Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

HERNIA
Definisi
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi
di dinding otot perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan
meliputi jaringan, sebuah peritoneal kantung, dan yang mendasarinya visera,
seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya. Hernia kongenital
disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan dengan
melemahnya otot-otot normal. Menimbulkan faktor termasuk pembedahan;
mendadak peningkatan tekanan intra-abdomen, yang mungkin terjadi selama
angkat berat atau batuk-in;: dan lebih bertahap dan berkepanjangan
peningkatan tekanan intra-abdomen yang berhubungan dengan kehamilan,
obesitas, atau asites.(LeMone, 2000).

Gambar 2.1 Hernia kongenital


Hernia adalah kelemahan dinding otot abdominal yang melewati sebuah
segmen dari perut atau struktur abdominal yang lain yang menonjol. Hernia
dapat juga menembus melewati beberapa defect yang lain di dalam dinding
abdominal, melewati diafragma, atau melewati struktur lainnya di di rongga
abdominal.(Donna Ignatavicius, 1999 ).
Hernia adalah penonjolan sebuah organ organ atau struktur melalui
mendeteksi di dinding otot perut atau kelemahan pada dinding rongga perut
dinama berisi bagian-bagian tersebut secara normal. Hernia mungkin terjadi
di beberapa bagian tubuh, tetapi biasanya itu terjadi di rongga obdominal. Itu
diketahui sebagai penurunan. Hernia dapat diturunkan dengan manipulasi

atau tanpa manipulasi. Jika hernia tidak dapat di tenpatkan kembali di rongga
abdominal, itu diketahui sebagai iruduksi atau incarcerated. Dalam situasi ini
aliran mungkin menjadi obstruksi. Ketika hernia ireduksi dan alitran intestinal
dan suplay darah obstruksi, hernia menjadi terjepit. Ini akibat dari obstruksi
intestinalakut.(Lewis,2000) .
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan
isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut.
Klasifikasi
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam,
sifat dan proses terjadinya. Berikut ini macam-macam hernia ini di dasarkan
menurut letaknya, seperti :

Gambar 2.2 Letak Hernia


1. Hernia Inguinalis
Hernia Inguinal ini dibagi lagi menjadi dua yaitu :
Indirek / lateralis: Hernia ini terjadi melalui cincin inguinalis dan
melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumnya
terjadi pada pria daripada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak
kecil. Hernia ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke
skrotum. Umumnya pasien mengatakan turun berok, burut atau
kelingsir atau mengatakan adanya benjolan di selangkangan/kemaluan.
Benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur dan
2

bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi
pasien berdiri dapat timbul kembali.
Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan
femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk
secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi
kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus
inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna
ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan.
Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian
atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat
dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar
pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur.
Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang
sekali menjadi ireponibilis.
2. Hernia Femoral
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan
hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung.
Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia
ini.
3. Hernia Umbilikal
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien
gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah
sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah
pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau
kegemukan.

Etiologi
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut.
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat
reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini
disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh
pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan
kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga
perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut.
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing
atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau
konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya
tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus
melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi
atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut
dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis
belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya
organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang
pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.
Patofisiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau sebab yang
didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki
ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula
faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka
cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya
prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut,
dan

kelemahan

otot

dinding

perut

karena

usia.

Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.

Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila
kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila
prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis

lateralis

kongenital.

Pada orang tua kanalis inguinalis telah menutup. Namun karena


merupakan lokus minoris resistensie, maka pada keadaan yang menyebabkan
tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan
timbul hernia inguinalis lateralis akuisita. Kelemahan otot dinding perut
antara lain terjadi akibat kerusakan Nervus Ilioinguinalis dan Nervus
Iliofemoralis

setelah

apendiktomi

Pada hernia akan terjadi prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis
di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup
yang bersifat kongenital. Hernia inkarserata terjadi bila usus yang prolaps itu
menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum, kemudian akan
mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik
abdomen,

tidak

ada

flatus,

tidak

ada

feces,

muntah).

