Anda di halaman 1dari 41

PARADIGMA

Secara umum pengertian paradigma adalah seperangkat kepercayaan atau keyakinan


dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan menurut Guba, paradigma dalam ilmu pengetahuan mempunyai definisi
bahwa seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan-tindakan manusia
dalam keseharian maupun dalam penyelidikan ilmiah. Paradigma dalam hal ini dibatasi
pada paradigma pencarian ilmu pengetahuan (disciplin inquiry paradigm), yaitu suatu
keyakinan dasar yang digunakan berbagai kalangan untuk mencari kebenaran realitas
menjadi suatu ilmu atau disiplin ilmu pengetahuan.Dalam mengembangkan suatu
paradigma ilmu kita harus dapat melihat cara pandang yang menjadi aspek filosofis dan
metodologis dalam menemukan ilmu pengetahuan, yaitu :dimensi ontologis, dimensi
epistemologis, dimensi axiologis, dimensi retorik dan dimensi metodologis. Ada empat
paradigma ilmu pengetahuan yang dikembangkan dalam menemukan hakikat realitas
atau ilmu pengetahuan yaitu : Positivisme, Postpositivisme (Classical Paradigm,
Conventionalism Paradigm), Critical Theory (Realism) dan Constructivism. Dalam ilmu
sosial perubahan terjadi secaa cepat dan dinamis, tergantung pada bukti empiris yang
diyakini. Berikut dipaparkan berbagai unsur yang dilihat sebagai indikator adanya
perubahan dalam pengembangan ilmu. Keragaman paradigmatik dapat terjadi karena
perbedaan pandangan filosofis, konsekuensi logis dari perbedaan teori yang digunakan
dan sifat metodologi yang digunakan untuk mencapai kebenaran.
Ada empat cara berfikir berdasarkan dikotomi pengaruh anatar individu dalam
manyarakat :
1. dikotomi muncul akibat asumsi umum bahwa individu dapat membentuk atau
mengubah manyarakat.

2. dikotomi muncul akibat asumsi umum bahwa individu merupakan produk dari
masyarakat (individual is created society).
3. dikotomi dari kedua pendapat itu disintesiskan oleh Peter Berger, dalam model yang
memiliki perspektif yang tersangkut paut dengan hubungan antara anggota
masyarakat.
4. Model terakhir itu akan mneghasilkan gambaran yang menyambung. Disatu sisi
berlangsung proses socialization yang terjadi ketika individu mendapat pengaruh
kuat dari lingkunagn sosial, individu akan menyesuaikan diri denganpola-pola yang
berlaku di masyarakatnya.
Pandangan tentang paradigma ilmu pengetahuan tampaknya berubah antar waktu.
Perkembangan substansi paradigmatik dalam tulisa ini akan dikupas lengkap, berawal
dari paradigma positivisme, postpositivisme, critical theory dan konstruktivisme.

PARADIGMA PERGERAKAN
IDENTITAS DIRI WARGA PMII
Secara Antropologis
Secara Sosiologis
Masyarakat PMII berasal dari perkampungan dan pedesaan yang tersebar di 33
provinsi di Indonesia, dengan ragam budaya, suku, etnis, ras,. Warga PMII sebagian
besar juga dibesarkan dalam tradisi santri dengan kemampuan dan dasar agama yang
tinggi. Sumber aliran warga PMII berasal dari elit setempat. Baik sebagai anak kiai,
guru mengaji maupun imam masjid
Secara Telogis
Sebagaimana bangsa Indonesia pada umumnya warga PMII menganut aswaja sebagai
idiologi dogmatis dengan karakter sejarah yang bergantung pada alur sejarah teologi

Islam masa lalu (abad pertengahan). Basis teologi warga PMII pada awalnya berdiri
dengan karakter sejarah yang statis. Ruang dinamika kesejarahannya terhenti pada
perdebatan yang bercorak transendental-metafisik dan tidak empirik.
Secara Keilmuan
Masyarakat PMII dibentuk dalam tradisi keilmuan yang berbasiskan ilmu-ilmu agama
dan sosial humaniora. Sementara itu, ilmu-ilmu eksakta dan teknologi tidak begitu
mendapat ruang sehingga tidak terjadi diversifikasi peran keilmuan yang seimbang
antara eksakta dan humaniora.
Secara Politik dan Ekonomi
PMII menjadi bagian dari-dan dekat-dengan masyarakat marjinal. Kesadaran ini dapat
dijadikan roh, idiologi dan spirit dari gerakan yang dilakukan. Dan dari kesadaran ini
pula akan memunculkan identitas kultural dan rekayasa sosial yang spesifik dan sesuai
dengan kondisi latar belakang di atas.
Dari pembacaan kondisi sosio-politik bangsa dan identitas diri kemudian muncul
kebutuhan akan adanya kerangka teori atau paradigma gerakan sebagai bagian dari
penyadaran dan pemberdayaan dari kondisi kultural-internalnya, di sisi lain juga harus
membebaskan sistem sosi-politik yang hegemonik menuju masyarakat bebas,
merdeka, adil dan makmur.
Peran pemberdayaan dan pembebasan ini sangat terkait dengan nilai-nilai keimanan
yang dianut oleh warga PMII, yaitu aswaja (ahlusunnah wal jamaah). PMII dengan
totalitas kebangsaannya secara produktif menjaga pilar-pilar pemikiran pluralisme.
Keislaman PMII adalah pribumisasi ajaran universal Islam, dengan keteguhan total
kepada segenap khazanah Islam dan bangsa Indonesia.
Wal hasil, identitas PMII terletak pada tiga ruang gerak. Pertama, intelektualitas, kedua,
religiusitas dan yang ketiga adalah kebangsaan. Dengan menyadari identitas PMII diri
inilah kemudian PMII dituntut untuk mampu kreatif dan menggeliat dari arus
penyeragaman
Profil Pirbadi PMII

Dalam Konggres X PMII tanggal 29 Oktober 1991 di Jakarta, dihasilkan Deklarasi


Format Profil PMII. Deklarasi ini merupakan kristalisasi dari tujuan pergerakan
sebagaimana yang tercantum dalam AD/ART, yakni Terbentuknya pribadi muslim
Indonesia yang berbudi luhur, berilmu dan bertaqwa kepada Allah SWT, cakap serta
bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmu pengetahuannya.
Bagi PMII ilmu adalah alat untuk mengentaskan diri dan masyarakat dari kebodohan,
ketertindasan dan keterbelakangan. Ilmu diperoleh untuk diamalkan karena ilmu yang
tidak dimanfaatkan malah akan mendatangkan azab.
Inspirasi profil pribadi PMII dapat ditemukan dalam Alquran pada surat-surat berikut
yang penting untuk kita tadabburi, yakni:
1.

Al Baqoroh : 179, 197, 286,

2.

Ar Raad : 19,

3.

Ibrahim : 52,

4.

Shad : 29, 43,

5.

Az Zumar : 9, 18, 21,

6.

Al Maidah : 100,

7.

Yusuf : 111,

8.

At Thalaq : 10,

9.

Al Hujuroh : 13,

10.

Ar Rohman : 33,

11.

Ali Imron : 7, 190, 191,

12.

Al Mujadallah : 11

Tri Motto PMII

Beilmu

Sebagai

Beramal

komunitas
mahasiswa,

Bertaqwa

Tri Khidmah PMII

PMII

sadar

Taqwa

bahwa

dalam

Intelektualitas

mengabdikan
ilmu

Profesionalitas
Kejujuran
Tri Komitmen

pengetahuan
dalam

medan

perjuangan

Kebenaran

membutuhkan

Keadilan

keahlian

dan

profesionalitas
Eka Citra diri PMII

Ulul Albab

secara
bertahap,

terancana, dan menyeluruh. Oleh karenanya PMII membakukan format pribadi PMII
sebagai mana yang terdapat dalam table di atas.
PARADIGMA PMII
1.

