Anda di halaman 1dari 7

MODUL

PENDIDIKAN ORANG DEWASA

Dr. Lukman Effendy. M.Si

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN


JURUSAN PENYULUHAN PERTANIAN
STPP BOGOR
2011

KATA SAMBUTAN

Modul

ini

disusun

guna

memenuhi

kebutuhan

bahan

ajar

mahasiswa,

karenanya penghargaan saya sampaikan kepada Dr. Lukman Effendy, M.Si. sebagai
penyusun sekaligus pengampu mata kuliah Pendidikan Orang Dewasa pada Jurusan
Penyuluhan Pertanian STPP Bogor.

Semoga modul

ini

dapat

bermanfaat

bagi

mahasiswa

khususnya

dan

pembaca umumnya.

Bogor, 30 Maret 2011

Ketua Jur. Penyuluhan Pertanian

Wida Pradiana, SP., M.Si.


NIP. 197503012001122001

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN

DAFTAR ISI

iii

PENGERTIAN PENDIDIKAN ORANG DEWASA


Menurut Boyd
Menurut Mead
Menurut Lindeman
Menurut Sheffield dan Houle
Pandangan Allen Tough.
Pandangan Apps.
PERBEDAAN ANTARA PEDAGOGI DAN ANDRAGOGI
Pedagogi
Andragogi
FILSAFAT PENDIDIKAN
Pengertian
Ruang-Cakup Filsafat
Paradigma Filsafat Pendidikan
PRINSIP-PRINSIP MENGAJAR ORANG DEWASA
Prinsip Mengajar
METODE PENDIDIKAN ORANG DEWASA
Pendahuluan
Penetapan Metode Belajar
Ragam Metode dan Teknik Mengajar
PROSES BELAJAR MENGAJAR ORANG DEWASA
Pendahuluan
Kondisi Pembelajaran Orang Dewasa
Pengaruh Penurunan Faktor Fisik Orang Dewasa dalam Belajar
Langkah-langkah Pokok dalam Proses Pembelajaran Orang Dewasa
Penerapan Andragogi dalam performansi Tutor
BAHAN UNTUK DIDISKUSIKAN

DAFTAR PUSTAK

PENGERTIAN PENDIDIKAN ORANG DEWASA

Beragam konsep dan pengertian mengenai pendidikan orang dewasa (POD) banyak
telah diketahui. Untuk mengetahui esensi mengenai konsep dan pengertian POD, terlebih dahulu
kita perhatikan konsep dan pengertian atas POD sbb:

1). Menurut Boyd


Boyd

memandang pendidikan

orang dewasa

dalam

konteks

psikologi.

Secara spesifik

diungkapkan oleh beliau bahwa pandangan terhadap pendidikan orang dewasa tidak

boleh

dilepaskan dalam konteks terminology Orang dewasa. Sehingga sebagaimana dia ungkapkan
menyitir

pernyataan

Balkely

bahwa

pendidikan

orang dewasa

berimlikasi

pada

proses

pendidikan sistematis yang bertujuan, dan banyak dipengaruhi oleh pengalaman pembelajar.
Lebih lanjut tujuan secara sistematis ini berusaha dicapai dengan cara mengedapankan
integritas dari pembelajar. Dengan demikian konsep pembelajaran orang dewasa berbeda
dengan

pembelajaran

dengan anak

berbeda. Pada anaka-anak atau


dipengaruhi
orang

oleh keinginan

dewasa sudah

atau remaja

remaja
tahu

banyak

disebabkan factor

faktor-faktor

dan

terdapat

belum

peniruan

banyaknya

pengalaman,

sosio

sangat

kental

pengalaman.

sehingga

telah

psikologis

yang

yang banyak

Sedangkan
memiliki

pada

kerangka

berpikir tersendiri dan tidak mudah untuk dipengaruhi. Bayak pertimbangan-pertimbangan


relistis ketika seseorang telah menjadi dewasa. Dan hal ini tidak terjadi pada anak-anak
atau orang dewasa. Dengan demikian maka individu dewasa pada dasarnya telah memiliki identitas
dirinya,

dan

dengan

identitas

tersebut

maka

ia

memandang

atau mempersepsi

segala

sesuatu yang berinter aksi dengan dengannya. Konsekuensinya dalam konteks belajar maka
orang dewasa telah memiliki dan mengetahui standar seperti ap a yang ingin dicapainya dan
harapan- harapan yang terkait dengan proses belajar yang akan ditempuhnya. Apabila proses
belajar memenuhi apa yang diharapkannya maka dia akan merasa menyenangi dengan
sendirinya. Hal ini juga berimplikasi, terdapat keinginan untuk

bebas

dari standar di

luar dirinya dan ketergantungan kepada orang lain. Secara skematis dapat digambarkan:

