Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Intan merupakan satu-satunya batu permata yang mempunyai formula

yang terdiri dari satu unsur yaitu karbon (C). Intan terbentuk bersamaan dengan
pembentukan batuan ultrabasa misal peridotit dan kimberlit. Kristalisasi intan
pada kimberlite pipe terbentuk pada kedalaman 60 mil (kurang lebih 95 km) atau
lebih dalam dibawah permukaan bumi dan pada temperatur 1.500-2.000 C. Intan
mempunyai hablur dengan sistem kubus, umumnya berwarna bening tetapi
kadang-kadang berwarna kebiruan, kehijauan, kemerahan atau kuning, berat jenis
3,52 dengan kilap adamantin dengan garis tengah atom 1,54A, kekerasan 10
skala Mohs atau 8000-8500 knop. Sejauh ini tidak diketahui asal dan arti kata
intan yang dalam bahasa Inggris disebut diamond. Kata diamond yang diturunkan
dari bahasa Belanda, diamant sebenarnya berasal dari bahasa Yunani yang berarti
tidak terhancurkan. Ikatan atom karbon dalam kisi-kisi hablur mempunyai empat
arah kelemahan atau bidang belah. Bila mendapat tekanan yang keras maka kristal
ini akan terbelah meninggalkan permukaan atau bidang yang halus sejajar dengan
bidang oktahedron.
Sifat ini sangat penting bagi pengrajin intan (lapidan) dalam membagi
intan berbutir besar menjadi butir-butir yang lebih kecil serta dalam membuat
bentuk dan mengasahnya. Sifat lain yang penting adalah mempunyai ciri bahwa
mineral olivin yang berasosiasi telah mengalami proses serpentinisasi. Intan yang
diketemukan di Kalimantan dan berukuran paling besar adalah intan Trisakti
dengan 166,72 karat diketemukan di Kab. Cempaka tahun 1965. Intan ini digosok
di Amsterdam. Menyusul penemuan intan Galuh Cempaka berukuran 29,75 karat
pada tanggal 18 Agustus 1969. Pada tahun itu juga ditemukan intan Galuh Bulan
berukuran 27,5 karat, sedang pada 27 November 1967 ditemukan intan Galuh
Badu berukuran 26,50 karat di Kec. Bati-Bati, Kab. Tanah Laut dan pada tahun
1987 akhir ditemukan lagi intan dengan berat 50 karat berwarna kuning.
Walaupun penelitian tentang intan tidak pernah berhenti, tetapi orang tidak pernah
1

menemkan batuan asal intan. Meskipun semula Koolhoven 1936 menduga asalnya
dari Breksi Pemali, tetapi hingga saat ini pendapat itu belum dapat diyakini oleh
semua orang. Intan ternyata tidak hanya ditemukan dalam endapan Pleistosen
(dahulu disebut Diluvium), tetapi juga dalam lapisan berumur Eosen bahkan
dalam Formasi Manunggul yang berumur Kapur Atas. Dengan demikian jelas
intan setidaknya berumur Pra-Manunggal. Hingga kini intan digali dari endapan
sungai berumur Pleistosen hingga sekarang yang terdiri dari ukuran kerakal
sampai lanau. Dengan makalah ini maka akan membahas lebih lanjut tentang
intan

mulai

dari

genesanya,

eksplorasi,

penambangan,

pengolahan,

pemanfaatannya, dan prospek pengembangannya.


1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana genesa (pembentukan) dari intan ?
2. Bagaimana lokasi penyebaran intan di Indonesia ?
3. Bagaimana proses kegiatan pertambangan intan ?
4. Bagaimana prospek pengembangan intan dalam ekspor ?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana genesa (pembentukan) intan.
2. Mengetahui lokasi penyebaran intan di Indonesia.
3. Mengetahui proses kegiatan pertambangan intan.
4. Mengetahui prospek pengembangan intan dalam ekspor.
1.4. Manfaat Penulisan
Untuk memberikan pengetahuan mengenai pembentukkan intan, lokasi
penyebarannya,

proses

kegiatan

pertambangannya,

serta

prospek

pengembangannya.

