Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

PENGANTAR USAHA TANI

Dosen Pengampu

: Fitria Dina Riana, SP

Assisten Praktikum : 1. Fitria


2. Nurul

Oleh :

YOHANES TRI AGUNG

115040200111134

WIDDI PRASETYA

115040201111162

YOANITA FADLILAH IRIANI

115040201111167

WAHYU NITA PRATIWI

115040201111181

YOGI PRADHANA T

115040207111015

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
Laporan Usaha Tani ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan ini dibuat
dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Laporan Pengantar Usaha Tani ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


Laporan ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang bersifat membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan Laporan kami selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Penyusun

Daftar Isi

Halaman sampul.....i
Kata pengantarii
Daftar isi.iii
BAB I. Pendahuluan
1.1 LatarBelakang....5
1.2 Tujuan ...6
1.3 Manfaat....6
BAB II. Tunjauan pustaka
2.1 Sejarah usaha tani ......7
2.2 Transek desa...8
2.3 Profil usaha tani......8
2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia.........8
2.3.2 Tinjuan tentang Komoditas Pertanian..11
2.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani (beserta
rumus dan kurva)............... 14
2.5 Analisis Kelayakan Usahatani.................19
2.5.1 R/C Ratio...............19
2.5.2BEP (Break Even Point).....19
BAB III. Hasil dan pembahasan
3.1 Sejarah Usahatani............24
3.2 Transek Desa...24
3.3 Profil Petani dan Usahatani.....25
3.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani..27
3.5 Analisis Kelayakan Usahatani.....27
3.5.1 R/C Ratio......27
3.5.2 BEP (Break Even Point)...24
3.6 Pemasaran Hasil Pertanian.24
3.7 Kelembagaan Petani............29
3.8 Kendala Usahatani..31
BAB IV. Penutup

4.1 Kesimpulan.....33
4.2 Saran...33
Lampiran ....iv
Daftar Pustaka.....v

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki luas 5.176.797 km2
yang terdiri dari 1.919.440 km2 daratan dan 3.257.357 km2 lautan (Sepudin,
2011). Letak Indonesia sangatlah setrategis sehingga Indonesia memiliki
iklim tropis yang sangat mendukung kekayaan alam yang dimiliki Indonesia,
dari situlah Indonesia disebut negara agraris karena memiliki banyak
sumberdaya alam dan disebut juga sebagai negara maritim karena Indonesia
memiliki lautan yang sangat luas juga terdapat banyak varietas di dalamnya.
Luas lahan dan iklim strategis yang dimiliki Indonesia sangatlah
mendukung adanya keanekaragaman hayati yang berragam, baik di darat
maupun dilaut. Pada keadaan tersebut menjadikan pertanian mempunyai
kontribusi penting, baik terhadap perekonomian maupun terhadap pemenuhan
kebutuhan pokok masyarakat.
Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alamnya, mulai dari
keanekaragaman jenis fauna sampai dengan jenis floranya. Dari sabang sampai
merauke bisa dijumpai tanaman-tanaman tropis asli dari indonesia. Tidak
hanya itu, Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya akan tanaman
pertaniannya. Sebagian besar masyarakatnya bekerja di bidang pertanian karena lahan
pertanian yang cukup berlimpah. Namun dalam pengolahannya, pertanian kita masih jauh
tertinggal oleh negara-negara maju dibelahan Eropa dan Amerika yang hanya memiliki
lahan pertanian yang relatif kecil.Tapi pada dasarnya Negara kita memiliki
sumber daya yang lebih dapat dikembangkan dari hanya sekedar tanamn
sereal,pada dasarnya Indonesia memiliki struktur pengolahan lahan yang
mampu dikembangkan lebih konssten dari sebelumnya dengan tahapan panca
usaha

tani

ataupun

ekstensifikasi

serta

intensifikasi

lahan

dengan

intensif,sedangkan pengolahan itu sendiri.memerlukan tahapan yang lebih


modern

daripada

hanya

sekedar

pengembangan

ekstensifikasi

dan

intensifikasi lahan.

Dalam aspek pertanian, Indonesia seharusnyi sekedar menjadi negara ekspor


penghasil produk pangan terbesar di Asia Tenggara. Kenyataannya, justru Indonesia
menjadi negara impor produk pangan yang cukup besar. Kemampuan petani-petani
dalam hal ini tentu akan mempengaruhi nilai per kapita Indonesia sebagai
negara agraris. Tidak hanya itu, berbagai masalah dalam bidang pertanian akan
berpengaruh bagi penduduk di Indonesia.
Usahatani merupakan suatu kegiatan yang berkitan erat dengan
pertanian Indonesia. Mengetahui kekayaan alam yang dimiliki Indonesia,
tentunya hal ini dapat dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia. Kegiatan
usahatani dimulai tidak hanya pada kegiatan bercocok tanam. Namun juga
hingga analisis usahatani yang dihasilkan oleh petani.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut.

Untuk mengetahui sejarah Usaha Tani komoditas padi di karangploso

Untuk mengetahui profil petani dan usaha tani yang dijalankan

Untuk menghitung analisis biaya , penerimaan , dan keuntungan usaha tani

Untuk menghitung analisis kelayakan usaha tani

Untuk mengetahui pemasaran dari usaha tani yang dikembangkan

Untuk mengetahui fungsi kelembagaan di lingkup kerja petani

Untuk mengetahui kendala dalam dalam berusaha tani padi

1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dengan melaksanakan survei lapang pengantar
usahaani antara lain adalah mampu menganalisis usahatani secara riil.

BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Usahatani


Menurut Soekartawi (1995), ilmu usahatani adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada
secara efektif dan efisien untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada
waktu tertentu.
Pengertian usahatani menurut Mubyarto (1987) adalah lebih ke
pertanian rakyat. Pertanian dibedakan dalam arti luas dan arti sempit.
Pertanian dalam arti luas mencakup: (1) pertanian rakyat atau pertanian dalam
arti sempit, (2) perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan
perkebunan besar), (3) kehutanan, (4) peternakan dan (5) perikanan
(perikanan darat dan laut). Dan dapat berupa usaha bercocok tanam dan
memelihara ternak. (mubyarto,1987)
Moshar (1968) memberikan definisi usahatani (farm) adalah suatu
tempat atau bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan
oleh seorang petani tertentu, apakah ia seorang pemilik, penyakap atau
manajer yang digaji. Usahatani merupakan himpunan dari sumber-sumber
alam yang ada ditempat itu yang dierlukan untuk produksi pertanian seperti
tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan atas tanah dan air itu
sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan diatas tanah itu dan
sebagainya.
Menurut Kadarsan (1993), usahatani adalah suatu tempat dimana
seseorang atau sekumpulan orang berusaha mengelola unsur-unsur produksi
seperti alam, tenaga kerja, modal dan ketrampilan dengan tujuan berproduksi
untuk menghasilkan sesuatu di lapangan pertanian.
Menurut Vink (1984) ilmu usahatani merupakan ilmu yang
mempelajari norma-norma yang digunakan untuk mengatur usaha tani agar
memperoleh pendapatan yang setinggi-tingginya.
Menurut Prawirokusumo (1990) ilmu usahatani merupakan ilmu
terapan yang membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau

menggunakan sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian,


peternakan, atau perikanan. Selain itu, juga dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha
pertanian, peternakan, atau perikanan untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati oleh petani/peternak tersebut.

