Bahan Toksik Dan Infeksius
Bahan Toksik Dan Infeksius
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,
dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang diselenggarakan
dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.1
Dalam mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula.
Dalam hal ini rumah sakit sebagai sarana kesehatan harus pula memperhatikan keterkatitan tersebut.
Dilain pihak, rumah sakit juga dapat dikatakan sebagai pendonor limbah karena buangannya berasal
dari kegiatan non-medis maupun medis yang bersifat berbahaya dan beracun dan dalam jumlah
besar, rumah sakit merupakan tempat bertemunya kelompok masyarakan penderita penyakit,
kelompok masyarakat pemberi pelayanan, kelompok pengunjung dan kelompok lingkungan sekitar.
Adanya interaksi di dalamnya memungkinkan menyebarnya penyakit bila tidak didukung dengan
kondisi lingkungan rumah
sakit yang baik dan saniter. Aktivitas rumah sakit akan menghasilkan sejumlah hasil
samping berupa limbah, baik limbah padat, cair, dan gas yang mengandung kuman
patogen, zat-zat kimia serta alat-alat kesehatan yan pada umumnya bersifat
berbahaya dan beracun.2
Pengelolaan limbah medis menyajikan sejumlah tantangan lingkungan baik
maju dan negara berkembang. Menurut von Schirnding limbah berbahaya secara
luas tersebar di lingkungan dan telah akumulasi selama beberapa dekade. Limbah
medis berpotensi berbahaya dan terinfeksi jika ditangani sembarangan. Di Amerika
Serikat, misalnya, diperkirakan bahwa ada di antara Situs sampah 30.000 dan 50.000
pembuangan, banyak yang ilegal atau ditinggalkan. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) berpendapat bahwa manajemen yang tepat limbah medis adalah masalah di
sebagian besar negara berkembang, terutama di negara-negara di mana limbah padat
kota biasa tidak dikelola secara memadai.3
Sebagian besar pengelolaan limbah medis dari rumah sakit, puskesmas, dan
laboratorium masih jauh di bawah standar kesehatan lingkungan, karena umunya
dibuang begitu saja ke tempat pembuangan akhir (TPA) sampah dengan sistem open
dumping (tempat sampah terbuka). Padahal rumah sakit merupakan penghasil limbah
yang besar dan apabila tidak dikelolah dengan baik akan membahayakan lingkungan.
Oleh karena itu pengelolaan lingkungan rumah sakit yang komprehensif merupakan
hal yang sangat penting, baik bagi rumah sakit maupun bagi masyarakat pemakai
jasa pelayanan kesehatan rumah sakit.4
Sejalan dengan manajemen, tidak tepat dan tidak diatur dari rumah sakit
limbah dapat menjadi ancaman serius bagi kehidupan kita dan lingkungan meskipun
kita semua pasti memiliki hak untuk mendapatkan perawatan medis yang tepat dari
rumah sakit dan klinik. Para pengelolaan limbah rumah sakit yang tidak tepat tidak
hanya membahayakan lingkungan, tetapi juga sangat melanggar hak asasi manusia
kami karena hak untuk hidup meliputi hak untuk memiliki lingkungan yang sehat,
menyenangkan bebas dari segala jenis polusi dan kontaminasi. Tetapi hak manusia
menikmati, segar menyenangkan
1.2
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana pengelolaan limbah padat Rumah Sakit Gigi dan Mulut di
Makassar?
1.3
TUJUAN PENELITIAN
1.4
MANFAAT PENELITIAN
1. Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Gigi dan Mulut di Makassar
untuk menentukan kebijaksanaan dalam perencanaan program kesehatan
lingkungan dan rencana sistem pengelolaan limbah rumah sakit.
2. Sebagai pedoman bagi petugas pengelola limbah Rumah Sakit Gigi dan
Mulut dalam melaksanakan tugasnya.
3. Sebagai sumber informasi dan bahan referensi bagi penelitian-penelitian
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
care both curative and preventive, and whose out patient service reach out
the family and its home environment, the training of health workers and for biosocial research 4
Sesuai batasan di atas, maka rumah sakit merupakan bagian dari sistem
pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun
preventif serta menyelenggarakan pelayanan rawat jalan dan inap juga perawatan di
rumah. Disamping itu, rumah sakit juga berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga
kesehatan dan tempat pendidikan tenaga kesehatan dan tempat penelitian. Oleh
karena itu, agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, rumah sakit harus bisa
bekerja sama dengan instansi lain di wilayahnya, baik instansi kesehatan maupun
non kesehatan.
Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan
pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan
penelitian, ternyata memiliki dampak positif dan negatif terhadap lingkungan
sekitarnya. Rumah sakit dalam menyelenggarakan upaya pelayanan rawat jalan,
rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan nonmedik menggunakan
teknologi yang dapat mempengaruhi lingkungan di sekitarnya.4
2.2
2.2.1
sampah dari setiap ruangan berbeda-beda sesuai dengan penggunaan dari setiap
ruangan/unit yang bersangkutan.
Material kedokteran gigi. Bahan-bahan dan obat yang selalu dipakai dokter
gigi dalam menjalankan profesinya adalah:8
1. Bahan tumpat: Amalgam-mercury, composite resin, glass ionomer, logam
mulia Au, Ag, Pd dan Zinc Oxide
2. Bahan crown: logam mulia, Ag, Akrilik, ceramic
3. Dental film: Developer x-ray (mengandung hydroquinone, Pb)
4. Bahan irigasi: Sodium hipoklorit (NaOCl 2,5%), Chlor Hexidin (CHX
5.
6.
7.
8.
0,2%), H2O2 3%
Rubber: sarung tangan, rubber dam
Masker
Jarum suntik, jarum endodontik, plastic spuit, dll
Alat pemanas: pemotong guttap point, pelunak guttap point
chromium
Bungkus film x-ray yang mengandung Pb, dapat dilebur (recyded).
Karenanya bahan ini menjadi limbah yang tidak berbahaya bila
2.2.3
padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan
non-medis.6
Menurut WHO & Departemen kesehatan RI, 1991, limbah klinis/medis
adalah limbah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan gigi, veteranary, farmasi
atau sejenis; serta limbah yang dihasilkan di rumah sakit pada saat dilakukan
perawatan atau pengobatan atau penelitian.9
Secara garis besar limbah rumah sakit dibedakan menjadi limbah medis dan
non medis.6
a. Limbah medis
Penggolongan kategori limbah medis dapat diklasifikasikan potensi
bahaya yang tergantung didalamnya, serta volume dan sifat persistensinya
yang menimbulkan masalah:4
1. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam merupakan objek atau alat yang memiliki
sudut tajam, sisi ujung tau bagian menonjol yang dapat
memotong atau menusuk kulit, seperti jarum suntik, pisau
bedah, pecahan gelas, dll. Semua benda tajam ini memiliki
potensi berbahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui
sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang
mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi dan beracun, bahan sitotoksik atau radioaktif.
juga
bangkai
hewan
percobaan
yang
yang lain)
Limbah yang
sudah
tersentuh
pasien
yang
menjalani
baju laboratorium)
Hewan yang terinfeksi dari laboratorium
Instrumen atau materi lain yang tersentuh orang atau hewan
yang sakit.7
3. Limbah patologi
Jaringan tubuh meliputi organ badan, darah dan cairan tubuh
biasanya dihasilkan pada saat pembedahan. Limbah ini
10
11
6. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan
radio isotop yang berasal dari penggunan medik atau riset
radionucleida. Limbah ini dapat berasal antara lain dari tindakan
kedokteran nuklir, radioimmunoassay, dan bakteriologis, dapat
berbentuk padat, cair, atau gas. 4
Limbah radioaktif juga mencakup benda padat, cair, dan gas
yang terkontaminasi radionuklida. Limbah ini berbentuk akibat
pelaksanaan prosedur seperti analisis in-vitro pada jaringan dan
cairan tubuh, pencitraan organ dan lokalisasi tumor secara invivo, berbagai jenis metode investigasi dan terapi lainnya.
Radionuklida yang digunakan dalam layanan kesehatan
biasanya berada dalam sumber yang tidak tersegel (terbuka) atau
sumber yang tersegel (tertutup rapat). Sumber yang tidak
tertutup biasanya berupa cairan siap pakai dan tidak ditutup lagi
selama penggunaanya, sumber yang tertutup misalnya zat
radioaktif yang terkandung dalam bagian perlengkapan atau
peralatan atau terbungkus dalam kemasan antipecah atau kedap
air sepert seeds dan jarum. Limbah yang dihasilkan dari
kegiatan di instalasi kesehatan dan pusat penelitian yang
menggunakan
radionuklida
dan
kegiatan
terkait
seperti
dan
larutan
12
2.3
ASPEK
PERUNDANGAN,
PERATURAN,
DAN
KEBIJAKAN
The Basel Convention (konvensi Basel), ditanda-tangani oleh lebih baik dari
100 negara, membahas tentang pergerakan limbah berbahaya lintas negara:
kesepakatan ini juga dapat diberlakukan untuk limbah layanan kesehatan.