Isi hernia dapat kembali ke rongga peritoneum disebut hernia inguinal


reponibilis, bila tidak dapat kembali disebut hernia inguinal ireponibilis.
Pada hernia reponibilis, keluhan yang timbul hanya berupa benjolan di
lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, mengedan, dan
menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri pada hernia ini jarang dijumpai,
kalaupun ada dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilikal berupa
nyeri viseral akibat regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus
halus

masuk

ke

dalam

kantung

hernia

Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi
gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit.
Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah
rasa sakit yang terus menerus. Terjadi gangguan pasase usus seperti abdomen

kembung dan muntah. Hernia strangulata lebih sering terjadi bila hernia di
sebelah

kanan

Pembuluh darah yang terjepit juga akan mengakibatkan penimbunan racun


yang akan berakibat terjadinya infeksi dalam tubuh. Infeksi ini akan menjadi
sumber infeksi ke seluruh dinding usus yang akan berakibat buruk yaitu
kematian.

Pathway
Adanya tekanan

Aktivitas berat
Hernia

Hernia umbilikalis
konginetal

Hernia para
umbilikalis

Hiatus
Hernia

Hernia Hernia
Insisional
Inguinalis

Kantung hernia
Keluar
melalui umbilikalis

Kantung
Hernia
Melewati
Dinding
Abdomen

Kantung
hernia
memasuki
rongga
thorak

Kantung
Kantung hernia
hernia
memasuki celah
memasuki
inguinal
celah bekas
insisi
Terdorong lewat
Dinding posterior
Canalis inguinal
Yg lemah
Benjolan pd regio
Inguinal

( Resiko infeksi )
Diatas ligamentum
Inguinal mengecil
Bila berbaring

( Ansietas )
Pembedahan
Insisi bedah
Resti perdarahan
Resti infeksi

Asupan gizi kurang

Terputusnya
Jaringan
Syaraf

Peristaltik usus
Menurun

Nyeri
( Gangguan pola tidur )
( Gangguan rasa nyaman <Nyeri> )

Mual
Nafsu makan
Menurun
Intake makanan
inadekuat
( Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh )

Manifestasi Klinis
Menurut Kapita Selekta Kedokteran
Umumnya pasien mengatakan turun berok, burut atau kelingsir atau
mengatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan.benjolan itu bisa
mengecil

atau

menghilang,

dan

bila

menangis

mengejan

waktu

defekasi/miksi, mengangkat benda berat akan timbul kembali. Dapat pula


ditemukan rasa nyeri pada benjolan atau gejala muntah dan mual bila telah
ada komplikasi.
Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak, pasien
dapat disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila
ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila sudah nampak benjolan harus
diperiksa apakah benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali. Pasien diminta
berbaring, bernafa dengan mulut untuk mengurangi tekanan intraaddominal.,
lalu skrotum diangkat perlahan-lahan. Diagnostik hernia pasti sudah dpat
ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang teliti.
Keadaan cincin juga perlu diperiksa. Melalui skrotum jari telunjuk
dimasukkan keatas lateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti fasikulus
spermatikus sampai keanulus inguinalis internus. Pada keadaan normal jari
tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan dan merasakan apakah
ada massa yang menyentuh jari tangan. Bila massa tersebut menyentuh ujung
jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedangkan bila menyentuh sisi
jari maka diagnosisnya adalah hernia inguinalis medialis.
Penatalaksanaan hernia
1.Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara
perlahan menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat
penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres
hangat dan setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Celana penyangga

d. Istirahat baring
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja
untuk mencegah sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola,
minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif) :
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan
menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus
internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus.Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis

incarcerata.

3. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan


pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis

strangulata.

4. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan


pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
5. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,

10

muntah dan obstipasi.


6. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
7. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
8. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
9. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.
Pencegahan
Menurut Jennifer (2007), pencegahan hernia adalah :
a)

Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat Hal ini dapat
membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut.

b)

Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi


Seperti : Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandum
sangat disarankan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung
banyak serat yang membantu mencegah konstipasi dan mengurangi
tekanan di bagian perut.

c)

Hindari mengangkat barang yang terlalu berat Jika harus mengangkat


barang berat, lakukan dengan cara yang benar. Postur tubuh yang tepat
saat mengangkat barang berat, yakni tekuk lutut Anda dan hindari
membungkuk untuk mengurangi tekanan.

d)

Hindari tekanan Intra abdomen Seperti batuk kronis dan mengejan yang
dapat mencetuskan hernia.

11

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Identitas : Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan, Pendidikan Dll
Riwayat Kesehatan

Keluhan Utama :
Pre Op:
Pasien mengatakan nyeri di daerah selangkangan atau kemaluan.
Post Op:
Pasien mengatakan nyeri di daerah operasi lemas, pusing, mual, kembung.