1. PENGERTIAN

Paradigma merupakan cara pandang yang mendasar dari seorang ilmuan. Paradigma
tidak hanya membicarakan apa yang harus dipandang, tetapi juga memberikan
inspirasi, imajinasi terhadap apa yang harus dilakukan, sehingga membuat perbedaan
antara ilmuan satu dengan yang lainnya.
Paradigma merupakan konstelasi teologi, teori, pertanyaan, pendekatan, dan prosedur
yang dikembangkan dalam rangka memahami kondisi sejarah dan keadaan sosial,
untuk memberikan konsepsi dalam menafsirkan realitas sosial.
Paradigma merupakan konstalasi dari unsur-unsur yang bersifat metafisik, sistem
kepercayaan, filsafat, teori, maupun sosiologi, dalam kesatuan kesepakatan tertentu
untuk mengakui keberadaan sesuatu yang baru.

Paradigma adalah model atau sebuah pegangan untuk memandu mencapai tujuan.
Paradigma, juga merupakan pegangan bersama yaang dipakai dalam berdialog
dengaan realitas. Paradigma dapat juga disebut sebai prinsip-prinsip dasar yang akan
dijadikan acuan dalam segenap pluralitas strategi sesuai lokalitas masalah dan medan
juang.
1.

2. PERAN PARADIGMA

Dengan paradigma pergerakan, diharapkan tidak terjadi dikotomi modal gerakan di


dalam PMII, seperti perdebatan yang tidak pernah selesai antara model gerakan
jalanan dan gerakan pemikiran .
Gerakan jalanan lebih menekankan pada praksis dengan asumsi percepatan
transformasi sosial. Sedangkan model gerakan pemikiran bergerak melalui eksplorasi
teoritik, kajian-kajian, diskusi, seminar, dan pertemuan ilmiah yang lainnya, termasuk
penawaran suatu konsep kepada pihak-pihak yang memegang kebijakan, baik ekskutif,
legislatif, maupun yudikatif.
Perbedaan antara kedua model tersebut tidak hanya terlihat dalam praksis gerakan,
tetapi yang berimplikasi pada pada objek dan lahan garapan. Aapa yang dianggap
penting dan perlu oleh gerakan jalanan belum tentu dianggap penting dan perlu oleh
gerakan pemikiran dan begitu sebalikmya, walaupun pada dasarmya kedua model
tersebut merupakan satu kesatuan.
Dalam sejarahnya, gerakan mahasiswa selalu diwarnai perdebatan model jalanan
dengan intelektual-intelektual. Begitu juga sejarah gerakan PMII selalu diwarnai dengan
pertentangan yang termanifestasikan dalam gerakan politik-struktural dengan gerakan
intelektual/struktural dengan gerakan intelektual/kultural.
Semestinya kedua kekuatan model tersebut tidak perlu dipertentangkan sehingga
memperlemah gerakan PMII itu sendiri. Upaya untuk mencari prinsip dasar yang
menjadi acuan segenap model gerakan, menjadi sangat penting untuk dirumuskan.
Sehingga pluralitas setinggi apapun dalam model dan strategi gerakan, tidak menjadi
masalah, dan bahkan secara sinergis bisa saling menguatkan dan mendukung.

Letak paradigma adalah dalam menjaga pertanggungjawaban setiap pendekatan yang


dilakukan sesuai dengan lokalitas dan kecenderungan masing-masing.
1.

3. PENERAPAN

Sepanjang sejarah PMII dari Tahun 80an hingga 2010, ada 3 (tiga) Paradigma yang
telah dan sedang digunakan. Masing-masing menggantikan model paradigma
sebelumnya. Pergantian paradigma ini mutlak diperlukan sesuai perubahan dengan
konteks ruang dan waktu. Ini berbsesuaian dengan kaidah Taghoyyuril ahkami bi
taghoyyuril azminati wal amkinati. bahwa hukum itu bisa berubah sesuai dengan
perubahan waktu dan tempat. Berikut ada beberapa jenis paradigma yang disinggung
di atas:
1.

a. Paradigma Arus Balik Masyarakat Pinggiran.

Nalar gerak PMII secara teoritik mulai terbangun secara sistematis pada masa
kepengurusan Muhaimin Iskandar (Ketum) dan Rusdin M. Noor (sekjend) 1994-1997.
Untuk pertama kalinya istilah paradigma yang populer dalam bidang sosiologi
digunakan dalam PMII.
Paradigma pergerakan dirasa mampu untuk menjawab kegerahan anggota pergeraan
yang gerah dengan situasi sosial-politik nasional. Era pra reformasi di PMII menganut
paradigma Arus Balik Masyarakat Pinggiran.
Paradigma ini muncul dikarenakan restrukturisasi yang dilakukan orde baru telah
menghasilkan format poltik baru yang ciri-ciri umumnya tidak jauh berbeda dengan
negara-negara kapitalis pinggiran (peripheral capitalist state) di beberapa negara
Amerika Latin dan Asia. Ciri-ciri itu antara lain adalah.
1.

Munculnya negara sebagai agen otonom yang perannya kemudian


mengatasi masyarakat yang merupakan asal-usul eksistensinya.

2.

Menonjolnya peran dan fungsi birokrasi dan teknokrasi dallam proses


rekayasa sosial, ekonomi dan politik.

3.

Semakin terpinggirkannya sektor-sektor populer dalam masyarakattermasuk kaum intelektual.

4.

Diterapkannya model politik eksklusioner melalui jarigan-jaringan


korporatis untuk menangani berbagai kepentingan politis.

5.

Penggunaan secara efektif hegemoni idiologi untuk memperkokoh dan


melestarikan sistem politik yang ada.

Rezim Orde Baru adalah lahan subur bagi sikap perlawanan PMII terhadap negara
yang hegemonik. Sikap perlawanan itu didorong pula oleh teologi antroposentrisme
transendental yang memposisikan manusia sebagai kholifatullah fil ardh.
Hal penting lain dari paradigma ini adalah mengenai proses rekayasa sosial yang
dilakukan PMII. Rekayasa sosial yang dilakukan melalui dua pola, pertama, melalui
advokasi masyarakat, kedua, melalui Free Market Idea. Advokasi dilakukan untuk
korban-korban perubahan, bentuk gerakannya ada tiga yakni, sosialisasi wacana,
penyadaran dan pemberdayaan, serta pendampingan.
Cita-cita besar advokasi ialah sebagai bagan dari pendidikan politik masyarakat untuk
mencapai

angan-angan

terwujudnya civil

society. Kemudian

yang

diinginkan

dari Free Market Idea adalah tejadinya transaksi gagasan yang sehat dan dilakukan
oleh individu-individu yang bebas, kreatif sebagai hasil dari proses liberasi dan
independensi.
1.

