Tutor :
dr. Joko Mulyanto, M.Sc
Kelompok IV
Gohlena Raja N.C.
G1A009009
Istiani Danu P.
G1A009018
Prasastie Gita W.
G1A009023
David Santoso
G1A009031
Famila
G1A009044
G1A009064
Herlinda Yudi S.
G1A009080
Dhayksa Cahya P.
G1A009088
Rahma Dewi A.
G1A009081
Semba Anggen R.
G1A009085
BAB I
PENDAHULUAN
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek, yang
sering digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness,
unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting
diketahui agar tidak dikacaukan dengan nyeri kepala atau sefalgi, terutama karena
di kalangan awam kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering
digunakan secara bergantian.
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk
pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. Berbagai macam
defenisi vertigo dikemukakan oleh banyak penulis, tetapi yang paling tua dan
sampai sekarang nampaknya banyak dipakai adalah yang dikemukakan oleh
Gowers pada tahun 1893 yaitu setiap gerakan atau rasa (berputar) tubuh penderita
atau obyek-obyek di sekitar penderita yang bersangkutan dengan kelainan
keseimbangan.
Asal terjadinya vertigo dikarenakan adanya gangguan pada sistem
keseimbangan tubuh. Bisa berupa trauma, infelsi, keganasan, metabolik, toksik,
veskuler atau autoimun.sistem keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi 2 yaitu
sistem vestibuler (pusat dan perifer) dan non vestibuler (visual [retina, otot bola
mata] dan somatokinetik [kulit, sendi, otot). Sistem vestibuler sentral terletak pada
batang otak, serebelum dan serebrum. Sebaliknya sistem vestibuler perifer
meliputi labirin dan saraf vestibular.
Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan perifer
yang sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo yang datang tibatiba pada perubahan posisi kepala. Beberapa pasien dapat mengatakan dengan
tepat posisi tertentu yang menimbulkan keluhan vertigo. Biasanya vertigo
dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya beberapa detik saja walaupun
penderita merasakannya lebih lama. Keluhan dapat disertai mual bahkan sampai
muntah, sehingga penderita merasa khawatir akan timbul serangan lagi. Hal ini
BAB II
PEMBAHASAN
Pusing Tujuh Keliling...
RPS
Tn.S berusia 30 tahun datang ke IGD RSMS diantar adiknya dengan
keluhan kepala terasa pusing berputar. Keluhan dirasakan mendadak sebelum
masuk rumah sakit.
mengonsumsi alkohol.
Anamnesis
1. Identitas Pasien
a) Nama : Tn. S (laki-laki)
b) Usia : 30 tahun
2. RPS
a)
KU
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Onset
Durasi
Kualitas
Kuantitas
Faktor >>
Faktor <<
Gejala lain
Informasi I
1. RPD
Kesadaran
: Compos mentis
Kuantitatif
: GCS E4 M6 V5
Vital sign
: TD : 110/70 mmHg
N
: 84 x/menit, reguler
RR : 20 x/menit
T
Kepala
Mata
: 36,3o C
Leher
: dbn
Jantung
: dbn
Paru
: dbn
Abdomen
: dbn
Informasi III
Pemeriksaan Neurologis :
Tanda rangsang meningeal (-)
Nervus Cranialis : N. VIII (N. akustikus)
Fungsi vestibuler :
a. Nylen barany test
:+
b. Romberg test
:+
c. Tandem gait
: Baik
d. Past pointing test
: baik
Pemeriksaan sensibilitas
: dbn
Reflek fisiologis
: + normal
Reflek patologis
:-
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi,
pada mata terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada krlainan
serebeler badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun
pada mata tertutup (Wreksoatmodjo, 2004).
6. Tandem Gait
Penderita bergerak lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakan pada ujung jari
kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler, perjalanannya akan
menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita akan cenderung jatuh.
