Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

KELOMPOK 2
CHALAZION

Dosen Pengampuh : dr. Suwandi, Sp. M.

Anggota :
1.
2.
3.
4.
5.

Rika Angelia
Mutia Hasmita
Ana Rofiatul Marah
Devi Arisanti
Fieka Soraya

6. Lulya Suswiratika

G1A108002
G1A108021
G1A108040
G1A108058
G1A108076
G1A107043

Program Studi Pendidikan Dokter


Universitas Jambi
2010/2011
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................

I. Pendahuluan...............................................................................................

II. Definisi.........................................................................................................

III.Etiologi.........................................................................................................

IV. Epidemiologi................................................................................................

V. Patofisiologi.................................................................................................

VI. Manifestasi Klinis.......................................................................................

VII.

Diagnosis Banding...................................................................................... 6

VIII. Diagnosa...................................................................................................... 7
IX. Penatalaksanaan.........................................................................................

X. Prognosis.....................................................................................................

XI. Komplikasi..................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................

10

I. PENDAHULUAN
Anatomi Palpebra
Kelopak mata atau palpebra di bagian depan memiliki lapisan kulit yang tipis,
sedang di bagian belakang terdapat selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian berupa kelenjar-kelenjar dan otot. Kelenjar yang
terdapat pada kelopak mata di antaranya adalah kelenjar Moll atau kelenjar keringat,
kelenjar Zeiss pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus yang bermuara
pada margo palpebra.
Sedangkan otot yang terdapat pada kelopak adalah M. Orbikularis Okuli dan M.
Levator Palpebra. Palpebra diperdarahi oleh Arteri Palpebra. Persarafan sensorik kelopak
mata atas berasal dari ramus frontal n. V, sedangkan kelopak mata bawah dipersarafi oleh
cabang ke II n. V. 1

Pada kelopak terdapat bagian-bagian:


1. Kelenjar :
a. Kelenjar Sebasea
b. Kelenjar Moll atau Kelenjar Keringat

c. Kelenjar Zeis pada pangkal rambut, berhubungan dengan folikel rambut dan juga
menghasilkan sebum
d. Kelenjar Meibom (Kelenjar Tarsalis) terdapat di dalam tarsus. Kelenjar ini
menghasilkan sebum (minyak).
2. Otot-otot Palpebra:
a. M. Orbikularis Okuli
Berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit
kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut
sebagai M. Rioland. M. Orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi
N. Fasialis.
b. M. Levator Palpebra
Bererigo pada Anulus Foramen Orbita dan berinsersi pada Tarsus Atas dengan
sebagian menembus M. Orbikularis Okuli menuju kulit kelopak bagian tengah. Otot
ini dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak mata atau
membuka mata.1
3. Di dalam kelopak mata terdapat :
a. Tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar
Meibom yang bermuara pada margo palpebra
b. Septum Orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan
c. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (tediri atas jaringan ikat yang merupakan
jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak mata atas
dan 20 buah di kelopak bawah)
d. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah A. Palpebrae
e. Persarafan sensorik kelopak mata atas dapat dibedakan dari remus frontal N. V,
sedang kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V (N. V2).
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan
melakukan eversi kelopak.Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli.
Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan
musin.1

Gerakan palpebra :
3

1. Menutup Kontraksi M. Orbikularis Okuli (N.VII) dan relaksasi M. Levator


Palpebra superior. M. Riolani menahan bgn belakang palpebra terhadap dorongan
bola mata.
2. Membuka Kontraksi

M.

Levator

Palpebra

Superior

(N.III).

M.

Muller

mempertahankan mata agar tetap terbuka.


3. Proses Berkedip (Blink): Refleks (didahului oleh stimuli) dan Spontan (tidak
didahului oleh stimuli) Kontraksi M. Orbikularis Okuli Pars Palpebra.

II.DEFINISI
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat.
Pada kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang
mengakibatkan peradangan kronis tersebut. Biasanya kelainan ini dimulai penyumbatan
kelenjar oleh infeksi dan jaringan parut lainnya.2

III.

ETIOLOGI
Kalazion juga disebabkan sebagai lipogranulomatosa kelenjar Meibom. 2 Chalazion
mungkin timbul spontan disebabkan oleh sumbatan pada saluran kelenjar atau sekunder
dari hordeolum internum. Kalazion dihubungkan dengan seborrhea, chronic blepharitis,
dan acne rosacea.

IV.

EPIDEMIOLOGI
Chalazion terjadi pada semua umur; sementara pada umur yang ekstrim sangat
jarang, kasus pediatrik mungkin dapat dijumpai. Pengaruh hormonal terhadap sekresi
sabaseous dan viskositas mungkin menjelaskan terjadinya penumpukan pada masa
pubertas dan selama kehamilan.3

V. PATOFISIOLOGI
Kalazion tidak terinfeksious yang merupakan radang granulomatosa kelenjar
Meibom. Nodul terlihat atas sel imun steroid responsive termasuk jaringan ikat makrofag
seperti histiosit, sel raksasa multinucleate sel plasma, sepolimorfonuklear leukosit dan
eosinofil.2
Chalazion akan memberi gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemik,
tidak ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preaurikuler tidak membesar.
Kadang-kadang mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga
terjadi kelainan refraksi pada mata tersebut.
Kerusakan lipid yang mengakibatkan tertahannya sekresi kelenjar, kemungkinan
karena enzim dari bakteri, membentuk jaringan granulasi dan mengakibatkan inflamasi.
4

Proses granulomatous ini yang membedakan antara chalazion dengan hordeolum internal
atau eksternal (terutama proses piogenik yang menimbulkan pustul), walaupun chalazion
dapat menyebabkan hordeolum, begitupun sebaliknya. Secara klinik, nodul tunggal
(jarang multipel) yang agak keras berlokasi jauh di dalam palpebra atau pada tarsal.
Eversi palpebra mungkin menampakkan kelenjar meibom yang berdilatasi.2

VI.