b. Paradigma Kritis Transformatif

Pada periode sahabat Saiful Bahri Anshari (1997-2000) diperkenalkan paradigma Kritis
Transformatif. Pada hakikatnya, prinsip-prinsip dasar paradigma ini tidak jauh berbeda
dengan paradigma Arus Balik. Titik bedanya terletak pada kedalaman teoritik serta
pengambilan eksemplar-eksemplar teori kritis madzhab Frankfurt serta krtisisme
intelektual muslim seperti, Hasan Hanafi, Ali Asghar Enginer, Muhammad Arkoun dll.
Di lapangan terdapat konsentrasi pola yang sama dengan PMII periode sebelumnya,
gerakan PMI terkonsentrasi di aktivitas jaanan dan wacana kritis. Semangat
perlawanan terhadap negara dan dengan kapitalisme global masih mewarnai gerakan
PMII.
Kedua paradigma sebelumnya mendapat ujian berat ketika KH. Abdurrahman Wahid
(almarhum) terpilih menjadi presiden ke-4 RI pada november 1999. para aktivis PMII

dan aktivis civil society umumnya mengalami kebingungan saat Gus Dur yang menjadi
tokoh dan simbol perjuangan civil society Indonesia naik ke tampuk kekuasaan.
Aktivis pro-demokrai mengalai kebingunagan antara mendampingi Gus Dur dari jalur
ekstraparlementer, atau bersikap sebagaimana pada presiden-presiden sebelumnya.
Mendampingi atau mendukung didasari pada kenyataan bahwa masih banyak unsurunsur orba yang memusuhi preiden ke-4 ini.
Pilihan

tersebut

memunculkan

pendapat

bahwa

aktivis

pro-demokrasi

telah

menanggalkan semangat perlawanannya. Meski demikian secara rasional sikap PB.


PMII dimasa kepengurusan Nusron Wahid (2000-2002) secara tegas terbuka
mengambil tempat mendukung demokrasi dan reformai yang secara konsisten
dijalankan oleh presiden Gus Dur.
1.

c. Paradigma Menggiring Arus, berbasis realitas

Pada masa kepengurusan sahabat Heri Harianto Azumi (2006-2008) Secara massif,
paradigma gerakan PMII masih kental dengan nuansa perlawanan frontal baik baik
terhadap negara maupun terhadap kekuatan kapitalis internasional. Sehingga ruang
taktis-strategis dalam kerangka cita-cita gerakan yang berorientasi jangka panjang
justru tidak memperoleh tempat. Aktifis-aktifis PMII masih mudah terjebak larut dalam
persoalan temporal-spasial, sehingga perkembangan internasional yang sangat
berpengaruh terhadap arah perkembangan Indonesia sendiri sulit dibaca. Dalam
kalimat lain, dengan energi yang belum seberapa, aktifis PMII sering larut pada impian
membendung dominasi negara dan ekspansi neoliberal saat ini juga. Efek besarnya,
upaya strategis untuk mengakumulasikan kekuatan justru masih sedikit dilakukan.
Celakanya, konsep-konsep yang dipakai di kalangan akademis kita hampir seluruhnya
beraroma liberalisme. Sehingga di tingkat intelktualpun tidak ada kemungkinan untuk
meloloskan diri dari arus liberalisme.
Dengan kata lain dalam upaya melawaan neoliberalisme banyak gerakan terperangkap
dalam knsep-konsep Liberalsme, Demokrasi, HAM, Civil Society, Sipil vs Militer,
Federalisme dll yang dipahai sebagai agenda substansial padahal dalam lapangan
politik dan ekonomi, kesemuanya nyaris menjadi mainan negara-negara neoliberal.

Persoalan sulitnya membangun paradigma berbasis realitas paralel dengan kesulitan


membuat agenda nasional yang berangkat dari kenyataan Indonesia. Konsekuensi
yang harus diambil dari penyusuan paradigma semacam ini adalah, untuk sementara
waktu organisasi akan tersisih dari gerakan mainstream. Bagaimanapun untuk
meembangun gerakan kita harus mendahulukan kenyataan dari pada logos.
Tulisan ini disampaikan di acara Pelatihan Kader Dasar PC. PMII Kebumen

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penulisan makalah ini sebagai jawaban argumentatif dari sebuah kasus di unit gawat
darurat rumah sakit jiwa dengan permasalahan pasien yang mencederai diri sendiri
dengan menyilet nadinya, dimana pasien tidak mau ditinggalkan oleh keluarganya pada
saat dilakukan pelayanan kesehatan di unit gawat darurat demikian juga keluarga
meminta kepada perawat agar bisa menemani pasien karena kawatir pasien tidak bisa
tenang, sedangkan dokter unit gawat darurat meminta perawat untuk membawa
keluarga ke luar ruangan. Pada kondisi ini perawat dihadapkan pada dua pilihan
mengikuti dokter atau keinginan pasien dan keluarga.
Pengalaman di ruang unit gawat darurat merupakan pengalaman baru bagi klien, ini
menuntut penyesuaian bagi klien secara psikologis. Di ruang unit gawat darurat orang
yang dekat bagi klien adalah keluarganya, keluarga bisa memberikan ketenangan bagi
klien dan mengurangi rasa keterasingan dalam proses adaptasi di ruang unit gawat
darurat rumah sakit jiwa. Sesuai dengan konsep teori adaptasi Calista Roy bahwa
sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses
kontrol dan umpan balik serta output. Input pada manusia sebagai suatu sistem
adaptasi adalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam
diri individu itu sendiri. Dalam proses adaptasi bagi klien kedekatan dengan keluarga
akan menambah ketenangan, kekuatan, dan kenyamanan yang pada akhirnya akan
mengurangi kegelisahan dan membantu proses percepatan penyembuhan klien dalam
masa perawatan.
Menyikapi fenomena yang terjadi pada pasien dan keluarganya yang meminta
menunggui di dalam ruangan ini kami bersikap bahwa keluarga pasien boleh menunggu

di dalam ruangan sesuai dengan teori keperawatan humanistik (Humanistic Nursing


Theory) oleh Paterson and Zderat dalam Elisasiregar (2012) bahwa manusia dipandang
dari kerangka kerja eksistensial melalui pilihan-pilihan. Manusia sebagai individu yang
penting berhubungan dengan orang lain di dalam waktu dan jarak. Manusia
dikarakterkan sebagai orang yang mampu, terbuka terhadap pilihan, mempuyai nilai,
dan manifestasi unik terhadap mereka yang dulu sekarang dan masa depan. Disini
pasien boleh memilih apa yang akan dilakukan untuk dirinya, demi perbaikan masa
depannya, walaupun keadaan semacam ini kurang sesuai dengan penerapan standar
operating prosedur di rumah sakit jika pada saat melakukan tindakan.

1.2 Perumusan Masalah


Bagaimana sikap perawat dalam menghadapi klien yang meminta ditunggu
keluarganya di unit gawat darurat sesuai dengan paradigma keperawatan?

1.3 Tujuan
1

Memahami paradigam keperawatan

Penerapan paradigma keperawatan dalam menangani kasus

1.4 Manfaat
Memberikan pegangan kepada perawat dalam menghadapi kasus dengan mengacu
pada paradigma keperawatan.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1

Pengertian Paradigma dan Paradigma Keperawatan

Paradigma adalah suatu cara dalam mempersepsikan atau memandang sesuatu.


Paradigma menjelaskan sesuatu dalam memahami suatu tingkah laku. Paradigma
memberikan dasar dalam melihat, memandang, memberi makna, menyikapi dan
memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan.
Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang profesional, yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
dengan bentuk pelayanan mencakup biopsikososio-spiritual yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit dalam siklus
kehidupan manusia.
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita
melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap
fenomena yang ada dalam keperawatan .

2.2

Komponen Paradigma Keperawatan

Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu faktor
yang mempengaruhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga
keperawatan berada ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama
dan terlama dengan klien, yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka
perawat perlu mengetahui dan memahami tentang paradigma keperawatan, peran,
fungsi dan tanggung jawab sebagai perawat profesional agar dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang optimal dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan secara individual dari segi bio,
psiko, sosial, spiritual dan kultural.
Paradigma memiliki fungsi antara lain:
1.

Menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi


profesi keperawatan sebagai aspek pendidikan dan pelayanan keperawatan,
praktik dan organisasi profesi.

2.

Membantu

individu

dan

masyarakat

untuk

memahami

dunia

keperawatan kita dan membantu kita untuk memahami setiap fenomena


yang terjadi disekitar kita.
Dalam keperawatan ada empat komponen yang merupakan pola dasar dari teori teori
keperawatan atau paradigma keperawatan. Empat komponen tersebut meliputi:
manusia, keperawatan, lingkungan, dan kesehatan.
1.

1.

Konsep Manusia

Manusia adalah makhluk bio psiko sosial dan spiritual yang utuh, dalam arti
merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena
mempunyai berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya
Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap dengan
lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan keadaan
internalnya (homeoatatis).

Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu beradaptasi
dan

merupakan

kesatuan

sistem

yang

saling

berinteraksi,

interelasi

dan

interdependensi.
Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia sebagai sistem
terbuka, sistem adaptif , personal dan interpersonal yang secara umum dapat dikatakan
holistik atau utuh.
Sebagai sistem terbuka , manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual
sehingga perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya. Sebagai sistem adaptif manusia akan merespon terhadap
perubahan lingkungannya dan akan menunjukan respon yang adaptif maupun respon
maladaptif. Respon adaptif akan terjadi apabila manusia tersebut mempunyai
mekanisme koping yang baik menghadapi perubahan lingkungannya, tetapi apabila
kemampuannya untuk merespon perubahan lingkungan yang terjadi rendah maka
manusia akan menunjukan prilaku yang maladaptif .
Manusia atau klien dapat diartikan sebagai individu, keluarga ataupun masyarakat yang
menerima asuhan keperawatan. Keluarga merupakan sekelompok individu yang
berhubungan erat secara teru menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun bersama-sama, di dalam lingkungan sendiri atau masyarakat
secara keseluruhan. Beberapa alasan keluarga sebagai focus dalam pelayanan
keperawatan diantaranya adalah keluarga merupaka suatu kelompok yang dapat
menimbulkan, mencegah memperbaiki, mengabaikan masalah dalam kelompoknya
sendiri serta merupaka perantara yang efektif dalam melakukan upaya kesehatan.
(Baylon Maglaya, 1974)
Peran perawat pada individu sebagai klien adalah memenuhi kebutuhan dasarnya
mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena adanya kelemahan
fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju kemandirian
pasien.

Peran

perawat

dalam

membantu

keluarga

meningkatkan

kemampuan

untuk

menyelesaikan masalah kesehatan adalah perawat sebagai pendeteksi adanya


masalah kesehatan, memberi asuhan kepada anggota keluarga yang sakit, koordinator
pelayanan kesehatan keluarga, fasilitator, pendidik dan penasehat keluarga dalam
masalah masalah kesehatan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga perawat perlu memperhatikan
sifat sifat keluarga yaitu keluarga mempunyai reaksi dan cara yang unik dalam
menghadapi masalahnya, pola komunikasi yang dianut, cara pengambilan keputusan,
sikap, nilai, cita cita keluarga dan gaya hidup keluarga yang berbeda beda. Individu
dalam keluarga mempunyai siklus tumbuh kembang .
Pelayanan kesehatan pada masyarakat ini dapat berbentuk pelayanan kepada
masyarakat umum dan kelompok kelompok masyarakat tertentu (balita dan lansia).
1.

2.

Konsep Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral


pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial, spiritual dan
kultural secara komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat
sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia.
Asuhan keperawatan diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurang kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan sehari hari secara mandiri. Sebagai suatu profesi,
keperawatan memiliki falsafah yang bertujuan mengarahkan kegiatan keperawatan
yang dilakukan.
Dalam hal ini, pertama, keperawatan menganut pandangan yang holistik terhadap
manusia yaitu Ketuhanan Manusia sebagai makhluk bio psiko sosial spiritual dan
kultural. Kedua, kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik dalam
arti menghargai dan menghormati martabat manusia memberi perhatian kepada klien
serta menjunjung tinggi keadilan bagi semua manusia. Ketiga, keperawatan bersifat

universal dalam arti tidak dibedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etnik,
agama, aliran politik dan status ekonomi sosial. Keempat, keperawatan adalah bagian
integral dari pelayanan kesehatan serta kelima, bahwa keperawatan menganggap klien
sebagai partner aktif dalam arti perawat selalu bekerjasama dengan klien dalam
memberikan asuhan keperawatan.
1.

3.

Konsep kesehatan

Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan
perubahan perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk memepertahankan
keadaan kesehatannya. Adapun faktor lingkungan internal yang mempengaruhi adalah
psikologis, dimensi intelektual dan spiritual dan proses penyakit. Faktor faktor
lingkungan eksternal adalah faktor faktor yang berada diluar individu yang mungkin
mempengaruhi kesehatan antara lain variabel lingkungan fisik, hubungan sosial dan
ekonomi.
Salah satu ukuran yang dipakai untuk mengukur tingkat atau status kesehatan adalah
rentang sehat sakit. Rentang sehat sakit merupakan skala hipotesa yang berjenjang
untuk mengukur keadaan seseorang. Tingkat sehat seseorang berada pada skala yang
bersifat dinamis, individualis, dan tergantung pada faktor faktor yang mempengaruhi
kesehatan. Menurut model ini, keadaaan sehat selalu berubah secara konstan, dimana
rentang sehat sakit berada diantara dua kutub yaitu sehat optimal dan kematian.
Apabila status kesehatan kita bergerak kearah kematian kita berada dalam area sakit
(illness area), tetapi apabila status kesehatan kita bergerak ke arah sehat maka kita
berada dalam area sehat (wellness area).
1.

4.

Konsep Lingkungan

Lingkungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daerah ( kawasan dsb)
yang termasuk didalamnya. Lingkungan adalah faktor eksternal yang berpengaruh
terhadap perkembangan menusia dan mencakup antara lain lingkungan sosial, status
ekonomi

dan

kesehatan.

Fokus

ingkungan

yaitu

sosial,budaya dan spiritual. Lingkungan dibagi 2 yaitu

lingkungan

fisik,

psikologi,

a. Lingkungan dalam terdiri dari:


Lingkungan fisik (physical enviroment)
Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan
udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang
selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia berada didalam ruangan harus bebas
dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara
bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa
sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Luas,
tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan memberikan keleluasaan pasien
untuk beraktifitas. Tempat tidur harus mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari
kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa
supaya mendapat ventilasi.
Lingkungan psikologi (psychologi enviroment)
Florence

Nightingale

melihat

bahwa

kondisi

lingkungan

yang

negatif

dapat

menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena
itu ditekankan kepada pasien menjaga rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar
matahari, makanan yang menarik dan aktivitas manual dapat merangsanag semua
faktor untuk membantu pasien dalam mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan
pasien dipandang dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi
jangan dilakukan secara terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien
yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan pasien dan
kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien.
Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan
tentang kondisi penyakitnya. Selain itu membicarkan kondisi-kondisi lingkungna dimana
dia berada atau cerita hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik
dapat memberikan rasa nyaman.
Lingkungan sosial (social environment)

Observasi dari lingkungan sosial terutama huhbungan yang spesifik, kumpulan datadata yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk
pencegahan penyakit. Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan
kemampuan observasi dalam hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari
sekedar data-data yang ditunjukkan pasien pada umumnya. Seperti juga hubungan
komuniti dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna
individu paien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi
lingkungan rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang
berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.
b. Lingkungan luar ( kultur, adat, struktur masyarakat, status sosial, udara, suara,
pendidikan, pekerjaan dan sosial ekonomi budaya )
Lingkungan dengan kesehatan sangat berpengaruh karena dengan cara terapi
lingkungan dapat membantu perawat dalam menjaga pola pertahanan tubuh terhadap
penyakit untuk meningkatkan pola interaksi yang sehat dengan klien. Lingkungan
dengan timbulnya penyakit yaitu apabila lingkungan kita kotor dan tidak bersih maka
akan berpotensi sekali untuk terciptanya banyak penyakit penyakit.

