HERNIA
Definisi
Hernia adalah penonjolan sebuah organ atau struktur melalui mendeteksi
di dinding otot perut. Hernia umumnya terdiri dari kulit dan subkutan
meliputi jaringan, sebuah peritoneal kantung, dan yang mendasarinya visera,
seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya. Hernia kongenital
disebabkan oleh penutupan struktural cacat atau yang berhubungan dengan
melemahnya otot-otot normal. Menimbulkan faktor termasuk pembedahan;
mendadak peningkatan tekanan intra-abdomen, yang mungkin terjadi selama
angkat berat atau batuk-in;: dan lebih bertahap dan berkepanjangan
peningkatan tekanan intra-abdomen yang berhubungan dengan kehamilan,
obesitas, atau asites.(LeMone, 2000).
atau tanpa manipulasi. Jika hernia tidak dapat di tenpatkan kembali di rongga
abdominal, itu diketahui sebagai iruduksi atau incarcerated. Dalam situasi ini
aliran mungkin menjadi obstruksi. Ketika hernia ireduksi dan alitran intestinal
dan suplay darah obstruksi, hernia menjadi terjepit. Ini akibat dari obstruksi
intestinalakut.(Lewis,2000) .
Menurut Syamsuhidayat (2004), hernia adalah prostrusi atau penonjolan
isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau
bagian lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut.
Klasifikasi
Banyak sekali penjelasan mengenai klasifikasi hernia menurut macam,
sifat dan proses terjadinya. Berikut ini macam-macam hernia ini di dasarkan
menurut letaknya, seperti :
bila menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bila posisi
pasien berdiri dapat timbul kembali.
Direk / medialis: Hernia ini melewati dinding abdomen di area
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan
femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk
secara bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi
kongenital. Hernia ini disebut direkta karena langsung menuju anulus
inguinalis eksterna sehingga meskipun anulus inguinalis interna
ditekan bila pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan.
Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian
atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat
dipisahkan dari masa hernia. Pada pasien terlihat adanya massa bundar
pada anulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur.
Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang
sekali menjadi ireponibilis.
2. Hernia Femoral
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita daripada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis
femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan
hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung.
Ada insiden yang tinggi dari inkarserata dan strangulasi dengan tipe hernia
ini.
3. Hernia Umbilikal
Hernia umbilikalis pada orang dewasa lebih umum pada wanita dan
karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi pada klien
gemuk dan wanita multipara. Tipe hernia ini terjadi pada sisi insisi bedah
sebelumnya yang telah sembuh secara tidak adekuat karena masalah
pascaoperasi seperti infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau
kegemukan.
Etiologi
a. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun
wanita. Pada Anak anak penyakit ini disebabkan karena kurang
sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya
testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan
oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit
yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut.
b. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki laki biasanya adalah jenis hernia
Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah
selangkangan, hal ini disebabkan oleh proses perkembangan alat
reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini
disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh
pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan
kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga
perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut.
c. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada
kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing
atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau
konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya
tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus
melalui rongga yang lemah ke dalam kanalis inguinalis.
d. Keturunan
Resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebih menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh,
termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia.
Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi
atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi
tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus
terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat
barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan
yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut
dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui
dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal
daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis
belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya
organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang
pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.
Patofisiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau sebab yang
didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada laki-laki
ketimbang pada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada
pembentukan pintu masuk hernia pada anulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula
faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka
cukup lebar itu. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya
prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut,
dan
kelemahan
otot
dinding
perut
karena
usia.
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini telah mengalami
obliterasi sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut.
Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila
kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan
normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila
prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia
inguinalis
lateralis
kongenital.
setelah
apendiktomi
Pada hernia akan terjadi prolaps sebagian usus ke dalam anulus inguinalis
di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau kegagalan menutup
yang bersifat kongenital. Hernia inkarserata terjadi bila usus yang prolaps itu
menyebabkan konstriksi suplai darah ke kantong skrotum, kemudian akan
mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut kembung, nyeri kolik
abdomen,
tidak
ada
flatus,
tidak
ada
feces,
muntah).
masuk
ke
dalam
kantung
hernia
Bila usus tidak dapat kembali karena jepitan oleh anulus inguinalis, terjadi
gangguan pembuluh darah dan gangguan pasase segmen usus yang terjepit.
