PENDAHULUAN
Angiografi serebral diperkenalkan pertama kali oleh Egar Moniz seorang neurolog asal
Portugal pada tahun 1927. Metode ini merupakan cara invasif pemeriksaan keadaan lumen
pembuluh darah di intrakranial dan leher dengan menggunakan kateter, bahan kontras dan sinar
Rontgen.
Teknik ini merupakan cara pemeriksaan lumen pembuluh darah tertua
dan sampai
BAB II
ANGIOGRAFI SEREBRAL
2.1. Definisi
Angiografi adalah suatu pemeriksaan yang dipakai untuk melihat keadaan dalam lumen
pembuluh darah arteri dan vena dengan menggunakan kateter, bahan kontras dan sinar X.
Angiografi serebral adalah angiografi yang dipakai untuk melihat vaskularisasi di daerah leher
dan otak.
Angiografi serebral konvensional atau yang sering disebut sebagai angiografi saja atau
arteriografi, dikerjakan dengan menginjeksikan bahan kontras menuju ke dalam arteri yang akan
diperiksa, melalui kateter yang diinsersikan ke dalam arteri, dan sinar X yang menangkap
gambaran lumen pembuluh darah tersebut. Pemeriksaan ini merupakan metode invasif yang
digunakan untuk mendiagnosis kelainan vaskular di otak dan pada beberapa kasus digunakan
sekaligus sebagai terapi. Angiografi dikerjakan oleh seorang radiolog atau ahli bedah vaskular.
(Dowson, 2008; Koci, 1993; Florio,2006)
2.2. Sejarah
Angiografi serebral diperkenalkan pertama kali oleh Egar Moniz, seorang neurolog asal
Portugis pada tahun 1927. Dia dikenal sebagai pionir dalam bidang ini dan mendapat hadiah
Nobel pada tahun 1949. Teknik ini merupakan cara pemeriksaan lumen arteri tertua dan sampai
sekarang masih luas digunakan. Perkembangan Computed tomography, ultrasound dan
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dalam dua dekade terakhir telah menurunkan kebutuhan
2
tindakan angiografi untuk diagnostik rutin. Teknik imaging vaskular non invasif ini telah
meredefini indikasi angiografi untuk diagnostik.
Namun demikian, di lain pihak terjadi perkembangan teknik intervensi yang memerlukan
tuntunan angiografi dalam pengerjaannya seperti terapi embolisasi, kemoterapi intra arterial,
angioplasti, terapi trombolitik, aterektomi dan stenting intravaskular. Jadi melalui tindakan
angiografi dapat sekaligus dilakukan
menyalurkan bahan kontras dengan kecepatan tinggi serta perbaikan alat-alat sinar X dan teknik
digital, memberikan gambaran angiogram yang lebih berkualitas dari sebelumnya. Hal ini juga
menyebabkan angiografi lebih dapat ditoleransi oleh pasien dan lebih aman. (Korogi et al, 1999;
Koci, 1993 ; Florio et al, 2006)
2.3. Indikasi
Angiografi serebral merupakan gold standard untuk mendeteksi kelainan vaskular di
daerah leher dan kepala seperti malformasi arteriovenosa, aneurisma dan diseksi arteri. Dengan
berkembangnya teknik CT, MR, Ultrasonografi Dupleks, CT angiografi dan MR angiografi,
angiografi serebral konvensional dengan kateter tidak diindikasikan lagi jika informasi serupa
mampu diberikan oleh tehnik yang non invasif. (Koci, Mehringer, 1993)
Morfologi lumen pembuluh darah yang dapat dilihat dengan angiografi (Koci, Mehringer,1993)
meliputi :
1. Penyempitan pembuluh darah
3. Filling Defect
Stenosis aterosklerotik
Arteritis
Hiperplasia neointimal
Displasia fibromuskular
Vasospasmus
Koartasio
Kompresi dari luar lumen
seperti pada tumor
Trombus mural
Rekanalisasi trombus
abnormal
AVM
Fistula arteriovenosa
AV shunting
Massa hipervaskular seperti hemangioma
dan tumor vaskular lain
Kolateral pada kelainan oklusi
Sampai sekarang ini angiografi masih merupakan metode terpenting untuk melihat
kondisi lumen pembuluh darah. Meskipun invasif, angiografi diagnostik relatif beresiko rendah
apalagi dengan ditemukannya bahan kontras yang kurang toksik dan pemakaian kateter yang
lebih kecil.
