S1 Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya
2015
Pengalaman Mengajar di SMAN 14
Surabaya
Pada saat melaksanakan kegiatan PPL-PPP
di SMAN 14 Surabaya ada satu pengalaman yang tak terlupakan bagi saya. Sebelumnya saya akan menjelaskan pembagian mengajar saya di SMAN 14 Surabaya. Saya (Diyah Fatmawati) dan Ismiyatul Laili mengajar di kelas X P1. Sedangkan Indah Wahyu Utami dan Gita Rahayu mengajar di kelas X P2. Selain itu saya ikut membantu guru pamong mengajar di kelas XII P5, Ismi di XII P3, Indah di XII P4, dan Gita di XII P6. Pengalaman tak terlupakan saya terjadi saat membantu Ismi mengajar di XII P3. Pada saat itu Ismi sedang mengajar di depan kelas tentang materi menyelesaikan determinan matriks dengan cara Sarrus. Saya, Indah, dan Gita berkeliling untuk memfasilitasi siswa yang tidak paham dan ingin bertanya namun malu untuk mengangkat tangan bertanya di depan kelas. Saat itu ada siswa laki-laki yang memanggil saya dan bertanya mengapa dalam menyelesaikan determinan matriks dengan cara Sarrus harus mengikuti tanda positif kemudian negatif secara bergantian di setiap kolom.
Pertanyaan itu sebenarnya mudah, namun terasa
sulit dalam menjawab karena dalam perkuliahan pun kami langsung diajarkan menyelesaikan determinan matriks dengan cara Sarrus saja tanpa dijelaskan mengapa caranya seperti itu. Karena kesulitan menjawab pada saat itu secara spontanitas saya hanya menjawab bahwa itu sudah cara dari Metode Sarrus. Saya merasa jawaban saya sangat tidak memuaskan bagi siswa karena belum menjawab pertanyaan itu sendiri. Namun anehnya siswa laki-laki tersebut sudah menunjukkan raut muka kepuasan akan jawaban saya dan mengucapkan terima kasih seakan pertanda dia menjadi paham akan jawaban yang saya berikan. Karena merasa bersalah, saya lalu bertanya pada teman-teman saya namun mereka juga sama seperti saya tidak memiliki jawaban yang tepat akan pertanyaan itu. Selanjutnya Indah berinisatif untuk membantu saya bertanya kepada guru pamong, namun setelah Indah bertanya pada guru pamong sudah tidak ada kesempatan lagi untuk menjelaskan kembali pada siswa tersebut. Selain itu ada pengalaman lain yang juga menarik ketika saya mengajar di SMAN 14 Surabaya. Pengalaman itu terjadi ketika guru pamong kami berhalangan hadir ke sekolah
sehingga kami harus mengajar mandiri di kelas
XII. Topik yang harus diajarkan ketika itu adalah Menyelesaikan Persamaan Linier Tiga Variabel (SPLTV) dengan cara determinan. Kebetulan topik itu dipakai di semua kelas, baik kelas saya, Indah, Ismi, maupun Gita. Kelas Indah lah yang pertama kali mengajar dilanjutkan dengan kelas Ismi, Gita, dan terakhir kelas saya. Karena topik di setiap kelas sama maka materi yang kami ajarkan di kelas kami masing-masing pun juga sama. Tanpa diduga ketika guru pamong kami sudah masuk minggu depan, Beliau mengecek catatan siswa saat kami mengajar. Kebetulan kelas yang pertama kali dicek adalah kelas Ismi. Ternyata ada kesalahan konsep yang kami ajarkan dan tentu saja karena bahan ajar kami sama maka kesalahan konsep bukan hanya terjadi di kelas Ismi saja, namun juga di kelas saya, Indah, dan Gita. Hal ini memberikan pelajaran bagi kami bahwa tidak semua sumber belajar itu benar sehingga kami harus teliti dalam memilih sumber belajar. Menurut saya ada hal yang tidak saya dapatkan ketika berada di bangku kuliah namun ternyata ini sangat dibutuhkan ketika terjun di lapangan. Pertama kami tidak pernah diajarkan tentang bagaimana membuat Program Tahunan, Program Semester, dan Pekan Efektif. Padahal ketiga hal tersebut sangat dibutuhkan karena merupakan bagian dari tagihan guru pamong
kami selain RPP. Kami sangat kebingungan dalam
mengerjakan ketiga hal tersebut. Beruntungnya kami mendapatkan guru pamong yang sangat baik sehingga tidak keberatan mengajarkan kami dari awal dan menuntun kami dalam mengajarkan. Kedua yang sangat fatal adalah selama bangku kuliah kami tidak pernah diajarkan bagaimana membuat proposal PTK atau penelitian tindakan kelas. Padahal dalam tugas akhir PPL-PPP, kami diminta membuat proposal PTK. Akibatnya pada saat membuat, kami hanya mencari referensi dari internet. Dan tentu saja itu tidak cukup sehingga banyak kesalahan yang kami buat ketika membuat proposal PTK. Dan sampai sekarang pun kami tidak tahu proposal PTK yang sudah kami buat sudah benar atau tidak. Kalau pun salah, kami juga tidak tahu bagaimanakah proposal PTK yang benar. Hal ini tentu bisa menjadi bahan evaluasi bagi para dosen untuk menyiapkan keperluan yang dibutuhkan bagi mahasiswanya ketika terjun ke lapangan. Keperluan mahasiswa untuk dapat terjun ke lapangan bukan hanya sekedar membuat RPP dan mensimulasikan RPP saja namun juga hal-hal seperti saya jelaskan di atas.