Skizofrenia Paranoid Trisakti RSMM
Skizofrenia Paranoid Trisakti RSMM
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. AS
Umur
: 39 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Sunda
Alamat
Pekerjaan
: Tidak bekerja
Pendidikan Terakhir
: SMP
Status Pernikahan
: Menikah
Tanggal masuk RS
: 24 September 2015
Alloanamnesis
tendang-tendang,
sehingga
pasien
berusaha
untuk
dikarenakan
pasien
menganggap
keluarganya
tidak
Pasien bersekolah dengan jalan kaki karena jaraknya tidak begitu jauh,
pasien memiliki mata pelajaran favorit yaitu sejarah dan olahraga,
serta kegiatan lain diluar akademik yaitu menanam serta mengikuti
kegiatan diluar jam sekolah.
c. Perkembangan kognitif dan motorik
Tidak ada disfungsi otak atau gangguan perkembangan yang spesifik.
d. Problem emosi atau fisik khusus remaja
Tidak di dapatkan problem emosi atau fisik yang khusus saat remaja
pada pasien.
e. Riwayat psikoseksual
Pasien pertama kali memiliki pacar ketika kelas 1 SMP, dan
mendapatkan mimpi basah pada tahun yang sama, ketika pasien
memiliki pacar pasien mengatakan semakin semangat ke sekolah dan
sering malu-malu jika bertemu pacarnya saat itu. Namun hubungannya
dengan pacarnya bertahan hanya 1 bulan. Pasien mengatakan minatnya
terhadap lawan jenis tinggi namun saat itu pasien malu untuk dekat
dengan lawan jenis.
f. Latar belakang agama
Keluarga pasien semuanya beragama Islam, dan pasien pun seorang
muslim, dikatakan oleh pasien bahwa sikap keluarganya terhadap
perintah agama cenderung tolerir atau permisif terhadap perintah
agama. Pasien sering melakukan perintah agama dan mengikuti
pengajian di sekitar rumah yang disebut oleh pasien tempatnya
bernama Al-jazirah, namun dikatakan oleh pasien tidak memiliki
kelompok agama khusus.
5. Riwayat masa dewasa
a. Riwayat pekerjaan
Pasien saat ini tidak bekerja. Pasien mengatakan bekerja dari mulai SD
saat itu menjual es dan di jual kepada teman-temannya seharga Rp 2550 untuk membantu uang jajan sekolah, dan sempat bekerja sebagai
pembuat batu koral, Kemudian pada usia 16 tahun pasien bekerja
sebagai kenek di bis antar kota, selanjutnya pada tahun 2010 pasien
menjadi supir bus antar kota dan di gaji Rp 100.000 per hari, namun
dikatakan pasien tidak setiap hari nyetir dan pasien mengatakan
dikeluarkan dari pekerjaannya setelah 1 tahun menyetir bus. Jika
disuruh memilih pasien menginginkan menjadi seorang TNI.
b. Aktivitas sosial
Setelah menikah pasien jarang mengikuti aktivitas disekitar
lingkungan dikarenakan pasien bekerja dan juga karena sempat
mengalami perceraian pasien harus pindah rumah dan sulit untuk
beradaptasi dengan lingkungan barunya.
c. Kehidupan seksual masa dewasa
Pasien menikah sebanyak 3 kali, menikah pertama pada usia 17 tahun
dan bercerai pada usia pernikahan 1 tahun dikarenakan ada konflik
dengan keluarga istri, menikah kedua pada usia 22 tahun dan
dikatakan istrinya sempat meninggalkannya dengan laki-laki lain yang
bekerja di luar negeri sebagai TKI dan akhirnya bercerai, dan
hubungan dengan istri ketiga tidak harmonis karena pasien sempat
diusir dari rumah, pasien memiliki satu anak dari pernikahan yang
ketiga.
E. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Menurut pasien, hubungan
dengan orang tua dan kakanya serta adiknya tidak akrab dikarenakan keluarganya
dianggap tidak memperdulikan dirinya, dan sempat terjadi konflik yang besar
antara pasien dengan kakaknya ketika kakak pasien menjual tanah pemberian dari
ayahnya dan tidak membagi hasil jualnya kepada pasien. Pasien diusir dari rumah
oleh istrinya, dan pasien sempat tinggal dirumah tantenya sekitar 2 minggu dan
pergi ketempat sepupunya selama hampir 2 bulan.
