Dosen Pengampu
Oleh :
115040200111134
WIDDI PRASETYA
115040201111162
115040201111167
115040201111181
YOGI PRADHANA T
115040207111015
Kata Pengantar
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
Laporan Usaha Tani ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat
dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Pengantar Usaha Tani ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penyusun
Daftar Isi
Halaman sampul.....i
Kata pengantarii
Daftar isi.iii
BAB I. Pendahuluan
1.1 LatarBelakang....5
1.2 Tujuan ...6
1.3 Manfaat....6
BAB II. Tunjauan pustaka
2.1 Sejarah usaha tani ......7
2.2 Transek desa...8
2.3 Profil usaha tani......8
2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia.........8
2.3.2 Tinjuan tentang Komoditas Pertanian..11
2.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani (beserta
rumus dan kurva)............... 14
2.5 Analisis Kelayakan Usahatani.................19
2.5.1 R/C Ratio...............19
2.5.2BEP (Break Even Point).....19
BAB III. Hasil dan pembahasan
3.1 Sejarah Usahatani............24
3.2 Transek Desa...24
3.3 Profil Petani dan Usahatani.....25
3.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani..27
3.5 Analisis Kelayakan Usahatani.....27
3.5.1 R/C Ratio......27
3.5.2 BEP (Break Even Point)...24
3.6 Pemasaran Hasil Pertanian.24
3.7 Kelembagaan Petani............29
3.8 Kendala Usahatani..31
BAB IV. Penutup
4.1 Kesimpulan.....33
4.2 Saran...33
Lampiran ....iv
Daftar Pustaka.....v
BAB I
PENDAHULUAN
tani
ataupun
ekstensifikasi
serta
intensifikasi
lahan
dengan
daripada
hanya
sekedar
pengembangan
ekstensifikasi
dan
intensifikasi lahan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan melaksanakan survei lapang pengantar
usahaani antara lain adalah mampu menganalisis usahatani secara riil.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
kesejahteraan
rakyat
dan
Indonesia. Dengan
keadilan
social
secara
pelayanan
kesehatan,
pendidikan
dan
pelayanan lainnya
Usahatani tersebut masih dilakukan oleh petani kecil,maka telah
disepakati batasan petani kecil (Soekartawi, 1986) pada seminar petani
b.
Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha
lahan sawah di Jawa atau 0,5 ha di luar Jawa. Bila petani tersebut
juga memiliki lahan tegal maka luasnya 0,5 ha di Jawa dan 1,0 ha
di luar Jawa.
c.
d.
10
11
12
13
atau
digunakan
dalam
rangka
memperoleh
14
ini
merupakan
penggolongan
yang
paling
15
Biaya dibagi menjadi 4, yaitu (1). Biaya Tetap (fixed cost), biaya
yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume
kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji
direktur produksi. (2). Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah
totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan
atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. (3).
Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel
mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik
yang digunakan. (4). Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat
volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada
volume produksi tertentu.
5. Menurut Jangka Waktu Manfaatnya
Biaya dibagi 2 bagian, yaitu; (1). Pengeluaran Modal (Capital
Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat/benefit
pada periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan
manfaat pada periode akuntansi yang akan datang. (2). Pengeluaran
Pendapatan (Revenue Expenditure), pengeluaran yang akan memberikan
manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu terjadi.
Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang di
ukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 1993). Menurut Harnanto (1993)
biaya dalam arti sempit adalah harga pokok (merupakan harga pertukaran
dari sumber ekonomi
16
17
TR = P x Q
Keterangan :
TR
= Penerimaan Total ( Rp)
P
= Harga Produk (Rp/unit)
Q
= Jumlah produksi (unit)
dengan
memaksimalkan
input-input
faktor
yang
18
Dimana:
I
= Pendapatan (Income)
TR
= Total Revenue (Penerimaan)
TC
= Total Cost (Total biaya)
2.5 Analisis Kelayakan Usahatani
2.5.1 R/C Ratio
Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio)
merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara
matematik dapat dinyatakan sebagai berikut :
R/C = PQ x Q / (TFC+TVC)
Keterangan :
R
= Penerimaan
= Biaya
PQ
= Harga Output
= Output
TFC
TVC
2.5.2
19
Titik Break Even Point (BEP) atau titik potong peluang pokok dapat
diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan
tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan=
total biaya). (S. Munawir, 2002)
Analisis Break Even Point (BEP) disebut juga Cost Volume Profit
Analysis. Arti penting Analisis Break Even Point (BEP) bagi manajer
perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai
berikut, yaitu :
Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba
tertentu.