Riwayat penyakit sekarang :


Pre Op:
Pasien mengatakan ada benjolan di daerah selangkangan, sering kembung
dan muntah , tidak nafsu makan apabila BAB atau mengejan timbul
benjolan.
Post Op:
merasa adanya pembesaran pada scrutum yang hilang timbul, istirahat
kurang, lelah

Riwayat penyakit dahulu :


Pre Op:
Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit hernia 2 tahun yang lalu
. apabila digunakan untuk mengangkat benda berat sering sakit di
selangkangannya.
Post Op:
Pasien pernah mengalami operasi hernia

Riwayat penyakit keluarga:


Pasien mengatakan bahwa dahulu bapaknya pernah menderita hernia.

Pemeriksaan fisik ROS


Pre Op
a. Keadaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai

12

kesakitan, konjungtiva anemis.


b. Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris,
ada
tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping
hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing,
stridor.
c. Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada
pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung
tambahan.
d. Sistem urogenital : ada ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pada
skortum.tidak bisa mengeluarkan urin secara lancar ,
adanya disuria.
e. Sistem muskuloskeletal : ada kesulitan dalam pergerakkan karena adanya
benjolan diselangkangan .
f. Abdomen : Inspeksi

: abdomen keras

Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan


Palpasi

: Ada benjolan

Perkusi

: Hypertimpani

Post Op:
a. Keadaan Umum
TD : 120 / 00 mmng
Nadi : 80 x/mnt
Respirasi : 28 x/mnt
Temperatur : 37o C
b. Kulit
Kulit berwarna sawo matang, tidak terdapat &dema pada kulit, suhu tubuh
normal melalui axula 37o C turgur kulit baik (bila dicubit dapat kembali
dalam 1-3 detik), tekstur kulit kasar, pada kulit tidak terdapat lesi, terdapat
luka post op di daerah abdumen dextra bawah sebanyak 7 jahitan
panjangnya lebih kurang 10 cm.
c. Kepala dan Leher
Bentuk simetris, tidak ada nyeri/vertigo pada kepala, tidak ada trauma,

13

tidak ada keterbatasan gerak pada kepala dan leher, tidak ada kesulitan
dalam menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroed, warna rambut hitam
dan terdapat uban, tidak terdapat ketombe.
d. Penglihatan dan Mata
Bentuk bola mata simetris, tidak ada sekret yang menempel pada mata,
fungsi penglihatan cukup baik (klien dapat membaca papan nama perawat,
mahasiswa pada jarak 1 meter), gerakan bola mata baik, konjungtiva tidak
anemis, skura tidak veterile, repleks pupil terhadap cahaya cukup baik,
tidak ada kelainan pada mata, klien tidak menggunakan alat bantu
penglihatan (kaca mata atau lensa kontak).
e. Penciuman dan Hidung
Struktur hidung simetris, hidung tampak bersih, tidak terdapat sekret, tidak
ada perdarahan dan peradangan pada hidung, tidak ada nyeri tekan pada
hidung, tidak ada penyumbatan pada hidung, fungsi penciuman baik, klien
dapat membedakan bau-bauan (bau alkohol dan bau minyak wangi dengan
mata tertutup).
f. Mulut dan Gigi
Mukosa bibir kering, lidah dan mulut tampak bersih, tidak ada perdarahan
pada mukosa dan gusi, tidak ada kotoran yang menempel pada sela-sela
gigi, terdapat caries pada gigi geraham kiri dan kanan, fungsi mengunyak
baik, klien tidak menggunakan gigi palsu.
g. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Bentuk dada simetri, pola nafas normal, frekuensi nafas 24x / mnt
h. Abdomen
Keadaan umum simetris, terdapat nyeri tekan hanya pada daerah op
(abdumen dextra bawah) bising usus 6x/menit, tidak ada benjolan di perut,
gerakan perut seirama dengan gerakan dada.
-Inspeksi
Tampak luka bekas op pada bagian abdumen kanan bawah ditandai dengan
7 jahitan, panjang luka lebih kurang 10 cm, luka tampak kering, klien
masih tampak lemah. Infus terpasang RL 28 tts/mnt di tangan kiri.
.-Perkusi

14

Terdengar bunyi kedup pada daerah abdumen.