BAB II
GENESA INTAN
Intan termasuk dalam kelompok bahan galian yang terbentuk secara alami
di kedalaman tertentu dari permukaan bumi. Intan terbentuk pada kedalaman 100

mil (161 km) di bawah permukaan bumi, pada batuan yang cair pada bagian
mantel

bumi

yang

memiliki

temperature

dan

tekanan

tertentu

yang

memungkinkan untuk merubah (mineral) carbon menjadi intan.

Gambar 2.1 Letak Intan Dibawah Permukaan Bumi


Hingga saat ini terdapat beberapa teori pembentukkan intan yaitu :
1. Deep Source Eruption
Kebanyakan deposit intan yang bersifat komersil berasal dari erupsi
gunung api yang memindahkan intan dari bawah hingga ke atas permukaan
bumi, membentuk pipa Kimberlite, penamaan Kimberlite berasal dari
penemuan pertama pipa tempat intan berada tersebut di daerah Kimberley,
Afrika Selatan. Lapisan pada mantel tempat terdapatnya deposit berlian
dinamakan Diamond Stability Zone. Deposit intan tersebut dapat mengalir
hingga ke atas permukaan kerak bumi dengan cepat ketika erupsi terjadi. Jenis
batuan yang mengandung intan adalah xenolith.

Gambar 2.2 Deep Source Eruption


2. Subduction Zone Diamonds
Zona subduksi terdapat di batas pertemuan lempeng samudera dan lempeng
benua, dimana salah satu lempeng masuk ke dalam lapisan mantel bumi. Ketika
lempeng tersebut masuk ke mantel, maka tekanan dan suhu akan meningkat dan
membentuk mineral intan. Mineral intan yang bersifat komersil jarang
ditemukan pada proses pembentukkan seperti ini. Deposit intan jenis ini sangat
kecil dan tidak cocok untuk diolah menjadi perhiasan komersil.
3. Asteroid Impact Diamonds
Keterdapatan intan ditemukan di sekitar lubang bekas tabrakan asteroid.
Bumi telah dijatuhi banyak asteroid selama sejarah pembentukkannya pada
masa lampau. Tekanan dan panas yang dihasilkan tumbukan asteroid cukup
untuk membentuk mineral intan. Mineral intan tipe ini tidak bagus untuk diolah
secara komersil.

Gambar 2.3 Asteroid Impact Diamonds


4. Diamond Formed in Space
Keterdapatan intan juga ditemukan pada meteorit. Para ahli berpendapat
intan tersebut terbentuk di luar angkasa akibat tabrakan sesama asteroid atau
kejadian lainnya. Intan pada meteorit sangat kecil dan tidak cocok untuk diolah
secara komersil.
Intan juga dapat ditemukan di dasar sungai sebagai endapan yang kita sebut
sebagai endapan intan alluvial, pada dasarnya intan type alluvial juga berasal dari
pipa Kimberlite purba yang kemudian mengalami proses geologi lanjutan berupa
pengangkutan oleh air atau glacier yang berlangsung pada jutaan-milyar tahun
yang lalu, sehingga intan-intan yang berasal dari pipa kimberlite tersebut terbawa
bermil-mil jauhnya dari tempat asalnya dan kemudian terendapkan di dasar
sungai. Intan ditemukan di alam dalam bentuk batu yang masih kasar, sehingga
harus melalui beberapa proses terlebih dahulu agar tercipta sebagai perhiasan
yang berkilau untuk kemudian menjadi barang yang komersil.

Gambar 2.4 Pipa Intan Kimberlite Kalimantan Case

BAB III
LOKASI KETERDAPATAN INTAN

Gambar 3.1 Lokasi Keterdapatan Intan


Intan yang diketemukan di Indonesia baik untuk permata, banyak ditemukan
di daerah tersebut antara lain :

Riau : S.Siabu, Kamper, Bangkinang (berupa indikasi pada endapan aluvial).


Kalimantan Barat : Muara Mengkiang (sebagai rombakan pada endapan

aluvial), Ngabang (sebagai rombakan pada endapan aluvial).