Penetapan seberapa jauhkah menurunya penjualan bisa ditolerir agar
perusahaan tidak menderita rugi.
(Abdullah, 2004)
Break Even Point (BEP) suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mengalami laba juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutpi oleh penghasilan
penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variable) sama dengan
total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi.
(Harahap, 2004)
Menurut Rangkuti (2005), analisis Break Even Point (BEP)
merupakan suatu
analisis
yang digunakan
untuk
mempelajari
20
mengalami kerugian.
Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
21
TFC
P-TVC/Q
Keterangan :
BEP
= Quantities (Produksi)
TFC
TVC
= Harga Produk
TFC
1-TVC/TR
Keterangan :
c)
BEP
TR
TFC
TVC
Break Even point harga menggambarkan harga produk per satuan unit pada
saat BEP. Atau dengan kata lain adalah biaya rata-rata per satuan
produk (ATC/Average Total Cost)
BEP Harga (Rp) = TC / Q
22
Keterangan :
BEP
= Quantities (Produksi)
TC
Penentuan Break Even Point pada grafik, yaitu pada titik dimana terjadi
persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total.
dan Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai
sumbu X akan tampak besarnya Break Even Point dalam unit. dan
Kalau titik itu ditarik garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu
Y, akan tampak besarnya Break Even Point dalam rupiah.
Kurva BEP
23
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
Keterangan :
Masjid
Jembatan
Pohon
Sungai
Pohon Kelapa
Transek Lahan
Keterangan :
Padi Gogo
25
26
Harga (P)
Kuantitas (Q)
Jumlah
Sewa Lahan
Rp 500.000
1000 m2
Rp 500.000,00
Cangkul
Rp. 10.000,00
5 buah
Rp 50.000,00
Rp. 85.000,00
4 kantong
Rp 340.000,00
Urea
Rp.92.000,00
1 sak
Rp 92.000,00
Phonska
Rp.4.000,00
80 kg
Rp 320.000,00
TSP
Rp.3.000,00
25 kg
Rp 75.000,00
Sekor (kecil)
Rp.40.000,00
1 pcs
Rp 40.000,00
Curakol
Rp.28.000,00
1 pcs
Rp 28.000,00
Mencangkul
Rp.20.000,00
2 orang
Rp 40.000,00
Menanam
Rp.15.000,00
4 orang
Rp 60.000,00
Pemeliharaan
Rp.15.000,00
4 orang
Rp 60.000,00
Panen
Rp.25.000,00
2 orang
Rp 50.000,00
Biaya pembajakan
Rp.180.000,00 1 kali
Bibit
Pupuk
Pestisida
Tenaga kerja
Penerimaan (TR)
Keuntungan () = TR TC
Rp.490.000,00 5 kuintal
Rp 180.000,00
Rp. 1.535.000,00
Rp. 2.450.000,00
Rp. 915.000,00
27
28
sebagai wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi adalah seperangkat
29
aturan, prosedur, norma perilaku individual dan sangat penting artinya bagi
pengembangan pertanian.
Menurut Sumarti, dkk (2008), kelembagaan di perdesaan dapat
dibagi ke dalam dua kelompok yaitu : pertama, lembaga formal seperti
pemerintah desa, BPD, KUD, dan lain-lain. Kedua, kelembagaan tradisional
atau lokal. Kelembagaan ini merupakan kelembagaan yang tumbuh dari
dalam komunitas itu sendiri yang sering memberikan asuransi terselubung
bagi kelangsungan hidup komunitas tersebut. Kelembagaan tersebut biasanya
berwujud nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan cara-cara hidup yang telah
lama hidup dalam komunitas seperti kebiasaan tolong-menolong, gotongroyong, simpan pinjam, arisan, lumbung paceklik dan lain sebagainya.