2.2 Transek Desa


Transek desa merupakan teknik untuk memfasilitasi masyarakat
dalam pengamatan langsung lingkungan dan keadaan sember-sumber daya
dengan cara berjalan menelusuri

wilayah desa dengan mengikuti suatu

lintasan tertentu yang disepakati (Heru,2010).


Menurut Masri Singarimbun, Sofian Effendi 1995 Teknik penelusuran
lokasi / transek adalah teknik pra untuk melakukan pengamatan langsung
lingkungan dan sumberdaya masyarakat, dengan cara menelusuri wilayah
desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepa-kati .
Transek (Penelusuran Desa) merupakan teknik untuk memfasilitasi
masyarakat dalam pengamatan langsung lingkungan dan keadaan sumbersumberdaya dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu
lintasan tertentu yang disepakati. Dengan teknik transek, diperoleh gambaran
keadaan sumber daya alam masyarakat beserta masalah-masalah, perubahanperubahan keadaan dan potensi-potensi yang ada. Hasilnya digambar dalam
diagram transek atau 'gambaran irisan muka bumi (Hasan I. 2002).
Teknik penelusuran lokasi (transek) desa merupakan sebuah teknik
dalam melihat kenampakan alam dengan pengamatan kondisi fisik desa
secara langsung. Hal ini biasanya dilakukan dengan menelusuri desa dengan
mengikuti lintasan tertentu yang memperlihatkan kenampakan bentang alam
dengan kondisi fisik desa (Supriharyono, 2000)

2.3 Profil Usahatani


2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia
Pertanian di Indonesia merupakan sector yang paling penting
diantara yang lainya. Hal ini dikarenakan sektor pertanian telah terbukti

tetap tegak dan bertahan dari terpaan gelombang krisis moneter.


Sedangkan sektor-sektor lainnya justru banyak yang mengalami
kebangkrutan. Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional
dapat ditinjau dari berbagai aspek, antara lain sebagai penyedia
lapangan kerja (sumber mata pencaharian penduduk), sumber devisa
negara, sumber bahan baku industri, dan sumber pendapatan nasional.
Selain itu, sektor pertanian juga merupakan sumber bahan pangan bagi
sebagian besar penduduk Indonesia.
Usaha tani mempunyai arti penting dalam suatu pertanian,
dimana usaha tani adalah suatu tempat di permukaan bumi dimana
pertanian di selenggarakan. Pembangunan usaha tani yang berhasil akan
membuahkan terwujudnya target pembanguna nasional. Seperti tujuan
dari pancasila dan UUD 1945 yaitu mewujudkan kesejahteraan rakyat
serta keadilan social bagi seluruh rakyat
terwujudnya

kesejahteraan

rakyat

dan

Indonesia. Dengan

keadilan

social

secara

menyeluruh di wilayah Indonesia ini maka otomatis telah tecapainya


pembangunan pertanian serta pembangunan ekonomi yang baik yang
berawal dari perubahan kearah perbaikan kualitas dari usaha tani itu
sendiri.
Di Indonesia, usahatani dikategorikan sebagai usahatani kecil
karena mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang
meningkat
2) Mempunyai sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat
hidup yang rendah
3) Bergantung seluruhnya atau sebagian kepada produksi yang
subsisten
4) Kurang memperoleh

pelayanan

kesehatan,

pendidikan

dan

pelayanan lainnya
Usahatani tersebut masih dilakukan oleh petani kecil,maka telah
disepakati batasan petani kecil (Soekartawi, 1986) pada seminar petani

kecil di Jakarta pada tahun 1979, menetapkan bahwa petani kecil


adalah:
a.

Petani yang pendapatannya rendah, yaitu kurang dari setara 240 kg


beras per kapita per tahun

b.

Petani yang memiliki lahan sempit, yaitu lebih kecil dari 0,25 ha
lahan sawah di Jawa atau 0,5 ha di luar Jawa. Bila petani tersebut
juga memiliki lahan tegal maka luasnya 0,5 ha di Jawa dan 1,0 ha
di luar Jawa.

c.

Petani yang kekurangan modal dan memiliki tabungan yang


terbatas.

d.

Petani yang memiliki pengetahuan terbatas dan kurang dinamis.


Dari segi ekonomi, ciri yang sangat penting pada petani kecil

adalah terbatasnya sumberdaya dasar tempat ia berusahatani. Pada


umumnya mereka hanya menguasai sebidang lahan kecil, disertai
dengan ketidakpastian dalam pengelolaannya. Lahannya sering tidak
subur dan terpencar-pencar dalam beberapa petak. Mereka sering
terjerat hutang dan tidak terjangkau oleh lembaga kredit dan sarana
produksi. Bersamaan dengan itu, mereka menghadapi pasar dan harga
yang tidak stabil, mereka tidak cukup informasi dan modal.
Walaupun petani-petani kecil mempunyai ciri yang sama yaitu
memiliki sumberdaya terbatas dan pendapatan yang rendah, namun cara
kerjanya tidak sama. Karena itu petani kecil tidak dapat dipandang
sebagai kelompok yang serba sama, walaupun mereka berada di suatu
wilayah kecil, sehingga tiap-tiap usaha petani tersebut mempunyai
sistem usahatani yang unik. Jelas bahwa hal ini diperlukan penelitianpenelitian mengenai usahatani di bebagai daerah dengan berbagai
karakteristik petani, iklim, sosial, budaya yang berbeda, sehingga
diperoleh perumusan masalah yang dapat digunakan untuk merumuskan
suatu kebijakan.
Selain masing-masing petani memiliki sistem usahatani yang
unik, juga agroekosistemnya, suatu kombinasi sumber daya fisik dan
biologis seperti bentuk-bentuk lahan, tanah, air, tumbuhan dan hewan.

