Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
1. A.
Latar Belakang
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia
harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa
atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk
lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini
meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2
persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29
juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia
meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka harapan hidup penduduk
Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada tahun 1968 adalah 45,7
tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 : 58,19 tahun, pada tahun
1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta tahun 2000 : 64.05 tahun
(BPS.2000). Pertambahan jumlah lansia Indonesia, dalam kurun waktu tahun
1990 2025, tergolong tercepat di dunia (Kompas, 25 Maret 2002:10).
Meningkatnya jumlah lansia akan membutuhkan perawatan yang serius karena
secara alamiah lansia itu mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi
maupun mentalnya (Nugroho, 2004).
Usia lanjut (USILA) merupakan tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Setiap orang yang dikaruniai umur panjang akan mengalami tahapan
ini. Dengan berhasilnya pelayanan kesehatan yang ditandai dengan bertambahnya
usia harapan hidup maka kesempatan menjadi usila semakin besar sehingga
diperkirakan jumlah usila semakin bertambah.Dalam Lokakarya Nasional
Keperawatan di Jakarta (1983) telah disepakati bahwa keperawatan adalah suatu
bentuk pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual yang
didasarkan pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien bersifat komprehensif, ditujukan pada
individu, keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang
mencakup seluruh kehidupan manusia.Sedangkan asuhan yang diberikan berupa
bantuian-bantuan kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan dan atau kemauan dalam
melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri.
Pada makalah ini akan dibahas tentang dokumentasi asuhan keperawatan lanjut
usia, dimanan pendekatan yang digunakan adalah proses keperawatan yang
meliputi pengkajian (assessment), merumuskan diagnosa keperawatan (Nursing
diagnosis), merencanakan tindakan keperawatan (intervention), melaksanakan
tindakan keperawatan (Implementation) dan melakukan evaluasi (Evaluation).
Serta akan menjelaskan pula tentang kebutuhan bio-psiko-sosial-kultural dan
spiritiual, dan tentang dementia pada lansia.
Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka kelompok usila perlu
mendapat perhatian dan pembinaan khusus baik oleh pemerintah atau swasta
maupun berbagai disiplin ilmu termasuk keperawatan, agar para usia lanjut dapat
mempertahankan kondisi kesehatannya sehingga tetap dapat produktif, berperan
aktif di masyarakat dan tetap bahagia di usia lanjut.
1. B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana proses asuhan keperawatan dokumentasi pada lansia
2. Bagaimana cara mengisi format asuhan keperawatan pada lansia
3. Bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual untuk lansia
BAB II
LANDASAN TEORI
1. A.
2. 1.
Dokumentasi
Dokumentasi secara umum merupakan suatu catatan otentik atau semua warkat
asli yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum.
Sedangkan dokumentasi keperawatan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan
yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk
kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memeberikan pelayanan
kesehatan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap secara tertulis
dengan tanggung jawab perawat.
Dokumentasi keperawatan sangat penting bagi perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan.Dokumentasi ini penting karena pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada klien membutuhkan catatan dan pelaporan yang dapat digunakan
sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dari berbagai kemungkinan masalah
yang dialami klien baik masalah kepuasan maupun ketidak puasan terhadap
pelayanan yang diberikan. Dokumentasi keperawatan mempunyai beberapa
kegunaan bagi perawat dan klien antara lain :
1. Sebagai alat komunikasi
Dokumentasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang terkoordinasi dengan
baik akan menghindari atau mencegah informasi yang berulang. Kesalahan juga
akan berkurang sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan.
Disamping itu, komunikasi juga dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
1. Sebagai mekanisme peratanggunggugatan
Bukti yang telah ada menuntut adanya system pendidikan yang lebih baik dan
terarah sesuai dengan program yang diinginkan klien. Khusus bagi tenaga
perawat, bukti tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan
pendidikan lanjutan tentang layanan keperawatan
1. Digunakan sebagai audit pelayanan keperawatan
Dokumentasi berguna untuk memantau kualitas layanan keperawatan yang telah
diberikan
sehubungan
dengan
kompetensi
dalam
melaksanakan
asuhan
keperawatan.
1. 2.
Dokumentasi Pengkajian
Data pengkajian ulang merupkan pengkajian yang didapat dari informasi selama
evaluasi.Pengkajian ulang berarti perawat mengevaluasi kemajuan data dari
masalah pasien atau pengembangan dari data dasar sebagai informasi tambahan
dari pasien.
