Anda di halaman 1dari 26

Part - 1

PENDIDIKAN PANCASILA
PENGANTAR
MUTRIA FARHAENI, SE., MSi.

PPKB 2012
1

PENDAHULUAN

Setiap bangsa di dunia memiliki suatu pandangan hidup, filsafat


hidup dan pegangan hidup dalam mengatur kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (civic education).
Pancasila merupakan dasar negara, pandangan hidup, ideologi,
dan kepribadian bangsa Indonesia.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia tercantum


dalam UUD 1945, diundangkan dalam Berita republik Indonesia
tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945

Sejarah mencatat upaya-upaya penyimpangan yang berlindung di


balik legitimasi ideologi negara Pancasila. Tap MPR No.
XVIII/MPR/1998 Pencabutan P-4 dan sekaligus pencabutan
Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi orsospol di Indonesia

Pendidikan Tinggi bertugas mengkaji dan memberikan


pengetahuan kepada mahasiswa untuk benar-benar mampu
memahami Pancasila secara ilmiah dan Objektif ke arah cita-cita
bersama bangsa Indonesia dalam hidup bernegara
2

1. LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA


1.1 Landasan Historis
Proses sejarah pembentukan bangsa Indonesia (Prasejarah,
Kerajaan Kuno, Kerajaan Islam, penjajahan, perjuangan
kemerdekaan, kemerdekaan dstnya)
Sejarah Perumusan Pancasila sebagai dasar negara (sejak
sidang BPUPKI I hingga sekarang)
1.2 Landasan Kultural
Fakta budaya dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang
merupakan suatu pandangan hidup, tujuan hidup bersama
dalam suatu negara, yang setiap bangsa memiliki ciri khas
tersendiri.

Landasan
Pancasila-1
1.3 Landasan Yuridis

Perkuliahan Pendidikan Pancasila diatur dalam Undang-Undang


No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional. Pasal 1 ayat 2
disebutkan bahwa sistem pendidikan nasional berdasarkan
Pancasila. Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit pada pasal
37 bahwa kurikulum pendidikan tinggi memuat: pendidikan
agama, pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan bahasa.

SK Dirjen Dikti No. 43/DIKTI/KEP/2006, dijelaskan bahwa misi


Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memantapkan
kepribadian mahasiswa agar secara konsisten mampu
mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

1.4 Landasan Filosofis

Pancasila sebagai dasar negara serta sebagai filsafat hidup bangsa


Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang
bersifat sistematis; suatu kesatuan bagian-bagian, setiap bagian
memiliki fungsi tersendiri, saling berhubungan erat, memiliki
satu tujuan, dan terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.
4

2. TUJUAN PENDIDIKAN
PANCASILA

Mengarahkan perhatian pada moral yang


diharapkan terwujud dalam kehidupan seharihari, yaitu perilaku yang memancarkan iman dan
taqwa terhadap Tuhan YME dalam masyarakat
yang terdiri atas berbagai golongan agama
kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan,
perilaku yang mendukung kerakyatan yang
mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan perorangan dan golongan sehingga
perbedaan pemikiran, diarahkan pada perilaku
yang mendukung upaya mewujudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia(SK Ditjen
Dikti No. 43/DIKTI/Kep./2006)
5

Pendidikan Pancasila bertujuan menghasilkan


peserta didik bersikap dan berperilaku:
1. Beriman dan bertaqwa kepada tuhan YME
2. Berperikemanusian yang adil dan beradab
3. Mendukung persatuan bangsa
4. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan
kepentingan bersama di atas kepentingan
individu maupun golongan
5. Mendukung upaya untuk mewujudkan suatu
keadilan sosial dalam masyarakat
6

Kompetensi Pendidikan Pancasila bertujuan :


1.

Mampu mengambil sikap bertanggung jawab sebagai Warga


negara yang baik (good citizen) sesuai dengan hati nuraninya

2.

Mampu memaknai kebenaran ilmiah-filsafati yang terdapat di


dalam Pancasila

3.

Mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya


bangsa untuk menggalang persatuan Indonesia

4.

Mampu berpikir integral komprehensif tentang persoalanpersoalan hidup berbangsa dan bernegara

5.

Mampu memecahkan persoalan sosial politik dan perkembangan


ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dari perspektif yuridis

6.

Mampu memecahkan persoalan sosial politik dan perkembangan


ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dengan paradigma
Pancasila

3. PEMBAHASAN PANCASILA SECARA ILMIAH


3.1 Syarat-syarat pengetahuan ilmiah
(1) Berobjek; (2) Bermetode; (3) Bersistem; (3) Bersifat Universal
Ad 1. Berobjek

Objek forma yaitu pengkajian Pancasila dalam sudut pandang


bidang ilmu tertentu, misalnya bidang kajian moral disebut
moral Pancasila, bidang hukum dan kenegaraan disebut
Pancasila yuridis kenegaraan, dsb.

Objek materia yaitu suatu objek sasaran pembahasan dan


pengkajian Pancasila baik yang bersifat empiris maupun
nonempiris.
Empiris: lembaran sejarah, bukti sejarah, benda sejarah,
benda budaya, lembaran negara, lembaran hukum maupun
naskah
kenegaraan lainnya, adat-istiadat bangsa
Indonesia. Nonempiris: nilai budaya, moral, religius, sifat,
karakter dan pola budaya dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
8

Pembahasan
Ps. Ilmiah-2
Ad 2. Bermetode

Metode: seperangkat cara atau sistem pendekatan dalam rangka


pembahasan Pancasila untuk mendapatkan suatu kebenaran yang
bersifat objektif. Memilih metode berdasar pada objek forma
ataupun materia, seperti metode analitico syntetic yaitu suatu
perpaduan pendekatan analisis dan sintesis. Pembahasan
Pancasila lasim memakai metode hermeneutika yaitu suatu
pendekatan koherensi historis, serta pemahaman, penafsiran dan
interpretasi untuk menemukan makna dibalik objek. Metodemetode tersebut memakai dasar hukum-hukum logika dalam
menarik suatu kesimpulan.

Ad 3. Bersistem

Pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu yang bulat dan utuh,


dimana bagian-bagiannya saling menunjukkan keterkaitan dan
ketergantungan (interdependensi). Dalam lima sila Pancasila baik
rumusan, inti dan isinya merupakan satu kesatuan yang
sistematik.
9

Pembahasan
Ps. Ilmiah-3

Ad 4. Bersifat Universal
Kebenaran suatu pengetahuan ilmiah harus
bersifat universal, artinya kebenarannya
tidak terbatas oleh waktu, ruang, keadaan,
situasi, kondisi maupun jumlah tertentu.
Hakikat ontologis (intisari, esensi atau
makna) nilai-nilai Pancasila adalah bersifat
universal.

10

Pembahasan
Ps. Ilmiah-4

3.2 Tingkatan Pengetahuan Ilmiah


Bagaimana ..? Pengetahuan
Mengapa ..?
Pengetahuan
Kemana ..?
Pengetahuan
Apa ..?
Pengetahuan

Deskriptif
Kausal
Normatif
Essensial

Untuk mengetahui lingkup kajian Pancasila serta


kompetensi pengetahuan dalam membahas
Pancasila secara ilmiah, maka perlu diketahui
tingkatan pengetahuan ilmiah sebagai panduan
dalam menjawab pertanyaan di atas.

11

Pembahasan
Ps. Ilmiah-5

1. Pengetahuan Deskriptif (bagaimana)


Yaitu
suatu jenis pengetahuan yang memberikan suatu
keterangan, penjelasan yang objektif tentang Pancasila sebagai
hasil budaya bangsa Indonesia. Mencakup kajian sejarah
perumusan, nilai-nilai serta kedudukan dan fungsi Pancasila.
Misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, kepribadian
bangsa, dasar negara, ideologi bangsa, dsb.
2. Pengetahuan Kausal (mengapa)
Yaitu suatu pengetahuan yang memberikan jawaban tentang
sebab dan akibat. Proses kausalitas terjadinya Pancasila memiliki
empat kausa: kausa materialis, kausa formalis, kausa effisien dan
kausa finalis. Selain itu berkaitan dengan Pancasila sebagai
sumber nilai yaitu sumber norma dalam negara sehingga
konsekuensi dalam segala realisasi dan penjabarannya senantiasa
berkaitan dengan hukum kausalitas.