10

Dengan mengalokasikan sumber daya tersebut, petani melakukan


proses produksi agar dapat terus menghasilkan produk baik berupa fisik
maupun uang.
Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa
kelemahan, yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan
kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya
usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi
oleh usaha dengan: (a) skala kecil, (b) modal yang terbatas, (c)
penggunaan teknologi yang masih sederhana, (d) sangat dipengaruhi
oleh musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha dengan
tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi
pertanian (pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit,
teknologi dan pasar sangat rendah, (h) pasar komoditi pertanian yang
sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang besar
sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani.
Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahanpermasalahan yang menghambat pembangunan pertanian di Indonesia
seperti pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan non
pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan
benih bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk pada saat musim tanam
datang, swasembada beras yang tidak meningkatkan kesejahteraan
petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani, menuntut
pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian
masalah pertanian di Indonesia demi terwujudnya pembangunan
pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan
masyarakat Indonesia (Anonymous, 2012)

2.3.2 Tinjuan tentang Komoditas Pertanian


Lima puluh tahun lalu, usaha tani padi di Indonesia dinilai
masih bersifat usaha subsisten, dilakukan secara manual, masih
menggunakan varietas lokal atau unggul lama (150-180 hari), dan
menggunakan pupuk organik. Mulai tahun 2010, usaha tani padi telah

11

berubah menjadi usaha komersial, 90 % petani menanam varietas


unggul (110 120 hari), mulai menggunakan pupuk anorganik dan alat
dan mesin pertanian. Walaupun produktivitas lahan meningkat, tetapi
pemilikan lahan per petani menurun, jumlah petani tanpa lahan naik
dari kurang 5% pada tahun 1960 menjadi 40% diberbagai kabupaten.
Usaha tani Padi tadah hujan(gogo) memiliki prospek yang
sangat baik terutama pada daerah yang memiliki bulan basah berturutturut 4-8 bulan. Produksi padi sawah tadah hujan saat ini rata-rata baru
mencapai 3,0-4,0 ton/ha sementara hasil penelitian IRRI-CRIFC sudah
mencapai 6,5-7,5 ton/ha. Teknologi padi sawah tadah hujan yang tepat
diharapkan mampu meningkatkan produktivitas padi gogo.
Olah tanah 2 kali yaitu: (1) pada saat musim kemarau atau
setelah terjadinya hujan; (2) saat menjelang tanam. Olah tanah dengan
traktor dengan cara singkal, setelah hujan turun olah lahan untuk
menghaluskan tanah kemudian ratakan. Sambil menunggu curah hujan
yang cukup, pada setiap petak sawah perlu dibuat saluran keliling dan
pada petakan yang luas perlu ditambah pembuatan semacam bedengan
dengan lebar sekitar 5 m. Saluran ini sangat diperlukan untuk
membuang kelebihan air atau akan berfungsi sebagai saluran drainase.
Kegiatan tanam baru dapat dilakukan bila curah hujan sudah
cukup stabil atau mencapai sekitar 60 mm/dekade (10 hari). Gunakan
sistem tanam Jajar Legowo (20x10) x 30 cm atau (20x10) x 40 cm, 4-5
butir per lubang. Dengan seperti ini, populasi tanaman mencapai
400.000 rumpun/ha atau 330.000 rumpun/ha. Pelaksanaan penanaman
dibantu dengan alat semacam caplakan untuk padi sawah. AAlat
tersebut mempunyai 4 (empat) titik/mata yang berjarak 20 cm dan 30
cm atau 20 cm dan 40 cm, dan ditambah 2 titik paku yang berjarak 15
cm atau 20 cm dari titik/mata caplakan paling pinggir. Ketinggian
titik/mata caplakan sekitar 6-7 cm. Keuntungan cara tanam jajar legowo
adalah banyak kemudahan dalam pemeliharaan tanaman terutama
penyiangan, penyemprotan dan pemupukan secara larikan.

12

Untuk meningkatkan efisiensi pupuk an-organic pada lahan


sawah tadah hujan perlu ditambahkan pupuk organic atau pupuk
kandang sekitar 3-5 ton/ha/tahun. Aplikasi pupuk organic sebaiknya
dilakukan setelah pengolahan tanah pertama, dan diharapkan pada
pengolahan tanah kedua pupuk organic akan tercampur dengan rata.
Pada pemupukan I dilakukan pada umur (10-15) HST berikan 50 kg
urea, 100 kg SP36 dan 100 kg KCL/ha. Pemupukan susulan I 35-40
HST dengan dosis pupuk 75 kg/ha. Pemupukan susulan II yaitu: pada
saat primordial dengan takaran 75 kg/ha.
Pada saat pertumbuhan vegetatif, hama yang sering menyerang
adalah lalat bibit dan penggerek batang. Pada pertumbuhan lanjut, hama
penggerek batang, pemakan dan penggullung daun juga sering
menyerang. Pada beberapa lokasi juga ada kemungkinan hama wereng
coklat dan wereng hijau penular penyakit tungro menyerang
pertanaman. Bila tanaman sudah keluar malai, hama kepik hijau dan
walang sangit juga sering menyerang.
Selain adanya serangan hama, penyakit utama usahatani ini
adalah penyakit blas yang disebabkan oleh jamur Pycularia grisea dan
penyakit bercak daun coklat Helminthosporium oryzae dan bercak daun
bergaris Cercospora orizae. Cara pengendalian penyakit yang paling
efektif dan efisien adalah dengan menanam varietas padi yang tahan,
seperti varietas Tukad Petanu untuk penyakit Tungro dan varietas
Ciherang yang tahan wereng coklat biotipe 2.. Pemberian pupuk
organik N, P dan K yang berimbang selain meningkatkan produksi juga
dapat menekan keparahan penyakit bercak daun. Bahkan dengan
pengembalian jerami dan pemberian pupuk kandang dapat mengurangi
kerugian oleh penyakit ini (Suparyono et al., 1992). Sistem tanam multi
varietas atau mozaik varietas juga bisa ditempuh untuk mengurangi
penyebaran penyakit dalam waktu singkat.
Gangguan lain yang sering muncul di lapangan adalah adanya
kompetisi dengan tumbuhan pengganggu atau gulma. Bila pertumbuhan
gulma padat, tanaman pokok padi akan sangat menderita karena kalah

13

bersaing dalam mendapatkan air dan hara. Pengendalian gulma


sebaiknya dilakukan lebih awal. Penyiangan pertama gan kedua
dilakukan pada umur 30-45 hari setelah tumbuh. Penyiangan dilakukan
dengan menggunakan kored. Penyiangan ini sekaligus sebagai cara
pembumbunan tanaman. Masa panen apabila padi sudah melebihi umur
masak dilihat dari 95% gabah telah menguning. Umumnya umur panen
110-130 hst.