Kalimantan Tengah : Kampung Sungai Gula, Kecamatan Permata Intan,
Purukcahu, Murung Raya, Sei Pinang (semuanya merupakan endapan intan
letakan pada aluvial), Pujon, cabang S.Bohot (berupa indikasi pada komplek
batuan ultrabasa yang dikelilingi oleh batupasir dan serpih yang mengandung

batubara).
Kalimantan Selatan : Kabupaten Martapura, Simpang Empat (antara kampung
Mataram dan Sungkai, pinggir Jl. Raya Banjarmasin Kandangan (terdapat

dalam endapan kerikil pada daerah dataran banjir, telah diusahakan oleh

masyarakat).
Kalimantan Timur : Sekatak bunyi (berupa indikasi pada endapan aluvial),
Kabupaten Kutai, Kecamatan Longiran, S. Babi, Kabupaten Kutai sekitar Kp.
Tiongohan cabang sungai sebelah kanan.

BAB IV
KEGIATAN PERTAMBANGAN

4.1. Metode Eksplorasi


Teknik eksplorasi yang digunakan adalah dengan pemetaan geologi dan
pengambilan contoh tipe paritan tegak dengan pemilihan daerah endapan intan
yang kemudian dilakukan perhitungan kadar intan.

4.2. Metode Penambangan


4.2.1. Metode Penambangan Modern
Kegiatan diawali dengan pembersihan lokasi penambangan dari
semak-semak belukar dan pohon-pohon kecil dengan menggunakan cangkul
(menggali tanah), tirak (membongkar akar-akar pohon), dan parang
(penebasan

pohon-pohon)

untuk

pembuatan

muka

kerja.

Gambar 4.1 Persiapan Penambangan


Kemudian dilakukan penggalian, penggalian ini terus dilakukan maju
sedikit demi sedikit menuju endapan intan. Setelah menemukan endapan
intan, dilanjutkan penambangan endapan intan dengan cara menyemprotkan
air menggunakan selang sehingga menghasilkan lubang tambang.

Gambar 4.2 Lubang Tambang dengan Pompa Semprot


Selama

kegiatan

penambangan

endapan

intan

sekunder

berlangsung, dilakukan kombinasi kerja mesin peyemprot dan mesin


penyedot. Mesin menyedot berfungsi menyedot material yang telah lepas
akibat penyemprotan lewat selang yang dialirkan melalui grizzly dan
dilakukan pengayakan untuk memisahkan tailing dan konsentrat. Konsentrat
yang didapat kemudian dilakukan pendulangan dan pencucian.

10

Gambar 4.3 Proses Lanjutan Mengalirkan Material ke Grizzly

Gambar 4.4 Pendulangan Untuk Mendapatkan Intan

11

Setelah pendulangan dan pencucian dilakukan untuk mendapatkan


konsentrat, barulah dilakukan pendulangan akhir untuk mendapatkan intan.
4.2.2. Metode Penambangan Tradisional
Pencarian intan dilakukan dengan cara membuat atau menggali
lubang didalam tanah yang sudah tentu mengandung intan. Ada dua macam
lubang yaitu lubang surut dan lubang dalam. Lubang surut kedalamannya
antara satu sampai setengah meter sedangkan lubang dalam dapat mencapai
sepuluh meter atau lebih. Untuk menghancurkan tanahnya dilakukan dengan
digali dengan tenaga manusia. Pemisahan tanah dengan intan dilakukan
dengan dulang (lingganan) yang terbuat dari kayu. Selanjutnya dulang yang
telah berisi material tersebut diputar-putar (dilenggang) dalam air sehingga
sedikit demi sedikit material dari dalam diulang terbuang keluar dari dulang
terbawa oleh pusaran air yang timbul akibat proses putaran tersebut, setelah
atau sesaat pendulang melakukan proses tersebut kemudian mengamati sisa
material yang berada dalam dulang, apakah terdapat intan atau tidak. Hal
tersebut dilakukan begitu seterusnya sampai material yang berada dalam
dulang terbuang habis dari dulang.

Gambar 4.5 Pendulangan Intan Tradisional

12

4.3. Pengolahan Intan


4.3.1. Pengolahan Intan Mulia
Intan yang berhasil ditemukan akan dibawa ke tempat pengolahan
intan (salah satu contohnya banyak terdapat di kota Martapura). Disini
nantinya intan akan dibersihkan menggunakan larutan campuran yang
terdiri dari natrium bicarbonat (NaHCO3), kaporit (CaOCl2), garam dapur
(NaCl), dan air, kemudian intan digosok menggunakan alat sikat halus (sikat
bulu mata).