Keberadaan lembaga di perdesaan memiliki fungsi yang mampu memberikan
energi sosial yang merupakan kekuatan internal masyarakat dalam
mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka
lembaga di perdesaan yang saat ini memiliki kesamaan dengan karakteristik
tersebut dapat dikatakan sebagai lembaga gabungan kelompok tani
(Gapoktan).
Peran kelembagaan sangat penting dalam mengatur sumberdaya dan
distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu diperhatikan dalam
upaya peningkatan potensi desa guna menunjang pembangunan desa. Dengan
adanya kelembagaan petani dan ekonomi desa sangat terbantu dalam hal
mengatur silang hubungan antar pemilik input dalam menghasilkan output
ekonomi desa dan dalam mengatur distribusi dari output tersebut.
Menurut Syahyuti (2005), Gapoktan adalah gabungan dari beberapa
kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan
dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan
usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan
dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap
berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga
keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana
produksi pertanian serta terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya,
lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun
30
31
32
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari lahan pertanian milik Bapak Sudiro yang terletak di Jl. Pulau
Mas 2, Desa Wringinanon, Dusun Wringinanom, Kabupaten Malang.
Budidaya yang dilakukan oleh bapak Sudiro pada lahanya bermacam-macam
padi gogo, padi, jagung, jagung manis, kacang sawi, cabai, ubi cilembu, kayu
sengon. Namun komoditas yang utama adalah padi dan jagung. Bapak Sudiro
biasanya menjual hasil panennya kepada tengkulak dengan sistem tebasan.
Sistem tebasan dianggap lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan
sistem timbangan. Pembelian gabah secara tebasan memerlukan keahlian saat
menaksir harga yang disesuaikan dengan berapa ancar ancar produksi gabah
di sawah. Dan Bapak Sudiro tergabung dalam kelompok tani Sari Bumi. Di
kelompok tani ini selalu melakukan kegiatan rutin, dalam kegiatan rutin
tersebut, materi yang dibahas adalah mengenai hama penyakit tanaman
budidaya mereka, saling bercerita mengenai permasalahan yang terjadi di
lahan pertanian mereka masing-masing. Dalam berusahatani, pasti akan
ditemui beberapa kendala, terutama dalam pengembangan sistem pertanian.
Itu pula yang dirasakan oleh Bapak Sudiro, hama dan penyakit tanaman
menurut beliau merupakan salah satu kendala serius dalam berusahatani
4.2 Saran
33
BAB V
LAMPIRAN
34
Transek Lahan
Padi Gogo
35
36
37
38
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Keterangan :
Padi Gogo
Jagung
Kacang Tanah
39
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faisal.M. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Penerbit.
Universitas Muhammadiah Malang, Malang.
Anonymous,
2012.
Kondisi
Pertanian
Indonesia
Saat
Ini.
http://paskomnas.com/id/berita/Kondisi-Pertanian-Indonesia-saat-ini
berdasarkan-Pandangan-Mahasiswa-Pertanian-Indonesia.php
Anonymous,
2013.
Kurva
BEP.
2013.
Profil
Usahatani
Padi
gogo\
http://boedakrimbun.blogspot.com/2012/06/budidaya-padi-sawah-tadah
hujan-1.html
Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Ketiga, Jakarta :
Penerbit PT. Raja Grafindo .
Hasan I. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia, 260 :
Jakarta.
Heru, dkk., 2010. Modul Usahatani, Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian.
Universitas Brawijaya.
Masri Singarimbun, Sofian Effendi 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES.
Jakarta
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.
Nasution, Muslimin. 2002.
40
Sumarti, Titik, dkk. 2008. Model Pemberdayaan Petani Dalam Mewujudkan Desa
Mandiri Dan Sejahtera (Kajian Kebijakan dan Sosial Ekonomi Tentang
Ketahanan Pangan pada Komunitas Desa Rawan Pangan Di Jawa).
[Laporan Akhir]. Bogor: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat. Institut Pertanian Bogor.
Supriharyono.2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Pesisir
Tropis. Gramedia. Jakarta.
Syahyuti.
2007.
Kebijakan
Pengembangan
Gabungan
Kelompok
Tani
41