1. 3.
Maturasional.
Gunakan format PES untuk semua masalah actual dan PE untuk masalah
resiko
Catat diagnosa keperawatan yang dibuat risiko dan risiko tinggi ke dalam
masalah atau format diagnosa keperawatan
Mulai
pernyataan
diagnosa
keperawatan
dengan
mengidentifikasi
1. 4.
1. a.
Dokumentasi Evaluasi
sekarang dan pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari tindakan yang
diberikan pada pasien.
Tipe Dokumentasi Evaluasi
Terdapat dua tipe dokumentasi evaluasi yaitu evaluasi formatif yang
menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan
respons segera dan evaluasi sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil
observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu. Untuk dokumentasi
evaluasi yang memenuhi standar, dibutuhkan keterampilan dan pengetahuan
aplikasi prinsip ukuran dan proses evaluasi. Proses ini kemungkinan hanya
dipakai jika tujuan dapat di ukur, kepekaan pada pasien tentang kemampuan
mencapai status tujuan, kesadaran tentang factor lingkungan, social dan system
pendukung memadai. Disamping itu, evaluasi juga digunakan sebagai alat ukur
suatu tujuan yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakah tujuan
tercapai, tidak tercapai, atau tercapai sebagian.Contoh penulisan sebagai berikut.
1. B.
2. a.
Kesehatan.
Pada umumnya disepakati bahwa kebugaran dan kesehatan mulai menurun pada
usia setengah baya. Penyakit-penyakit degeneratif mulai menampakkan diri pada
usia ini. Namun demikian kenyataan menunjukkan bahwa kebugaran dan
kesehatan pada usia lanjut sangat bervariasi. Statistik menunjukkan bahwa usia
lanjut yang sakit-sakitan hanyalah sekitar 15-25%, makin tua tentu presentase ini
semakin besar.
Demikian pula usia lanjut yang tidak lagi dapat melakukan aktivitas sehari-hari
(Activities of Daily Living) hanya 5-15%, tergantung dari umur. Di samping
faktor keturunan dan lingkungan, nampaknya perilaku (hidup sehat) mempunyai
peran yang cukup besar. Perilaku hidup sehat harus dilakukan sebelum usia lanjut
(bahkan jauh-jauh sebelumnya). Perilaku hidup sehat, terutama adalah perilaku
individu, dilandasi oleh kesadaran, keimanan dan pengetahuan.Menjadi tua secara
sehat (normal ageing, healthy ageing) bukanlah satu kemustahilan, tapi sesuatu
yang bisa diusahakan dan diperjuangkan.Seyogyanya dianut paradigma,
mencegah dan mengendalikan faktor-faktor risiko sebaik mungkin, kemudian
menunda kesakitan dan cacat selama mungkin.
1. b.
Sosial.
Secara sosial seseorang yang memasuki usia lanjut juga akan mengalami
perubahan-perubahan. Perubahan ini akan lebih terasa bagi seseorang yang
menduduki jabatan atau pekerjaan formal. la akan merasa kehilangan semua
perlakuan yang selama ini didapatkannya seperti dihormati, diperhatikan dan
diperlukan. Bagi orang-orang yang tidak mempunyai waktu atau tidak merasa
perlu untuk bergaul di luar lingkungan pekerjaannya, perasaan kehilangan ini akan
berdampak pada semangatnya, suasana hatinya dan kesehatannya. Di dalam
keluarga, peranannya-pun mulai bergeser.Anak-anak sudah jadi orang, mungkin
sudah punya rumah sendiri, tempat tinggalnya mungkin jauh.Rumah jadi sepi,
orangtua seperti tidak punya peran apa-apa lagi.
Teori Kejiwaan Sosial
1)
2)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Pada teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia
dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya.
3)
1. c.
Psikososial
Memasuki usia lanjut mungkin sekali akan berdampak kepada penghasilan. Bagi
mereka yang menduduki jabatan formal, pegawai negeri atau ABRI, pension
menyebabkan penghasilan berkurang dan hilangnya fasilitas dan kemudahan
kemudahan.Bagi para profesional, pensiun umumnya tidak terlalu menjadi
masalah karena masih tetap dapat berkarya setelah pensiun.Namun bagi non
profesional pensiun dapat menimbulkan goncangan ekonomi.Oleh karena itu,
pensiun seyogyanya dihadapi dengan persiapan-persiapan untuk alih profesi
dengan latihan latihan keterampilan dan menambah ilmu, baik dengan
pengembangan hobi maupun pendidikan formal. Bagi mereka yang mencari
nafkah melalui sektor non formal, seperti petani, pedagang dan sebagainya,
memasuki
usialanjut
umumnya
tidak
akan
banyak
berdampak
pada
Pensiun
1. d.