2.
3.
4.
Sistem nilai
Pasien kurang mampu mengurus diri sendiri sejak sakit.
Dorongan kehendak
Pasien tidak mempunyai dorongan kehendak pada saat ini.
Hal yang menjadi sumber kejengkelan atau frustasi dan yang membuat
bahagia atau senang
Pasien mengatakan tidak ada.
i.
Penampilan
Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 39 tahun dengan penampilan
sesuai dengan usia, kulit berwarna sawo matang, berambut hitam, pendek.
Pada saat wawancara pasien menggunakan kaos berwarna abu-abu dan
Selama wawancara
Pasien duduk menghadap ke pemeriksa ekspresi tenang, kokooperatif,
tidak ada gerakan involunter, jawaban relevan.
Setelah wawancara
Pasien tidur kembali ditempat tidur.
iv. Pembicaraan
2). Tempat
RSMM.
3). Personal : Baik, Pasien dapat mengenali pemeriksa sebagai dokter muda.
iv. Daya ingat
1). Jangka panjang
10
sebelum wawancara.
: Baik, pasien dapat mengulang kata-kata yang
disebutkan pemeriksa dengan baik dan berurutan
11
Ada / tidak
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
12
Secara
umum,
dapat
dipercaya
baik
alloananmnesis
maupun
autoanamnesis.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
( 24-September-2015)
A. Status Interna
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: kompos mentis
Status gizi
: BB = 70 kg, TB = 168cm
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Suhu
: 37,2
Mata
: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak
THT
ditemukan kelainan
: sekret (-), palpasi pada daerah sinus maksilaris tidak
Mulut
Leher
Paru
Jantung
:
:
:
:
dirasakan nyeri
stomatitis (-), gigi rapi, terlihat agak kekuningan
tidak terdapat pembesaran KGB dan pembesaran tiroid.
vesikuler (+/+), ronkhi (-), whezzing (-)
BJ 1- BJII reguler, gallop (-), murmur (-)
13
Abdomen
Ekstremitas
Kulit
B. Status Neurologis
GCS
: 15
: negatif
: tidak ditemukan
Motorik
: 5/5/5/5
Sensorik
14
jelas. Pasien juga sering melihat hal-hal ghaib yang tidak bisa dilihat orang pada
umumnya seperti melihat malaikat dan melihat bayangan yang melayang-layang.
Pada pemeriksaan status mental tanggal 27 September 2015 tampak pasien
menggunakan kaos abu-abu dan memakai celana panjang, penampilan sesuai
dengan usia, perawakan cukup, perawatan diri cukup. Perilaku dan aktivitas
psikomotorik pasien baik, terlihat pasien dapat bergaul dengan perawat bangsal .
Selama wawancara pasien duduk dengan tenang di kursi, kontak mata pasien
dengan pemeriksa baik. Sikap pasien dengan pemeriksa kooperatif dalam
menjawab pertanyaan, dan jawaban sesuai dengan pertanyaan walaupun
terkadang jawaban tidak rasional. Pembicaraan spontan dalam menjawab,
intonasi suara baik, artikulasi jelas. Mood eutim, afek luas, pembicaraan dengan
afek sesuai. Pada gangguan persepsi ditemukan halusinasi visual, auditorik dan
terdapat ilusi. Bentuk pikiran non realistik, isi pikir waham kebesaran, dengan
proses arus pikir flight of idea, RTA terganggu dengan tilikan derajat satu.
Pada pemeriksaan fisik Interna dan neurologis dalam batas normal dan tidak
ditemukan kelainan.