-Auskultasi
Bising usus terdengar agak lemah 5x/mnt
- Palapasi
Nyeri tekan daerah abdumen kanan bawah
i. Genetalia dan Reproduksi
Klien mengaku sudah menikah dan mempunyai anak 12 orang, hubungan
klien dengan isteri dan anak-anak baik.
j. Ekstremitas atas dan bawah
Keadaan umum tidak ada kelainan, tidak ada dedema dan sianosis, jumlah
jari tangan dan kaki lengkap, infus terpasang di tangan kiri, dalam
beraktivitas klien dibantu oleh keluarga.
Pemeriksaan fungsional Gordon
Pre Op:
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada
keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan
terdekat.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Makan : Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis disebabkan Mual
muntah
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c. Pola eliminasi
BAK : adanya retensi urin / inkonteninsia urine
BAB : adanya konstipasi
d. Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena ada salah
satu ekstermitas yang mengalami gangguan untuk berjalan.
e. Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri di

15

selangkangan
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat
kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h. Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki laki dan scortumnya mengalami pembesaran
sehingga mengalami kesulitan dalam hubungan seksualitas
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini
lagi
j. Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan
meringis kesakitan
k. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini
merupakan cobaan dari Allah SWT.
Post Op:
a. Aktivitas dan Istirahat
Di rumah : klien ada kesulitan dalam tidur.
Di rumah sakit : aktivitas sangat terbatas dengan skala 2 (0-2) yaitu dengan
memerlukan bantuan orang lain, istirahat kurang,tidur hanya 4 jam,lelah.
b. Personal hygiene
Di rumah : klien mandi 2x sehari keramas 2x seminggu.
Di rumah sakit : selama di rumah sakit klien hanya menyeka tubuhnya,
gosok gigi 2x sehari, kuku klien tampak bersih dan selama di rumah sakit
klien 1x keramas.
c. Nutrisi
Selama di rumah klien makan 3x sehari dengan porsi sedang, minumnya 7
8 gelas/hari.

16

Di rumah sakit nafsu makan klien agak kurang, baru boleh minum sedikitsedikit os baru platus, sehubungan dengan post op.
d. Eleminasi
Di rumah klien BAB 1 2 kali sehari pada pagi hari, konsentrasi lembek,
warna coklat kekuningan, tidak ada kesulitan dalam BAB. Buang air kecil
frekuensi tidak menentu tergantung banyaknya air yang masuk, tidak ada
nyeri saat BAK.
Di rumah sakit klien BAB 1 kali sehari tidak ada nyeri saat BAB dan BAK
lebih kurang 5x sehari.
e. Seksual
Klien mengatakan hubungan klien dengan isteri dan anak-anak baik
(harmonis).
f. Psikososial
Klien dapat berinteraksi dengan perawat, keluarga, maupun sesama pasien.
g. Spiritual
Klien beragama Islam, di rumah klien melakukan shalat lima waktu dan
shalat sunat lainnya. Sedangkan di rumah sakit klien tidak pernah
melaksanakan, namun klien selalu berzikir dan berdoa atas kesembuhan
penyakitnya.
Pemeriksaan Penunjang
1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam
kavum peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada
bayi untuk mengidentifikasi hernia kontralateral

pada groin. Mungkin

terkadang berguna untuk memastikan adanya hernia pada pasien dengan


nyeri
kronis pada groin.
2. USG
Sering digunakan untuk menilai hernia yang sulit dilihat secara
klinis, misalnya pada Spigelian hernia.
3. CT dan MRI

17

Berguna untuk menentukan hernia yang jarang terjadi (misalnya :


hernia obturator).
4. Laparaskopi
Hernia yang tidak diperkirakan terkadang ditemukan saat
laparaskopi untuk nyeri perut yang tidak dapat didiagnosa.
5. Operasi Eksplorasi
Pada beberapa bayi, dengan riwayat meyakinkan dari ibunya,
namun tidak ditemukan secara klinis. Operasi eksplorasi dapat dilakukan.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia Pre Op
adalah :

Lab darah : hematology rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.

Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.

Data laboratorium, meliputi:

Darah
o

Leukosit 10.000 18.000/mm3

Serum elektrolit meningkat

Data Px diagnostic X-Ray

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia Pre Op


adalah :
EKG

: Normal

LAB : Hb. 14. c/ gr LEOCO : 4160 / mm3. LED. 5/20/.mm/ 1 jam.