Angiografi dapat memperlihatkan daerah teritorial vaskular yang luas dalam waktu
singkat. Ia juga bisa menunjukan kemampuan aliran darah yang membawa bahan kontras dalam
sirkulasi dari tempat injeksikannya. Ia mampu memberikan gambaran yang rinci dan sangat baik
terhadap pembuluh darah-pembuluh darah kecil yang tidak terdeteksi dan tidak dapat dicapai
oleh modalitas pemeriksaan lain seperti angioskopi dan intraluminal ultrasound. Tidak saja
memberikan gambaran morfologi lumen yang sangat baik, tapi juga anatomi vascular yang
4
kompleks serta pola hemodinamiknya, seperti terlihat pada kasus fistula arteriovenosa.
Angiografi juga sangat baik untuk melihat kolateralisasi pada kasus penyumbatan.
Peran angiografi terpenting saat ini adalah sebagai penuntun tindakan terapi intervensi.
Terapi endovaskular sering dilakukan bersamaan dengan tindakan angiografi diagnostik.
Fluoroskopi/angiografi dengan monitor sangat
2.4. Prosedur
Evaluasi pasien
Tidak ada kontra indikasi absolut dalam pelaksanaan angiografi serebral. Evaluasi
ini bertujuan untuk mengetahui status kesehatan pasien, riwayat penyakit sebelumnya
serta
riwayat pengobatan dan alergi. Perlu juga diketahui apakah pasien pernah
menjalani pemeriksaan radiologi dengan pemakaian bahan kontras, dan apakah terjadi
efek samping pemakaiannya. (Jacobs, 1999; Huber et al, 2000)
Evaluasi laboratorium
Kadar BUN (Blood urea nitrogen) dan creatinin diperiksa untuk melihat apakah
ada insufiensi fungsi ginjal atau gagal ginjal. Pemeriksaan Prothrombin time (PT), Partial
thromboplastin time (PPT), International ratio (INR) dan jumlah platelet dilakukan untuk
melihat faal hemostasis. Sangat penting untuk diketahui apakah pasien sedang mendapat
terapi heparin. Beberapa pusat layanan radiologi di luar negeri tetap melakukan
angiografi jika diperlukan pada pasien dengan terapi heparin asalkan tersedia protamin
sulfat yang diperlukan jika terjadi efek sebaliknya dari heparin. Mereka umumnya tidak
melakukan angiografi pada pasien yang sedang diterapi dengan antikoagulan warfarin
sodium, karena efek reversal antikoagulan jenis ini perlu waktu lama. Jika angiografi
sangat diperlukan pada pasien ini, biasanya obat antikoagulannya terlebih dahulu
dikonversi ke heparin. (Jacobs, 1999)
Edukasi pasien
Pasien diberitahukan tentang prosedur pemeriksaan yang akan dijalani secara
ringkas langkah demi langkah. Pasien yang paham akan lebih kooperatif, lebih santai dan
dapat memberikan toleransi terhadap jalannya pemeriksaan. Pasien diberitahukan tentang
sensasi yang akan dirasakan ketika dilakukan anestesi di daerah inguinal, ketika cateter
dimasukkan dan dilakukan manipulasi serta ketika bahan kontras diinjeksikan. Sangat
penting diberitahukan agar pasien mengikuti perintah operator selama proses tersebut
seperti tarik nafas penuh atau setengah, tahan nafas, jangan menelan dan lain-lain karena
gerakan akan menimbulkan artefak pada gambar, pemeriksaan yang lebih lama dan
Informed consent
Adanya informed consent tertulis menandakan pasien telah mengerti tindakan
yang akan dilakukan dan komplikasi yang mungkin terjadi. (Jacobs, 1999; Huber et al,
2000)
2.5. Teknik
darah
Setelah itu dilakukan arterial puncture dan insersi guide wire melalui jarum puncture.
