Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI

NAMA

FENDI RIANTO

KELOMPOK

HARI SENIN

ASISTEN

RANDY ACHMAD SAPUTRA


HENDRA GUNA WIJAYA

ESSAY ROCK CYCLE

Rock cycle adalah sebuah ilmu fundamental dalam geologi yang membantu
geoscientist untuk memahami tentang konsep transisi dari waktu ke waktu dari 3 batuan
utama yang ada di bumi, yaitu batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf.Ilmu ini
digunakan sebagai dasar bagi pengenalan terhadap batuan-batuan yang adadi bumi. Konsep
ini pertama kali dikenalkan oleh James Hutton pada sekitar abadke-18.Proses rock cycle ini
dimulai dari terbentuknya batuan beku yang berasal dari pendinginan magma yang berasal
dari dapur magma. Pendinginan ini bisa terjadi di permukaan bumi atau di bawah permukaan
bumi yang kemudian menyebabkan terjadinyaperbedaan pada kristal-kristal batuan
beku.Selain itu, pada batuan beku juga dikenal klasifikasi batuan beku berdasarkan jenis
magma yang mengalami pendinginan. Jika magma yang mengalami pendinginan itubersifat
asam, maka batuan bekunya disebut batuan beku asam dengan ciri: terang,kandungan silika
yang banyak, dll. Jika magma yang membeku tersebut bersifat basa, maka batuan beku yang
terbentuk disebut dengan batuan beku basa dengan ciri: gelap, sedikit silika. Jika magma
yang mendingin itu bersifat tengah-tengah (intermediet), maka batuan beku yang muncul
adalah batuan beku intermediet denganciri : abu-abu, kadar silika sedang.Kemudian setelah
membeku dan menempuh waktu yang cukup lama, batuan beku yang ada di permukaan bumi
akan mengalami pelapukan yang disebabkan oleh cuaca dan erosi, kemudian material
pelapukan tersebut akan terbawa oleh berbagai agen (antaralain : air, angin, dll) yang
kemudian disebut material sedimen. Material sedimenini kemudian berhenti di suatu tempat
dan akan terendapkan dengan cara kompaksiatau sementasi dan akhirnya menjadi batuan

sedimen. Lalu baik batuan beku ataubatuan sedimen memiliki kemungkinan untuk terbawa
oleh pergerakan tektonik dan kemudian ikut dalam proses terjadinya batuan metamorf, yaitu
terjadi karena adanya suhu dan tekanan tinggi yang terjadi pada pergerakan tektonik lempeng
atau didapur magma. Batuan metamorf yang terbentuk kemudian terbawa oleh pergerakan
tektonik dan aktifitas vulkanisme yang membuatnya meleleh menjadi magma kembali.
Setelah dalam kondisi magma, siklus akan terulang lagi dan akan terus seperti itusampai teori
baru ditemukan.

PENDAHULUAN

A. TUJUAN
Praktikum Petrologi ini bertujuan untuk :
1. Memahami tentang system tektonik lempeng dan batas-batasnya.
2. Memahami deret reaksi Bowen.
3. Memahami hubungan antara deret reaksi Bowen dengan Partial Melting.
4. Memahami isi lapisan kerak bumi.
5. Memahami proses pembentukan batuan metamorf beserta faktor-faktornya.
6. Meamahami siklus wheatering.

B. LATAR BELAKANG
Dalam ilmi Geofisika untuk mengiterpretasi lapisan bumi, diperlukan berbagai ilmu
pendukung untuk menambah keakuratan data. Salah satu ilmu tersebut adalah Petrologi.
Dalam petrologi terdapat subilmu yaitu diantaranya terdapat Teori Tektonika Lempeng,
Reaksi Bowen, Partial Melting, Proses pembentukan batuan, Siklus weathering, serta
masih banyak lainya.

C. DASAR TEORI
Teori tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam
bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya buktibukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup
dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada

paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun
1960-an.

Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan kristalisasi dari
mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.

Partial Melting adalah proses dimana dimana mineral yang titik leburnya rendah
mencair dalam tubuh batuan akibat kenaikan suhu atau penurunan tekanan, atau
keduanya, sedangkan mineral lainnya tetap padat. Jika cairannya (magma) dipindahkan
sebelum komponen parent rock meleleh, komposisi magmanya agak berbeda dari parent
rock. Partial melting dipercaya , penting dalam pembentukanmagma basaltik dari
peridotit pada pusat pemekaran dan pembentukan magma granitik dari kerak basaltik
pada zona subduksi.