Gambar 4.6 Intan Mulia Hasil Pengolahan


4.3.2. Pengolahan Intan Sintesis
Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk memproduksi intan
sintetis. Metode pertama menggunakan tekanan dan temperatur tinggi
(HPHT) dan masih dipergunakan secara luas karena rendah biaya
produksinya. Proses ini melibatkan tekanan yang cukup besar hingga
mencapai tekanan 5 GPa pada temperatur 1500

C. Metode kedua

menggunakan deposisi uap kimia (CVD), menciptakan plasma karbon di


atas substrat di mana karbon akan dijadikan intan. Metode lainnya yaitu
metode peledakkan dan penggunaan gelombang suara ultrasonik.

13

Gambar 4.7. Alat Sabuk Tekan Pada Metode HPHT

Gambar 4.8 Hasil Pembuatan Intan Sintesis


4.4. Pemanfaatan Intan
Pemanfaatan intan didasarkan pada jenisnya yaitu :
1. Intan mulia biasanya digunakan untuk perhiasan. Intan yang digunakan
untuk perhiasan didasarkan pada nilai karatnya yang dikombinasikan
dengan nilai kekerasannya, kilauan (cahaya), dan dispersi (pelangi).
Intan yang dimanfaatkan untuk perhiasan akan digosok dengan alat scaif
dengan ganggang yang dinamakan dop, scaif digunakan untuk
menghaluskan intan, memotong secara simetris, dan membentuk intan

14

dengan segi-segi yang memberikan efek berkilau pada intan, dimana


scaif dilapisi dengan serbuk intan dan dilumasi olive oil, dan kemudian
diolah menjadi berbagai macam bentuk perhiasan, membentuk intan
juga menggunakan alat gergaji intan yang terbuat dari bilah baja dan
dilapisi serbuk intan. Gergaji intan saat digunakan juga di berikan olive
oil. Setelah itu intan siap dibentuk menjadi perhiasan.

Gambar 4.9 Proses Penggosokkan Intan Menggunakan Scaif

15

Gambar 4.10 Gergaji Intan

Gambar 4.11 Intan yang Sudah Diolah Menjadi Perhiasan


2. Intan sintesis merupakan intan yang memiliki sifat bergantung pada
detail proses pembuatannya, dan dapat melebihi sifat intan alami. Sifat
kekerasan, konduktivitas termal, dan mobilitas elektronnya dapat
melebihi intan alami. Akibatnya, intan sintetis secara luas dipergunakan
untuk abrasif, pemotong (mata gergaji, mata pahat bor, pemotong kaca)

16

dan alat penghalus dan peredam panas. Aplikasi elektronik berlian


sintetis ada pada saklar berkekuatan tinggi pada pembangkit listrik,
transistor medan efek berfrekuensi tinggi, dan LED. Detektor sinar
ultraviolet atau partikel berenergi tinggi yang terbuat dari berlian sintetis
digunakan pada fasilitas penelitian berenergi tinggi dan tersedia secara
komersial. Untuk membedakan intan sintesis dengan intan mulia
digunakan alat diamond selector dengan teknik spektroskopik khusus
dan juga digunakan metode 4 C tanpa menggunakan alat yaitu dengan
memperhatikan berat (carat), warna (colour), kejernihan/kebersihan
(clarity), dan bentuk asahan (cut).