Keadaan ini disebut hernia strangulata. Secara klinis keluhan pasien adalah
rasa sakit yang terus menerus. Terjadi gangguan pasase usus seperti abdomen
kembung dan muntah. Hernia strangulata lebih sering terjadi bila hernia di
sebelah
kanan
Pathway
Adanya tekanan
Aktivitas berat
Hernia
Hernia umbilikalis
konginetal
Hernia para
umbilikalis
Hiatus
Hernia
Hernia Hernia
Insisional
Inguinalis
Kantung hernia
Keluar
melalui umbilikalis
Kantung
Hernia
Melewati
Dinding
Abdomen
Kantung
hernia
memasuki
rongga
thorak
Kantung
Kantung hernia
hernia
memasuki celah
memasuki
inguinal
celah bekas
insisi
Terdorong lewat
Dinding posterior
Canalis inguinal
Yg lemah
Benjolan pd regio
Inguinal
( Resiko infeksi )
Diatas ligamentum
Inguinal mengecil
Bila berbaring
( Ansietas )
Pembedahan
Insisi bedah
Resti perdarahan
Resti infeksi
Terputusnya
Jaringan
Syaraf
Peristaltik usus
Menurun
Nyeri
( Gangguan pola tidur )
( Gangguan rasa nyaman <Nyeri> )
Mual
Nafsu makan
Menurun
Intake makanan
inadekuat
( Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh )
Manifestasi Klinis
Menurut Kapita Selekta Kedokteran
Umumnya pasien mengatakan turun berok, burut atau kelingsir atau
mengatakan adanya benjolan di selakanganya/kemaluan.benjolan itu bisa
mengecil
atau
menghilang,
dan
bila
menangis
mengejan
waktu
d. Istirahat baring
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya
Asetaminofen, antibiotic untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja
untuk mencegah sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian
makan dengan gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat
sembelit dan mengedan selama BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola,
minuman beralkohol yang dapat memperburuk gejala-gejala.
2. Pembedahan (Operatif) :
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong
dibuka dan isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi,
kantong hernia dijahit ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan
menutup celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus
internus dan muskulus ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
Komplikasi
1. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi usus.
2. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus.Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis
incarcerata.
strangulata.
10
Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat Hal ini dapat
membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut.
b)
c)
d)
Hindari tekanan Intra abdomen Seperti batuk kronis dan mengejan yang
dapat mencetuskan hernia.
11
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Identitas : Nama, Usia, Alamat, Agama, Pekerjaan, Pendidikan Dll
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama :
Pre Op:
Pasien mengatakan nyeri di daerah selangkangan atau kemaluan.
Post Op:
Pasien mengatakan nyeri di daerah operasi lemas, pusing, mual, kembung.
12
: abdomen keras
: Ada benjolan
Perkusi
: Hypertimpani
Post Op:
a. Keadaan Umum
TD : 120 / 00 mmng
Nadi : 80 x/mnt
Respirasi : 28 x/mnt
Temperatur : 37o C
b. Kulit
Kulit berwarna sawo matang, tidak terdapat &dema pada kulit, suhu tubuh
normal melalui axula 37o C turgur kulit baik (bila dicubit dapat kembali
dalam 1-3 detik), tekstur kulit kasar, pada kulit tidak terdapat lesi, terdapat
luka post op di daerah abdumen dextra bawah sebanyak 7 jahitan
panjangnya lebih kurang 10 cm.
c. Kepala dan Leher
Bentuk simetris, tidak ada nyeri/vertigo pada kepala, tidak ada trauma,
13
tidak ada keterbatasan gerak pada kepala dan leher, tidak ada kesulitan
dalam menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroed, warna rambut hitam
dan terdapat uban, tidak terdapat ketombe.
d. Penglihatan dan Mata
Bentuk bola mata simetris, tidak ada sekret yang menempel pada mata,
fungsi penglihatan cukup baik (klien dapat membaca papan nama perawat,
mahasiswa pada jarak 1 meter), gerakan bola mata baik, konjungtiva tidak
anemis, skura tidak veterile, repleks pupil terhadap cahaya cukup baik,
tidak ada kelainan pada mata, klien tidak menggunakan alat bantu
penglihatan (kaca mata atau lensa kontak).
e. Penciuman dan Hidung
Struktur hidung simetris, hidung tampak bersih, tidak terdapat sekret, tidak
ada perdarahan dan peradangan pada hidung, tidak ada nyeri tekan pada
hidung, tidak ada penyumbatan pada hidung, fungsi penciuman baik, klien
dapat membedakan bau-bauan (bau alkohol dan bau minyak wangi dengan
mata tertutup).
f. Mulut dan Gigi
Mukosa bibir kering, lidah dan mulut tampak bersih, tidak ada perdarahan
pada mukosa dan gusi, tidak ada kotoran yang menempel pada sela-sela
gigi, terdapat caries pada gigi geraham kiri dan kanan, fungsi mengunyak
baik, klien tidak menggunakan gigi palsu.
g. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Bentuk dada simetri, pola nafas normal, frekuensi nafas 24x / mnt
h. Abdomen
Keadaan umum simetris, terdapat nyeri tekan hanya pada daerah op
(abdumen dextra bawah) bising usus 6x/menit, tidak ada benjolan di perut,
gerakan perut seirama dengan gerakan dada.