ISI DAN PEMBAHASAN

A. SISTEM TEKTONIK LEMPENG


Teori tektonika Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam
bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya buktibukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup

dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada
paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun
1960-an.
Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas
terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku dan
padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat tetapi bisa
mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu geologis yang sangat
lama karenaviskositas dan kekuatan geser (shear strength) yang rendah. Lebih dalam lagi,
bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya
bukanlah suhu yang lebih dingin, melainkan tekanan yang tinggi.
Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic plates). Di bumi,
terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng yang lebih kecil. Lempenglempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer. Mereka bergerak relatif satu dengan
yang lainnya di batas-batas lempeng, baik divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan),
ataupun transform (menyamping). Gempa

bumi, aktivitas

vulkanik,

pembentukan gunung, dan pembentukan palung samudera semuanya umumnya terjadi di


daerah sepanjang batas lempeng. Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50100 mm/a.

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa kenampakankenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan kenampakan geologis seperti
pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan vertikal kerak seperti dijelaskan
dalam teori geosinklin. Sejak tahun 1596, telah diamati bahwa pantai Samudera
Atlantik yang

berhadap-hadapan

antara

benua Afrika dan Eropa dengan Amerika

Utara dan Amerika Selatanmemiliki kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi
satu. Ketepatan ini akan semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di
sana. Sejak saat itu banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi

semuanya menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat
menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai.
Penemuan radium dan sifat-sifat pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian
ulang umur bumi, karena sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan
dengan asumsi permukaan bumi beradiasi sepertibenda hitam. Dari perhitungan tersebut
dapat disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda
yang merah-pijar, suhu Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa
puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas yang baru ditemukan ini maka para
ilmuwan menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua dan intinya
masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.
Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua (continental drift)
yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912 dan dikembangkan lagi dalam
bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan tahun 1915. Ia mengemukakan
bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah satu bentang muka yang bergerak
menjauh sehingga melepaskan benua-benua tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es'
dari granit yang bermassa jenis rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih
padat. Namun, tanpa adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan,
teori ini dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair,
tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut dapat
bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan geolog
Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini kemungkinan
ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di dalam mantel bumi
adalah kekuatan penggeraknya.
Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami pergerakan
didapatkan dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam batuan-batuan yang
berbeda usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada sebuah simposium di
Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini dimasukkan ke dalam teori ekspansi
bumi namun selanjutnya justeru lebih mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng
yang menjelaskan pemekaran (spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal
(upwelling) batuan, tetapi menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus
membesar

atau

berekspansi

(expanding

earth)

dengan

memasukkan zona

subduksi/hunjaman (subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu
itulah teori tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang
umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian lebih
lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan magnet bumi

(geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan oseanograf Ron G.
Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang menjelaskan pergerakan vertikal
batuan yang baru.
Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan dengan lajurlajur sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua
sisi mid-oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara luas. Kemajuan pesat
dalam teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan sekitar zona Wadati-Benioff dan
beragam observasi geologis lainnya tak lama kemudian mengukuhkan tektonik lempeng
sebagai teori yang memiliki kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan
prediksi.
Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang
berkembang pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam pengembangan
teori ini. Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga dikembangkan pada akhir 1960an dan telah diterima secara cukup universal di semua disiplin ilmu, sekaligus juga
membaharui dunia ilmu bumi dengan memberi penjelasan bagi berbagai macam
fenomena

geologis

dan

juga

implikasinya

di

dalam

bidang

lain

seperti paleogeografi dan paleobiologi.