Gol : B. GOS : 94 mg

18

3.6 Contoh Analisa data


a. Pre Op
Tgl/ja

Data

Problem

Etiologi

Nyeri

Terjepitnya

TT
D

Ds: Pasien mengatakan nyeri


pada daerah selangkangan

hernia

Do:
P : Nyeri apabila melakukan
aktivitas.
Q : Nyeri seperti ditusuk
R : Nyeri di daerah
selangkangan (Iliaka )
S : skala 7-8
T : Nyeri dirasakan hilang
timbul

Ds : Pasien mengatakan mual

Nutrisi

tidak nafsu makan

kurang dari

Do : klien tampak lemah dan

kebutuhan

Anoreksia

lemas
A : BB turun
B : Hb < 12 ,
C : Konjungtiva Anemis
D : Diet Makan tinggi serat dan
protein
Ds : Pasien mengatakan sangat
cemas ketika mengetahui akan
dilakukan proses pembedahan
Do : pasien nampak bingung

19

Ansietas

proses
pembedahan

RR : > 24 x/mnt
N : >80 x/mnt
TD : >120/90 mmHg
S : 37,5C
b.Post Op
Tgl/jam

Data
Ds: pasien mengeluh nyeri

Problem
Nyeri

daerah bekas operasi

Etiologi
Daerah bekas

TTD

luka operasi

Do:
P : Nyeri apabila melakukan
aktivitas.
Q : Nyeri seperti ditusuk
R : Nyeri di daerah abdomen
kanan bawah
S : skala 4-5
T : Nyeri dirasakan hilang
timbul
Ds : -

Resiko

diskontuinita

Do : adanya insisi

infeksi

s jaringan

pembedahan

sekunder
dengan

Ds : pasien mengatakan tidak

Gangguan

pembedahan
nyeri akut

bisa tidur

pola tidur

sekunder

Do :

dengan

- Waktu tidur pasien 4 jam

post op.

Pasien nampak mengantuk

Pucat dan lelah

Diagnosa
a. Pre Op
1.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terjepitnya hernia

2.

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.


20

3. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan.


b. Post op
1.Nyeri berhubungan dengan daerah bekas luka operasi
2.Resiko infeksi berhubungan dengan diskontuinitas jaringan sekunder
dengan pembedahan.
3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri akut sekunder dengan
post op.
Rencana Keperawatan
a.Pre Op
Tgl/ja

Tujuan&KH

Intervensi

Rasional

D
x
1

TT

setelah

1.

Observasi TTV

dilakukan

1.

Untuk mengetahui

keadaan umum pasien.

proses

2.

Kaji nyeri secara 2.

keperawatan

komprehensif

selama 1x 24

Lokasi, karakteristik,

jam pasien

durasi, frekuensi,

tidak nyeri

kualitas dan faktor

dengan KH:

presipitasi.

3.

K:Pasien

3.

seberapa nyeri yang

mengetahui

reaksi nonverbal dari

dirasakan oleh pasien.

penyebab nyeri

ketidak nyamanan.

4.

A:Pasien

4.

pengalaman nyeri klien

mengetahui

komunikasi

sebelumnya.

cara mengatasi

terapeutik.

5.

nyeri P:Pasien

5.

dan memberikan rasa

mampu

lingkungan yang

nyaman.

mengendalikan

tenang.

6.

nyeri dengan

6. Ajarkan teknik

nyaman pada saat

teknik

non farmakologis

nyeri.

Observasi

Gunakan teknik

Berikan

21

Untuk mengetahui

skala nyeri.

Untuk mengetahui

untuk mengetahui

Meringankan nyeri

Memberikan rasa

relaksasi dan

(relaksasi, distraksi

distraksi

dll) untuk mengetasi

P:TTV

nyeri.

normal :

7.

(TD : :110/70

pemberian analgetik

mempercepat

120/ 90

sesuai indikasi

hilangnya nyeri.

mmHg

misalnya morfin ,

RR : 16- 20

metadon dll

Kolaborasi

7.

Untuk

x/mnt
N : 60100x/mnt
S : 36,5037,0C)
- pasien
mengungkapka
n rasa nyeri
berkurang,
Skala nyeri 03,Wajah
pasien tidak
meringis
2

kesakitan
Tujuan jangka

1.

pendek:Setelah

diet biasa pasien,

mengidentifikasi

dilakukan

yang disukai atau

kebutuha nutrisi.

proses

tidak disukai.

keperawatan

2. Awasi masukan

2.

selama 3x24

dan pengeluaran dan

mengukur keefektifan

jam nutrisi

berat badan secara

pemasukan nutrisi dan

terpenuhi.

periodi.

dukungan cairan.