2.3 Hubungan Keempat Komponen Paradigma Keperawatan


Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan dimana apabila
lingkungan itu kotor maka kesehatan manusia akan terganggu sehingga manusia perlu
merawat dirinya atau membutuhkan perawatan dari orang lain. Keperawatan dengan
lingkungan juga sangat berpengaruh dimana jika seseorang sedang rehabilitasi maka
akan memerlukan lingkungan yang bersih.

2.4 Pendapat Para Ahli Mengenai Paradigma Keperawatan

1.

1.

Paradigma Keperawatan menurut Betty Neuman (System

Model)
Manusia :
Fokus model Neuman ini didasarkan pada philosophy bahwa manusia dipandang
secara total sebagai suatu sistem yang multidimensional.
5 variabel subsistem manusia adalah :
1)

Fisiologi : merupakan struktur fisik dan biokimia serta fungsi tubuh manuasia

2)

Psikologis : adalah proses mental dan emosional manusia

3)

Sosio kultural : hubungan antara manusia, culture yang mendasari dan

mempengaruhi aktivitas manusia


4)

Spiritual : kepercayaan

5)

Perkembangan : segala

sesuatu proses yang

berhubungan dengan

perkembangan manusia sepanjang siklus kehidupannya


Lingkungan :
Betty Neuman berpendapat bahwa lingkungan harus dilihat secara total. Lingkungan
adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik lingkungan internal maupun
eksternal, dimana di dalamnya manusia akan berinteraksi setiap saat. Interaksi
manusia

meliputi

intrapersonal,

interpersonal

mempengaruhi stabilitasnya sebagai suatu sistem.


Neuman mengidentifikasi 3 jenis lingkungan :

dan

ekstrapersonal

yang

dapat

Lingkungan internal : adalah yang terdapat di dalam diri masingmasnig individu

Lingkungan eksternal : segala sesuatu yang berada di lluar diri individu

Created environment (lingkungan yang diciptakan ) diartikan sebagai


lingkungan yang terbentuk dan berkembang tanpa disadari oleh klien dan
merupak simbol sistem secara keseluruhan
Kesehatan :
Neuman melihat bahwa kesehatan merupakan suatu kondisi dimana terdapat
keserasian pada seluruh maupun sebagian variabel dalam diri klien. Menurutnya,
sistem klien akan bergeser ke arah sakit dan kematian ketika banyak energi yang
dibutuhkan tidak terpenuhi, sedangkan sistem akan begeser ke arah kesehatan apabila
energi yang dibutuhkan terpenuhi (Neuman, 1995).
Keperawatan :
Neuman

memandang

keperawatan

sebagai

suatu

profesi

yang

unik

yang

konsentrasi/perhatiannya adalah terhadap semua variabel dalam diri klien disertai


respon individu saat menghadapi suatu stressor.
Keperawatan didefenisikan sebagai suatu tindakan untuk membantu individu, keluarga
dan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (tercapainya stabilitas
sistem individu untuk menurunkan stressor melalui serangkaian tindakan keperawatan).

1.

2.

Paradigma

Keperawatan

(Behavioral System Model)


Manusia :

menurut

Dorothy

Johnson

Johnson berpendapat bahwa manusia memiliki dua sistem mayor yaitu sistem biologis
dan sistem behavior. Pengobatan merupakan fokus untuk biologis sistem, sedangkan
fokus keperawatan adalah behavioral system(sistem perilaku).
Lingkungan :
Lingkungan berhubungan dengan dimana individu berada, dimana perilaku individu
dipengaruhi oleh hal-hal yang terjadi dilingkungannya.
Kesehatan :
Merupakan suatu keadaan dimana tercapai suatu respon yang adaptif secara fisik,
mental, emosional dan sosial dari internal dan eksternal stimulus yang mencapai
stabilitas dan kenyamanan.
Keperawatan :
Tujuan primer keperawatan adalah mempercepat tercapainya keadaan equilibrium dan
perawat harus berkosentrasi pada semua kebutuhan klien secara terintegrasi, namun
fokus utamanya adalah mempertahankan keseimbangan sistem perilaku ketika dalam
keadaan sakit.

1.

3.

Paradigma Keperawatan menurut Dorothea Orem (Self-

Care Deficit Theory of Nursing)


Manusia :
Orem memandang manusia secara total dan bersifat universal, dimana mereka
membutuhkan perkembangan dan kemampuan perawatan diri sendiri secara
berkelanjutan. Manusia merupakan suatu kesatuan dari fungsi biologi, simbolik dan
sosial.

Lingkungan :
Lingkungan meliputi elemen lingkungan, kondisi lingkungan serta perkembangan
lingkungan.
Keperawatan :
Menurut Orem, keperawatan adalah suatu seni, pelayanan/bantuan dan teknologi.
Tujuan dari keperawatan adalah membuat pasien dan keluarganya mampu melakukan
perawatan sendiri, diantaranya mempertahankan kesehatan, mencapai kondisi normal
ketika terjadi kecelakaan atau bahaya, serta mengontrol, menstabilisasi dan
meminimalisasi efek dari pnyakit/kondisi yang kronis atau kondisi ketidakmampuan.
Kesehatan :
Sehat adalah suatu kondisi ketika keseluruhan struktur dan fungsi saling terintegrasi
dengan baik. Hal ini memungkinkan manusia mampu menghubungkan berbagai macam
mekanisme secara psikologis, fisiologis serta melakukan interaksi dengan orang lain.

1.

4.

Paradigma

Keperawatan

menurut

Sister

Calista

Roy (Adaption Model)


Manusia :
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem
adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang
mempunyai input, control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah
mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik
manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan
regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi
fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi.

Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang
hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan
lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah
karakteristik sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling
berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional
untuk beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan
istilah input, proses control dan umpan balik serta output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima masukan
dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau stimulus
termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan.
Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat adaptasi dan
mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha
yang biasanya dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang
telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan
kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor
cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.
Lingkungan Stimulus :
Roy membedakan 3 jenis lingkungan, yaitu :
1.

Fokal : mencakup lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi


manusia

2.

Kontekstual : adalah semua stimulus pada setiap situasi yang


berkontribusi memberikan pengaruh terhadap lingkungan fokal.

3.

Residual : adalah faktor yang efeknya tidak jelas dalam suatu kondisi.
Menurut Roy, semua kondisi lingkungan tersebut akan mempengaruhi
perkembangan dan perilaku manusia
Kesehatan :

Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia
secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia
menyatakan secara tidak langsung bahwa kkesehatan atau kondisi tidak terganggu
mengacu kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan
potensi manusia. Jadi Integritas adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada
integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi
termasuk

penekanan

pada

kondisi

sehat

sejahtera.

Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep


adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan
manusia berespon terhadap stimulus yang lain. Pembebasan energi ini dapat
meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan. Hal ini adalah pembebasan
energi yang menghubungkan konsep adaptasi dan kesehatan.
Adaptasi

adalah

komponen

pusat

dalam

model

keperawatan.