Orang dewasa
memiliki standar
sendiri dan
harapan yang
didasarkan pada
identitas yang
diakuinya sendiri

Ketetapan apa
yang diinginkan
dan ingin
dipelajari

Mengarah atau
berminat pada
suatu subyek
materi tertentu

Dalam

konteks

seperti

ini

maka

tugas

guru

adalah

membantu

mengarahkan

dan

menemukan kesesuaian materi dengan yang dibutuhkan pelajar. Hubungan antara instruktur
dan orang dewasa adalah terbuka dan bebas. Jadi pendidikan orang dewasa adalah proses pendidikan
dimana para pembelajarnya adalah individu yang telah memiliki identitas dan mengetahui
standar

serta

dilaksanakan

harapan-harapan
dengan

dan

fasilitasi

berkeinginan untuk

seorang

memenuhinya,

yang

dapat

instruktur yang berorientasi untuk mempermudah

pembelajar mempelajari subyek materi sesuai dengan kebutuhannya.

2). Menurut Mead


Pandangan Mead.

Pakar ini

melihat bahwa proses pembelajaran secara umum

harus dimaknai sebagai pengalihan baik yang bersifat vertical maupun lateral. Tetapi dalam
konteks

ini

beliau

kemudian

memperjelad

bahwa

dengan

perubahan-perubahan

yang terjadi di sekeliling kita maka proses vertical menjadi kurang up todate.
Konsekuensinya proses

lateral

menjadi penting. Transmisi lateral ini dimaksudkan

adalah instruktur atau guru tidak lagi berperan sebagai orang yang menumpahkan
air ke dalam gelas otaK dari pembelajar, tetapi pengetahuan disebarkan dengan
cara sharing atau dibagikan, didiskusikan dan dipikirkan secara kritis. Dalam konteks
ini maka tidak ada pihak yang paling dominan dan paling menguasai dalam proses
pembelajaran. Fokusnya adalah mempertajam dan memenuhi harapan pembelajar terhadap
subyek yang ingin diketahuinya.
3). Menurut Lindeman

Pandangan Lindeman. Terdapat beberapa hal yang cukup prinsip yang dikemukan
oleh

pakar

ini

bahwa:

pertama,

konsep

orang

dewasa

harus

dimaknai secara

kontekstual dalam perkembangan dinamika pertumbuhan manusia. Kedua, pendidikan


seharusnya

tidak

hanya

mengajakan

prinsip

idealitas,

akan

tetapi

juga bersifat

pragmatis. Ketiga, pendidikan orang dewasa harus berkorelasi dengan situasi dimana orang
dewasa ter sebut ada dan membutuhkan apa. Keempat, pendidikan orang dewasa
bagaimanapun tidak dapat dilepaskan dengan pengalaman orang dewasa. Dengan
pertimbangan-pertimbangan

ini

maka

Lindeman

menyatakan

bahwa

orang dewasa

sebagai entitas dan memiliki integritas harus dilihat secara personal dan yang memiliki
kepribadian.

Dalam

proses

pembelajaran

orang

dewasa

sebagai

individu tidak

semata-mata berharap dapat memenuhi kebutuhan hidupnya akan tetapi berharap dengan apa
yang diilikinya hidupnya akan lebih baik, lebih bermakna, dan memiliki arti dalam interaksi

social. Sehingga pada adasarnya orang dewasa berkeinginan untuk memperbaiki dirinya
sendiri sebagai tujuan primer dirinya. Tetapi mereka ingin juga merubah tatanan social untuk
menjadi lebih baik, tentu saja dengan kondisi-kondisi yang sesuai dengan harapannya.
Dengan demikian inilah inti dari pendidikan orang dewasa.
4). Menurut Shef field dan Houle
Pada