Psikologi.
Masalah-masalah kesehatan, sosial dan ekonomi, sendiri-sendiri atau bersamasama secara kumulatif dapat berdampak negatif secara psikologis. Hal-hal
tersebut dapat menjadi stresor, yang kalau tidak dicerna dengan baik akan
menimbulkan masalah atau menimbulkan stres dalam berbagai manifestasinya.
Sikap mental seseorang sendiri dapat menimbulkan masalah.Usia kronologis
memang tidak dapat dicegah, namun penuaan secara biologis dapat diperlambat.
Rambut yang memutih, kulit yang mulai keriput, langkah yang tidak lincah lagi
dan sebagainya, harus diterima dengan ikhlas. Namun janganlah penuaan secara
psikologis terjadi lebih cepat daripada usia kronologis. Untuk itu diperlukan sikap
mental yang positif terhadap proses penuaan. Menua tidak harus sakit-sakitan,
juga tidak harus loyo dan jompo.Kehidupan spiritual mempunyai peran yang
sangat penting. Seseorang yang mensyukuri nikmat umurnya, tentu akan
memelihara umurnya dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat, seperti
kata sebuah hadis : sebaik-baik manusia adalah yang umurnya panjang dan baik
amal perbuatannya. Kalau mensyukuri nikmat sehat, maka akan memelihara
kesehatan kita sebaik-baiknya. Kalau silaturachmi itu memperpanjang umur, kita
sebaiknya memelihara kehidupan sosial selama mungkin.
1. e.
Spiritual
Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta,
tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.Spiritual adalah
kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya
tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi:
kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan
aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang,
dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang,
kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas
(Maslow 1970, dikutip dari Prijosaksono, 2003).
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan
Maha Pencipta (Hamid, 1999).Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang
dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat
diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang
lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang.
Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan
(Nelson, 2002). Menurut Mickley et al (1992) menguraikan Spiritual sebagai
suatu yang multidimensi yaitu dimensi eksitensial dan dimensi agama.Dimensi
eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama
lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Spiritual sebagai konsep dua dimensi, dimensi vertikal sebagai hubungan dengan
Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan
dimensi horizontal adalah hubungan dengan diri sendiri, dengan orang.
Dimensi Spiritual Pada Pasien Lansia
Menurut Koezier & Wilkinson, 1993 cit Hamid, 2000, dimensi spiritual adalah
upaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar,
berjuang untuk menjawab atau mendapat kekuatan ketika sedang menghadapi
stres emosional, penyakit fisik atau kematian. kekuatan yang timbul diluar
kekuatan
manusia.
Dimensi
spiritual
berupaya
untuk
mempertahankan
keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau
mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit
fisik, atau kematian.Dimensi spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang
timbul diluar kekuatan manusia (Kozier, 2004).Spiritualitas sebagai suatu yang
multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama, Dimensi eksistensial
berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih
berfokus
pada
hubungan
seseorang
dengan
Tuhan
Yang
Maha
Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat
dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. Perkembangan spiritual
pada usia 70 tahun menurut Fowler : universalizing, perkembangan yang
dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara
memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
1. 2.
Pendekatan Holistik
Manusia
adalah
Kesatuan
yang
utuh
(an
integrated
whole)
jasmanirohani.
Dengan cara pendekatan ini, maka gangguan pada salah satu aspek
kehidupan, misalnya gangguan kesehatan jiwa, dapat dan bahkan harus
dicari sebabnya pada kemungkinan adanya disharmoni salah satu atau
lebih dari sisi kehidupan manusia tersebut.
1. b.
Usia Lanjut
1. c.
Usia lanjut sehat adalah usia lanjut yang dapat mempertahankan kondisi fisik dan
mental yang optimal serta tetap melakukan aktivitas sosial dan produktif. Ciri usia
lanjut sehat :
Memiliki integritas pribadi yang baik, berupa konsep diri yang tepat dan
terdorong untuk terus memanfaatkan potensi yang dimilikinya.