Prinsip-prinsip Utama
Bagian lapisan luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan lapisan
astenosfer berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas.
Llitosfer lebih dingin dan kaku, sedangkan astenosfer lebih panas dan secara mekanik
lemah. Selain itu, litosfer kehilangan panasnya melalui proses konduksi, sedangkan
astenosfer juga memindahkan panas melalui konveksi dan memiliki gradien suhu yang
hampir adiabatik. Pembagian ini sangat berbeda dengan pembagian bumi secara kimia
menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer sendiri mencakup kerak dan juga sebagian dari
mantel.
Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu
yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci

tektonik lempengan adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempengan-lempengan


tektonik yang berbeda-beda. Lempengan ini bergerak menumpang di atas astenosfer yang
mempunyaiviskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida. Pergerakan lempengan bisa
mencapai 10-40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-Atlantic Ridge,
ataupun bisa mencapai 160 mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng
Nazca.
Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas mantel litosferik yang
di atasnya dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua jenis material kerak.
Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering disebut dengan "sima",
gabungan dari silikon dan magnesium.
Yang kedua adalah kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan dari silikon dan
aluminium.
Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua memiliki
ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera. Ketebalan kerak
benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya 5-10 km.
Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary), yaitu daerah
di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan pembentukan
kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung samudera.
Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas lempeng, seperti
Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik yang paling aktif dan
dikenal luas.
Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi biasanya satu
lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika mencakup benua itu sendiri
dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.
Perbedaan antara kerak benua dengan kerak samudera ialah berdasarkan kepadatan
material pembentuknya.
Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan perbedaan

perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon.


Kerak benua lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit
silikon dan lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera
dikatakan lebih bersifatmafik ketimbang felsik.[18] Maka, kerak samudera
umumnya berada di bawah permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng
Pasifik, sedangkan kerak benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti
sebuah prinsip yang dikenal dengan isostasi.

Jenis-jenis Batas Lempeng

Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak
relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan
fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:
1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan
mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar transform
(transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral (ke kiri di sisi yang
berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke kanan di sisi yang berlawanan
dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini adalah Sesar San Andreas di California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi ketika dua
lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge dan zona retakan
(rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi jika dua
lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga membentuk zona
subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah yang lain, atau tabrakan benua
(continental collision) jika kedua lempeng mengandung kerak benua. Palung laut
yang dalam biasanya berada di zona subduksi, di mana potongan lempeng yang
terhunjam mengandung banyak bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan
air ini dilepaskan saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan
pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini dapat kita lihat
diPegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau Jepang (Japanese island
arc).

B. DERET REAKSI BOWEN

Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan kristalisasi dari
mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.

Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar yaitu:


1. Golongan mineral berwarna gelap atau mafik mineral.
2. Golongan mineral berwarna terang atau felsik mineral.
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya
membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin
cepat. Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan
mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya Pembentukan mineral dalam
magma karena penurunan temperatur telah disusun oleh Bowen.
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali terbentuk dalam
temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2
maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan Piroksan merupakan pasangan
Incongruent Melting; dimana setelah pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan
larutan sisa membentuk Piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukkan mineral

berjalan sesuai dangan temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia
dibentuk dalam temperatur yang rendah.
Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas, karena mineral ini
paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah mineral yang pertama kali
terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti Gabro
atau Basalt. Andesin terbentuk peda suhu menengah dan terdapat batuan beku Diorit atau
Andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah albit, mineral ini
banyak tersebar pada batuan asam seperti granit atau rhyolite. Reaksi berubahnya
komposisiPlagioklas ini merupakan deret : Solid Solution yang merupakan reaksi
kontinue, artinya kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi setimbang akan
berjalan menerus. Dalam hal ini Anorthite adalah jenis Plagioklas yang kaya Ca, sering
disebut Juga "Calcic Plagioklas", sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na ( "Sodic
Plagioklas / Alkali Plagioklas" ).
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium Feldspar ke
mineral Muscovit dan yang terakhir mineral Kwarsa, maka mineral Kwarsa merupakan
mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau mineral Mafik, dan
sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil
dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.
(buku panduan praktikum petrologi 2009/2010 Prodi. Teknik Geologi, UPN "Veteran"
Yogyakarta)

C. PARTIAL MELTING
Pelelehan sebagian (a.k.a pelelehan parsial a.k.a partial melting) terjemahan paling
mudahnya adalah melelehnya batuan yang ada di dalam bumi. Kenapa sebagian? Karena
sebenarnya batuan yang disebut meleleh itu, tidak benar-benar 100 % meleleh.