Setelah wire di posisi paling tidak di bagian proksimal arteri iliaka, jarum puncture
dilepas. Selanjutnya arterial sheet dimasukkan melalui wire dan dilakukan fiksasi di
7
kulit dengan strip steril. Setelah arterial sheet terpasang dan wire dilepas, berarti telah
ada akses vaskular yang memungkinkan operator untuk mengganti-ganti kateter tanpa
pergantian wire.
Bahan kontras disemprotkan dan dibuat foto Rontgennya menjadi suatu angiogram.
Ruang angiografi
2.6. Aplikasi Klinis Angiografi Serebral di Bidang Neurologi
2.6.1. Aterosklerosis dan Stenosis Karotis
Aterosklerosis adalah bagian dari arteriosklerosis dimana arteri mengalami
pengerasan dan kehilangan elastisitasnya yang disebabkan oleh plak ateromatous. Plak
ateromatous
lembek dan kekuningan terdiri dari makrofag yang melekat pada dinding arteri), kristal
kolesterol dibawahnya dan kalsifikasi dinding luar arteri pada lesi yang sudah lanjut.
Jika akan dilakukan angiografi serebral, tanda dan gejala penyakit perlu
disampaikan untuk menentukan sistem pembuluh darah mana yang akan diambil
angiogramnya. Operator tidak akan melalukan kateterisasi rutin dan menginjeksi kontras
ke sistem vertebrobasiler jika tanda dan gejala aterosklerosis terisolasi pada sirkulasi
anterior saja, kecuali memang ada gejala yang dicurigai berasal dari syitem
vertebrabasiler, ataupun pada kasus oklusi arteri karotis interna untuk mengevaluasi
sirkulasi kolateral yang terjadi.
Sketsa anteroposterior anatomi pembuluh darah besar dan cabangcabangnya di daerah leher dan intrakranial
Tujuan angiografi serebral pada pasien dengan kecurigaan aterosklerotis adalah
menentukan
derajat
stenosis,
mengevaluasi
adanya
sirkulasi
kolateral
serta
mengidentifikasi kelainan penyerta (pada arkus aorta dan pembuluh darah intrakranial)
yang mungkin sulit dideteksi dengan pemeriksaan non invasif.
Temuan angiografi yang sering dijumpai pada pasien dengan ASVD (Atherosclerotic
Vascular Deseases) adalah iregularitas lumen, berbagai derajat stenosis dan oklusi, serta
trombosis.
10
11
Dari gambaran patologinya ada tiga jenis aneurisma yaitu sakular atau berry
aneurisma, fusiform dan aneurisma disekans. Yang paling sering adalah bentuk sakular
atau berry. Aneurisma sakular berbentuk bulat, merupakan lobulasi fokal yang sering
terlihat pada bifurkasi arteri memiliki orifisium yang sempit yang merupakan lehernya.
Dindingnya hanya terbentuk oleh tunika intima dan adventisia saja tanpa tunika media
dan lamina elastik internal.
Aneurisma sering multipel, insidennya bervariasi antara 14% -45% tergantung
kualitas angiografi, jumlah pembuluh darah yang diperiksa dan pengalaman angiografer
dalam mendeteksinya. Namun kebanyakan pada senter-senter besar dikatakan insiden
aneurisma multipel sekitar 1/5 sampai 1/3 dari aneurisma intrakranial.
Lokasi umumnya dijumpai pada sirkulus arteriosus Willisi atau pada bifurkasi
arteri cerebri media. Manifestasi klinis tersering adalah perdarahan subaraknoid
(Subarachnoid hemorrhage/SAH). Lokasi perdarahan sering membantu menemukan
lokasi aneurisma yang pecah. Perdarahan di fisura Silvii berasal dari arteri serebri media,
sedangkan SAH di interhemisfer mengindikasikan pecahnya lesi di arteri komunikans
anterior. (Osborn, 1999; Kornienko dan Ponin, 2009; Florio et al, 2006)
12
juga
13
terhadap
sirkulasi
intrakranial
secara
menyeluruh,
melihat
aneurismanya secara detail meliputi bagian leher serta puncaknya, juga perforasi bila
sudah terjadi, serta mengidentifikasi kelainan-kelaianan yang berhubungan seperti
vasospasmus, efek desak ataupun proses herniasi. (Osborn, 1999 ; Dowson, 2008)
14
15
Gambar yang memperlihatkan CT scan SAH di fissura silvii kanan dan angigram
serebral yang memperlihatkan aneurisma pada percabangan arteri serebri media
kanan
2.6.3. Malformasi Vaskular Serebral
Berdasarkan ada dan tidaknya shunting vaskular, malformasi vaskular serebral
terdiri dari AVM, AVF (mempunyai shunting arteriovenosa) dan malformasi yang tidak
ada shunting arteriovenosa seperti pada malformasi kapiler (telangiektasis).