1. d.
Proses Penuaan
Menurut pasal 1 UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia Lajut bahwa
yang dimaksud dengan kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan
penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa
keselamatan, kesusilaan dan ketenteraman lahir dan batin yang memungkinkan
bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani,
rohani dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila.
Kesejahteraan ini hanya dapat tercapai jika ada jaminan sosial terutama dalam
bentuk pensiun, asuransi pensiun dan asuransi kesehatan dari pemerintah ataupun
swasta, jaminan dari anak-anaknya atau keluarganya atau yang bersangkutan
sendiri.Usia Lanjut Potensial adalah usia lanjut yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa.
1. f.
Budaya
Konsep budaya menurut Linton adalah : suatu tatanan pola perilaku yang
dipelajari, diciptakan, serta ditularkan di antara suatu anggota masyarakat tertentu.
Batasan budaya menurut Koentjaraningrat adalah : keseluruhan sistemgagasan,
tindakan dan basil karya manusia, dalam rangka kehidupan bermasyarakat, yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Karakteristik budaya menurut TO.
Ihromi adalah :
Tahap memasuki usia tua ini akan dialami oleh semua orang (tak bisa
dihindarkan), tetapi kondisi fisik dan psikologis usia lanjut sangat berbeda dari
satu usia lanjut dengan usia lanjut lainnya. Kekuatan tubuh yang mulai berkurang
daya penyesuaian diri, reaksi terhadap lingkungan, daya inisiatif dan daya kreatif
ini pada usia lanjut dapat menimbulkan masalah psikologis. Kondisi menjadi tua
bukan terjadi dalam waktu semalam, tetapi telah mengikuti rentang kehidupan
yang cukup lama dan dalam memandang pembentukan kepribadian seseorang
pandangan holistik dapat membantu kita lebih memahami perilaku seseorang.
Pandangan holistik ini ialah bahwa pribadi seseorang yaitu faktor biologis,
psikologis, sosial budaya, dan agama; keempat faktor inilah yang memberikan
warna tertentu pada seseorang sejak dalarn kandungan sampai usia lanjut. Dengan
kata lain apa yang terjadi dan akan dialami oleh usia lanjut tidak dapat dilepaskan
dari pembentukan pengalaman masa lalu di mana dia akan memperlihatkan wxrna
kepribadian tertentu yang akan menentukan seberapa berhasil dan tidak berhasil
dalam memasuki dan menjalani usia lanjut. Misalnya seseorang yang sebelumnya
sudahmemperlihatkan kemampuan penyesuaian diri yang baik, tentunya
diharapkan dapat menjalani usia lanjut dengan lebih baik, dibandingkan dengan
mereka yang sebelumnya mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri.
Persepsi psikologis usia lanjut terhadap dirinya. Seperti yang telah diulas di muka,
persepsi seseorang tentang citra dirinya akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana
dia membentuk kepribadiannya. Seseorang dengan kepribadian yang stabil,
hangat, positif dalam menentukan jalan pikirannya, biasanya akan lebih baik dan
mudah dalam menghadapi usia lanjutnya. Walaupun demikian memang tidak
dapat dipungkiri bahwa sikap dari masyarakat terhadap sosial budaya ikut andil
dalam menentukan persepsi citra diri usialanjut ini. Secara budaya ada pandangan
bahwa usia lanjut sudah tidak dapat didayagunakan, sudah ada keterbatasan gerak
dan pengambilan keputusan. Budaya sering kali mendudukkan mereka pada peran
yang dituakan, di sini mengandung dua pengertian, yaitu dituakan untuk tempat
mencari nasihat hidup bagi generasi yang lebih muda, atau dituakan dalam arti
tidak lagi diajak berdiskusi, berkomunikasi.Untuk selanjutnya terjadi lingkaran
setan antara sikap lingkungan dan perilaku yang diperlihatkan oleh usia lanjut
dengan memasuki dan menjalani usia lanjut, seseorang akan dituntut untuk
mengadakan penyesuaian diri. Beberapa kendala yang bisa muncul :
1. Sikap dan pandangan masyarakat terhadap usia lanjut dapat memicu
munculnya perilaku/sikap tidak berdaya tidak berguna, tidak bisa
membantu apapun.
2. Keadaan
yang
sulit
berkomunikasi
disebabkan
kurangnya
daya
Irama tidur
Kepuasan tidur.
