Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PPP2

Menceritakan Pengalaman PPL-PPP


di SMAN 14 Surabaya

Oleh:
Diyah Fatmawati
12030174057 - 2012C

S1 Pendidikan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Universitas Negeri Surabaya

2015

Pengalaman Mengajar di SMAN 14


Surabaya

Pada saat melaksanakan kegiatan PPL-PPP


di SMAN 14 Surabaya ada satu pengalaman yang
tak terlupakan bagi saya. Sebelumnya saya akan
menjelaskan pembagian mengajar saya di SMAN
14 Surabaya. Saya (Diyah Fatmawati) dan
Ismiyatul Laili mengajar di kelas X P1. Sedangkan
Indah Wahyu Utami dan Gita Rahayu mengajar di
kelas X P2. Selain itu saya ikut membantu guru
pamong mengajar di kelas XII P5, Ismi di XII P3,
Indah di XII P4, dan Gita di XII P6.
Pengalaman tak terlupakan saya terjadi saat
membantu Ismi mengajar di XII P3. Pada saat itu
Ismi sedang mengajar di depan kelas tentang
materi
menyelesaikan
determinan
matriks
dengan cara Sarrus. Saya, Indah, dan Gita
berkeliling untuk memfasilitasi siswa yang tidak
paham dan ingin bertanya namun malu untuk
mengangkat tangan bertanya di depan kelas.
Saat itu ada siswa laki-laki yang memanggil
saya
dan
bertanya
mengapa
dalam
menyelesaikan determinan matriks dengan cara
Sarrus harus mengikuti tanda positif kemudian
negatif secara bergantian di setiap kolom.

Pertanyaan itu sebenarnya mudah, namun terasa


sulit dalam menjawab karena dalam perkuliahan
pun kami langsung diajarkan menyelesaikan
determinan matriks dengan cara Sarrus saja
tanpa dijelaskan mengapa caranya seperti itu.
Karena kesulitan menjawab pada saat itu
secara spontanitas saya hanya menjawab bahwa
itu sudah cara dari Metode Sarrus. Saya merasa
jawaban saya sangat tidak memuaskan bagi
siswa karena belum menjawab pertanyaan itu
sendiri. Namun anehnya siswa laki-laki tersebut
sudah menunjukkan raut muka kepuasan akan
jawaban saya dan mengucapkan terima kasih
seakan pertanda dia menjadi paham akan
jawaban yang saya berikan.
Karena merasa bersalah, saya lalu bertanya
pada teman-teman saya namun mereka juga
sama seperti saya tidak memiliki jawaban yang
tepat akan pertanyaan itu. Selanjutnya Indah
berinisatif untuk membantu saya bertanya
kepada guru pamong, namun setelah Indah
bertanya pada guru pamong sudah tidak ada
kesempatan lagi untuk menjelaskan kembali
pada siswa tersebut.
Selain itu ada pengalaman lain yang juga
menarik ketika saya mengajar di SMAN 14
Surabaya. Pengalaman itu terjadi ketika guru
pamong kami berhalangan hadir ke sekolah

sehingga kami harus mengajar mandiri di kelas


XII. Topik yang harus diajarkan ketika itu adalah
Menyelesaikan Persamaan Linier Tiga Variabel
(SPLTV) dengan cara determinan. Kebetulan topik
itu dipakai di semua kelas, baik kelas saya,
Indah, Ismi, maupun Gita. Kelas Indah lah yang
pertama kali mengajar dilanjutkan dengan kelas
Ismi, Gita, dan terakhir kelas saya. Karena topik
di setiap kelas sama maka materi yang kami
ajarkan di kelas kami masing-masing pun juga
sama. Tanpa diduga ketika guru pamong kami
sudah masuk minggu depan, Beliau mengecek
catatan siswa saat kami mengajar. Kebetulan
kelas yang pertama kali dicek adalah kelas Ismi.
Ternyata ada kesalahan konsep yang kami
ajarkan dan tentu saja karena bahan ajar kami
sama maka kesalahan konsep bukan hanya
terjadi di kelas Ismi saja, namun juga di kelas
saya, Indah, dan Gita. Hal ini memberikan
pelajaran bagi kami bahwa tidak semua sumber
belajar itu benar sehingga kami harus teliti dalam
memilih sumber belajar.
Menurut saya ada hal yang tidak saya
dapatkan ketika berada di bangku kuliah namun
ternyata ini sangat dibutuhkan ketika terjun di
lapangan. Pertama kami tidak pernah diajarkan
tentang bagaimana membuat Program Tahunan,
Program Semester, dan Pekan Efektif. Padahal
ketiga hal tersebut sangat dibutuhkan karena
merupakan bagian dari tagihan guru pamong

kami selain RPP. Kami sangat kebingungan dalam


mengerjakan ketiga hal tersebut. Beruntungnya
kami mendapatkan guru pamong yang sangat
baik sehingga tidak keberatan mengajarkan kami
dari
awal
dan
menuntun
kami
dalam
mengajarkan.
Kedua yang sangat fatal adalah selama
bangku kuliah kami tidak pernah diajarkan
bagaimana
membuat
proposal
PTK
atau
penelitian tindakan kelas. Padahal dalam tugas
akhir PPL-PPP, kami diminta membuat proposal
PTK. Akibatnya pada saat membuat, kami hanya
mencari referensi dari internet. Dan tentu saja itu
tidak cukup sehingga banyak kesalahan yang
kami buat ketika membuat proposal PTK. Dan
sampai sekarang pun kami tidak tahu proposal
PTK yang sudah kami buat sudah benar atau
tidak. Kalau pun salah, kami juga tidak tahu
bagaimanakah proposal PTK yang benar.
Hal ini tentu bisa menjadi bahan evaluasi
bagi para dosen untuk menyiapkan keperluan
yang dibutuhkan bagi mahasiswanya ketika
terjun ke lapangan. Keperluan mahasiswa untuk
dapat terjun ke lapangan bukan hanya sekedar
membuat RPP dan mensimulasikan RPP saja
namun juga hal-hal seperti saya jelaskan di atas.

Anda mungkin juga menyukai