12

Pembahasan
Ps. Ilmiah-6

3. Pengetahuan normatif (kemana)


Yaitu suatu jenis pengetahuan yang memberikan suatu ukuran,
parameter, serta norma-norma yang konkrit tentang realisasi
pengamalan Pancasila. Kajian ini dapat membedakan secara
normatif realisasi atau pengamalan Pancasila yang seharusnya
dilakukan das sollen dan kenyataan faktual das sein dalam
kehidupan yang dinamis .
4. Pengetahuan Essensial (apa)
Yaitu suatu pengetahuan yang memberikan jawaban tentang
hakikat segala sesuatu untuk menemukan intisari dan makna yang
terdalam dari sila-sila pancasila (kajian ilmu filsafat). Misalnya,
Pancasila yuridis kenegaraan sebagai dasar negara mengkaji baik
hukum dan moral realisasi penerapannya dalam segala aspek
bernegara.

13

4. PENGERTIAN PANCASILA
Pengertian Pancasila berdasarkan:
1.Etimologis
Pancasila terdiri dari dua arti leksikal dalam bahasa
Sansekerta:
Panca artinya lima
Syila (vokal i pendek) artinya batu sendi, alas,
atau dasar
Syiila (vokal ii panjang) artinya peraturan
tingkah laku yang baik
Makna Pancasila secara arfiah adalah dasar yang
memiliki lima unsur.

14

2. HISTORIS

29 April
1945. Jepang membentuk Dokuritsu Junbi
Cosakai dilafalkan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai atau Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito.
Tujuannya, memeroleh dukungan bangsa Indonesia
dengan menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses
kemerdekaan Indonesia.
BPUPKI beranggotakan 63 orang yang diketuai oleh
Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Hibangase
Yosio (orang Jepang) dan R.P. Soeroso.
BPUPKI bersidang dua kali. Rapat I (28 Mei 1 Juni 1945)
membahas tema dasar negara. Rapat II (10-17 Juli 1945)
tema pembahasan bentuk negara, wilayah negara,
kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar,
ekonomi dan keuangan, pembelaan negara, pendidikan
dan pengajaran.
15

Historis
Pancasila-2

Rapat Pertama
28 Mei 1945. Rapat resmi dibuka pembahasan dimulai
keesokan harinya dengan tema dasar negara. Pada rapat
pertama ini terdapat 3 orang yang mengajukan
pendapatnya tentang dasar negara.

29 Mei 1945. Muhammad Yamin mengemukakan lima


asas dasar negara Indonesia Merdeka yang dicita-citakan:
1. Peri Kebangsaan
2.
3.
4.
5.

Peri Kemanusiaan
Peri Ketuhanan
Peri Kerakyatan
Kesejahteraan Rakyat

16

Historis
Pancasila-3

31 Mei 1945. Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan lima


asas dasar negara:
1. Persatuan
2. Mufakat dan Demokrasi
3. Keadilan Sosial
4. Kekeluargaan
5. Musyawarah

17

Historis
Pancasila-4

Juni 1945. Ir. Soekarno


Mengemukakan lima asas sebagai dasar
negara Indonesia yang disebut Pancasila:
1. Nasionalisme atau Kebangsaan
Indonesia
2. Internasionalisme atau
Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan Yang Berkebudayaan
18

Historis
Pancasila-5

Soekarno menjelaskan lebih lanjut kelima sila


tersebut dapat diperas menjadi Tri Sila:
1. Sosio Nasional, yaitu: Nasionalisme dan
Internasionalisme
2. Sosio Demokrasi, yaitu: Demokrasi dengan
kesejahteraan
3. Ketuhanan Yang Maha Esa
Adapun Tri Sila tersebut masih diperas lagi
menjadi Eka Sila atau satu sila yang intinya
adalah gotong royong

