menyertai kontraksi uterus mempengaruhi mekanisme fisiologis
sejumlah sistem tubuh yang selalu menyebabkan respon fisiologis yang umum
dan menyeluruh. Nyeri persalinan yang lama dapat mempengaruhi:

20

a. Ventilasi: nyeri yang menyertai kontraksi uterus menyebabkan hiperventilasi,


dengan frekuensi pernapasan 60-70 kali per menit.
b.

Fungsi kardiovaskular: curah jantung meningkat secara progesif seiring


dangan semakin majunya persalinan terutama karena nyeri persalinan.
Setiap kontraksi uterus meningkatkan curah jantung 20-30% lebih tinggi
daripada saat relaksasi uterus. Nyeri akibat kontraksi uterus juga dapat
menyebabkan peningkatan takanan darah sistolik dan diastolik.

c.

Efek metabolik: peningkatan sktivitas simpatis yang disebabkan nyeri


persalinan dapat menyebabkan peningkatan metabolisme dan konsumsi
oksigen serta penurunan mortalitas saluran cerna dan kandung kemih.

d. Efek endokrin: salah satu efek samping peningkatan kadar adrenalin adalah
penurunan aktifitas uterus yang dapat menyebabkan persalinan lama.
e. Aktifitas uterus: nyeri persalinan dapat dipengaruhi kontraksi uterus melalui
sekresi kadar katekolamin dan kortisol yang meningkat dan akibatnya
mempengaruhi durasi persalinan. Nyeri juga dapat menyebabkan aktifitas
uterus yang tidak terkoordinasi yang akan mengakibatkan persalinan lama
(Mander, 2003).
Menurut Prawiroharjo (1997) perubahan fisiologis saat persalinan meliputi:
kebutuhan O2 naik sampai 100% dan curah jantung naik sampai 80% diatas
nilai sebelum proses persalinan, ini adalah akibat autotranfusi plasenta sebanyak
300-500ml darah selama kontraksi uterus. Tekanan vena sentral naik 4-6cm
H2O akibat kenaikan sementara volume darah ibu.

21

7. Nyeri dan Respon Tubuh yang Nyata


Selain respon fisiologis nyeri persalinan juga berhubungan dangan respon
perilaku yang dapat diamati meliputi :
a. Vokalisasi: erangan, rintihan, jeritan, dan tangisan.
b. Ekspresi wajah: gigi yang dikatupkan, bibir yang terkatup erat, mata terpejam
rapat dan otot rahang mengeras.
c. Gerakan tubuh: mobilisasi, otot yang tegang dan kegelisahan.
Berdasarkan penelitian yang dikutip Tabloid Ibu dan Anak (2005) bahwa nyeri
akan meningkat secara psikologis, apabila ibu sendirian, keletihan, haus dan
lapar, berfikir tentang nyeri, stress dan kecemasan, tegang, takut, dan
mengasihani diri sendiri.
8. Skala Intensitas nyeri (Mc Gill Pain Scale)
a. Tidak ada nyeri : skala 0 dengan kriteria tidak ada keluhan nyeri dan tidak ada
perubahan tekanan darah, nadi dan respirasi.
b. Nyeri ringan : skala 2 dengan kriteria keluhan nyeri seperti dicubit, klien
masih merasa nyaman, tekanan darah, nadi dan respirasi dalam batas
normal.
c. Nyeri sedang : skala 4 dengan kriteria nyeri membuat tidak nyaman dan nyeri
seperti ditarik-tarik.
d. Nyeri sedang : skala 6 dengan kriteria nyeri seperti terbakar dan membuat
stress, disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan respiratori.

22

e. Nyeri hebat : skala 8 dengan kriteria nyeri seperti rasa gatal atau sengatan dan
mengerikan bagi klien.
f. Nyeri tidak terlokalisir : skala10 dengan kriteria nyeri dirasakan sangat hebat
dan menyiksa, klien dalam keadaan tidak sadar, disertai penurunan tekanan
darah, nadi dan respirasi (And Walson).
9. Manajemen Nyeri Persalinan.
Tujuan utama dari manajemen nyeri adalah membantu pasien untuk
mengontrol nyeri dan belajar strategi efektif untuk mengontrol nyeri. Mengajari
klien tentang manajemen nyeri adalah sangat penting. Ada dua metode atau cara
untuk mengurangi nyeri pada persalinan. Yaitu metode farmakologi dan non
farmakologi. Dimana metode kedua yaitu mengatasi nyeri dengan tindakan non
formokologi merupakan batas wewenang bagi perawat dan bidan untuk dapat
melakukan tindakan secara mandiri. Manajemen non farmakologi adalah suatu
intervensi keperawatan yang dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
rasa nyeri,diantranya adalah .
a) Distraksi
Metode untuk menghilangkan rasa nyeri dengan cara mengalihkan
perhatian pasien pada hal-hal yang lain sehingga pasien akan lupa terhadap
nyeri yang dialami. Distraksi bisa menurunkan nyeri pada skala nyeri ringan
dan ini akan lebih efektif digunakan segera setelah nyeri. Proses penurunan
nyeri berhubungan dengan teori gate control. Distraksi mungkin hanya