2.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani (beserta


rumus dan kurva)

2.4.1. Biaya dapat dikatakan sebagai pengorbanan yang dikeluarkan oleh


pihak produsen untuk bisa menghasilkan sebuah produk. Terdapat
berbagai macam pengertian dari biaya. Pengertian pengertian
tersebut berasal dari berbagai macam sumber yang berbeda pula.
Dibawah merupakan contoh pengertian dari biaya tersebut,
antaralain:
Menurut Supriyono (2000;16), Biaya adalah harga perolehan yang
dikorbankan

atau

digunakan

dalam

rangka

memperoleh

penghasilan atau revenue yang akan dipakai sebagai pengurang


penghasilan.
Menurut Henry Simamora (2002;36), Biaya adalah kas atau nilai
setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang
diharapkan memberi manfaat pada saat ini atau di masa
mendatang bagi organisasi.
Menurut Mulyadi (2001;8), Biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi,
sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu.
Menurut Masiyah Kholmi, Biaya adalah pengorbanan sumber
daya atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk

14

mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat


di saat sekarang atau di masa yang akan datang bagi perusahaan.

Menurut Mulyadi (2005:13), Biaya digolongkan sebagai berikut;


1. Menurut Objek Pengeluaran
Penggolongan

ini

merupakan

penggolongan

yang

paling

sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek


pengeluaran, misalnya pengeluaran yang berhubungan dengan telepon
disebut biaya telepon.

2. Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan


Biaya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu: (1). Biaya
Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi
atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya
produksi dapat digolongkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja, dan biaya overhead pabrik. (2). Biaya Pemasaran, adalah biayabiaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk,
contohnya biaya iklan, biaya promosi, biaya sampel, dll. (3). Biaya
Administrasi dan Umum, yaitu biaya-biaya untuk mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan produksi dan pemasaran produk, contohnya gaji bagian
akuntansi, gaji personalia, dll.
3. Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu Yang Dibiayai
Ada 2 golongan, yaitu: (1). Biaya Langsung (direct cost),
merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah
karena ada sesuatu yang harus dibiayai. Dalam kaitannya dengan produk,
biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung. (2). Biaya Tidak Langsung (indirect cost), biaya yang terjadi
tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya
dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya overhead
pabrik.
4. Menurut Perilaku dalam Kaitannya dengan Perubahan Volume Kegiatan

15

Biaya dibagi menjadi 4, yaitu (1). Biaya Tetap (fixed cost), biaya
yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume
kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu, contohnya; gaji
direktur produksi. (2). Biaya Variabel (variable cost), biaya yang jumlah
totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan
atau aktivitas, contoh; biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. (3).
Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah totalnya berubah tidak
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel
mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel, contoh; biaya listrik
yang digunakan. (4). Biaya Semi Fixed, biaya yang tetap untuk tingkat
volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada
volume produksi tertentu.
5. Menurut Jangka Waktu Manfaatnya
Biaya dibagi 2 bagian, yaitu; (1). Pengeluaran Modal (Capital
Expenditure), yaitu pengeluaran yang akan memberikan manfaat/benefit
pada periode akuntansi atau pengeluaran yang akan dapat memberikan
manfaat pada periode akuntansi yang akan datang. (2). Pengeluaran
Pendapatan (Revenue Expenditure), pengeluaran yang akan memberikan
manfaat hanya pada periode akuntansi dimana pengeluaran itu terjadi.
Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang di
ukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi, 1993). Menurut Harnanto (1993)
biaya dalam arti sempit adalah harga pokok (merupakan harga pertukaran
dari sumber ekonomi

yang dikorbankan atau diserahkan untuk

mendapatkan suatu barang dan jasa) dan beban (merupakan pengorbanan


yang diperlukan dalam rangka merealisasikan pendapatan). Menurut
Sudarsono (1998), biaya dalam pengertian ekonomi adalah semua beban
yang harus ditanggung untuk menyediakan barang yang siap dipakai
konsumen. Ada empat unsure pokok dalam definisi biaya yaitu:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi

16

4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.


Soekertawi (1995), mengemukakan bahwa biaya usahatani dapat di
klasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Biaya tetap (Fixed Cost) Biaya yang relative tetap jumlahnya dan harus
dikeluarkan walaupun produk yang dihasilkan banyak atau sedikit.
2. Biaya tidak tetap (Variable cost) Biaya tidak tetap yang sifatnya
berubahubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan.
Biaya sebagai suatu nilai tukar, pengeluaran atau pengorbanan yang
dilakukan untuk menjamin perolehan manfaat (Carter William, 2009).
Biaya dalam kegiatan usahatani dikeluarkan oleh petani dengan tujuan
untuk menghasilkan pendapatan yang tinggi bagi usahatani yang
dikerjakan. Dengan mengeluarkan biaya maka pertanian mengharapkan
pendapatan yang setinggi tingginya melalui peningkatan produksi. Biaya
sebagai suatu sumberdaya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk
mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam unit uang
yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang dan jasa
(Horngren Charles, Srikant Datar, dan George Foster, 2008). Biaya
merupakan pengeluaran yang terjadi dalam mengorganisir dan melakukan
proses produksi. Didalamnya termasuk memplot uang untuk input dan
pelayanan yang digunakan dalam produksi. Dalam arti luas, biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah
terjadi atau yang nemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
2.4.2. Penerimaan Usahatani
Dalam pengolahan usahatani, petani mengupayakan agar hal yang
diperoleh secara ekonomis menguntungkan, dimana biaya yang di
keluarkan dapat menghasilkan produksi maksimal. Sehingga pada
akhirnya pendapatan petani akan meningkat, dan dengan meningkatnya
pendapatan maka secara otomatis tingkat kesejahteraan petani tersebut
akan meningkat.
Menurut Soekartawi (1995), penerimaan merupakan perkalian
antara produksi yang dihasilkan dengan harga jual. Perkalian tersebut
dapat dirumuskan sebagai berikut :

17

TR = P x Q
Keterangan :
TR
= Penerimaan Total ( Rp)
P
= Harga Produk (Rp/unit)
Q
= Jumlah produksi (unit)