Gambar 4.12 Mata Gergaji

17

Gambar 4.13 Pahat Mata Bor

Gambar 4.14 Pemotong Kaca

18

Gambar 4.15 Diamond Selector

BAB V

19

PROSPEK PENGEMBANGAN
Para pedagang intan memasarkan barang-barang tersebut dengan secara
langsung menawarkan kepada pembeli, mereka disebut penggurijaan. Para
penggurijaan ini umumnya hanya bermodal kecil, barang dagangan yang mereka
bawa seperti intan yang sudah berbentuk perhiasan, banyak pula para
penggurijaan yang membawa barang dagangan intan dan berlian ke kota-kota
besar di luar Kalimantan. Kota-kota yang banyak dikunjungi mereka umumnya
kota-kota di Pulau Jawa, seperti Surabaya, Semarang, Jakarta, Bandung, dan
Surakarta. Banyak pedagang batu permata dari berbagai negara lain, seperti dari
India, Birma, Thailand, Singapura, Afrika Selatan, Malaysia, bahkan dari negara
Eropa datang untuk membawa bahan baku batu intan. Beberapa pendulang intan
bahkan memilih untuk mengekspor intan mentah langsung tanpa melalui proses
pengrajinan sama sekali, di Eropa, batu mulia tersebut kemudian akan dipotong
menjadi berlian dan dijual kembali dengan harga puluhan kali lipat.
Permasalahan utama pengembangan intan di Martapura masih terkendala,
akibat dari pengrajin di kota ini belum mampu meningkatkan kualitas intan,
sehingga saat diperjual belikan harganya sangat murah. Di samping persoalan
mutu, konsumen intan juga mempersoalkan garansi produk, harga murah bukan
lagi menjadi pilihan pertama. Yang kerap menjadi persoalan klasik, pola dan
sistem yang dipakai masih menggunakan sistem sederhana dan dengan
menggunakan peralatan sederhana pula. Disini, para pengrajin mulai dituntut
menggunakan alat pengolahan yang modern, serta motif-motif dan polesan yang
lebih menarik. Hal ini didasari dengan kebutuhan selera pasar, yang saat ini
menuntut inovasi baru, baik pada motif, bentuk serta variasi khas dari setiap intan,
yang dapat ditampilkan oleh setiap pengrajin. Beberapa hal yang harus dilakukan
terkait dengan pengembangan potensi intan di Martapura :
1. Mengembangkan mekanisme investasi terkait intan adalah elemen sumber
daya yang memiliki prospek investasi ke depan.

20

2. Menjadikan potensi intan sebagai salah satu hal yang harus di analisis
lebih mendalam untuk pengembangannya sehingga dapat menarik investor
baik dalam negeri maupun luar negeri.
3. Mengembangkan sentra-sentra produksi intan yang masih sporadis dan
berskala kecil sehingga pemberdayaannya dapat menambah lapangan kerja
dan menambah pendapatan daerah.

BAB VI
PENUTUP

21

6.1. Kesimpulan
Intan termasuk dalam kelompok bahan galian yang terbentuk secara alami
di kedalaman tertentu dari permukaan bumi. Intan terbentuk pada kedalaman 100
mil (161 km) di bawah permukaan bumi. Intan terbentuk berdasarkan empat teori
1.
2.
3.
4.

yaitu :
Deep Source Eruption.
Subduction Zone Diamonds.
Asteroid Impact Diamonds.
Diamond Formed in Space.
Intan banyak ditemukan di daerah di Indonesia antara lain Riau, Kalimantan
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.
Metode eksplorasi yang digunakan untuk intan adalah dengan pemetaam
geologi dan pengambilan contoh tipe paritan tegak dengan pemilihan daerah
endapan intan yang kemudian dilakukan perhitungan kadar intan. Metode
penambangan dilakukan dengan dua metode yaitu metode penambangan modern
dilakukan dengan bantuan alat pompa semprot untuk membuat lubang tambang
dan metode penambangan tradisional dimana masih menggunakan peralatan
tradisional seperti cangkul untuk menggali lubang tambang.
Pengolahan intan dilakukan dengan sederhana yaitu dibersihkan dengan
larutan campuran yang terdiri dari natrium bicarbonat (NaHCO 3), kaporit
(CaOCl2), garam dapur (NaCl), dan air, kemudian intan kemudian intan digosok
menggunakan alat sikat halus (sikat bulu mata). Untuk memproduksi intan sintesis
digunakan beberapa metode seperti menggunakan tekanan dan temperatur tinggi
(HPHT), deposisi uap kimia (CVD), dan metode peledakkan dan penggunaan
gelombang suara ultrasonik.
Pemanfaatan intan dimanfaatkan berdasarkan jenisnya yaitu intan mulia
digunakan untuk perhiasan sedangkan intan industri atau intan sintetis digunakan
sebagai alat pemotong dan pemoles misalnya sebagai mata gergaji, mata pahat
bor, pemotong kaca. Untuk membedakan intan sintesis dengan intan mulia
digunakan alat diamond selector dengan teknik spektroskopik khusus dan juga
digunakan metode 4 C tanpa menggunakan alat yaitu dengan memperhatikan
berat (carat), warna (colour), kejernihan/kebersihan (clarity), dan bentuk asahan
(cut).
22