Diagram fase mantel peridotit


Geothermal gradient menunjukkan bahwa pada kedalaman diatas 250 km suhu baru
mencapai 1500C. Panas, tapi tidak cukup panas melelehkan mantel peridotit, karena
masih di bawah temperatur solidus. Peridotit baru akan meleleh jika melewati garis
solidus. Dan ironinya: (a) kondisi di alam memberikan beberapa syarat khusus agar garis
solidus terlewati, dan (b) kondisi di sebelah kanan garis liquidus tidak akan tercapai.
Lalu, kondisi bagaimana hal itu?
Hal tersebut terjadi jika dan hanya jika ada dua kerak lithosphere yang saling menjauhi
(rifting). Jadi ternyata, fungsi suhu terhadap kedalaman lebih cepat berubah di bawah
kerak samudra. Suhu lebih cepat naik di bawah kerak samudra, jika dibandingkan dengan
di bawah kerak benua. Tapi, tingginya tekanan masih menghalangi terjadinya pelelehan.
Dengan

adanya

rifting

memberikan

kesempatan

naiknya

material

panas

dari asthenosphere, akibat berkurangnya tekanan. Kondisi tekanan dan temperatur yang
sebegitunya ini menyebabkan material mantel akan berada di sebelah kanan garis solidus
a.k.a partial melting terjadi. Dengan kata lain, pada batas tektonik divergen, yang
menginisiasi pelelehan parsial adalah berkurangnya tekanan bukan naiknya temperatur.

http://rumahgunung.com/2011/12/05/ngomong-ngomong-soal-magmatisme/
HUBUNGAN REAKSI BOWEN DAN PARTIAL MELTING
Hubungan deret reaksi bowen dengan partial melting adalah berbanding terbalik.
D. STRUKTUR LAPISAN KERAK BUMI

Gambar diatas menggambarkan struktur lapisan kerak bumi dan batuan-batuan yang
terdapat didalamnya. Berikut penjelasanya :
1. Kipas alluvial
Zona ini terletak di lereng bukit dan berdekatan dengan daerah sungai. Pada zona ini
terdapat jenis batuan konglomerat & breksi.
2. Sungai
Sungai yang dimaksud adalah sungai besar. Pada zona ini terdapat jenis batuan batu
bara.
3. Delta
Merupakan dataran yang berbatasan langsung dengan garis pantai.
4. Pantai
Pada zona pantai terdapat batu pasir dan batu lempung.
5. Barrier reef
Adalah dataran kecil yang tereletak di pinggir lautan.
6. Laut dalam
Di dalam laut dalam terdapat batang karbonat.

E. PROSES PEMBENTUKAN BATUAN METAMORF

Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama batuan
yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada
sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti
"perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 Celsius) dan
tekanan ekstrem akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith
dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua.
Beberapa contoh batuan metamorf adalah gneis, batu sabak, batu marmer, dan skist.
Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan
berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka
terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya
serta tekanan dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut
magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan
batuan yang bersuhu tinggi.
Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan
pengangkatan) memberikan kita informasi yang sangat berharga mengenai suhu dan
tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan bumi.
Batuan metamorf dapat dibedakan menjadi berikut ini.
1. Batuan Metamorf Kontak
Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat
tinggi (sebagai akibat dari aktivitas magma). Adanya suhu yang sangat tinggi
menyebabkan terjadinya perubahan bentuk maupun warna batuan. Contohnya batu
kapur (gamping) menjadi marmer.
2.

Batuan Metamorf Dinamo


Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya tekanan yang tinggi
(berasal dari tenaga endogen) dalam waktu yang lama. Contohnya batu lumpur (mud

stone) menjzdi batu tulis (slate). Batuan ini banyak dijumpai di daerah patahan atau
lipatan.
3.

Batuan Metamorf Kontak Pneumatolistis


Batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya pengaruh gas-gas
yang ada pada magma. Contohnya kuarsa dengan gas fluorium berubah menjadi
topas.
Proses pembentukan batuan metamorf :
1. Kontak
Pada proses pembentukan batuan metamorf secara kontak, faktor yang
mempengaruhi lebih dominan suhu.
2. Dinamis
Pada proses pembentukan batuan metamorf secara dinamis, factor yang
mempengaruhi lebih dominan tekanan.
3. Regional
Pada proses pembentukan batuan metamorf secara regional faktor yang
mempengaruhi adalah suhu dan tekanan.