15
(Rentang 1)
2011
(Rentang 2)
Agustus
Desember
Juli
Sept
2014
2014
2015
2015
Tahun 2011
Keluhan marah-marah tanpa alasan yang jelas mulai muncul, dan
pasien dikatakan sering mondar mandir serta berbicara sendiri, saat
itu dibawa oleh kakak pasien ke tempat orang pintar (dukun)
dikatakan bahwa pasien lebih tenang dan tidak marah-marah lagi
Agustus 2014
Dikatakan awal bulan agustus tahun 2014, pasien mulai menunjukan
gejala-gejala aneh lagi, seperti berbicara sendiri, tidak bisa diatur dan
16
keluarga lainnya.
Rentang 2
Pada periode ini pasien dikatakan hidup tidak menentu tempat
tinggalnya terkadang dirumah tante atau paman, terkadang dirumah
kakak atau adik pasien dan terkadang dirumah sepupu, pada rentan ini
pekerjaan pasien adalah menyapu jalanan dimanapun dan dikatakan
oleh kakak pasien, pasien mendapatkan uang dari orang-orang yang
lewat dan digunakan pasien untuk beli makan dan pergi-pergi naik
angkot. Dan tidak pernah ada yang mengontrol kesehatan jiwa pasien
September 2015
Pasien datang kembali ke IGD RSMM dengan keluhan melempar
barang-barang dan mengamuk dirumah, serta sering berbicara sendiri
dan mengganggu warga, hal tersebut dicetuskan oleh pasien yang
tidak meminum obat dan tidak pernah diajak kontrol kesehatan jiwa
oleh
keluarganya,
pasien
juga
mengatakan
dirinya
adalah
18
kemampuan
Assessment Of Functioning
penyesuaian
menggunakan
skala
Global
tertinggi dalam satu tahun terakhir (HLPY) didapatkan jika 70-61 yakni beberapa
gejala ringan, menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum baik. Untuk
saat ini 60-51 dengan gejala sedang (moderete), disabilitas sedang.(1)
VII
19
Aksis I
Aksis II
Aksis III
: Tidak ada
Aksis IV
Aksis V
VIII. DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
: -
: dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia ad malam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
20
21
- Memberikan
kehidupannya
dan
meyakinkan
pasien
agar
mau
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas atau kurang tajam) :
a. Isi Pikiran
1) thought eco = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda.
2) thought insertion or withdrawl = isi pikiran yang asing dari luar
masukke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawl)
3) thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya.
b. Waham
1) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
2) delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar
3) delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
4) delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.
22
c. Halusinasi auditorik
1) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien
2) Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara)
3) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, mislanya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain)
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a.
Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengembang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang
menetap atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulanbulan terus menerus.
b.
Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu
c.
d.
atau neologisme.
Gejala gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan response emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi
3.
4.
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
23
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, sikap larut dalam
diri sendiri, tidak berbuat sesuatu, dan penarikan diri secara sosial.(1)
Skizofrenia diklasifikasikan menjadi 5 yaitu katatonik, hebefrenik, residual,
paranoid, dan yang tak terdefinisi. Skizofrenia paranoid sendiri merupakan salah satu
sub tipe dari Skizofrenia. Kriteria diagnosis untuk Skizofrenia paranoid menerut
PPDGJ III :
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
b. Sebagai tambahan:
1) Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing)
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh. Halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity
(delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar beraneka ragam,
adalah yang paling khas
2) Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif nyata/ tidak menonjol.
Untuk pengobatan psikofarmaka, pengobatan yang dipilih pada pasien ini
adalah pemberian Haloperidol dan Trihexylfenidyl. Kedua obat tersebut termasuk
kedalam obat antipsikotik golongan tipikal. Mekanisme kerja obat golongan tipikal
adalah dengan memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak,
khusunya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal sehingga efektif untuk gejala
positif. Efek sampingnya dapat berupa sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, mulut
kering), gangguan ekstrapiramidal (Parkinson-like Syndrome yaitu tremor dan
24
rigiditas). Namun, efek samping antipsikotik atipikal lebih minimal dari antipsikotik
tipikal.(2)
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III dan DSM V),
Cetakan kedua. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
2. Maslim, Rusdi. (2007). Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik,
edisi ketiga. : Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya
3. Sadock BJ, Sadock VA. (2013). Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis
Edisi 2. Jakarta: EGC,
4. Agus, Dharmady. Psikopatologi. (2003). Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
dan Perilaku Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
25