Sasaran Belajar
1. Nylen Barany Test
2. Anatomi organ keseimbangan
3. Fisiologi organ keseimbangan
4. Gangguan dan Karakteristik gangguan vestibuler dan non-vestibuler
5. BBPV
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Faktor risiko
d. Etiologi
e. Tanda dan Gejala
f. Patogenesis
g. Patofisiologi tanda dan gejala
h. Tehnik pemeriksaan dan interpretasi
i. DD
j. Pemeriksaan Penunjang
k. Penatalaksanaan
l. Prognosis
m. Komplikasi
6.
Mekanisme perubahan posisi menyebabkan pusing berputar
7.
Hubungan mual, muntah, keringat dingin saat pusing
8.
Hubungan pendengaran menurun dan telinga penuh
9.
Hubungan demam, batuk, pilek dengan keadaan pasien sekarang
Pembahasan PBL 5.2
1.
Nylen Barany Test (Uji Dix Hallpike)
Tes Nylen-barany membantu membedakan nistagmus posisional jinak dari
penyebab sentral. Caranya: Pasien duduk di tepi tempat tidur membelakangi
pemeriksa, pasien digerakkan dari posisi duduk ke posisi berbaring ke
belakang sampai kepala sekitar 45 derajat di bawah bidang horisontal dari
ranjang pasien. Tes ini diulangi dengan kepala ekstensi dan menengok ke kiri
serta ke kanan. Amati adanya nistagmus dan keluhan vertigo.
Tes ini dapat memperkuat diagnosis BPPV tetapi tes yang negatif tidak
menyingkirkan diagnosis karena gejalanya dapat intermiten dan tidak selalu
kambuh meskipun kepala diletakkan pada posisi yang terganggu.
2.
dan
cochlea
(rumah
siput).
Sementara
labyrinthus
Visual
Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris. Keseimbangan akan
terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada
titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor
tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan juga
merupakan sumber utama informasi tentang lingkungan dan tempat kita
Sistem vestibular
Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting
dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor
sensoris vestibular berada di dalam telinga. Reseptor pada sistem vestibular
meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem
sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine
mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut.
Kanalis semisirkularis akan mendeteksi percepatan atau perlambatan
anguler/rotasi kepala dalam 3 aksis: mengangguk, menggeleng, dan posisi
mendekatkan telinga pada pundak (Sherwood, 2001).
Semua komponen aparatus vestibularis mengandung endolimfe dan
dikelilingi perilimfe. Masing-masing komponen vestibularis memiliki selsel rambut yang berespon terhadap perubahan bentuk mekanis yang
disebabkan oleh gerakan endolimfe. Sel-sel rambut reseptif ini terletak pada
ampula, yakni pembesaran di pangkal kanalis. Rambut-rambut ini terbenam
dalam lapisan gelatinosa, yaitu kupula (Sherwood, 2001).
Pada saat kepala bergerak, saluran serta bagian-bagian yang melekat pada
tulang akan ikut bergerak sesuai dengan arah rotasi. Namun cairan
endolimfe memiliki sifat inersi (lembam) sehingga awalnya cairan ini
tertinggal di belakang. Gerakan ini menyebabkan kupula condong ke arah
berlawanan arah rotasi. Selanjutnya sel-sel rambut terstimulasi dan
meneruskan impuls ke saraf aferen untuk membuat refleks pada otot-otot
postural di leher, tubuh, dan ekstremitas untuk mencegah kehilangan
keseimbangan (Sherwood, 2001).
c.
Somatosensoris
Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptif serta persepsikognitif. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis
medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptif menuju
serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui
lemniskus medialis dan talamus. Kesadaran akan posisi berbagai bagian
tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat
indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf
yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra
ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain , serta otot di proses di
korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang (Sherwood,
2001).
4.
b)
c)
KeluhanTidak
Berdasarkan Telinga
DisertaiTimbul
Keluhan Telinga
Karena
Perubahan Posisi
Awitan
Serangan
Vertigo
Penyakit
paroksismal
ischemic
attacklambung
(TIA)
arteri
Vertigo
vertebralis
Otitis media kronis,Kontusio
kronis
meningitis
tuberkulosa,
epilepsi,positional
sindroma
tumorkomosio,
serebri,Hipotensi ortostatik,
paskavertigo servikalis
multiple
serebelo-pontine,
sklerosis, intoksikasi
ototoksik
Trauma
labirin,Neuronitis
akuta,ensefalitis
perdarahan labirin
vestibularis, multipel
sklerosis
2.