23

bekerja pada waktu singkat pada nyeri untuk beberapa menit selama
prosedur invasif.
Contoh : Bernyanyi, mendengarkan musik, bermain game.
b) Relaksasi
Teknik relaksasi merupakan tindakan eksternal yang mempengaruhi
respon internal individu terhadap nyeri.
Contoh : Relaksasi otot, teknik relaksasi nafas dalam, imaginasi terbimbing.
c) Stimulasi kulit
Stimulasi kulit dapat dilakukan dengan cara pemberian kompres dingin,
panas, masase dan vibrasi. Stimulasi kulit mungkin mengaktifkan sensory
syaraf besar dan mencegah impuls kecil sehingga persepi nyeri menurun.
c) Akupuntur
Suatu metode penurunan nyeri dengan menggunakan jarum. Akupuntur
merangsang serabut syaraf sensory besar yang membawa impuls
penghambat nyeri sehingga akan menimbulkan pemblokan impuls
penghantar nyeri.
d) Hipnotis
Hipnotis adalah tehnik dengan menekan gejala untuk memblok
kesadaran pada nyeri atau penggantian gejala yang akan membuat
interprestasi terhadap nyeri menjadi positif.

24

e) Meditasi
Meditasi adalah mengulang-ulang satu kata atau frase atau menatap satu
objek sampai dengan rileks.
f) TENS
Transcutaneus electrical nerve stimulation digunakan oleh fisioterapist
untuk mengatasi nyeri kronik dan nyeri akibat post operasi. Teknik ini dapat
juga digunakan saat persalinan.
Mekanisme mengurangi nyeri pada tehnik ini sama seperti tehnik
menyuntikkan

cairan

cairan

steril

intradermal,

yaitu

merangsang

peningkatan produksi endorphin,tetapi tehnik ini membutuhkan waktu lebih


lama.
Sedangkan menurut Khasanah (2005) Rasa nyeri dapat dikurangi dengan
cara :
a. Ditemani dan didukung oleh orang yang dicintai dan petugas medis yang
berpengalaman.
b. Cukup istirahat dan releks diantara waktu kontraksi.
c. Tetap makan makanan kecil pada saat persalinan dini, terus menghisap
serpihan es batu bila diperbolehkan.
d. Mengalihkan pikiran pada hal lain dan tidak memusatkan perhatian pada
nyeri.
e. menggunakan teknik relaksasi diantara waktu kontraksi, memusatkan
perhatian pada pernafasan atau usaha mengejan selama kontraksi.

25

f. Jauh sebelumnya belajar tentang kelahiran dan tidak mengkhawatirkan


tentang apa yang akan terjadi.
g. Berpikir tentang betapa beruntungnya dan hadiah dari persalinan yang
akan muncul.
D. Komunikasi Terapeutik
1. Pengertian
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang lebih direncanakan
secara sadar, bertujuan dan dipusatkan untuk kesembuhan pasien, yang pada
dasarnya komunikasi terapeutik ini adalah merupakan komunikasi profesional
yang mengarah pada tujuan tertentu yaitu kesembuhan pasien (Purwanto, 1994).
Sedangkan komunikasi terapeutik menurut Arwani (2002), adalah komunikasi
perawat-pasien yang direncanakan, disengaja dan merupakan tindakan
profesional yang bertujuan untuk mengetahui kebutuhan pasien sehingga tujuan
keperawatan dapat tercapai.
2. Fungsi
Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerjasama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien
(Purwanto. 1994).

26

3. Tujuan
Tujuan komunukasi terapeutik menurut Purwanto. (1994) adalah :
a. Membantu klien untuk memperjelaskan dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
pasien percaya pada hal yang diperlukan.
b.

Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang


efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.

c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.