Didalamnya

menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik


proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi
termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu
meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan
lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan
pperubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yan gmembutuhkan sebuah
respon. Perubahan perubahan itu adalah stressor atau stimulus fokal dan ditengahi
oleh factor-faktor konstektual dan residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan
interaksi yang biasanya disebut stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang
merangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah
kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup,
pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini
adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan
penurunan respon-respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi,
sehingga dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak

yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem
adaptif. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada
keadaan sejahtera atau sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai suatu fungsi dari
stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.
Keperawatan :
Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai
ilmu, keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan menghubungkan proses
yang secara positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek,
keperawatan menggunakan pendekatan pengetahuan untukmenyediakan pelayanan
pada orang-orang. Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da
praktek dari peningkatan adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk
mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu
dan kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi
keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan
praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model
tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan yang
berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus internal
dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa atau
koping mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping
yang

tidak

efektif,

manusia

memerlukan

seorang

perawat.

Ini

tidak

harus,

bagaimanapun diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa aktivitas keperawatan tidak


hanya diberikan ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui, pendekatan holistic
keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat
fungsi

yang

lebih

tinggi.

Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.
Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi
peningkatan adaptasi dalam tiap empat cara adaptasi yaitu : (1) fungsi fisiologis; (2)

konsep diri; (3) fungsi peran dan (4) interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan
integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan
kematian dengan damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam
suatu area dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut berada
pada area tersebut dimana manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau
respon efektif. Adaptasi membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan
memnugkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat
mencapai peningkatan penyembuhan dan kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi
sangat ditekankan pada konsep ini.
Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan yang
digunakan pada proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan ,
tujuan, intervensi dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan menetapkan data apa
yang dikumpulkan, bagaimana mengidentifikasi masalah dan tujuan utama. Pendekatan
apa yang dipakai dan bagaiman mengevaluasi efektifitas proses keperawatan.
Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan.
Proses pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses
pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian Tingkat pertama mengumpulkan
data tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data
tersebut dikumpulkan dari data observasi penilaian respond an komuniokasi dengan
individu. Dari data tersebut perawat membuat keputusan sementara tentang apakah
perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah
mengumpulkan data tentang fokal, konstektual dan residual stimuli. Selama tingkat
pengkajian ini perawat mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang
diobservasi pada pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting untuk
menetapkan faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku.

1.

5.

Paradigma

Keperawatan

menurut

Imogene

King

(Interacting System Framework and Middle Range Theory of Goal


Attainment)
Manusia :
Menurut King, manusia merupakan makhluk sosial yang rasional dan selalu ingin tahu.
Manusia memiliki kemampuan untuk berfikir, berpersepsi, perasaan, memilih dan
menetapkan tujuan, serta membuat keputusan.
Karena itu, manusia memiliki 3 kebutuhan dasar :
1.

Manusia membutuhkan informasi kesehatan yang dapat digunakannya

2.

Manusia membutuhkan pencegahan terhadap sakit

3.

Manusia membutuhkan perawatan saat ia mengalami sakit


Lingkungan :
Lingkungan merupakan latarbelakang interaksi manusia, terdiri atas :

1.

Lingkungan Internal : didalamnya terdapat transformasi energi yang


akan memungkinkan manusia untuk mengatur perubahan lingkungan
eksternal

2.

Lingkungan Eksternal : meliputi organisasi formal dan informal.


Keperawatan merupakan bagian dari lingkungan klien.
Kesehatan :
Menurut King, kesehatan adalah suatu pengalaman dinamis pada kehidupan manusia,
dimana hal tersebut merupakan penyesuaian terhadap adanya stressor lingkungan baik
internal maupun eksternal dengan menggunakan sumber-sumber optimum sehingga
dicapai potensi yang maksimum dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.
Keperawatan :

Keperawatan didefenisikan sebagai proses aksi, reaksi dan interaksi antara perawat
dan klien yang saling tukar menukar informasi tentang persepsi keduanya dan kondisi
keperawtan. Proses interaksi perawat-klien melibatkan komunikasi, menentukan tujuan,
eksplorasi dan menyetujui makna dari tujuan.
1.

Aksi : didefenisikan sebagai perilaku mental dan phisic

2.

Reaksi : perilaku tidak spesifik, tapi bergantung pada perilaku aksi

3.

Tujuan keperawatan : membantu individu untuk mempertahankan


kesehatan agar perannya dapat berfungsi.

1.

6.

Paradigma Keperawatan menurut Myra Estrin Levine (The

Conservation Model)
Manusia

Individu terus mempertahankan keutuhan mereka dalam interaksi


konstan dengan lingkungan mereka dan memilih, yang paling ekonomis
hemat, energi-sparing pilihan yang tersedia untuk menjaga integritas
mereka.

Individu menjadi sentinent yang holistik, berpikir, berorientasi masa


depan dan masa lalu-sadar.

Seorang

holistik

yang

memiliki

batas-batas

yang

terbuka

dan

beradaptasi dengan lingkungan.

Individu adalah holistik

Sebuah makhluk sosial terpadu

Whole tidak hanya dalam aspek fisik tetapi juga berkaitan dengan
aspek psychosocio-budaya dan spiritual

Individu adalahsebuah identitas dan layak.

Individu adalah unik dalam persatuan dan kesatuan, merasa, percaya,


berpikir dan seluruh sistem dari sistem.

Kesehatan

Kesehatan menjadi Whole bukan hanya bebas dari penyakit atau


penyakit.

Ditentukan oleh kemampuan untuk berfungsi secara cukup normal

Hal ini secara kultural ditentukan dan dipengaruhi oleh etos dan
keyakinan.

Kesehatan adalah keutuhan dan keberhasilan adaptasi.

Bukan hanya menyembuhkan bagian menderita, itu adalah kembali ke


kegiatan sehari-hari, kemandirian dan kemampuan untuk sekali lagi menjadi
individu, mempunyai hubungan tanpa kendala.

Kesehatan dapat ditentukan secara sosial (melalui interaksi mereka


dengan orang lain yang signifikan). Kegagalan dalam melakukannya adalah
skenario negatif.
Lingkungan

Lingkungan adalah tempat orang tersebut terus-menerus dan secara


aktif terlibat.

Lingkungan adalah di mana kita menjalani hidup kita.

Lingkungan terdiri dari semua pengalaman dari individu-individu.

Ini berkaitan dengan lingkungan internal (fisiologis) dan eksternal


(persepsi, operasional, dan konseptual).
Keperawatan

Keperawatan

adalah

interaksi

manusia

yang

dirancang

untuk

mempromosikan keutuhan melalui adaptasi

Asuhan keperawatan adalah baik mendukung dan terapi (untuk


mencapai tingkat maksimum adaptasi).

Promosi keperawatan konservasi melalui penggunaan empat prinsip


konservasi.

Keperawatan menyadari bahwa setiap individu membutuhkan cluster


yang unik dan terpisah dari aktivitas.

Integritas individu adalah perhatian taat dan itu adalah tanggung


jawab perawat untuk membantu dia untuk membela dan mencari relization
nya.

Daerah utama perhatian bagi perawat dalam pemeliharaan keutuhan


seseorang.

1.

7.