No
Perifer
Sentral
1.
Sifat vertigo
Rasa berputar
Hilang keseimbangan
2.
Onset
Mendadak
Bertahap/mendadak
3.
Episodik/kontinyu
Episodik
Kontinyu
4.
Berhubungan denganYa
Tidak
perubahan posisi
Mual/muntah
5.
Intensitas vertigo
Ada
Tidak
6.
Tinitus
7.
&/Mencolok
Sering ringan
Biasanya jarang
Nistagmus
8.
a.
Tidak
pernaha.
berlangsung
lama
b.
horizontal
Horisontal/
vertikal
c.
c.
Dapat
mengenai kedua
mata
d.
Berubah
arah
9.
tidak
Gejala neurologik
arah
Gerakan pencetus
perubahan
Situasi pencetus
pandang
berubah
pandang
dengan
arah
10.
Tidak ada
Sering
11.
Gerakan kepala
Gerakan visual
Tidak ada
Keramaian
5. BBPV
a) Definisi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah vertigo yang
bersifat paroksismal, yaitu hilang timbul dan berlangsung hanya beberapa
saat. Vertigo ini diakibatkan adanya perubahan posisi kepala secara cepat
dan tiba-tiba, berulang, dan sering disertai dengan nistagmus (Lempert,
2009).
b) Epidemiologi
BPPV adalah jenis vertigo vestibuler perifer yang paling umum ditemukan
yakni 75 % dari persentase kasus dan merupakan salah satu penyebab
terbanyak dari serangan vertigo yang tiba-tiba. Wanita memiliki angka
kejadian yang sedikit lebih besar daripada pria. BPPV mempunyai
predileksi lebih tinggi pada populasi yang lebih tua yaitu sekitar usia 5070 tahun dengan rata-rata onset pada umur 51 tahun. BPPV dapat
ditemukan pada orang dengan usia kurang dari 35 tahun jika ada riwayat
cedera kepala. BPPV kanal posterior merupakan tipe terbanyak dari
seluruh BPPV (Lempert, 2009).
c) Faktor risiko
1) Umur > 60 tahun,
2) Adanya gangguan telinga dalam (vestibuler),
3) Riwayat trauma kepala,
4) Riwayat neurolabirintitis,
5) Riwayat neuritis vestibuler,
6) Riwayat penyakit Meniere (Lempert, 2009).
d) Etiologi
1)
2)
3)
4)
5)
Infeksi virus
Inflamasi pada saraf (neuritis)
Komplikasi pada bedah telinga
Efek samping dari obat
Pergerakan kepala yang cepat
proses
pengolahan
sentral
sebagai
penyebab
(Wreksoatmodjo, 2004).
3) Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut
teori ini otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan
tertentu; sehingga jika pada suatu saat dirasakan gerakan yang
aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan, timbul
reaksi dari susunan saraf otonom.(Gb.2).
(Lucat)
yang
masing-masing
menekankan
peranan
factor);
peningkatan
kadar
CRF
selanjutnya
akan
Pada
kelainan
vestibuler
posisi
penderita
akan
preponderance
menunjukkan
lesi
sentral
(Wreksoatmodjo, 2004).
3) Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan
tujuan untuk merekam gerakan mata pada nistagmus, dengan
demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis secara kuantitatif
(Wreksoatmodjo, 2004).
b. Fungsi Pendengaran
1) Tes garpu tala
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli
perseptif, dengan tes-tes Rinne, Weber dan Schwabach.Pada tuli
konduktif tes Rinne negatif, Weber lateralisasi ke sisi yang tuli,
dan Schwabach memendek (Wreksoatmodjo, 2004).