Tujuan jangka

3.

3.

panjang:Setela

sedikit dan sering

masukan nutrisi tanpa

h dilakukan

dengan makanan

kelemahan yang tak

Pastikan pola

Dorong makan

22

1.

Membantu dalam

Berguna dalam

Memaksimalkan

keperawatan

tinggi kalori dan

perlu/kebutuhan energi

selama 1 bulan

tinggi karbohidrat.

dari makanan banyak

diharapkan BB

dan menurunkan iritasi

meningkat

gaster

dengan KH :

4.

Kolaborasi

4.

Untuk memenuhi

K: Pasien

dengan ahli gizi

nutrisi dan gizi sesuai

dapat

untuk pemberian

dengan kebutuhan

mengetahui

nutrisi yang

pasien

penyebab

dibutuhkan oleh

gangguan

pasien

nutrisi
A: pasien
mampu
mengatasi
gangguan
nutrisi
P: Pasien
melakukan
makan sedikit
tapi sering
P: Nafsu
makan
meningkat,
Porsi makan
habis,BB Naik
3

Setelah

1.Observasi TTV

dilakukan

1.

Untuk mengetahui

keadaan umum pasien.

proses

2.Kaji tingkat

2.

Untuk mengetahui

keperawatan

ansietas: ringan,

sampai sejauh mana

selama 1x24

sedang, berat, panik.

tingkat kecemasan

jam

klien sehingga memu-

Kecemasan

dahkan
23

pasien

penanganan/pemberian

berkurang

3.

Berikan

dengan KH :

kenyaman dan

3.

K:Pasien

ketentraman hati.

terlalu memikirkan

mengetahui

4.

penyakitnya.

tentang tujuan

penjelasan mengenai

4.

dan penyebab

prosedur

mengetahui/memahami

perawatan

perawatan,perjalanan bahwa ia benar sakit

yang diberikan

penyakit & progno-

A: Pasien

sisnya.

mempu

5. Berikan/tempatk

mengatasi

an alat pemanggil

5.

dilakukannya

yang mudah

aman dan terlindungi

tujuan operasi,

dijangkau oleh klien

saat memerlukan

pelaksanaan

6.

bantuan.

operasi, pasca

yang dapat

6.

operasi,

menurunkan

cara mana yang efektif

prognosisnya

ansietas.

untuk

Berikan

Gali intervensi

askep se-lanjutnya.
Agar klien tidak

Agar klien

dan perlu dirawat.

Agar klien merasa

Untuk mengetahui

(bila dilakukan

menurunkan/menguran

operasi).

gi ansietas

P: Pasien

7.Berikan aktivitas

7.Agar klien dengan

mampu

yang dapat

senang hati melakukan

menggambarka

menurunkan

aktivitas karena sesuai

n ansietas dan

kecemasan /

dengan keinginan-nya

pola kopingnya ketegangan

dan tidak bertentangan

P:TTV

dengan prog-ram

normal : ( TD :

perawatan.

110/70 120/
90)
mmHg,RR :
16- 20 x/mnt,N
: 60-

24

100x/mnt,S :
36,5- 37,5C )
b. Post Op
Tgl/ja

No

Tujuan &KH

Intervensi

Dx
1

Setelah

1. Kaji

dilakukan

Rasional
intensitas 1. Untuk mengetahui

nyeri

skala nyeri.

tindakan

2. Observasi TTV 2. Untuk mengetahui

keperawatan

3. Beri posisi yang

selamaselama
1x 24 jam

keadaan umum pasien

nyaman

3. Untuk meringankan

4. Anjurkan

rasa nyeri

pasien tidak

beraktivitas

4.Untuk memberikan

nyeri dengan

secara bertahap

rasa nyaman

KH:

5. Beri

terapi 5. Untuk mengurangi

K:Pasien

analgesik

mengetahui

program medik

penyebab nyeri
A:Pasien

6. Anjurkan

sesuai rasa nyeri dan proses


penyembuhan

tehnik

6. Memberikan

relaksasi

rasa nyaman pada

mengetahui

saat nyeri.

cara mengatasi
nyeri
P:Pasien
.

mampu
mengendalikan
nyeri dengan
teknik
relaksasi
P:TTV
normal :
(TD : :110/70
120/ 90
mmHg
RR : 16- 20

25

TTD

x/mnt
N : 60100x/mnt
S : 36,5037,0C)
- pasien
mengungkapka
n rasa nyeri
berkurang,
Skala nyeri
0,Wajah
pasien tidak
meringis
2

kesakitan
Setelah

1.Pantau tanda- tanda

1.Jika ada peningkatan

dilakukan

vital

tanda-tanda vital besar

proses

kemungkinan adanya

keperawatan

gejala infeksi karena

selama 2x24

tubuh berusaha untuk

jam pasien

melawan

tidak

mikroorganisme asing

menunujukan

yang masuk maka

adanya infeksi

terjadi peningkatan

dengan

tanda vital.