Paradigma

Keperawatan

menurut

Martha

Rogers

(Unitary Human Being)


Manusia
Manusia merupakan satu kesatuan yang utuh dan memiliki sifat dan karakter yang
berbeda-beda. Proses kehidupan manusia dinamis selalu berinteraksi dengan
lingkungan, saling mempengaruhi dan dipengaruhi atau sebagai system terbuka.
Rogers juga mengkonsepkan manusia sebagai unit yang mampu berpartisipasi secara
kreatif dalam perubahan.
Keperawatan
Rogers menyatakan bahwa ilmu keperawatan adalah Unitary Human Being, yaitu
manusia sebagai unit. Dia mengartikan bahwa tidak ada ilmu lain yang mempelajari
manusia secara keseluruhan atau utuh. Rogers menjelaskan keperawatan sebagai
profesi yang menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni. Keperawatan adalah
ilmu pengetahuan humanistik yang didedikasikan untuk menghibur agar dapat menjaga
dan memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit, dan merawat serta merehabilitasi
seseorang yang sakit dan cacat. Praktek professional keperawatan bersifat kreatif,
imajinatif, eksis untuk melayani orang, hal tersebut berakar dalam keputusan
intelektual, pengetahuan abstrak dan perasaan mahkluk.

Kesehatan
Istilah kesehatan digunakan sebagai terminologi nilai yang ditentukan oleh budaya atau
individu. Kesehatan dan

penyakit merupakan manifestasi pola

dan diangap

menunjukkan pola perilaku yang nilainya tinggi dan rendah. Rogers memandang
konsep

sehat-sakit

sebagai

suatu

ekspresi

dari

interaksi

manusia

dengan

lingkungannya dalam proses yang mendasar .


Lingkungan,
Lingkungan sebagai empat bangunan energi yang tidak dapat direduksi yang
diidentifikasi dengan pola dan manifestasi karakteristik yang spesifik. Lingkungan
mencakup segala sesuatu yang berada diluar yang diberikan oleh bangunan manusia.

1.

8.

Paradigma

Keperawatan

menurut Paterson

and

Zderad: Teori Keperawatan Humanistik (Humanistic Nursing Theory)


Manusia dipandang dari kerangka kerja eksistensial melalui pilihan-pilihan. Manusia
sebagai individu yang penting berhubungan dengan orang lain di dalam waktu dan
jarak. Manusia dikarakterkan sebagai orang yang mampu, terbuka terhadap pilihan,
mempuyai nilai, dan manifestasi unik terhadap mereka yang dulu sekarang dan masa
depan. Aplikasi dalam dunia keperawatan adalah jelas bahwa manusia memerlukan
informasi.Mereka

membutuhkan

pilihan.Individu

dan

kelompok

membutuhkan

kesempatan untuk membuat pilihan mereka sendiri.


Kesehatan
Kesehatan adalah komponen penting dari seseorang, sebagai kualitas dari kehidupan
dan kematian.Hal ini bisa disebut sebagai lebih dari tidak adanya penyakit. Kesehatan
adalah sebagai pengalaman di dalam proses kehidupan. Kesehatan bisa ditemukan
pada kemauan seseorang untuk terbuka kepada pengalaman kehidupan mereka

terhadap fisik, sosial, spiritual, kognitif atau keadaan emosi mereka.Implikasi terhadap
praktek keperawatan membuka jarak yang luas untuk definisi kesehatan.Kategori
diagnosa bermanfaat hanya jika setuju terhadap orang atau mereka yang ditunjuk.
Hubungan bahwa perawatan mempunyai hubungan dengan orang yang menerima
perawatan adalah kritikal, bahkan lebih penting adalah kebutuhan akan penghargaan
terhadap hubungan yang eksis dalam kehidupan sehari-hari.
Keperawatan
Keperawatan adalah respon manusia terhadap satu orang kepada yang lain dalam
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuannya untuk mendapatkan kesehatan.
Keperawatan juga adalah mengenai bentuk individu yang unik dan berfokus pada
seluruh bagian. Pada saat seseorang sakit dan tubuh juga mengalami perubahan, ini
akan mempengaruhi dunia seseorang dan pengalaman mereka. Pandangan klien
tentang dunia adalah hal yang penting dalam keperawatan.Paterson dan Zderad
mengatakan keperawatan menunjukkan sebuah pertemuan spesial dari setiapmanusia.
Keperawatan terlihat seperti campuran yang unik antara teori dan metodologi.Teori bisa
diartikulasikan

dari

kerangka

kerja

terbuka

yang

didapatkan

dari

situasi

manusia.Kerangka kerja ini digunakan untuk memberikan dimensi kemungkinan dari


keperawatan

humanistic

manusia.Teori

tidak

bisa

eksis

tanpa

praktek

keperawatan.Mereka menyebut praktek keperawatan adalah metodologi, yang


mengatakan bahwa keperawatan sebagai campuran yang unik antara seni dan
ilmu.Seni keperawatan diwujudkan dari interaksi antara perawat dan klien.Keperawatan
sebagai seni yang sanggup untuk menggunakan teori-teori diantara konteks kehidupan
sebagai perjuangan seseorang untuk mencapai sesuatu yang mereka inginkan.
1.

9.

Paradigma menurut Hidegard E. Pepelau (keperawatan

psikodinamik)
Keperawatan

Keperawatan didefinisikan oleh Peplau sebagai sebuah proses yang signifikan, bersifat
terapeutik, dan interpersonal. Keperawatan merupakan instrument edukatif, kekuatan
yang mendewasakan dan menborong kepribadian seseorang dalam arah yang kreatif,
konstruktif, produktif, personal, dan kehidupan komunitas. Profesi keperawatan memiliki
tanggung jawab legaldi dalaam pemanfaatan keperawatan secara vefektif berikut
segala konsekuensinya bagi klien.
Individu
Individu menurut eplau adalah organisme yang mempunyai kemampuan untuk
berusaha mengurangi ketegangan yang ditimbulkan oleh kebutuhan.
Kesehatan
Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah symbol yang menyatakan secara
tidak langsung perkembangan progresif dari kepribadian dan proses kemanusiaan yang
terus menerus mengarah pada keadaan kreatif, konstruktif, produktif di dalam
kehidupan pribadi ataupun komunitas.
Lingkungan
Meskipun Peplau tidak secara langsung menyebutkan lingkungan sebagai salah satu
konsep utama dalam perawatan, ia mendorong perawat untuk memperhatikan
kebudayaan da adat istiadat klien saat klien harus membiasakan diri dengan rutinitas
rumah sakit.

2.5 Penerapan Paradigma Keperawatan Dalam Praktek Keperawatan


Sebagai suatu profesi yang berbeda dengan profesi lain, keperawatan haruslah
memiliki suatu cara pandang yang berbeda dalam menyikapi setiap permasalahan yang

ada dalam profesinya. Dalam memberikan asuhan keperawatan yang merupakan


bentuk pelayanan profesional keperawatan, hendaknya perawat harus memperhatikan
seluruh aspek yang termasuk dalam paradigma keperawatan, yaitu manusia sebagai
makhluk holistik dan unik dengan segala macam kebutuhannya, lingkungan internal
mapun eksternal yang didalamnya terdapat stressor-stressor yang akan mempengaruhi
kondisi sehat dan sakitnya manusia. Sehingga keperawatan harus berperan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan membantu manusia berada dalam rentang
kesehatan yang optimal.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara holistik, perawat juga hendak nya
mengaplikasikan paradigma keperawatan yang tepat yang telah dikemukakan oleh para
ahli disesuaikan dengan kondisi pasien, sehingga tujuan asuhan keperawatan akan
tercapai. Sebagai contoh dalam memberikan asuhan keperawatan di ruang rawat inap,
perawat menggunakan paradigma yang dikemukakan oleh Orem dimana perawat
membagi

pasien

berdasarkan

tingkat

kemandirian

keperawatan dapat berjalan dengan maksimal dan efisien.