19

Historis
Pancasila-6

Masa antara Rapat Pertama dan Kedua


Dalam masa reses (masa istirahat) antara Sidang I BPUPKI dengan
Sidang II BPUPKI, masih belum ditemukan kesepakatan untuk
perumusan dasar negara, sehingga akhirnya dibentuklah panitia
kecil untuk menggodok berbagai masukan. Panitia kecil
beranggotakan 9 orang dan dikenal pula sebagai Panitia Sembilan
dengan susunan sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno (ketua) ketua
2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Achmad Soebardjo (anggota)
4. Mr. Muhammad Yamin (anggota)
5. KH. Wachid Hasyim (anggota)
6. Abdul Kahar Muzakir (anggota)
7. Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)
8. H. Agus Salim (anggota)
9. Mr. A.A. Maramis (anggota)

20

Historis
Pancasila-7

22 Juni 1945. Setelah melakukan kompromi antara 4


orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4 orang dari
pihak Islam, Panitia Sembilan kembali bertemu dan
menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan
Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan:
1.

Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat


Islam bagi pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan
5.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

21

Historis
Pancasila-8

Rapat Kedua
10-17 Juli 1945. Mengangkat tema bahasan
bentuk
negara,
wilayah
negara,
kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang
Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan
negara, pendidikan dan pengajaran.
Dalam rapat ini dibentuk Panitia Perancang
Undang-Undang Dasar beranggotakan 19 orang
dengan ketua Ir. Soekarno, Panitia Pembelaan
Tanah
Air
dengan
ketua
Abikoesno
Tjokrosoejoso dan Panitia Ekonomi dan
Keuangan diketuai Mohamad Hatta.

22

Historis
Pancasila-9

11 Juli 1945. Panitia Perancang UUD membentuk lagi


panitia kecil beranggotakan 7 orang: Soepomo (ketua
merangkap anggota), Wongsonegoro, Achmad Soebardjo,
A.A. Maramis, R.P. Singgih, H. Agus Salim, Dr. Soekiman
13 Juli 1945. Panitia Perancang UUD mengadakan sidang
untuk membahas hasil kerja panitia kecil perancang UUD
tersebut.
14 Juli 1945. Rapat pleno BPUPKI menerima laporan
Panitia Perancang UUD yang dibacakan oleh Ir. Soekarno.
Dalam laporan tersebut tercantum tiga masalah pokok
yaitu: 1) pernyataan Indonesia merdeka, 2) pembukaan
UUD, 3) batang tubuh UUD
Konsep proklamasi kemerdekaan rencananya akan disusun
dengan mengambil tiga alenia pertama Piagam Jakarta.
Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir
seluruhnya diambil dari alinea keempat Piagam Jakarta.
23

3. TERMINOLOGIS

17 Agustus 1945. Proklamasi sebagai pernyataan resmi


deklarasi kelahiran negara Republik Indonesia.

18 Agustus 1945. PPKI mengadakan sidang pertama


sekaligus mengesahkan UUD 1945.
UUD 1945 terdiri dari dua bagian yaitu Pembukaan UUD
1945 dan 37 pasal, 1 aturan peralihan terdiri atas 4 pasal,
dan 1 Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat.
Dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat tercantum
rumusan Pancasila yang sah secara konstitusional. Tap
No.XX/MPRS/1966 dan Inpres No.12 Tanggal 13 April
1968 menegaskan pengucapan, penulisan, dan rumusan
Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia yang sah dan
benar adalah sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945.

24

Terminologis
Pancasila-2

Rumusan-rumusan Pancasila yang berbeda dari


Pembukaan UUD 1945:
Rumusan Pancasila dalam Konstitusi RIS (291249
s/d 170850) dan UUDS 1950 (170850 s/d
050759):
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial

25

TERIMAKASIH
ATAS PERHATIAN ANDA

26

Anda mungkin juga menyukai