F. SIKLUS BATUAN

Sebelumnya kita sudah mengetahui bahwa di bumi ada tiga jenis batuan yaitu batuan
beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Ketiga batuan tersebut dapat berubah
menjadi batuan metamorf tetapi ketiganya juga bisa berubah menjadi batuan lainnya.
Semua batuan akan mengalami pelapukan dan erosi menjadi partikel-partikel atau
pecahan-pecahan yang lebih kecil yang akhirnya juga bisa membentuk batuan sedimen.
Batuan juga bisa melebur atau meleleh menjadi magma dan kemudian kembali menjadi
batuan beku. Kesemuanya ini disebut siklus batuan atau ROCK CYCLE.
Semua batuan yang ada di permukaan bumi akan mengalami pelapukan. Penyebab
pelapukan tersebut ada 3 macam:
Pelapukan secara fisika: perubahan suhu dari panas ke dingin akan membuat batuan
mengalami perubahan. Hujan pun juga dapat membuat rekahan-rekahan yang ada di
batuan menjadi berkembang sehingga proses-proses fisika tersebut dapat membuat batuan
pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
Pelapukan secara kimia: beberapa jenis larutan kimia dapat bereaksi dengan batuan
seperti contohnya larutan HCl akan bereaksi dengan batu gamping. Bahkan air pun dapat
bereaksi melarutan beberapa jenis batuan. Salah satu contoh yang nyata adalah hujan
asam yang sangat mempengaruhi terjadinya pelapukan secara kimia.
Pelapukan secara biologi: Selain pelapukan yang terjadi akibat proses fisikan dan kimia,
salah satu pelapukan yang dapat terjadi adalah pelapukan secara biologi. Salah satu
contohnya adalah pelapukan yang disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman yang
cukup besar. Akar-akar tanaman yang besar ini mampu membuat rekahan-rekahan di
batuan dan akhirnya dapat memecah batuan menjadi bagian yang lebih kecil lagi.
Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah menjadi bagian
yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat. Berpindahnya tempat dari
partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini dapat terjadi melalui beberapa
cara:
Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang ada bisa
langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing sampai akhirnya
terkumpul di permukaan tanah.
Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat mengangkut
pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah satu contoh yang dapat
diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam mengangkut pecahan-pecahan batuan
yang kecil ini.

Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil
ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun.
Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada di Alaska
sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang ada.
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa selamanya.
Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang tiupannya, dan juga
glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan yang terbawa akan
terendapkan. Proses ini yang sering disebut proses pengendapan.
Selama proses pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan secara berlapis dimana
pecahan yang berat akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diikuti pecahan yang
lebih ringan dan seterusnya. Proses
pengendapan ini akan membentuk perlapisan pada batuan yang sering kita lihat di batuan
sedimen saat ini.
Pada saat perlapisan di batuan sedimen ini terbentuk, tekanan yang ada di perlapisan yang
paling bawah akan bertambah akibat pertambahan beban di atasnya. Akibat pertambahan
tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-lapisan batuan akan tertekan sehingga keluar dari
lapisan batuan yang ada. Proses ini sering disebut kompaksi. Pada saat yang bersamaan
pula, partikel-partikel yang ada dalam lapisan mulai bersatu. Adanya semen seperti
lempung, silika, atau kalsit diantara partikel-partikel yang ada membuat partikel tersebut
menyatu membentuk batuan yang lebih keras. Proses ini sering disebut sementasi. Setelah
proses kompaksi dan sementasi terjadi pada pecahan batuan yang ada, perlapisan sedimen
yang ada sebelumnya berganti menjadi batuan sedimen yang berlapis-lapis. Batuan
sedimen seperti batu pasir, batu lempung, dan batu gamping dapat dibedakan dari batuan
lainnya melalui adanya perlapisan, butiran-butiran sedimen yang menjadi satu akibat
adanya semen, dan juga adanya fosil yang ikut terendapkan saat pecahan batuan dan fosil
mengalami proses erosi, kompaksi dan akhirnya tersementasikan bersama-sama.
Pada kerak bumi yang cukup dalam, tekanan dan suhu yang ada sangatlah tinggi. Kondisi
tekanan dan suhu yang sangat tinggi seperti ini dapat mengubah mineral yang dalam
batuan. Proses ini sering disebut proses metamorfisme. Semua batuan yang ada dapat
mengalami proses metamorfisme. Tingkat proses metamorfisme yang terjadi tergantung
dari:
Apakah batuan yang ada terkena efek tekanan dan atau suhu yang tinggi.
Apakah batuan tersebut mengalami perubahan bentuk.
Berapa lama batuan yang ada terkena tekanan dan suhu yang tinggi.

