Anda di halaman 1dari 35

Rinitis Alergi

Oleh:
Suharyadi Sasmanto

Pontianak, 9 Maret 2010


Definisi
• Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi
pada pasien atopi yang sebelumnya sudah
tersensitisasi dengan alergen yang sama serta
dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi
paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut
( Von Pirquet)
• Kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin,
rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa
hidung terpapar alergen yang diperantai oleh IgE
(WHO ARIA)
Patofisiologi
Fungsi Beberapa Mediator Kimia
Gambaran Histologi
• Mikroskopi : dilatasi pembuluh darah dengan
pembesaran sel goblet dan sel pembentuk
mukus, pelebaran ruang interseluler dan
penebalan membran basal, infiltrasi sel-sel
eosinofil pada jaringan mukosa dan
submukosa hidung  terjadi saat serangan
• Persisten  proliferasi jaringan ikat dan
hiperplasia mukosa
Berdasarkan cara masuknya
Alergen dibagi atas:
1. Alergen inhalan
2. Alergen ingestan
3. Alergen injektan
4. Alergen kontaktan
Reaksi Tubuh Terhadap Antigen
• Respon primer
• Respon sekunder
• Respon tertier
Gell dan Coombs, mengklasifikasikan atas 4 tipe:
1. Tipe 1 (anafilaksis)
2. Tipe 2 (reaksi sitotoksik/sitolitik)
3. Tipe 3 (reaksi kompleks imun)
4. Tipe 4 (delayed hypersensitivity)

Rinitis alergitipe 1
Klasifikasi Rinitis alergi
• Berdasarkan sifat berlangsungnya:
– Rinitis alergi musiman
– Rinitis alergi sepanjang tahun (perenial)
Klasifikasi
WHO initiative ARIA (Allergic Rhinitis and its
Impact on Asthma) th 2000
1. Intermiten : bila gejala < 4 hari/minggu atau < 4
minggu.
2. Persisten : bila gejala > 4 hari/minggu atau > 4
minggu.
Berdasarkan berat ringannya
1. Ringan bila tidak ditemukan gangguan tidur,
gangguan aktivitas harian, bersantai,
berolahraga, belajar, bekerja dan hal2 lain yg
mengganggu.
2. Sedang atau berat bila terdapat satu atau
lebih dari gangguan tersebut diatas.
Diagnosis
• Anamnesis
– Serangan bersin berulang, rinore, hidung tersumbat,
hidung & mata gatal (sering disertai lakrimasi)
• Pemeriksaan fisik
– Rinoskopi anterior:mukosa edema, basah, berwarna
pucat atau livid disertai sekret encer yang banyak.
Mukosa inferior hipertrofi  persisten
– Anak: allergic shinner, allergic salute, allergic crease,
facies adenoid, cobblestone appearance, geographic
tongue
• Pemeriksaan penunjang
– Invitro: hitung eosinofil darah tepi, IgE total,
– Invivo: tes cukit kulit, uji intrakutan atau
intradermal
PENATALAKSANAAN
Diagnosis Rinitis Alergi
(anamnesis, Pm. Fisik, Tes Kulit

Penghindaran alergen

Intermiten Persisten / menetap

Ringan Sedang / berat Ringan Sedang / berat


KS topikal

AH oral / topikal atau


- AH oral/topikal atau AH+ dekongestan oral atau
Evaluasi stlh 2-4 minggu
- AH+dekongestan oral KS topikal atau
(Na kromoglikat)

Membaik Tidak ada

Gejala persisten

Th/ mundur 1 langkah Salah langkah


dan th/ diteruskan Nilai kepatuhan
Evaluasi stlh 2-4 minggu untuk 1 bulan pasien
Komplikasi/infeksi
Faktor kelainan
anatomis
Bila gagal : maju langkah 1
Bila th/ berhasil: lanjutkan 1 bulan
Pertimbangkan
Sumbatan hidung KS topikal
imunoterapi
menetap ditingkatkan
Gatal hidung Rinore
menetap

Dekongestan (3-5 hari)


KS topikal + AH Ipratropium
atau
bromida
KS oral (jangka pendek)