BAB III
PEMBAHASAN

pasien,

sehingga

asuhan

3.1 Kasus
Seorang pasien datang ke unit gawat darurat dibawa oleh keluarga dengan alasan telah
mencederai diri sendiri dengan cara menyilet nadinya. Perawat kemudian meminta agar
keluarga menunggu di luarnamun pasien berteriak-teriak agar keluarganya tidak
meninggalkannya sendiri di ruangan tersebut. Keluarga meminta kepada perawat agar
bisa menemani pasien karena kawatir pasien tidak bisa tenang. Dokter meminta
saudara untuk membawa keluarga keluar dari ruangan. Jika saudara menjadi
perawatnya pada saat itu apa yang akan saudara lakukan?

3.2 Penerapan paradigama dalam penyelesaian kasus


Sebagai perawat dalam menyikapi kasus diatas, akan memilih untuk memperbolehkan
keluarga menunggui di dekat pasien agar pasien merasa nyaman dan aman dengan
catatan keluarga bisa kooperatif dengan semua penatalaksanaan yang akan dilakukan
pada pasien.
Keluarga pasien diperbolehkan untuk menunggui di dekat pasien didasarkan pada
paradigma keperawatan yang meliputi:
1.

1.

Manusia

Pasien dan keluarga adalah manusia. Menurut Teori keperawatan humanistik oleh
Paterson and Zderad, manusia sebagai individu dikarakterkan sebagai orang yang
mampu, terbuka terhadap pilihan, mempuyai nilai, dan manifestasi unik terhadap
mereka yang dulu sekarang dan masa depan. Sehingga kita sebagai perawat harus
menghargai keinginan pasien dan keluarga selama hal tersebut tidak membahayakan
pasien.

Pasien

dan

keluarga

membutuhkan

pilihan.

Individu

membutuhkan kesempatan untuk membuat pilihan mereka sendiri.

dan

kelompok

Sesuai dengan konsep teori adaptasi Calista Roy bahwa sebagai suatu sistem manusia
juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses kontrol dan umpan balik serta
output. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Dalam
proses adaptasi bagi klien kedekatan dengan keluarga akan menambah ketenangan,
kekuatan, dan kenyamanan yang pada akhirnya akan mengurangi kegelisahan dan
membantu proses percepatan penyembuhan klien dalam masa perawatan. Jadi
sebagai perawat seharusnya tidak mempermasalahkan jika pasien ingin selalu
ditunggui keluarga di ruang rawat manapun dengan beberapa catatan:
1.

Keluarga bersedia kooperatif dengan segala penatalaksanaan pada


pasien.

2.

Keluarga tidak melakukan tindakan yang membahayakan keselamatan


pasien.
Menurut

Myra

Estrin

Levine

(The

Conservation

Model),manusia

dipandang

secara whole yaitu tidak hanya dalam aspek fisik tetapi juga berkaitan dengan aspek
psychosocio-budaya dan spiritual. Tidak selalu aspek fisik saja yang diperhatikan pada
pasien yang melakukan percobaan bunuh diri dengan menyilet nadinya, tetapi kondisi
psikologis pasien juga sama pentingnya. Pasien yang melakukan percobaan bunuh diri
mengalami kondisi tekanan psikologis , sehingga dengan menghadirkan keluarga di
dekat pasien diharapkan tidak menambah tekan psikologis pasien.
1.

2.

Keperawatan

Martha E. Rogers menyatakan bahwa ilmu keperawatan adalah Unitary Human Being,
yaitu manusia sebagai unit. Dia mengartikan bahwa tidak ada ilmu lain yang
mempelajari manusia secara keseluruhan atau utuh. Rogers menjelaskan keperawatan
sebagai profesi yang menggabungkan unsur ilmu pengetahuan dan seni. Keperawatan
adalah ilmu pengetahuan humanistik yang didedikasikan untuk menghibur agar dapat
menjaga dan memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit, dan merawat serta
merehabilitasi seseorang yang sakit dan cacat. Praktek professional keperawatan
bersifat kreatif, imajinatif, eksis untuk melayani orang, hal tersebut berakar dalam

keputusan intelektual, pengetahuan abstrak dan perasaan mahkluk. Seorang perawat


yang menjalankan praktik keperawatan yang profesional, perawat melayani secara total
kebutuhan pasien bukan fisik saja tapi juga psikologis pasien, jadi semua kebutuhan
pasien harus diusahakan untuk dipenuhi selama tidak mengancam keselamatan.
Menurut Myra Estrin Levine asuhan keperawatan adalah baik mendukung dan terapi
(untuk mencapai tingkat maksimum adaptasi). Tugas perawat adalah melakukan
asuhan keperawatan yang baik dan mendukung terapi yaitu holistik. Sifat holistik
diartikan sebagai perawatan yang menyeluruh termasuk kondisi psikologis pasien yang
berupa aman, nyaman, tenang. Menghadirkan keluarga di dekat pasien akan
memberikan rasa aman dan nyaman sehingga mengurangi kecemasan dan ketakutan
saat dirawat di unit gawat darurat maupun ruang rawat lain selama tidak
membahayakan pasien.
1.

3.

Kesehatan

Neuman melihat bahwa kesehatan merupakan suatu kondisi dimana terdapat


keserasian pada seluruh maupun sebagian variabel dalam diri klien. Menurutnya,
sistem klien akan bergeser ke arah sakit dan kematian ketika banyak energi yang
dibutuhkan tidak terpenuhi, sedangkan sistem akan begeser ke arah kesehatan apabila
energi yang dibutuhkan terpenuhi. Ketika energi pasien ke arah kesehatan adalah dari
keluarga, maka keluarga sangat penting dihadirkan di dekat pasien selama proses
perawatan.
1.

4.

Lingkungan

Betty Neuman berpendapat bahwa lingkungan harus dilihat secara total. Lingkungan
adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia, baik lingkungan internal maupun
eksternal, dimana di dalamnya manusia akan berinteraksi setiap saat. Interaksi
manusia

meliputi

intrapersonal,

interpersonal

dan

ekstrapersonal

yang

dapat

mempengaruhi stabilitasnya sebagai suatu sistem.Created environment (lingkungan


yang diciptakan) diartikan sebagai lingkungan yang terbentuk dan berkembang tanpa
disadari oleh klien dan merupak simbol sistem secara keseluruhan. Ketika lingkungan

yang diciptakan nyaman bagi pasien, maka hal ini akan mendukung kondisi pasien
kearah perbaikan. Memenuhi keinginan pasien yang menginginkan keluarga selalu
berada di dekatnya

merupakan dari created environment, artinya menciptakan

lingkungan yang nyaman bagi pasien.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1
1.

Kesimpulan
Keluarga pasien boleh menunggu di dalam ruangan karena pasien

membutuhkan dukungan keluarga dengan persyaratan keluarga pasien


kooperatif dan tidak membahayakan keselamatan baik pada pasien maupun
tenaga kesehatan.
2.

Di area manapun tidak terkecuali di unit gawat darurat setiap


melakukan asuhan keperawatan harus selalu berpedoman pada paradigma
keperawatan dalam hal ini menerapkan teori-teori yang sesuai dengan kasus
yang ditemukan.

4.2
1.

Saran
1.

Pemahaman

tentang

paradigma

keperawatan

perlu

diperdalam bagi setiap perawat sehingga dalam bekerja senatiasa mengacu


pada paradigma keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA

1.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

2.

Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya


Medika

3.

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep,


Proses & Praktik. Jakarta: EGC.

4.

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

5.

Paterson, Josephin & Zderad, Loretta, HumanisticNursing Theory dalam


Elisasiregar, 2012. Internet 10 Oktober 2013

6.

Wahit, 2008. Asuhan Keperawatan Komunitas, Aplikasi dalam Praktik.


Jakarta: Salemba

Anda mungkin juga menyukai