AVM adalah bentuk malformasi serebrovaskular simptomatik yang paling sering
dijumpai, insiden puncak terjadi pada umur 20-40 tahun. Bentuknya biasanya bulat atau
seperti baji, lebih banyak (2/3 sampai ) dijumpai di bagian superfisial jaringan otak.
Hampir 50% datang dengan gejala yang disebabkan oleh perdarahan. Perdarahan dapat
berupa SAH (30%), parenkimal (23%),intraventrikular (16%) dan campuran (31%).
Pada kasus AVM, diagnosis biasanya sudah diketahui melalui metode non
invasif yang dilakukan sebelumnya, angiografi biasanya bukan untuk diagnostik tapi
16
untuk menentukan modalitas terapi yang tepat. Pada senter yang lengkap dan maju, ada
tiga spesialis yang terlibat meliputi bedah saraf untuk tindakan reseksi, neuroradiologi
intervensi bila diperlukan tindakan embolisasi dan ahli terapi radiasi bila diperlukan
stereotactic radiosurgery (gamma knife). AVM sebaiknya dilihat dengan Subtraction
angiografi berresolusi tinggi.
Pada angiografi AVM dilakukan evaluasi selektif terhadap AVMnya sendiri dan
selanjutnya secara superselektif mengevaluasi nidusnya dengan kateter mikro. Angiogram
selektif akan memberikan informasi yang terperinci tentang lokasi, jumlah dan distribusi
feeding arteri, daerah vaskularisasi serta drainase venanya. Angiografi superselektif pada
nidus dikerjakan untuk melihat angioarsitektur internal AVM, meliputi perubahan
angiopati feeding arteri (seperti ada tidaknya aneurisma bagian proksimal feeding arteri),
gambaran nidus secara terperinci (ada tidaknya aneurisma dan fistula intranidal), serta
keadaan drainase vena seperti adanya obstruksi dan ektasis. Semua factor-faktor ini akan
mempengaruhi pemilihan modalitas terapi dan prognosis pasien. Angiografi superselektif
sering dikombinasikan dengan terapi endovaskular. (Osborn, 1999; Kornienko dan
Pronin, 2009)
17
2.6.4. Tumor
Pemeriksaan yang non invasif sudah menggantikan peran angiografi dalam
mengevaluasi awal pasien dengan kecurigaan tumor intrakranial. MRA dapat
menggambarkan dengan sangat baik displacement otak dan keterlibatan pembuluh darah
pada tumor. Namun demikian angiogram kadang diperlukan sebagai panduan dalam
menentukan modalitas terapi baik operasi maupun tindakan neurointervensi.
Temuan angiografi pada kasus tumor dapat berupa efek langsung dan tak
langsung tumor terhadap vaskularisasi jaringan otak. Efek langsung tumor terhadap
vaskularisasi intrakranial dapat berupa pelebaran arteri abnormal yang mensuplai tumor,
gambaran abnormal pembuluh darah dalam tumor (tumor blush dan neovaskularisasi),
shunting arteriovenosa, pseudoaneurisma onkotik dan oklusi vaskular. Efek tak langsung
pada pembuluh darah mencakup pergeseran akibat desakan atau tarikan tumor. (Osborn,
1999 ; Kornienko, Pronin, 2009)
18
Gambar (A) memperlihatkan ilustrasi anatomi dan angiogram pada tumor adenoma hipofisis dengan
ekstensi ke supraselar, terjadi elevasi dan displacement arteri serebri anterior. (B) Angiogram arteri karotis
kiri proyeksi AP memperlihatkan elevasi segmen horizontal arteri serebri anterior oleh tumor avaskular.