Tidur adalah kondisi organisme yang sedang istirahat secara reguler,
sesungguhnya pikun bisa terjadi pada semua segmen umur, yaitu saat usia muda.
Proses terjadinya pikun usia muda berbeda dengan usia tua.
Menurut Harianti (2008: 9), berdasarkan persepsi yang berkembang di
masyarakat, dengan bertambahnya usia, seseorang akan bertambah menjadi
pelupa atau demensia, tidak kreatif dan tidak bisa bekerja lagi. Hal ini tentu saja
tidak benar. Demensia sebenarnya bukan karena faktor usia orang menjadi pikun.
Beberapa faktor penyebab demensia antara lain sering mengonsumsi jenis obat
tertentu, penyakit, gizi yang kurang baik dan memercayai anggapan yang beredar
bahwa usia yang menua akan membuat seseorang menjadi pelupa atau demensia.
Ahli saraf dari Jepang, Dr Nozomi Okamoto dalam penelitian terbarunya
mengungkap bahwa kondisi kesehatan gusi yang merupakan penyebab gigi
tanggal berhubungan erat dengan risiko kepikunan.Ia menyimpulkan hal itu
setelah meneliti 6.000 lansia berusai 65 tahun ke atas. Infeksi yang terjadi di gusi
dapat menyebabkan senyawa tertentu yang memicu radang yang bisa terbawa oleh
aliran darah menuju tempat lain termasuk otak, kemudian menyebabkan radang di
jaringan tersebut. Radang yang terjadi di jaringan otak dapat menyebabkan
kematian sel-sel saraf yang hampir seluruhnya berpusat di sana. Kerusakan pada
saraf-saraf memori dan kognitif adalah penyebab utama terjadinya demensia pada
orang dewasa maupun lansia.
Gejala klinik demensia penting dengan mengidentifikasikan sindrom dan
penatalaksanaan klinis dari penyebabnya.Kelainan ini dapat progresif atau statis,
permanen atau tidak menetap.Tingkat pemulihan demensia dihubungkan dengan
kondisi patologi penyakit yang mendasarinya dan penggunaan pengobatan yang
efektif.
Pengelompokan Demensia
1. a.
Korea Huntington
Penyakit Parkinson
Lain-lain
1. b.
Demensia vaskuler.
1. c.
Intoksikasi obat
Tumor Otak
Trauma Otak
Infeksi
Gangguan metabolic
Gejala psikotik
Hendaya berbahasa
Memori atau daya ingat dan proses belajar merupakan satu kesatuan.
Belajar merupakan proses untuk memperoleh informasi atau pengetahuan baru,
sedangkan memori adalah proses penyimpanan informasi tersebut serta dapat
LUPA
Adalah keadaan di mana informasi yang pernah dipelajari tidak dapat
dikeluarkan pada waktu dibutuhkan.Beberapa penyebab mudah lupa.
1. Keadaan Reversibel
~
menggunakan
strategi
memori
yang
tepat.
Tujuan Penelitian
Tujuan
dari
penelitian
ini
memberikan
gambaran
mengenai
Skoring
dapat
diperhatikan
Kesalahan
Contoh-contoh
Tidak
Sempurna
ada
kesalahan
sama sekali
kesalahan
membuat
spasi
angka
yang kecil
b)
menggambar
angka
jam
di
luar
lingkaran
c)
saat
membalik kertas
menuliskan
jam
Menggambar jari-
angka jam
Jarum
yang
padahal
saat angka 10
sempurna
atau
menunjukkan
b)
Menulis jam 11
lebih 10 menit
c)
Tidak
menggambar
mampu
penunjuk
waktu
Disorganisasi
visual a)
spasial
yang
Pembuatan spasi
b)
Menghilangkan
angka
c)
Perseverasi:
mengulang
lingkaran
terbalik:
angka
digambarkan
berkebalikan arah jarum
jam
e)
Disgrapia: tidak
tersebut 4
Tidak
mampu a)
merepresntasikan jam
sama sekali
b)
Tidak
ada
Menulis
nama
atau kata
No. Orientasi
Skor
1
Tanggal
Bulan
1
1
2. Propinsi
2
1
3. Kota
1
4. Rumah sakit (paling dekat dengan rumah)
1
5. Bagian rumah (sebutkan)
Registrasi
detik
waktu
menyebut
nama
bendatersebut
1
13
Mengingat kembali
5
Bahasa
6