4. Ciri komunikasi terapeutik menurut Arwani, (2002)
a. Keikhlasan (genuiness)
Perawat harus menyadari tentang nilai, sikap dan perasaan yang dimiliki
terhadap keadaan klien. Perawat yang mampu menunjukkan rasa iklhasnya
mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai terhadap pasien
sehingga mampu belajar untuk mengkomunikasikan secara tepat.
b. Empati (empathy)
Empati merupakan perasaan pemahaman dan penerimaan perawat
terhadap perasaan yang dialami klien dan kemampuan merasakan dunia
pribadi klien. Empati merupakan sesuatu yang jujur, sensitif, dan tidak
dibuat-buat (objektif) didasarkan atas apa yang dialami orang lain. Empati
cenderung bergantung pada kesamaan pengalaman di antara orang yang
terlibat komunikasi.

27

c. Kehangatan (warmth)
Dengan kehangatan, perawat akan mendorong klien untuk mengekspresikan
ide-ide dan menuangkannya dalam bentuk perbuatan tanpa rasa takut dimaki
atau dikonfrontasi. Suasana yang hangat, permisif, dan tanpa adanya
ancaman menunjukkan adanya rasa penerimaan perawat terhadap pasien.
Sehingga pasien akan mengekspresikan perasaanya secara lebih mendalam.
5. Prinsip Komunikasi terapeutik
Menurut Boyd dan Nihart dikutip oleh Nurjanah, (2001) :
a. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.
b. Tingkah laku profesional mengatur hubungan terapeutik.
c. Membuka diri dapat digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai
tujuan terapeutik.
d. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
e. Kerahasiaan klien harus dijaga.
f. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman.
g. Implementasi intervensi berdasarkan teori.
h. Memelihara interaksi yang tidak menilai dan hindari membuat penilaian
tentang tingkah laku klien dan memberi nasihat.
i. Beri petunjuk klien untuk menginterprestasikan kembali pengalamannya
secara rasional.

28

j. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari


perubahan subyek/ topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu
yang sangat menarik klien.
6. Tahap-tahap dalam komunikasi terapeutik
Menurut Stuart dan Sudeen dikutip oleh Keliat, (1996) proses berhubungan
perawat-klien dapat dibagi dalam 4 fase yaitu : fase pra interaksi, fase
perkenalan/ orientasi, fase kerja, dan fase terminasi.
a. Fase pra interaksi
Pra interaksi dimulai sebelum kontak pertama dengan klien. Dalam hal
ini tugas perawat adalah mengumpulkan data tentang pasien. Membuat
rencana pertemuan dengan pasien dan mengeksplorasi perasaan, fantasi dan
ketakutan diri.
Penggunaan diri secara terapeutik seperti : 1) Adanya kesadaran diri
tentang perasaan, reaksi, dan perilaku dengan cara mempelajari diri sendiri,
belajar dari orang lain serta belajar membuka diri. 2) Klarifikasi nilai yaitu
bagaimanakah sistem nilai yang dimiliki perawat. 3) Kemampuan menjadi
model dan 4) Kemampuan mengeksplorasi perasaannya.
b. Fase perkenalan atau orientasi
Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu
dikaji adalah alasan klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi
terbinanya hubungan perawat-klien.

29

Dalam memulai hubungan, tugas utama adalah membina rasa percaya,


penerimaan dan pengertian, komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak
dengan klien. Diharapkan klien berperan serta secara penuh dalam kontrak,
namun pada kondisi tertentu, misalnya klien dengan gangguan realita, maka
kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu mengulang kontrak jika kontrak
realitas klien meningkat.
Tugas perawat seperti memberikan salam dan senyum pada pasien,
melakukan validasi (kognitif, psikomotor, afektif), memperkenalkan nama
perawat, menanyakan nama panggilan kesukaan pasien, menjelaskan
tanggumg

jawab

perawat-klien,

menjelaskan

peran

perawat-klien,

menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan, menjelaskan


waktu yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan, dan menjaga kerahasiaan.
c. Fase kerja
Pada fase kerja, perawat dan klien mengeksplorasikan stresor yang tepat
dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan
persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan klien. Perawat membantu klien
mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung jawab diri
sendiri, dan mengembangkan mekanisme koping yang konstuktif.
Selain itu adalah memberikan kesempatan pada pasien untuk bertanya,
menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik, dan
melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.