19
operasi. Hal ini kurang dapat diberikan dengan pemeriksaan non invasif.
Tidak seperti CT ataupun MR angiografi, pada beberapa angiografi kateter
konvensional dapat mengkombinasikan tindakan diagnosik dan terapi sekaligus, seperti
pada stenosis yang diikuti dengan angioplasti dan stenting. (Siddiqi, 2009)
Resiko
Kemungkinan kecil untuk terjadinya kanker akibat paparan sinar X yang berlebihan.
20
BAB III
RINGKASAN
Angiografi serebral adalah suatu prosedur invasif untuk mengevaluasi keadaan lumen
pembuluh darah dengan memasukkan kateter ke dalamnya, menginjeksikan bahan kontras dan
kemudian direkam gambar pembuluh darah tersebut dengan memakai sinar X. Angiografi
serebral tidak saja memberikan gambaran morfologi lumen yang sangat baik, tapi juga anatomi
vaskular yang kompleks serta pola hemodinamiknya
Kemajuan teknik imaging non invasif telah meredifinisi penggunaan angiografi serebral
dalam neurologi diagnostik, Di bidang neurologi diagnostik, angiografi serebral digunakan untuk
mengidentifikasi adanya kelainan pembuluh darah otak seperti penyempitan pembuluh darah,
penyumbatan atau oklusi, pelebaran pembuluh darah seperti pada aneurisma, melihat fenomena
hemodinamik dan vaskularisasi abnormal seperti AVM, AVL dan hemangioma serta dapat juga
dipakai untuk mengevaluasi feeding arteri tumor.
Peran angiografi terpenting saat ini adalah sebagai penuntun tindakan terapi intervensi.
Terapi endovaskular sering dilakukan bersamaan dengan tindakan angiografi diagnostik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Dowson, L. 2008. Cerebral Angiography. (Cited 2009 August 18). Available from :
http://www.medicineonline.com
Florio, F., Nardella, M., Balzano, S. 2006. Conventional Angiography. Scarabino, T.,
Salvolini, U., Jinkins, J., editors. In : Emergency Neuroradiology, 77: SS27-S38.
Higashida et al, 2005. Standard of Practice Intracranial Angioplasty and Stenting for
Cerebral Atherosclerosis : A Position Statement of The American Society of Interventional and
Therapeutic Neuroradiology, Society of Interventional Radiology, and The American Society of
Neuroradiology, J. Vasc.Interv.Radiol 16 : 1281-1285
Jacobs, J.M. 1999. Diagnostic Neuroangiography Basic Techniques. In : Cerebral
Angiography. 2nd Ed. Philadelphia : Lippincot Williams & Wilkin. p. 421-444.
Koci, T., Mehringer, M. 1993. A Text and Atlas of Arterail Imaging. London : Chapmann
And Hall Medical. p. 15-39.
Korogi, Y., Takahasi, M., Ogura., Hasuo, K. 1999. Intracranial Aneurysms: Detecting
with Three-dimentional CT Angiography with Volume Rendering- Comparison with
Conventional Angiographic and Surgical Findings. Radiology, 211 : 497-506.
Kornienko, V.N., Pronin, I.N. 2009. Cerebrovascular Deseases and Malformations of The
Brain. In : Diagnostic Neuroradiology. Berlin : Springer Verlag. p. 199-213 and 247-270.
McMahon, N., Zuccarello, M. 2009. Arteriovenous Malformation (cited 16 August
2009). Available from www.mayfieldclinic.com/
Ong, C.L., Tay, K.H., Chong, B.K. 2008. Cerebral Aneurysms (Cited 18 August 2009).
Available from www.ams.edu.sg
22
Osborn, A.G. 1999. Diagnostic Cerebral Angiography. 2nd Ed. Philadelphia : Lippincot
Williams & Wilkin.
Siddiqi, 2009. Kateter Angiography (Cited 4 September 2009). Available from
http://www.radiologyinfo.org/en/info.cfm?pg=angiocath
23