2.4.2. Keuntungan / Pendapatan Usahatani


Dalam meningkatkan pendapatan, maka petani harus berusaha
meningkatkan hasil hasil produksiagar memperoleh peningkatan
pendapatan

dengan

memaksimalkan

input-input

faktor

yang

mempengaruhi (Soekartawi, 1995). Menurut Harnanto (1993), ada


beberapa ukuran pendapatan petani yaitu:
a. Pendapatan kerja petani (operator labor income); diperoleh dengan
menghitung semua penerimaan yang berasal dari penjualan yang
dikonsumsi keluarga dan kenaikan nilai inventaris. Setelah itu dikurangi
dengan semua pengeluaran baik yang tunai maupun yang tidak
diperhitungkan.
b. Penghasilan kerja petani (operator farm labor earning); diperoleh
dari menambah pendapatan kerja petani ditambah dengan penerimaan
tidak tunai.
c. Pendapatan kerja keluarga (family farm labor earning); merupakan
hasil balas jasa dari petani dan anggota keluarga.
d. Pendapatan keluarga (family income); yaitu dengan menjumlahkan
semua pendapatan petani dan keluarganya dari berbagai sumber.
Pendapatan rumah tangga petani bersumber dari dalam usahatani dan
perdapatan dari luar usahatani. Pendapatan dari dalam usahatani meliputi
Pendapatan dari tanaman yang diusahakan oleh petani. Sedangkan dari
luar usahatani bersumber dari pendapatan selain usahatani yang
diusahakan. Berusahatani sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh
produksi dilahan pertanian, pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang

18

dikeluarkan dan penerimaan yang di peroleh. Selisih keduanya merupakan


pendapatan dari kegiatan usahatani.

Dimana:
I
= Pendapatan (Income)
TR
= Total Revenue (Penerimaan)
TC
= Total Cost (Total biaya)
2.5 Analisis Kelayakan Usahatani
2.5.1 R/C Ratio
Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio)
merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara
matematik dapat dinyatakan sebagai berikut :
R/C = PQ x Q / (TFC+TVC)
Keterangan :
R

= Penerimaan

= Biaya

PQ

= Harga Output

= Output

TFC

= Biaya Tetap (Fixed Cost)

TVC

= Biaya Variabel (Variable Cost)

Ada tiga criteria dalam R/C ratio, yaitu :


R/C rasio > 1, maka usaha tersebut efisien dan menguntungkan.
R/C rasio = 1, maka usaha tersebut BEP.
R/C rasio < 1, maka usaha tersebut tidak efesien atau merugikan.

2.5.2

BEP (Break Even Point)


Beberapa pengenrtian Break Even Point (BEP) :

19

Titik Break Even Point (BEP) atau titik potong peluang pokok dapat
diartikan sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan
tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (total penghasilan=
total biaya). (S. Munawir, 2002)
Analisis Break Even Point (BEP) disebut juga Cost Volume Profit
Analysis. Arti penting Analisis Break Even Point (BEP) bagi manajer
perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan adalah sebagai
berikut, yaitu :
Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan
tidak mengalami kerugian.
Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba
tertentu.
Penetapan seberapa jauhkah menurunya penjualan bisa ditolerir agar
perusahaan tidak menderita rugi.
(Abdullah, 2004)
Break Even Point (BEP) suatu keadaan dimana perusahaan tidak
mengalami laba juga tidak mengalami rugi, artinya seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk kegiatan produksi ini dapat ditutpi oleh penghasilan
penjualan. Total biaya (biaya tetap dan biaya variable) sama dengan
total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi.
(Harahap, 2004)
Menurut Rangkuti (2005), analisis Break Even Point (BEP)
merupakan suatu

analisis

yang digunakan

untuk

mempelajari

keterkaitan antara biaya tetap, biaya variable, tingkat pendapatan pada


berbagai tingkat operasional dan volume produksi. Model yang paling
banyak dipakai adalah dengan menggunakan kurva BEP. Selain
memberikan informasi mengenai keterkaitan antara biaya dan
pendapatn, diagram ini juga menunujukan laba atau kerugian yang akan
dihasilkan pada berbagai tingkat keluaran (output).
Tujuan dari analisis BEP yaitu untuk mengetahui besrnya
penerimaan pada saat titik balik modal, yitu yang menunjukan suatu

20

proyek tidak mendapatkan keuntungan tetapi juga tidak mengalami


kerugian.
Adapun beberapa manfaat dari Break Even Point (BEP) antara lain
sebagai berikut :
Alat perencanaan untuk hasilkan laba
Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan,
serta hubunganya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut
tingkat penjualan yang bersangkutan.
Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan.
Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca
dan dimengerti.
Analisis Break Even Point (BEP) berguna apabila beberapa asumsi dasar
dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah :
Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam
biaya variable dan biaya tetap.
Besarnya biaya variable secara total tidak berubah meskipun ada
perubahan volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya
variable per unitnya adalah tetap.
Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahab
volume produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per
unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume kegiatan.
Jumlah unit produksi yang terjual sama dengan jumlah per unit produk
yang diproduksi.
Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.
Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu
jenis komposisi masing-masing jenis produk dianggap konstan.
Analisis Break Even Point (BEP) juga dapat digunakan oleh usahawan
dalam berbagai pengambilan keputusan, antara lain mengenai :
Jumlah minimal

produk yang harus terjual agar perusahaan tidak

mengalami kerugian.
Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.

21

Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang


terjual agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume
penjualan terhadap laba yang diperoleh.
BEP dapat dihitung dengan tiga cara yaitu :
a) Break Even Point (BEP) Produksi (Unit)
Break Even Point volume produksi menggambarkan produksi minimal
yang harus dihasilkan dalam usaha agroindustri agar tidak mengalami
kerugian. Rumus perhitungan BEP unit seperti berikut :
BEP unit =

TFC
P-TVC/Q

Keterangan :
BEP

= Break Even Point (Titik Impas)

= Quantities (Produksi)

TFC

= Total Fixed Cost (Biaya Tetap)

TVC

= Total Variable Cost (Biaya Variabel)

= Harga Produk

b) Break Even Point (BEP) Penerimaan (Rupiah)


Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk
dengan kuantitas produk pada saat BEP.
BEP penerimaa (Rp) =

TFC
1-TVC/TR

Keterangan :

c)

BEP

= Break Even Point (Titik Impas)

TR

= Total Revenue (Penerimaan)

TFC

= Total Fixed Cost (Biaya Tetap)

TVC

= Total Variable Cost (Biaya Variabel)

Break Even Point (BEP) Harga (Rupiah)

Break Even point harga menggambarkan harga produk per satuan unit pada
saat BEP. Atau dengan kata lain adalah biaya rata-rata per satuan
produk (ATC/Average Total Cost)
BEP Harga (Rp) = TC / Q

22

Keterangan :
BEP

= Break Even Point (Titik Impas)

= Quantities (Produksi)

TC

= Total Cost (Biaya Total)

Penentuan Break Even Point pada grafik, yaitu pada titik dimana terjadi
persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total.
dan Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai
sumbu X akan tampak besarnya Break Even Point dalam unit. dan
Kalau titik itu ditarik garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu
Y, akan tampak besarnya Break Even Point dalam rupiah.

