Bab 1 Hiperbilirubin
Bab 1 Hiperbilirubin
PENDAHULUAN
bilirubin diatas 5mg/dL dan 29,3% dengan kadar bilirubin diatas 12mg/dL pada
minggu pertama kehidupan.
Ikterus pada neonatus dapat dibedakan secara dua macam,yaitu fisiologis
dan patologis. Ikterus neonatorum fisiologis timbul akibat peningkatan dan
akumulasi bilirubin indirek <5 mg/dl/24 jam yaitu yang terjadi 24 jam pasca salin.
Hal ini karena metabolisme bilirubin neonatus belum sempurna yaitu masih dalam
masa transisi dari masa janin ke masa dewasa (Glasgow, 2000). Ikterus
neonatorum patologis pula adalah ikterus yang timbul dalam 24 jam pertama
pasca salin dimana peningkatan dan akumulasi bilirubin indirek > 5 mg/dl/24 jam
dan ikterus akan tetap menetap hingga 8 hari atau lebih pada bayi cukup
bulan(matur) sedangkan pada bayi kurang bulan (prematur) ikterus akan tetap ada
hingga hari ke-14 atau lebih.
Ikterus neonatorum patologis dapat ditimbulkan oleh beberapa penyakit
seperti anemia hemolitik, polisitemia, ekstravasasi darah (hematoma), sirkulasi
enterohepatik yang berlebihan, defek konjugasi, berkurangnya uptake bilirubin
oleh hepar, gangguan transportasi bilirubin direk yang keluar dari hepatosit atau
oleh karena obstruksi aliran empedu. Faktor resiko yang dianggap sebagai pemicu
timbulnya ikterus neonatorum yaitu kehamilan kurang bulan (prematur), bayi
berat badan lahir rendah, persalinan patologis, asfiksia, ketuban pecah dini,
ketuban keruh dan inkompatibilitas golongan darah ibu dan anak (Fx.Wikan I,
Ekawaty LH, 1998).
Ikterus neonatorum dapat menimbulkan masalah kesehatan yang serius
jika tidak ditangani dengan yaitu ensefalopati bilirubin yang dikenal dengan kern
icterus (Rina Triasih, dkk., 2002; Tb.Rudy Firmansjah B. Rifai, 2003). Kern
icterus timbul akibat akumulasi bilirubin indirek di susunan saraf pusat yang
melebihi batas toksisitas bilirubin pada ganglia basalis dan hipocampus. Ikterus
neonatorum perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik sehingga
menurunkan angka kematian bayi (Infant Mortality Rate = IMR) yang masih
tinggi di Indonesia. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia, pada tahun 1997
tercatat sebanyak 41,4 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab mortalitas
pada bayi baru lahir adalah ensefalopati bilirubin (lebih dikenal sebagai
kernikterus). Selain memiliki angka mortalitas yang tinggi, kern icterus juga dapat
menyebabkan gejala sisa berupa cerebral palsy, gangguan pendengaran, paralisis
dan displasia dental yang sangat mempengaruhi kualitas hidup.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik neonatus yang menderita
hiperbilirubinemia di Rumah Sakit Umum Haji Adam, Medan dari periode
Januari 2012 sehingga Desember 2012.
penelitian
memberikan
manfaat
untuk:
1. Rumah Sakit
Dapat memberikan masukan atau informasi untuk membantu mutu
pelayanan kesehatan khususnya pada neonatus dengan hiperbilirubinemia.
2. Keluarga Pasien
Dapat dipakai sebagai bahan masukan untuk keluarga pasien lebih
mengetahui tentang hiperbilirubinemia dan membantu untuk mencegah
timbulnya komplikasi disebabkan hiperbilirubinemia pada pasien.
3. Institusi Pendidikan
Dapat dipakai sebagai acuan atau bahan pertimbangan untuk penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.