Dengan bertambahnya dalam suatu batuan dalam bumi, kemungkinan batuan yang ada
melebur kembali menjadi magma sangatlah besar. Ini karena tekanan dan suhu yang
sangat tinggi pada kedalaman yang sangat dalam. Akibat densitas dari magma yang
terbentuk lebih kecil dari batuan sekitarnya, maka magma tersebut akan mencoba kembali
ke permukaan menembus kerak bumi yang ada. Magma juga terbentuk di bawah kerak
bumi yaitu di mantle bumi. Magma ini juga akan berusaha menerobos kerak bumi untuk
kemudian berkumpul dengan magma yang sudah terbentuk sebelumnya dan selanjutnya
berusaha menerobos kerak bumi untuk membentuk batuan beku baik itu plutonik ataupun
vulkanik.
Kadang-kadang magma mampu menerobos sampai ke permukaan bumi melalui rekahan
atau patahan yang ada di bumi. Pada saat magma mampu menembus permukaan bumi,
maka kadang terbentuk ledakan atau sering disebut volcanic eruption. Proses ini sering
disebut proses ekstrusif. Batuan yang terbentuk dari magma yang keluar ke permukaan
disebut batuan beku ekstrusif. Basalt dan pumice (batu apung) adalah salah satu contoh
batuan ekstrusif. Jenis batuan yang terbentuk akibat proses ini tergantung dari komposisi
magma yang ada. Umumnya batuan beku ekstrusif memperlihatkan cirri-ciri berikut:
Butirannya sangatlah kecil. Ini disebabkan magma yang keluar ke permukaan bumi
mengalami proses pendinginan yang sangat cepat sehingga mineral-mineral yang ada
sebagai penyusun batuan tidak mempunyai banyak waktu untuk dapat berkembang.
Umumnya memperlihatkan adanya rongga-rongga yang terbentuk akibat gas yang
terkandung dalam batuan atau yang sering disebut gas bubble.
Batuan yang meleleh akibat tekanan dan suhu yang sangat tinggi sering membentuk
magma chamber dalam kerak bumi. Magma ini bercampur dengan magma yang terbentuk
dari mantle. Karena letak magma chamber yang relatif dalam dan tidak mengalami proses
ekstrusif, maka magma yang ada mengalami proses pendinginan yang relatif lambat dan
membentuk kristal-kristal mineral yang akhirnya membentuk batuan beku intrusif. Batuan
beku intrusif dapat tersingkap di permukaan membentuk pluton. Salah satu jenis pluton
terbesar yang tersingkap dengan jelas adalah batholit seperti yang ada di Sierra Nevada
USA yang merupakan batholit granit yang sangat besar. Gabbro juga salah satu contoh
batuan intrusif. Jenis batuan yang terbentuk akibat proses ini tergantung dari komposisi
magma yang ada. Umumnya batuan beku intrusif memperlihatkan cirri-ciri berikut:
Butirannya cukup besar. Ini disebabkan magma yang keluar ke permukaan bumi
mengalami proses pendinginan yang sangat lambat sehingga mineral-mineral yang ada
sebagai penyusun batuan mempunyai banyak waktu untuk dapat berkembang.

Biasanya mineral-mineral pembentuk batuan beku intrusif memperlihatkan angular


interlocking.
Proses-proses inilah semua yang terjadi dimasa lampau, sekarang, dan yang akan datang.
Terjadinya proses-proses ini menjaga keseimbangan batuan yang ada di bumi.

DAFTAR PUSTAKA

1.
2.
3.
4.

http://derysdiary.files.wordpress.com/2014/04/deret-batuan.jpg
http://petroclanlaboratory.weebly.com/bowen-reaction-series.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Tectonic_plate_boundaries.png
http://4.bp.blogspot.com/6GWvGw1cxI0/UYOL5MVimfI/AAAAAAAAAY8/qYjumAjshu4/s1600/tektonik+le

5.
6.
7.
8.
9.

mpeng+3.png
http://glosarium.org/subjek/geologi/arti/?k=partial%20melting
http://petroclanlaboratory.weebly.com/bowen-reaction-series.html)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Tektonika_lempeng)
http://www.scribd.com/doc/70663873/Petro-Rock-Cycle
http://maps.unomaha.edu/Maher/geo117/rockcycl.gif

Anda mungkin juga menyukai