MANIFESTASI KLINIS
a. Benjolan pada kelopaka mata, tidak hiperemis dan tidak ada nyeri tekan.
b. Pseudoptosis
c. Kelenjar preaurikel tidak membesar. Kadang-kadang mengakibatkan perubahan
bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi pada mata
tersebut.
d. Pada anank muda dapat diabsobsi spontan.2, 4

VII. DIAGNOSIS BANDING


a. Hordeoulum.2

b. Dermoid Cyst.2

c. Tear Gland Adenoma.7

d. Blefaritis.7

e. Trikiasis.7

VIII. DIAGNOSA
Diagnosa ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan kelopak mata.
Kadang saluran kelenjar Meibom bisa tersumbat oleh suatu kanker kulit, untuk
memastikan hal ini maka perlu dilakukan pemeriksaan biopsi.6

IX.

PENATALAKSANAAN
Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat diabsorbsi
(diserap) setelah beberapa bulan atau beberapa tahun.
1. Kompres hangat 10-20 menit 4kali sehari.
2. Antibiotika topikal dan steroid disertai kompres panas dan bila tidak berhasil
dalam waktu 2 minggu maka dilakukan pembedahan.
3. Bila kecil dapat disuntik steroid dan yang besar dapat dilakukan pengeluaran
isinya.
4. Bila terdapat sisa bisa dilakukan kompres panas.2
Untuk mengurangi gejala :
a. Dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau dilakukan ekstirpasi
kalazion tersebut. Insisi dilakukan seperti insisi pada hordeolum internum.
b. Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa klai sebaiknya dilakukan
pemeriksaan histopatologik untuk menghindarkan kesalahan diagnosis dengan
kemungkinan adanya suatu keganasan. 4
Ekskokleasi Kalazion
Terlebih dahulu mata ditetesi dengan anastesi topikal pentokain.Obat anestesia
infiltratif disuntikan dibawah kulit didepan kalazion. Kalazion dijepit dengan klem
kalazion kemudian klem dibalik sehingga konjungtiva tarsal dan kalazion terlihat.
Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai
bersih. Klem kalazion dilepas dan diberi salem mata.

Pada abses palpebra pengobatan dilakukan dengan insisi dan pemasangan


drain kalau perlu diberi antibiotik, lokal dan sistemik. Analgetika dan sedatif diberikan
bila sangant diperlukan untuk rasa sakit.3

Catatan :
- Dalam menangani hordeolum dan kalazion, kemudian keganasan jangan
-

dilupakan.
Apabila peradangan tidak mereda perlu dilakukan pemeriksaan uji resistensi dan
dicari underlying cause.4

Penyulit :
Kalazion besar dapat mengakibatkan astigmat
Hati-hati kemungkinan karsinoma sel sebasea.2

X. PROGNOSIS
Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Seringkali
timbul lesi baru, dan rekuren dapat terjadi pada lokasi yang sama akibat drainase yang
kurang baik. Kalazion yang tidak memperoleh perawatan dapat mengering dengan
sendirinya, namun sering terjadi peradangan akut intermiten.6

XI.

KOMPLIKASI
Rusaknya sistem drainase pada kalazion dapat menyebabkan trichiasis, dan
kehilangan bulu mata. Kalazion yang rekuren atau tampat atipik perlu dibiopsi untuk
menyingkirkan adanya keganasan. Astigmatisma dapat terjadi jika massa pada palpebra
sudah mengubah kontur kornea. Kalazion yang drainasenya hanya sebagian dapat
menyebabkan massa jaringan granulasi prolapsus diatas konjungtiva atau kulit.6

DAFTAR PUSTAKA

1. Diunduh dari: URL: www.note.php.htm.com (diakses 10 Februari 2011)


2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: FK UI; 2009. hal 28-29.
3. Diunduh dari: URL:
www.Cientha%20%C2%BB%20Blog%20Archive%20%C2%BB
%20KALAZION.htm.com (diakses 10 Februari 2011).
4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: FK UI; 2009. hal 94-75.
5. Ilyas, Sidarta. dkk. Ilmu Penyakit Mata: Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa
Kedokteran). Edisi ke-2. Jakarta: CV Sagung Seto; 2009. hal 61.
6. Menaravisi. Kalazion. Tanya Dokter (online). 2006-2011. Diunduh dari: URL:
http://www.tanyadokter.com/disease.asp?id=1001124 (diakses 10 Februari 2011).
7. Ophthalmologists of The Internationally Renowned Hospital for Oculoplastic Surgery
(online). Germany. 2006. Diunduh dari: URL:
http://www.palpebra.com/english/clinical_pictures/pic_2007025.html

(diakses

10

Februari 2011).

Anda mungkin juga menyukai