Intan dalam bentuk perhiasan banyak dipasarkan umumnya kota-kota di


Pulau Jawa, seperti Surabaya, Semarang, Jakarta, Bandung, dan Surakarta.
Banyak juga pedagang batu permata dari berbagai negara lain, seperti dari India,
Birma, Thailand, Singapura, Afrika Selatan, Malaysia, bahkan dari negara Eropa
datang untuk membawa bahan baku batu intan. Beberapa pendulang intan bahkan
memilih untuk mengekspor intan mentah langsung tanpa melalui proses
pengrajinan sama sekali, di Eropa, batu mulia tersebut kemudian akan dipotong
menjadi berlian dan dijual kembali dengan harga puluhan kali lipat.
6.2. Saran
Perlu adanya perhatian pemerintah setempat terhadap para pendulang intan
agar intan yang di temukan bisa di olah terlebih dahulu sehingga intan tidak di
ekspor dengan harga yang rendah akibat dari intan yang masih berbentuk bahan
mentah.

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2014. Kemilau Intan Bertaburan di Martapura


http://www.pusakaindonesia.org/kemilau-intan-bertaburan-di-martapura/
(diakses 30 April 2015)
Blog Detik. 2014. Berburu Intan di Martapura
http://new.wongkentir.blogdetik.com/2014/10/20/berburu-intan-di-martapura
(diakses 30 April 2015)

23

Bubulemon. 2013. Bahan Galian Industri : Batu Mulia


http://bubulemon.blogspot.com/2013/07/bahan-galian-industri-batu-mulia.html
(diakses 3 Mei 2015)
Diva Mutiara Lombok. 2011. Jenis dan Harga Batu Intan/Berlian (Diamond)
http://www.diva-mutiaralombok.com/news/36/Jenis-dan-harga-batu-Intanberlian-Diamond (diakses 10 Mei 2015)
Duty On Idiot. 2012. Proses Terbentuknya Intan/Diamond
http://planetcopas.blogspot.com/2012/08/proses-terbentuknya-intan.html
(diakses 30 April 2015)
Masturoh Ai. 2011. Teknik Penambangan, Pengelolaan, dan Pemanfaatan Intan
http://aimasturoh.blogspot.com/ (diakses 30 April 2015)
Pradipta Yusuf. 2014. Genesa Diamond
http://yusufprdpt.blogspot.com/2014/12/normal-0-false-false-false-in-x-nonex.html (diakses 3 Mei 2015)
Puitis Edy. 2013. Penelitian Tambang Intan Dengan pengambilan Contoh Tipe
Paritan Tegak di Daerah Pleihari dan Sekitarnya Kaliamtan Selatan
http://www.slideshare.net/edypuitis/penelitian-tambang-intan-denganpengambilan-contoh-tipe-paritan-tegak-di-daerah-pleihari-dan-sekitarnyakalimantan-selatan (diakses 3 Mei 2015)
Strom Wood. 2011. Kota Intan Martapura
http://redrubyready.blogspot.com/2011/03/kota-intan-martapura.html (diakses 2
Mei 2015)
Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Tambang Info. 2013. Kisah Martapura Si Kota Berlian
http://infotambang.com/kisah-martapura-si-kota-berlian-p225-119.htm (diakses
30 April 2015)
UKM Bisnis. 2010. Potensi Batu Mulia Martapura
http://bisnisukm.com/potensi-batu-mulia-martapura.html (diakses 16 Juni 2015)
Wikipedia. 2015. Berlian Sintesis
https://id.wikipedia.org/wiki/Berlian_sintetis (diakses 16 Juni 2015)
Widodo, Aminuddin, M. Ulum A. Gani. 2012. Kajian Upaya Mengurangi
Pencemaran Air Limbah Akibat Penambangan Endapan Intan. Buletin Geologi

24

Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology) Vol. 22 No. 2 Agustus


2012 : 101 114.

25

Anda mungkin juga menyukai