2) Audiometri
Ada beberapa macam pemeriksaan audiometri seperti
Loudness Balance Test, SISI, Bekesy Audiometry, Tone
Decay.Pemeriksaan saraf-saraf otak lain meliputi: acies visus,
kampus visus, okulomotor, sensorik wajah, otot wajah,
pendengaran, dan fungsi menelan. Juga fungsi motorik
(kelumpuhan ekstremitas),fungsi sensorik (hipestesi, parestesi)
dan serebeler (tremor, gangguan cara berjalan) (Wreksoatmodjo,
2004).
i) DD
1) Vestibular Neuritis
Vestibular neuronitis penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya
merupakan suatu kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing
berat dengan mual, muntah yang hebat, serta tidak mampu berdiri atau
berjalan. Gejala gejala ini menghilang dalam tiga hingga empat hari.
Sebagian pasien perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mengatasi gejala
dan
dehidrasi.
Serangan
menyebabkan
pasien
mengalami
peradangan
yang
melibatkan
yang
meluas
ke
dalam
struktur-struktur
telinga
dalam.
dan
mempunyai
trias
gejala
yang
khas,
yaitu
dari
beberapa
jam
sampai
beberapa
hari.
Nmaun
terapi
Gastroenterological
Association
merekomendasikan
untuk
mengurangi
vertigo
yang
ringan
adalah
meklizin,
ini
yaitu
supresi
dari
vestibular
(misalnya
sedasi,
meningkatkan resiko jatuh, retensi urin). Pasien seperti ini juga lebih
mudah terjadi interaksi obat (misalnya efek adiktif dengan CNS depressant
lainnya) (Labuguen, 2006).
Nonfarmakologi
Manajemen untuk BPPV meliputi tiga jenis perawatan konservatif, yang
melibatkan latihan dan operasi dijelaskan berikut ini :
a.
Perawatan
dokter
di
tempat
praktek
45 derajat.
a)
b)
c)
ekstrim.
4. Pada satu bulan setelah perawatan, menempatkan diri Anda di posisi
yang
biasanya
membuat
anda
pusing.
Hati-hati
dalam
b.
Perawatan di rumah
Latihan Brandt-DAROFF adalah sebuah metode untuk merawat BPPV,
biasanya digunakan ketika manuver Epley dan Semont yang telah
dibahas di atas gagal. Latihan ini berhasil dalam 95% kasus, tetapi lebih
sulit daripada manuver Epley dan Semont. Latihan ini akan dilakukan
dalam tiga set per hari selama dua minggu. Dalam setiap set, manuver
dilakukan lima kali (Sura, 2010).
Latihan
Durasi
10
repetisi
menit
10
repetisi
menit
10
repetisi
menit
Mulai duduk tegak lurus (posisi 1). Kemudian pindah ke salah satu sisi
(posisi 2), dengan kepala setengah menoleh ke atas. Cara mudah untuk
mengingat ini adalah bayangkan seseorang berdiri dengan jarak sekitar
6 kaki di depan Anda, dan hanya melihat kepala mereka setiap waktu.
Tetap pada posisi di salah satu sisi selama 30 detik, atau sampai pusing
hilang, kemudian kembali ke posisi duduk (posisi 3). Posisikan selama
30 detik, dan kemudian ganti ke sisi lainnya (posisi 4) dan ikuti hal
yang sama.
Latihan ini harus dilakukan selama dua minggu, tiga kali per hari, atau
selama tiga minggu, dua kali per hari. Ini menambahkan hingga total
52 set. Pada kebanyakan orang, gejala berkurang setelah 30 set, atau
sekitar 10 hari. Sekitar 30 persen pasien, BPPV akan terulang dalam
satu tahun. Jika BPPV berulang, mungkin pasien ingin menambahkan
10 menit untuk latihan rutin sehari-hari (Sura, 2010).