Kurva BEP

23

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Sejarah Usahatani


Dari lahan pertanian milik Bapak Sudiro yang terletak di Jl. Pulau Mas 2,
Desa Wringinanon, Dusun Wringinanom, Kabupaten Malang. Kami mendapatkan
informasi tentang awal mula kepemilikan lahan tersebut. Lahan yang di gunakan
Bapak Sudiro sebelum dibeli juga digunakan sebagai lahan pertanian. Lahan yang
digunakan sekarang sudah bukan menjadi lahan sewaan namun sudah menjadi
milik Bapak Sudiro karena adanya proses jual beli antar pemilik yang dulu.
Bapak Sudiro membeli tanah sewaan yang digunakan beberapa tahun
sebelum dibelinya sekitar tahun 1980. Luas lahan yang dimilikinya sekarang
sekitar 6300 m2. Dari luas tanah tersebut termasuk rumah yang ditempatinya, luas
yang digunakan sebagai rumah seluas 1500 m2. Lahan yang digunakan sebagai
budidaya pertanian berada didepan rumah dan belakang rumah.
Budidaya yang dilakukan oleh bapak Sudiro pada lahanya bermacam-macam padi
gogo, padi, jagung, jagung manis, kacang sawi, cabai, ubi cilembu, kayu sengon.
Namun komoditas yang utama adalah padi dan jagung.
3.2 Transek Desa

24

Keterangan :

Rumah Bapak Sudiro

Rumah Tetangga Bapak Sudiro

Masjid

Jembatan

Pohon

Sungai

Sawah milik Bapak Sudiro

Pohon Kelapa

Transek Lahan

Keterangan :
Padi Gogo

25

3.3 Profil Petani dan Usahatani


Petani yang kami wawancarai bernama bapak Sudiro, beliau berusia
67 tahun. Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh bapak Sudiro adalah
Sekolah Dasar (SD). Petani merupakan pekerjaan utama, meskipun terkadang
bekerja sampingan sebagai sopir jika ada yang memintanya untuk
mengantar.Bapak Sudiro memiliki tiga orang anak, namun ketiganya sudah
berumah tangga, sehingga beliau hanya tinggal dengan seorang istri yang
bernama ibu Sumarmi. Ibu Sumarmi bekerja sebagai petani di lahan yang
mereka garap sendiri.
Lahan yang mereka tanami merupakan lahan milik mereka sendiri,
dengan jenis lahan sawah seluas 2.000 m2, tegal/kebun seluas 2.800 m2, serta
pekarangan seluas 1.500 m2, sehingga total luas lahan milik bapak Sudiro
adalah 6.300 m2. Seperti petani Indonesia pada umumnya, selain bertani
bapak Sudiro juga beternak hewan ternak, dulu beliau beternak kambing,
namun sudah dijual, kini beliau beternak 20 ekor ayam dan 15 ekor entok.
Bapak Sudiro memiliki beberapa petak lahan yang letaknya terpisah
satu sama lain, beliau memilih membudidayakan tanaman padi gogo yang
bergantung pada air hujan, dengan alasan perawatannya mudah dan hasil
yang menjanjikan.
Kegiatan bercocok tanam dimulai dengan penyemaian benih padi
selama 25 hari, sambil menunggu penyemaian, beliau mempersiapkan lahan
yang akan ditanami padi gogo. Setelah tiba waktu untuk menanam benih padi
ke lahan, maka perawatan dimulai, seperti pemberian pupuk dan
penyemprotan pestisida. Pupuk yang digunakan oleh bapak Sudiro
merupakan campuran antara pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk
organik yang digunakan adalah kotoran sapi yang diaplikaikan sebelum lahan
ditanami, sedangkan pupuk kimia sintetis yang digunakan adalah pupuk
dengan merk dagang Urea, Phonska, TSP diaplikasikan 15 hari setelah tanam.
Pestisida kimia sintetis yang digunakan bapak Sudiro adalah Phospit untuk
mengatasi masalah hama tikus, dan curakol untuk mengatasi masalah hama
belalang hijau.

26

3.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani


No. Keterangan
1

Harga (P)

Kuantitas (Q)

Jumlah

Sewa Lahan

Rp 500.000

1000 m2

Rp 500.000,00

Cangkul

Rp. 10.000,00

5 buah

Rp 50.000,00

Rp. 85.000,00

4 kantong

Rp 340.000,00

Urea

Rp.92.000,00

1 sak

Rp 92.000,00

Phonska

Rp.4.000,00

80 kg

Rp 320.000,00

TSP

Rp.3.000,00

25 kg

Rp 75.000,00

Sekor (kecil)

Rp.40.000,00

1 pcs

Rp 40.000,00

Curakol

Rp.28.000,00

1 pcs

Rp 28.000,00

Mencangkul

Rp.20.000,00

2 orang

Rp 40.000,00

Menanam

Rp.15.000,00

4 orang

Rp 60.000,00

Pemeliharaan

Rp.15.000,00

4 orang

Rp 60.000,00

Panen

Rp.25.000,00

2 orang

Rp 50.000,00

Biaya pembajakan

Rp.180.000,00 1 kali

Rincian Baya Tetap (FC)

Rincian Biaya Variabel

Bibit

Pupuk

Pestisida

Tenaga kerja

Total biaya (TC) = (TFC+TVC)


3

Penerimaan (TR)

Keuntungan () = TR TC

Rp.490.000,00 5 kuintal

Rp 180.000,00
Rp. 1.535.000,00
Rp. 2.450.000,00
Rp. 915.000,00

3.5 Analisis Kelayakan Usahatani


3.5.1 R/C Ratio
R/C Ratio =
R/C Ratio =
R/C Ratio = 1,6 (layak)
Jadi , setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan oleh bapak sudiro maka
akan mendapatkan keuntungan sebesar 1,6 %

27

3.5.2 BEP (Break Even Point)


BEP UNIT
BEP=
BEP=
BEP=
BEP = 1,08
Jadi , apabila bapak sudiro tidak ingin untung dan tidak ingin rugi
maka harus menjual gabah sebanyak 1,08 kwintal , dengan harga per
kwintalnya Rp.490.000,00
BEP RUPIAH
BEP=
BEP=
BEP=
BEP=
BEP=520.833
Jadi , apabila bapak sudiro tidak ingin untung dan tidak ingin rugi
maka dengan jumlah gabah 5 kwintal maka harus menjual dengan
harga 520.833 per kwintalnya