-Inspeksi
Tampak luka bekas op pada bagian abdumen kanan bawah ditandai dengan
7 jahitan, panjang luka lebih kurang 10 cm, luka tampak kering, klien
masih tampak lemah. Infus terpasang RL 28 tts/mnt di tangan kiri.
.-Perkusi
14
15
selangkangan
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g. Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat
kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h. Pola reproduksi / seksual
Pasien berjenis kelamin laki laki dan scortumnya mengalami pembesaran
sehingga mengalami kesulitan dalam hubungan seksualitas
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini
lagi
j. Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan
meringis kesakitan
k. Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini
merupakan cobaan dari Allah SWT.
Post Op:
a. Aktivitas dan Istirahat
Di rumah : klien ada kesulitan dalam tidur.
Di rumah sakit : aktivitas sangat terbatas dengan skala 2 (0-2) yaitu dengan
memerlukan bantuan orang lain, istirahat kurang,tidur hanya 4 jam,lelah.
b. Personal hygiene
Di rumah : klien mandi 2x sehari keramas 2x seminggu.
Di rumah sakit : selama di rumah sakit klien hanya menyeka tubuhnya,
gosok gigi 2x sehari, kuku klien tampak bersih dan selama di rumah sakit
klien 1x keramas.
c. Nutrisi
Selama di rumah klien makan 3x sehari dengan porsi sedang, minumnya 7
8 gelas/hari.
16
Di rumah sakit nafsu makan klien agak kurang, baru boleh minum sedikitsedikit os baru platus, sehubungan dengan post op.
d. Eleminasi
Di rumah klien BAB 1 2 kali sehari pada pagi hari, konsentrasi lembek,
warna coklat kekuningan, tidak ada kesulitan dalam BAB. Buang air kecil
frekuensi tidak menentu tergantung banyaknya air yang masuk, tidak ada
nyeri saat BAK.
Di rumah sakit klien BAB 1 kali sehari tidak ada nyeri saat BAB dan BAK
lebih kurang 5x sehari.
e. Seksual
Klien mengatakan hubungan klien dengan isteri dan anak-anak baik
(harmonis).
f. Psikososial
Klien dapat berinteraksi dengan perawat, keluarga, maupun sesama pasien.
g. Spiritual
Klien beragama Islam, di rumah klien melakukan shalat lima waktu dan
shalat sunat lainnya. Sedangkan di rumah sakit klien tidak pernah
melaksanakan, namun klien selalu berzikir dan berdoa atas kesembuhan
penyakitnya.
Pemeriksaan Penunjang
1. Herniografi
Teknik ini, yang melibatkan injeksi medium kontras ke dalam
kavum peritoneal dan dilakukan X-ray, sekarang jarang dilakukan pada
bayi untuk mengidentifikasi hernia kontralateral
17
Darah
o
: Normal
Gol : B. GOS : 94 mg
18
Data
Problem
Etiologi
Nyeri
Terjepitnya
TT
D
hernia
Do:
P : Nyeri apabila melakukan
aktivitas.
Q : Nyeri seperti ditusuk
R : Nyeri di daerah
selangkangan (Iliaka )
S : skala 7-8
T : Nyeri dirasakan hilang
timbul
Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Anoreksia
lemas
A : BB turun
B : Hb < 12 ,
C : Konjungtiva Anemis
D : Diet Makan tinggi serat dan
protein
Ds : Pasien mengatakan sangat
cemas ketika mengetahui akan
dilakukan proses pembedahan
Do : pasien nampak bingung
19
Ansietas
proses
pembedahan
RR : > 24 x/mnt
N : >80 x/mnt
TD : >120/90 mmHg
S : 37,5C
b.Post Op
Tgl/jam
Data
Ds: pasien mengeluh nyeri
Problem
Nyeri
Etiologi
Daerah bekas
TTD
luka operasi
Do:
P : Nyeri apabila melakukan
aktivitas.
Q : Nyeri seperti ditusuk
R : Nyeri di daerah abdomen
kanan bawah
S : skala 4-5
T : Nyeri dirasakan hilang
timbul
Ds : -
Resiko
diskontuinita
Do : adanya insisi
infeksi
s jaringan
pembedahan
sekunder
dengan
Gangguan
pembedahan
nyeri akut
bisa tidur
pola tidur
sekunder
Do :
dengan
post op.