KH :

2.Lakukan perawatan

2.perawatan luka

K:Pasien

luka dengan teknik

dengan teknik aseptic

mengetahui

aseptik.

mencegah risiko

penyebab

infeksi.

adanya infeksi

3. Lakukan perawatan

3.untuk mengurangi

A:Pasien

terhadap prosedur

risiko infeksi

mampu

invansif seperti infus,

nosokomial.

mengatasi

kateter, drainase luka,

adanya infeksi

dll
26

P:Pasien dapat

4.Jika ditemukan

4.Penurunan Hb dan

melakukan

tanda infeksi

peningkatan jumlah

tehnik aseptik

kolaborasi untuk

leukosit dari normal

P:TTV Normal

pemeriksaan darah,

membuktikan adanya

( TD : 110/70

seperti Hb dan

tanda-tandainfeksi.

120/ 90

leukosit.

5.Antibiotic mencegah

mmHg

5.Kolaborasi untuk

perkembangan

RR : 16- 20

pemberian antibiotik

mikroorganisme

x/mnt

patogen

N : 60100x/mnt
S : 36,5 37,5C)
- Tanda- tanda
infeksi tidak
ada (dolor ,
rubor, color,
tumor dan
fungsiolensa)
- leukosit
dalam batas
normal 4.00011.000
- Luka bersih,
tidak lembab
3

dan kotor.
Setelah

1.Berikan untuk

1.Meminimalkan

dilakukan

beristirahat / tidur

kelelahan yang mana

proses

sejenak.

dapat mempengaruhi

keperawatan

waktu tidur.

selama 1x 24

2.Anjurkan latihan

2.Untuk memberikan

jam pasien

pada siang hari.

waktu tidur yang

dapat tidur

cukup pada waktu


27

dengan

malam hari

nyenyak

3.Turunkan aktivitas

3. Penurunan mental

dengan KH :

mental / fisik pada

dapat meningkatkan

K:Pasien

sore hari.

kecemasan dan dapat

mengetahui

menghambat waktu

penyebab

tidur.

gangguan pola

4.Evaluasi tingkat

4.Penigkatan stress

tidur

stress orientasi sesuai

dapat melanggar pola

A:Pasien

perkembangan hari

tidur sehingga tidur

mampu

demi hari.

tidak pulas

mengatasi

5.Berikan makanan

5.Meningkatkan

gangguan pola

kecil sore hari, susu

relaksasi dengan

tidur

hangat, mandi dan

perasaan mengantuk.

P:Pasien

masase punggung.

mengungkapka 6.Turunkan jumlah

6.Menurunkan

n kemampuan

minum pada sore hari. kebutuhan akan

untuk tidur.

Lakukan berkemih

bangun untuk pergi

P: pasien tidak

sebelum tidur.

kekamar

merasa lelah

mandi/berkemih

ketika bangun

selama malam hari.

tidur- kualitas

7.Kolaborasi untuk

7. a. Mungkin efektif

dan kuantitas

pemberihan obat

dalam menangani

tidur

sesuai dengan

Pseudodimensia atau

normal yakni 8

indikasi :

depresi, meningkatkan

jam sehari

a. Antidepresi, seperti

kemampuan untuk

amitriptilin (Elavil);

tidur

deksepin (Senequan)

b. hipnotik dosis

dantrasolon (Desyrel). rendah mungkin


b.Obat hipnotik.
efektif dalam
mengatasi insomnia
atau sindrom
sundowner.

28

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sudarth, 2002. Keperawatan medikal bedah edisi
8,volume 2, Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI.
1998.
Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin
Lockhart.
Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. 2001. EGC.
http://ppniklaten.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=79:herniainguinalis&catid=38:ppni-ak-category&Itemid=66

29

Anda mungkin juga menyukai