dasarnya

orang

dewasa

telah

memiliki

satu

rentang

hidup

dalam

fase

kehidupannya. Ketika tumbuh dia telah memiliki berbagai peranan yang jauh berbeda dengan
apa yang telah dialaminya semasa ia masih anak-anak atau remaja. Peran-peran
inti

kemudian

memiliki

konsekuensi

bagi

dirinya

serta

tuntutan

yang

harus

dipenuhinya. Proses pemenuhan akan tuntuhan serta kebutuhan yang disadarinya


terhadap

dirinya

melahirkan

pertimbangan-pertimbangan
pembelajaran. Dengan
tertentu

bagi

kebutuhan

ini

pembelajar

demikian

dapat

orang dewasa

dalam

untuk

(orang

dewasa)

disimpulkan

melaksanakan

belajar.

orientation, Personal

goal

orientation,

societal

proses

orientasi-orientasi

pembelajaran.

belajar orang dewasa menurut pakar ini dapat dibedakan:


Sociability

dengan

melaksanakan

terdapat

proses

Maka

Orientasi

Learning orientation,
goal

orientation,

need

fulfillment (pemenuhan kebutuhan) orientation.

5). Pandangan Allen Tough.

Hampir sama dengan

pandangan diatas maka Tough menyatakan bahwa pada dasarnya

orang dewasa memiliki


perubahan

dalam

kebutuhan yang amat beragam dalam

kehidupannya.

mengahadpi segala

Ini juga terkait dengan peran-peran yang diaminkan

misalnya sebagai anggota keluarga, di tempat kerja, di tempat

lingkungan rumah dan

lain-lain. Untuk memenuhi itu maka orang dewasa berusaha memenuhinya dengan jalan
melakukan proses pembelajaran. Hakekatnya proses pembelajaran dari diri sendiri lebih
banyak dilakukan dengan difasilitasi dengan saran-saran yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan

yang

suatu

keterampilan

episode-episode

hendak

dicapai.
atau

belajar.

Setiap target yang hendak dicapai

kompetensi

Episode belajar

tertentu
adalah

pada
suatu

untuk

menguasai

dasarnya terbagi dalam


masa

dimana seseorang

melakukan suatu aktivitas tertentu yang merupakan bagian dari suatu rangkaian
aktivitas

sehingga

(berupa

kompetensi)

yang

apabila rangkaian-rangkaian ini dijalankan maka tujuan tersebut


dapat

dilakukan secara

dicapai.

Bagian

keseluruhan disebut

rangkaian

yang

dengan proyek

merupakan episode
belajar. Materi yang

dipelajari akan sangat beragam tergantung kebutuhan yang dirasakan, dalam hal ini dapat
berupa kompetensi teknis, kebutuhan intelektual, kebutuhan seni dan yang lainnya.
Sedangkan alasannya proses belajar dilakukan adalah: motovasi keseluruhan untuk belajar,
pencerahan jiwa, pengetahuan dan keterampilan untuk merubah sikap dan perilaku, dan
alasan-alasan yang bersifat personal. Pada dasarnya proses pembelajaran yang dilakukan
akan mendatangkan kesenangan-kesenganan (pleasure) , harga atau martabat diri (self
esteem),

dan

yang

lainnya

(other) .

Selama bagian rangkaian

berupa

episode

dilaksanakan dan berhasil akan mendatangkan ketiga efek tersebut yakni pleasure, self
esteem, dan others . Demikian juga ketika sebuah proyek belajar telah dilaksanakan. Lebih
lanjut proyek belajar dapat dilaksanakan secara mandiri dengan perencanaan yang jelas.
Dan secara terus-menerus dengan waktu yang direncanakan terus diperbaiki (improvement) .

6). Pandangan Apps.


Dalam pendidikan orang dewasa maka harus dipandang secara holistic terkait dengan individu
orang dewasa. Dalam hal ini orang dewasa ber asal dari latar belakang sosio budaya yang
beragam, dengan identitas yang kuat, dan kepercayaan kuat pula.

Untuk dapat lebih lengkap mengakses modul-modul tersebut dapat menghubungi STPP Bogor, Jl.
Cibalagung No 1 Bogor atau melalui email: stppbogor@deptan.go.id

Anda mungkin juga menyukai