Diagnosa
a. Pre Op
1.
2.
Tujuan&KH
Intervensi
Rasional
D
x
1
TT
setelah
1.
Observasi TTV
dilakukan
1.
Untuk mengetahui
proses
2.
keperawatan
komprehensif
selama 1x 24
Lokasi, karakteristik,
jam pasien
durasi, frekuensi,
tidak nyeri
dengan KH:
presipitasi.
3.
K:Pasien
3.
mengetahui
penyebab nyeri
ketidak nyamanan.
4.
A:Pasien
4.
mengetahui
komunikasi
sebelumnya.
cara mengatasi
terapeutik.
5.
nyeri P:Pasien
5.
mampu
lingkungan yang
nyaman.
mengendalikan
tenang.
6.
nyeri dengan
6. Ajarkan teknik
teknik
non farmakologis
nyeri.
Observasi
Gunakan teknik
Berikan
21
Untuk mengetahui
skala nyeri.
Untuk mengetahui
untuk mengetahui
Meringankan nyeri
Memberikan rasa
relaksasi dan
(relaksasi, distraksi
distraksi
P:TTV
nyeri.
normal :
7.
(TD : :110/70
pemberian analgetik
mempercepat
120/ 90
sesuai indikasi
hilangnya nyeri.
mmHg
misalnya morfin ,
RR : 16- 20
metadon dll
Kolaborasi
7.
Untuk
x/mnt
N : 60100x/mnt
S : 36,5037,0C)
- pasien
mengungkapka
n rasa nyeri
berkurang,
Skala nyeri 03,Wajah
pasien tidak
meringis
2
kesakitan
Tujuan jangka
1.
pendek:Setelah
mengidentifikasi
dilakukan
kebutuha nutrisi.
proses
tidak disukai.
keperawatan
2. Awasi masukan
2.
selama 3x24
mengukur keefektifan
jam nutrisi
terpenuhi.
periodi.
dukungan cairan.
Tujuan jangka
3.
3.
panjang:Setela
h dilakukan
dengan makanan
Pastikan pola
Dorong makan
22
1.
Membantu dalam
Berguna dalam
Memaksimalkan
keperawatan
perlu/kebutuhan energi
selama 1 bulan
tinggi karbohidrat.
diharapkan BB
meningkat
gaster
dengan KH :
4.
Kolaborasi
4.
Untuk memenuhi
K: Pasien
dapat
untuk pemberian
dengan kebutuhan
mengetahui
nutrisi yang
pasien
penyebab
dibutuhkan oleh
gangguan
pasien
nutrisi
A: pasien
mampu
mengatasi
gangguan
nutrisi
P: Pasien
melakukan
makan sedikit
tapi sering
P: Nafsu
makan
meningkat,
Porsi makan
habis,BB Naik
3
Setelah
1.Observasi TTV
dilakukan
1.
Untuk mengetahui
proses
2.Kaji tingkat
2.
Untuk mengetahui
keperawatan
ansietas: ringan,
selama 1x24
tingkat kecemasan
jam
Kecemasan
dahkan
23
pasien
penanganan/pemberian
berkurang
3.
Berikan
dengan KH :
kenyaman dan
3.
K:Pasien
ketentraman hati.
terlalu memikirkan
mengetahui
4.
penyakitnya.
tentang tujuan
penjelasan mengenai
4.
dan penyebab
prosedur
mengetahui/memahami
perawatan
yang diberikan
A: Pasien
sisnya.
mempu
5. Berikan/tempatk
mengatasi
an alat pemanggil
5.
dilakukannya
yang mudah
tujuan operasi,
saat memerlukan
pelaksanaan
6.
bantuan.
operasi, pasca
yang dapat
6.
operasi,
menurunkan
prognosisnya
ansietas.
untuk
Berikan
Gali intervensi
askep se-lanjutnya.
Agar klien tidak
Agar klien
Untuk mengetahui
(bila dilakukan
menurunkan/menguran
operasi).
gi ansietas
P: Pasien
7.Berikan aktivitas
mampu
yang dapat
menggambarka
menurunkan
n ansietas dan
kecemasan /
dengan keinginan-nya
P:TTV
dengan prog-ram
normal : ( TD :
perawatan.