Perawatan Bedah
Jika latihan yang dijelaskan di atas tidak efektif dalam mengendalikan
gejala, gejalanya persisten untuk satu tahun atau lebih, dan diagnosis
sangat jelas, prosedur operasi yang disebut "posterior kanal plugging"
mungkin dianjurkan. Canal plugging block sebagian besar fungsi dari
kanal posterior tanpa mempengaruhi fungsi-fungsi lainnya kanal atau
bagian telinga. Prosedur ini memiliki risiko kecil untuk mendengar, tetapi
efektif pada sekitar 90% dari orang yang tidak memiliki respon terhadap
pengobatan lainnya. Hanya sekitar 1 persen dari pasien BPPV akhirnya
tertangani. Pembedahan tidak boleh dilakukan sampai tiga manuver /
latihan (Epley, Semont, dan Brandt-Daroff) telah dicoba dan gagal.
Labyrintyhectomy dan sacculotyomy tidak cocok karena pada prosedur ini
dapat terjadi pengurangan atau kehilangan pendengaran (Sura, 2010).
l) Prognosis
Dengan maneuver reposisi Epley, 80-90 % pasien dengan BPPV dapat
teratasi dengan baik. Sekitar 40-50 % bisa kambuh setelah 5 tahun, 18 %
setelah 10 tahun, dan 50 % setelah 40 bulan (Lempert, 2009).
BAB IV
KESIMPULAN
1. BPPV (Benign Paroksismal Posisional Vertigo) adalah vertigo yang
bersifat paroksismal, yaitu hilang timbul dan berlangsung hanya beberapa
saat. Vertigo ini diakibatkan adanya perubahan posisi kepala secara cepat
dan tiba-tiba, berulang, dan sering disertai dengan nistagmus.
2. Organ yang diserang dalam penyakit ini adalah telinga terutama pada
bagian
vestibulokokhlearis
(N.VIII)
yang
akan
mengganggu
keseimbangan pasien.
3. Pada pasien seperti ini terapi yang dilakukan biasanya hanya simtomatis
untuk menghilangkan rasa berputar dan gejala gejala yang menyertai
dan juga dilakukan rehabilitasi untuk adaptasi dari keseimbangannya.
4. Dengan maneuver reposisi Epley, 80-90 % pasien dengan BPPV dapat
teratasi dengan baik. Sekitar 40-50 % bisa kambuh setelah 5 tahun, 18 %
setelah 10 tahun, dan 50 % setelah 40 bulan
DAFTAR PUSTAKA
Anderson JH dan Levine SC. 1997.Buku Ajar Penyakit THT Boies Edisi Keenam.
Jakarta : EGC.
Corwin, E.J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Despopoulus, Agamemnon. 1998. Atlas Berwarna dan teks Fisiologi Edisi 4.
Jakarta: EGC. Hal 204
Dorland, W.A. Newman. Kamus kedokteran Dorland. 2002. Jakarta: EGC. Hal.
2390.
Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Hal
245.
Harsono. 2003. Kapita Selekta Neurologi, edisi kedua. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Iskandar, J . 1981. Cedera Kepala. Jakarta : PT Dhiana Populer. Kelompok
Gramedia
Joesoef AA. 2002. Tinjauan Umum Mengenai Vertigo. Dalam : Joesoef AA,
Kusumastuti K. Jakarta : Kelompok Studi Vertigo Perdossi.
Jong, W.D. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo. Journal American Family
Physician. (73).
Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and
vestibular migraine. Journal Neurology. (25) : 333-338.
Mansjoer A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga. Jakarta : FKUI.
Mardjono, M. Priguna, S. 2009. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC
hlm 136-138.
Snell, R.S. 2006. Neuroanatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Ed. 5.
Jakarta: EGC.
Soepardi, EA. 2008.Gangguan Keseimbangan dan Kelumpuhan Nervus Fasialis;
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher,
edisi keenam.Jakarta: Balai Penerbit FK-UI
Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care.
BJMP. (4) :351-351.
Suzanne CS & Brenda GB. 1999. Buku Ajar Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3.
Jakarta: EGC.
T. Declan, Walsh., Kapita Selekta Penyakit dan Terapi, alih bahasa Caroline
Wijaya, Jakarta:EGC, 1997, hlm. 50, 54, 491.
Wreksoatmodjo, BR. 2004. Vertigo: Aspek Neurologi. Cermin Dunia Kedokteran.
(vol) No. 144.