3.6 Pemasaran Hasil Pertanian


Hasil panen padi gogo milik bapak Sudiro biasanya dijual ke
tengkulak dalam bentuk gabah. Alasan beliau menjual dalam bentuk gabah
dikarenakan beliau ingin segera menjual sehingga lebih cepat mendapatkan
hasil/uang yang akan digunakan untuk keperluan yang lain. Hal inilah yang
umumnya terjadi dalam usahatani skala kecil petani Indonesia. Selain dijual
kepada tengkulak dengan sistem timbangan, tak jarang bapak Sudiro menjual
padi gogonya dengan sistem tebasan. Sistem tebasan dianggap lebih

28

menguntungkan bila dibandingkan dengan sistem timbangan. Pembelian


gabah secara tebasan memerlukan keahlian saat menaksir harga yang
disesuaikan dengan berapa ancar ancar produksi gabah di sawah. Kalau
sampai tak pandai menaksir, maka tentunya kerugian akan menghadang di
depan mata. Menjual gabah dengan sistem tebasan biasanya terpaksa
dilakukan petani yang keadaannya kepepet kebutuhan. Misalnya karena
terdesak ditagih hutang atau kebutuhan lainnya.

3.7 Kelembagaan Petani


Petani yang kami wawancarai merupakan anggota dari Gabungan
Kelompok Tani Sari Bumi. Lembaga yang beranggotakan 44 orang petani di
Desa Wringinanom ini rutin menyelenggarakan pertemuan setiap tanggal
lima, dan bertempat di sebuah warung.
Dalam kegiatan rutin tersebut, materi yang dibahas adalah mengenai
hama penyakit tanaman budidaya mereka, saling bercerita mengenai
permasalahan yang terjadi di lahan pertanian mereka masing-masing. Bapak
Sudiro mengaku mendapatkan banyak sekali kemudahan semenjak bergabung
dengan Kelompok Tani Sari Bumi, diantaranya mendapatkan banyak
pengetahuan yang sebelumnya belum pernah beliau dapatkan, melalui
kegiatan rutin beliau mendapatkan tambahan pengetahuan yang disampaikan
oleh penyuluh yang disediakan oleh Kecamatan. Keuntungan yang lain
adalah dapat menikmati kemudahan untuk peminjaman alat pertanian. Beliau
menyampaikan bahwa Kelompok Tani Sari Bumi mendapatkan bantuan dari
Pak De Karwo, Gubernur Jawa Timur, berupa handtractor, diesel air, dan
mesin perontok padi, alat-alat tersebut yang digunakan para anggota
Kelompok Tani Sari Bumi untuk menunjang kegiatan usahatani mereka.
Menurut Mubyarto (1989), yang dimaksud lembaga adalah organisasi
atau kaedah-kaedah baik formal maupun informal yang mengatur perilaku
dan tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan-kegiatan rutin
sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut

Nasution (2002), kelembagaan mempunyai pengertian

sebagai wadah dan sebagai norma. Lembaga atau institusi adalah seperangkat

29

aturan, prosedur, norma perilaku individual dan sangat penting artinya bagi
pengembangan pertanian.
Menurut Sumarti, dkk (2008), kelembagaan di perdesaan dapat
dibagi ke dalam dua kelompok yaitu : pertama, lembaga formal seperti
pemerintah desa, BPD, KUD, dan lain-lain. Kedua, kelembagaan tradisional
atau lokal. Kelembagaan ini merupakan kelembagaan yang tumbuh dari
dalam komunitas itu sendiri yang sering memberikan asuransi terselubung
bagi kelangsungan hidup komunitas tersebut. Kelembagaan tersebut biasanya
berwujud nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan dan cara-cara hidup yang telah
lama hidup dalam komunitas seperti kebiasaan tolong-menolong, gotongroyong, simpan pinjam, arisan, lumbung paceklik dan lain sebagainya.
Keberadaan lembaga di perdesaan memiliki fungsi yang mampu memberikan
energi sosial yang merupakan kekuatan internal masyarakat dalam
mengatasi masalah-masalah mereka sendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka
lembaga di perdesaan yang saat ini memiliki kesamaan dengan karakteristik
tersebut dapat dikatakan sebagai lembaga gabungan kelompok tani
(Gapoktan).
Peran kelembagaan sangat penting dalam mengatur sumberdaya dan
distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu diperhatikan dalam
upaya peningkatan potensi desa guna menunjang pembangunan desa. Dengan
adanya kelembagaan petani dan ekonomi desa sangat terbantu dalam hal
mengatur silang hubungan antar pemilik input dalam menghasilkan output
ekonomi desa dan dalam mengatur distribusi dari output tersebut.
Menurut Syahyuti (2005), Gapoktan adalah gabungan dari beberapa
kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan
dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan
usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan
dilatarbelakangi oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap
berbagai kelembagaan layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga
keuangan, terhadap lembaga pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana
produksi pertanian serta terhadap sumber informasi. Pada prinsipnya,
lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi, namun

30

diharapkan juga mampu menjalankan fungsi-fungsi lainnya serta memiliki


peran penting terhadap pertanian.

3.8 Kendala Usahatani


Dalam berusahatani, pasti akan ditemui beberapa kendala, terutama
dalam pengembangan sistem pertanian. Itu pula yang dirasakan oleh Bapak
Sudiro, hama dan penyakit tanaman menurut beliau merupakan salah satu
kendala serius dalam berusahatani. Hama berupa walang sangit dan tikus
dianggap sangat merugikan karena intensitas serangannya yang tinggi. Bapak
Sudiro mengatasi masalah ini dengan cara membuat jebakan berupa ketela
rebus yang kemudian dicampur dengan phosphit untuk menanggulangi hama
tikus, sedangkan untuk walang sangit, beliau menggunakan pestisida kimia.
Cara yang digunakan bapak Sudiro memang sudah benar, namun ada
baiknya untuk dilakukan alternatif lain yang lebih ramah lingkungan sehingga
keseimbangan agroekosistem lebih terjaga. Tanpa menggunakan bahan-bahan
kimia (pestisida), maka keberagaman fauna akan melimpah, musuh alami
tidak akan mati, sehingga musuh alami yang akan memangsa hama-hama
seperti tikus dan walangsangit, dan ledakan hama tidak akan terjadi.
Harapan beliau terhadap kendala terbesar ini adalah adanya
penyuluhan dari penyuluh untuk mengajarkan kepada petani bagaimana cara
mengatasi permasalahan hama penyakit tanaman budidaya yang seakan tidak
pernah ada habisnya, tentunya dengan bantuan teknologi maupun penemuanpenemuan baru mengenai cara pengelolaan hama secara terpadu dan
berkelanjutan.
Menyadari akan manfaat dan kelemahan pengendalian hama penyakit
menggunakan pestisida, maka perlu upaya pengendalian yang efektif dan
efisien. Sehubungan dengan hal itu, sejak tahun 1997/1998 pemerintah
mengintroduksikan program PHT pada tanaman perkebunan rakyat.
Pengembangan PHT telah dilakukan pada beberapa komoditas. Tujuan
penerapan PHT adalah untuk mendorong pendekatan pengendalian OPT yang
dinamis dan aman terhadap lingkungan oleh petani melalui pemberdayaan
perangkat pemerintah yang terkait dan kelompok tani.