110/70 120/
90)
mmHg,RR :
16- 20 x/mnt,N
: 60-
24
100x/mnt,S :
36,5- 37,5C )
b. Post Op
Tgl/ja
No
Tujuan &KH
Intervensi
Dx
1
Setelah
1. Kaji
dilakukan
Rasional
intensitas 1. Untuk mengetahui
nyeri
skala nyeri.
tindakan
keperawatan
selamaselama
1x 24 jam
nyaman
3. Untuk meringankan
4. Anjurkan
rasa nyeri
pasien tidak
beraktivitas
4.Untuk memberikan
nyeri dengan
secara bertahap
rasa nyaman
KH:
5. Beri
K:Pasien
analgesik
mengetahui
program medik
penyebab nyeri
A:Pasien
6. Anjurkan
tehnik
6. Memberikan
relaksasi
mengetahui
saat nyeri.
cara mengatasi
nyeri
P:Pasien
.
mampu
mengendalikan
nyeri dengan
teknik
relaksasi
P:TTV
normal :
(TD : :110/70
120/ 90
mmHg
RR : 16- 20
25
TTD
x/mnt
N : 60100x/mnt
S : 36,5037,0C)
- pasien
mengungkapka
n rasa nyeri
berkurang,
Skala nyeri
0,Wajah
pasien tidak
meringis
2
kesakitan
Setelah
dilakukan
vital
proses
kemungkinan adanya
keperawatan
selama 2x24
jam pasien
melawan
tidak
mikroorganisme asing
menunujukan
adanya infeksi
terjadi peningkatan
dengan
tanda vital.
KH :
2.Lakukan perawatan
2.perawatan luka
K:Pasien
mengetahui
aseptik.
mencegah risiko
penyebab
infeksi.
adanya infeksi
3. Lakukan perawatan
3.untuk mengurangi
A:Pasien
terhadap prosedur
risiko infeksi
mampu
nosokomial.
mengatasi
adanya infeksi
dll
26
P:Pasien dapat
4.Jika ditemukan
4.Penurunan Hb dan
melakukan
tanda infeksi
peningkatan jumlah
tehnik aseptik
kolaborasi untuk
P:TTV Normal
pemeriksaan darah,
membuktikan adanya
( TD : 110/70
seperti Hb dan
tanda-tandainfeksi.
120/ 90
leukosit.
5.Antibiotic mencegah
mmHg
5.Kolaborasi untuk
perkembangan
RR : 16- 20
pemberian antibiotik
mikroorganisme
x/mnt
patogen
N : 60100x/mnt
S : 36,5 37,5C)
- Tanda- tanda
infeksi tidak
ada (dolor ,
rubor, color,
tumor dan
fungsiolensa)
- leukosit
dalam batas
normal 4.00011.000
- Luka bersih,
tidak lembab
3
dan kotor.
Setelah
1.Berikan untuk
1.Meminimalkan
dilakukan
beristirahat / tidur
proses
sejenak.
dapat mempengaruhi
keperawatan
waktu tidur.
selama 1x 24
2.Anjurkan latihan
2.Untuk memberikan
jam pasien
dapat tidur
dengan
malam hari
nyenyak
3.Turunkan aktivitas
3. Penurunan mental
dengan KH :
dapat meningkatkan
K:Pasien
sore hari.
mengetahui
menghambat waktu
penyebab
tidur.
gangguan pola
4.Evaluasi tingkat
4.Penigkatan stress
tidur
A:Pasien
perkembangan hari
mampu
demi hari.
tidak pulas
mengatasi
5.Berikan makanan
5.Meningkatkan
gangguan pola
relaksasi dengan
tidur
perasaan mengantuk.
P:Pasien
masase punggung.
6.Menurunkan
n kemampuan
untuk tidur.
Lakukan berkemih
P: pasien tidak
sebelum tidur.
kekamar
merasa lelah
mandi/berkemih
ketika bangun
tidur- kualitas
7.Kolaborasi untuk
7. a. Mungkin efektif
dan kuantitas
pemberihan obat
dalam menangani
tidur
sesuai dengan
Pseudodimensia atau
normal yakni 8
indikasi :
depresi, meningkatkan
jam sehari
a. Antidepresi, seperti
kemampuan untuk
amitriptilin (Elavil);
tidur
deksepin (Senequan)
b. hipnotik dosis
28
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sudarth, 2002. Keperawatan medikal bedah edisi
8,volume 2, Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC.
Kapita Selekta Kedokteran. Edisi II. Medica Aesculaplus FK UI.
1998.
Keperawatan Medikal Bedah. Charlene J. Reeves, Bayle Roux, Robin
Lockhart.
Keperawatan Medikal Bedah. Swearingen. Edisi II. 2001. EGC.
http://ppniklaten.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=79:herniainguinalis&catid=38:ppni-ak-category&Itemid=66
29