Gagal

Kaustik konka / konkotomi


Komplikasi
• Polip hidung
• Otitis media efusi yang sering residif,
terutama pada anak-anak
• Sinusitis paranasal
Sinusitis
• Definisi: inflamasi mukosa sinus paranasal
• Umumnya disertai/ dipicu oleh rinitis 
rinosinusitis
• Penyebab utamanya ialah selesma (common
cold) yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi
bakteri
• Multisinusitis dan pansinusitis
• Yang paling sering terkena adalah sinus etmoid
dan maksila
Etiologi & Faktor Predisposisi
• ISPA akibat virus • Polip hidung
• Rinitis alergi • Kelainan anatomi
• Rinitis hormonal (deviasi
• Infeksi tonsil septum/hipertrofi
konka)
• Infeksi gigi
• Sumbatan KOM
• Kelainan imunologi
• Penyakit fibrosis kistik
• Diskinesia silia pada
sindrom kartagener
• Pada anak  hipertrofi adenoid
• Faktor lain yang berpengaruh: lingkungan
berpolusi, udara dingin dan kering serta
kebiasaan merokok
Patofisiologi
• Sumbatan pada KOM sehingga terjadi tekanan
negatif didalam rongga sinus yang
menyebabkan terjadinya transudasi  serous
• Jika kondisi ini menetap  terjadi infeksi
sekunder oleh bakteri  purulen
Klasifikasi & Mikrobiologi
• Konsensus tahun 2004
– Akut : < 4 minggu
– Subakut : 4 minggu – 3 bulan
– Kronik : > 3 bulan
• Bakteri utama penyebab sinusitis akut
– Streptococcus pneumoniae
– Hemophylus influenza
– Moraxella catarallis
• Bakteri utama penyebab sinusitis kronis  bakteri
negatif gram & anaerob
Gejala Sinusitis
• Keluhan utama: hidung tersumbat disertai
nyeri/rasa tekanan pada muka dan ingus
purulen, yang disertai post nasal drip.
• Dapat disertai gejala sistemik: demam dan
lesu
• Sinusitis akut  keluhan nyeri atau rasa
tekanan didaerah sinus yang terkena, kadang-
kadang terdapat referred pain
• Sinusitis maksila  nyeri pada pipi
• Sinusitis etmoid  nyeri diantara atau
dibelakang kedua bola mata
• Sinusitis frontal  nyeri didahi atau seluruh
kepala
• Sinusitis sfenoid  nyeri di verteks, oksipital,
belakang bola mata, daerah mastoid
• Gejala lain: sakit kepala, hipoosmia/anosmia, halitosis, post
nasal drip yang menyebabkan batuk dan sesak pada anak
• Keluhan sinusistis kronis  tidak khas, hanya ditemukan 1
atau 2 gejala, seperti:
– Sakit kepala kronik
– Post nasal drip
– Batuk kronik
– Gangguan tenggorok
– Gangguan telinga
– Gangguan ke paru
– Serangan asma yang meningkat dan sulit diobati
Diagnosis
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang
Terapi
• Tujuan terapi sinusitis:
– Mempercepat penyembuhan
– Mencegah komplikasi
– Mencegah perubahan menjadi kronik

Prinsip pengobatan ialah membuka sumbatan di


KOM sehingga drainase dan ventilasi sinus-
sinus pulih secara alami
• Medikamentosa
– Sinusitis akut: antibiotik dan dekongestan
– Sinusitis kronik: antibiotik yang esuai untuk kuman negatif gram
dan anaerob
– Terapi lain: analgetik, mukolitik, steroid oral/topikal, pencucian
rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan
• Tindakan operasi
– Bedah sinus endoskopi fungsional
– Indikasi: sinusitis kronik yang tidak membaik dengan terapi
adekuat, sinusitis kronik disertai kista atau kelainan irreversible,
polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis dan sinusitis jamur
Komplikasi
• Kelainan orbita
– Paling sering oleh sinusitis etmoid
– Melalui tromboflebitis dan perkontinuitatum
– Edema palpebra, selulitis orbita, abses
subperiosteal, abses orbita, trombosis sinus
kavernosus
• Kelainan intrakranial
– Meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses
otak dan trombosis sinus kavernosus
• Komplikasi pada sinusitis kronis
– Osteomielitis dan abses subperiosteal
– Kelainan paru

Anda mungkin juga menyukai