31

Sesuai dengan UU No. 12 tahun 1992, tentang Sistem Budidaya


Tanaman dan PP No.6 tahun 1995 tentang Perlindungan Tanaman, bahwa
perlindungan tanaman dilaksanakan dengan menerapkan sistem PHT yang
pelaksanaannya menjadi tanggungjawab petani atas bimbingan pemerintah.
Upaya mendukung penyelenggaraan PHT, pemerintah menyelenggarakan
pelatihan Sekolah Lapang bagi petugas dan petani. Menurut Direktorat
Perlindungan Perkebunan (2001), tujuan kegiatan pelatihan tersebut adalah
agar petugas dan petani memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
menerapkan 4 prinsip PHT, yaitu : (1) budidaya tanaman sehat, (2)
pelestarian musuh alami, (3) pengamatan agroekosistem secara rutin, dan (4)
petani menjadi ahli PHT dan manajer di lahannya.
Menurut Wahyudi (2003), bahwa implementasi dan pengembangan
PHT sejalan dengan konsep sustainable agriculture, walaupun konsep ini
perlu digarap secara sistematik dan terpadu untuk memperoleh manfaat
optimal. Upaya ini perlu segera dikembangkan terutama untuk menolong
petani dalam mengentaskan diri dari kemiskinan.

32

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari lahan pertanian milik Bapak Sudiro yang terletak di Jl. Pulau
Mas 2, Desa Wringinanon, Dusun Wringinanom, Kabupaten Malang.
Budidaya yang dilakukan oleh bapak Sudiro pada lahanya bermacam-macam
padi gogo, padi, jagung, jagung manis, kacang sawi, cabai, ubi cilembu, kayu
sengon. Namun komoditas yang utama adalah padi dan jagung. Bapak Sudiro
biasanya menjual hasil panennya kepada tengkulak dengan sistem tebasan.
Sistem tebasan dianggap lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan
sistem timbangan. Pembelian gabah secara tebasan memerlukan keahlian saat
menaksir harga yang disesuaikan dengan berapa ancar ancar produksi gabah
di sawah. Dan Bapak Sudiro tergabung dalam kelompok tani Sari Bumi. Di
kelompok tani ini selalu melakukan kegiatan rutin, dalam kegiatan rutin
tersebut, materi yang dibahas adalah mengenai hama penyakit tanaman
budidaya mereka, saling bercerita mengenai permasalahan yang terjadi di
lahan pertanian mereka masing-masing. Dalam berusahatani, pasti akan
ditemui beberapa kendala, terutama dalam pengembangan sistem pertanian.
Itu pula yang dirasakan oleh Bapak Sudiro, hama dan penyakit tanaman
menurut beliau merupakan salah satu kendala serius dalam berusahatani

4.2 Saran

33

BAB V
LAMPIRAN

5.1 Transek Desa dan Peta Desa

Permasalahan yang dihadapi :


Tidak ditemukan masalah

34

Transek Lahan

Padi Gogo

35

5.2 Lampiran foto hasil pengamatan lapang

36

37

38

5.3 Kalender Musim Tanam

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

Keterangan :
Padi Gogo
Jagung
Kacang Tanah

39

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Faisal.M. 2004. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Penerbit.
Universitas Muhammadiah Malang, Malang.
Anonymous,

2012.

Kondisi

Pertanian

Indonesia

Saat

Ini.

http://paskomnas.com/id/berita/Kondisi-Pertanian-Indonesia-saat-ini
berdasarkan-Pandangan-Mahasiswa-Pertanian-Indonesia.php
Anonymous,

2013.

Kurva

BEP.

http://jejakteknikindustri.blogspot.com/2013/06/analisis-dan-estimasibiaya.html. Diakses tanggal 28 Nopember 2013


Anonymous,

2013.

Profil

Usahatani

Padi

gogo\

http://boedakrimbun.blogspot.com/2012/06/budidaya-padi-sawah-tadah
hujan-1.html
Harahap, Sofyan Syafri. 2004. Akuntansi Aktiva Tetap, Edisi Ketiga, Jakarta :
Penerbit PT. Raja Grafindo .
Hasan I. 2002. Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Ghalia Indonesia, 260 :
Jakarta.
Heru, dkk., 2010. Modul Usahatani, Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian.
Universitas Brawijaya.
Masri Singarimbun, Sofian Effendi 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES.
Jakarta
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.
Nasution, Muslimin. 2002.

Pengembangan Kelembagaan Koperasi Pedesaan

Untuk Agroindustri. Bogor: IPB Press.tidak dipublikasikan.


Rangkuti, Freddy. (2005). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
S. Munawir, 2002. Akuntansi Keuangan Dan Manajemen. Edisi Revisi.
Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

40

Sumarti, Titik, dkk. 2008. Model Pemberdayaan Petani Dalam Mewujudkan Desa
Mandiri Dan Sejahtera (Kajian Kebijakan dan Sosial Ekonomi Tentang
Ketahanan Pangan pada Komunitas Desa Rawan Pangan Di Jawa).
[Laporan Akhir]. Bogor: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat. Institut Pertanian Bogor.
Supriharyono.2000. Pelestarian dan Pengelolaan Sumberdaya Alam di Pesisir
Tropis. Gramedia. Jakarta.
Syahyuti.

2007.

Kebijakan

Pengembangan

Gabungan

Kelompok

Tani

(GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi Di Perdesaan. Jurnal


Analisis Kebijakan Pertanian (Maret) : 15-35.
Wahyudi, A., 2003. Risalah Simposium Nasional Penelitian PHT Perkebunan
Rakyat Pengembangan dan Implementasi PHT Perkebunan Rakyat
Berbasis Agribisnis, Bogor, 17-18 September 2002. Bagian Proyek PHT
Tanaman Perkebunan 2003. Hlm 37-54.

41

Anda mungkin juga menyukai