30

d. Fase terminasi
Terminasi merupakan fase yang sangat sulit dan penting dari hubungan
terapeutik. Rasa percaya dan hubungan intim yang terapeutik sudah terbina
dan berada pada tingkat optimal.
Tugas perawat pada fase ini adalah mengumpulkan hasil wawancara
meliputi hasil evaluasi proses dan hasil, memberikan reinforcement positif,
merencanakan tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak selanjutnya,
agar klien mampu berfungsi secara efektif tanpa bantuan perawat.
7. Teknik komunikasi terapeutik
Menurut Stuart dan Sundeen dikutip oleh Arwani, (2002) teknik komunikasi
terdiri dari :
a. Mendengarkan (listening)
Mendengarkan merupakan dasar dalam komunikasi yang akan mengetahui
perasaan klien. Teknik mendengarkan dengan cara memberi kesempatan
klien untuk bicara banyak dan perawat sebagai pendengar aktif.
b. Pertanyaan terbuka (broad opening)
Teknik ini dengan memberi kesempatan untuk memilih keinginan atau
tindakan.
c. Mengulang (restating)
Merupakan teknik yang dilaksanakan dengan cara mengulang pokok pikiran
yang diungkapkan klien. Yang berguna untuk menguatkan ungkapan klien
dan memberi indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraan.

31

d. Klarifikasi
Merupakan teknik yang digunakan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak
mendengar atau klien malu mengemukakan informasi.
e. Refleksi
Refleksi ini dapat berupa refleksi isi dengan cara memvalidasi apa yang di
dengar, refleksi perasaan dengan cara memberi respon pada perasaan klien
terhadap isi pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaanya.
f. Memfokuskan
Cara ini dengan memilih topik yang penting atau yang telah dipilih dan
menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas
dan berfokus pada realitas.
g. Membagi persepsi
Merupakan teknik komunikasi dengan cara meminta pendapat klien tentang
hal-hal yang dirasakan dan dipikirkan.
h. Identifikasi tema
Merupakan teknik dengan mencari latar belakang masalah klien yang
muncul dan berguna untuk meningkatkan pengertian dan eksplorasi masalah
yang penting.
i. Diam
Teknik ini memberikan kesan berfikir dan memotifasi klien untuk bicara.
Pada klien menarik diri,teknik diam berarti perawat menerima klien.

32

j. Informing
Merupakan teknik dengan cara memberi informasi dan fikiran untuk
pendidikan dan kesehatan.
k. Saran
Menurut Keliat, (1996) teknik ini bertujuan memberi alternatif ide untuk
pemecahan masalah. Teknik ini tepat untuk dipakai fase kerja dan tidak
tepat pada fase awal hubungan.
8. Pendekatan komunikasi terapeutik secara psikologi pada ibu bersalin
Kegiatan komunikasi terapeutik perawat pada ibu melahirkan merupakan
pemberian bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan bimbingan
proses persalinan. Tujuan dari komunikasi terapeutik ini adalah membantu ibu
serta mengurangi beban perasaan dan pikiran selama proses persalinan,
membantu

mengambil

tindakan

yang

efektif

untuk

ibu,

membantu

mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri untuk kesejahteraan
ibu dan proses persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.
Pendekatan komunikasi terapeutik yang dapat dilakukan perawat meliputi:
Menjalin hubungan yang mengenakkan (Rapport) dengan klien, kehadiran,
mendengarkan, sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin, memberikan
informasi tentang kemajuan persalinan, memandu persalinan dengan memberi
instruksi khusus tentang bernafas,mengadakan kontak fisik dengan klien,
memberikan pujian, dan yang terakhir memberikan ucapan selamat pada ibu
atas kelahiran putranya dan menyatakan ikut berbahagia. Zein, Asmar Yetty
(2005).

33

E. Kerangka Teori

Persalinan

Faktor internal:
- pengalaman
dan pengetahuan
tentang nyeri
- usia
- aktifitas fisik
- kondisi psikologi

Nyeri persalinan
- Ringan
- Sedang
- Berat

Faktor Eksternal:
- Agama
-Lingkungan
fisik
- Budaya
- Support system
- Sosek
- Komunikasi

Gambar 1. Kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat nyeri persalinan


Priharjo (1996), Mander (2003), Muhiman (1996).

34

F. Kerangka Konsep
Variabel Independent
Komunikasi
Terapeutik Perawat

Variabel Dependent
Tingkat Nyeri
Persalinan

Gambar 2. Kerangka Konsep


G. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel independent (Variabel bebas) adalah komunikasi terapeutik Perawat.
2. Variabel dependent (Variabel terikat) adalah tingkat nyeri persalinan.
H. Hipotesis.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ada hubungan komunikasi terapeutik perawat
dengan penurunan tingkat nyeri persalinan normal di RB Alamanda Ungaran
Kabupaten Semarang.

Anda mungkin juga menyukai