Negara yang menandatangani konvensi ini menerima prinsip bahwa hanya
13
kiriman limbah berbahaya resmi yang dapat diekspor dari negara yang tidak
memiliki fasilitas atau keahlian untuk memusnahkan limbah tertentu secara
aman ke negara lain yang memiliki baik fasilitas maupun keahlian. Limbah
-
ekspor harus diberi label sesuai dengan standar yang direkomendasi PBB.7
The polluter paysprinciple (prinsip pencemar yang membayar)
menyiratkan bahwa semua penghasil limbah secara hukum dan finansial
bertanggung jawab untuk menggunakan metode yang aman dan ramah
lingkungan di dalam pembuangan limbah yang mereka hasilkan. Prinsip ini
juga berupaya untuk membebankan pertanggung-gugatan pada pihak yang
menyebabkan kerusakan.7
Theprecautionaryprinciple (prinsippencegahan) merupakan prinsip
kunci yang mengatur masalah perlindungan kesehatan dan keselamatan. Jika
besarnya resiko tertentu tidak dapat diperkirakan, kita harus berasumsi
bahwa resiko tersebut memang signifikan sehingga tindakan untuk
menyatakan
bahwa
2.3.2
14
2.3.3
Aspek lingkungan yang diatur menurut peraturan dan perundangundangan pengelolaan lingkungan Rumah Sakit
a.
15
Limbah Padat
Tinjauan pengelolaan limbah padat sesuai dengan peraturan yang terdapat
dalam:
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/
MENKES/SK/X/2004.
b. Keputusan Dirjen P2M PLP No.HK.00.6.64 tanggal 18 Februari 1993
tentang
2.4
16
17
Sakit.
Direktorat
Jenderal
pemberantasan
penyakit
18
Sakit.
Direktorat
Jenderal
pemberantasan
penyakit
19
20
21
Gambar 2.1 : Pembuangan limbah medis sesuai dengan wadah dan label
limbah. (Sumber : Bio-medical waste management self learning document for
doctors, superintendents and administrators. Available from
http://whoindia.org/LinkFiles/Chemical_Safety_Biomedical_waste_management_self_Learning_document_for_Doctors,_superin
tendents_and_Administrators.pdf. Accessed December 28, 2011)
2.4.1
22
23
3. Pengangkutan di tempat
Limbah layanan kesehatan harus diangkut di dalam rumah sakit atau
ke fasilitas lain dengan menggunakan troli, kontainer atau gerobak yang
tidak digunakan untuk tujuan lain dan memenuhi persyaratan sebagai
-
berikut:7
Mudah dimuat dan dibongkar muat
24
Tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer
dan
didesinfeksi setiap hari dengan disinfektan yang tepat. Semua ikatan atau
tutup kantong limbah harus berada di tempatnya dan masih utuh setibanya
di akhir pengangkutan.7
superintendents
and
administrators.
Available
from
http://whoindia.org/LinkFiles/Chemical_Safety_Biomedical_waste_management_self_Learning_document_for_Doctors,_sup
erintendents_and_Administrators.pdf. Accessed December 28, 2011)
2.4.2
tetapi akan lebih aman jika menempatnkannya dalam kontainer sekunder (misalnya:
kotak kardus atau kontainer beroda, kokoh, plastik bertutup atau kontainer berlapis
seng). Kelebihannya adalah dapat mengurangi kontak dengan kantong limbah yang
penuh tetapi biaya pembuangannya menjadi lebih tinggi. Kontainer sekunder tersebut
harus ditempatkan di lokasi yang dekat dengan sumber limbah.7
Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus.
Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan. Cara dan
teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan
25
kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan
menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insinerator. Sedangkan
limbah padat umum (domestik) dibuang ke lokasi pembuangan akhir yang dikelola
oleh pemerintah daerah, atau badan lain sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.6
2.4.3
26
d) Limbah radioaktif
Untuk alasan keamanan, penggunaan isotop radioaktif secara medis
harus dibatasi hanya pada rumah sakit pendidikan dan setiap rumah sakit
yang menggunakan produk radioaktif harus memperkerjakan teknisi radiologi
ahli.7
2.5
yang mengolah limbahnya sendiri dan ada juga yang bekerja sama dengan rumah
sakit lain yang memiliki sarana pengolahan limbah yang lebih lengkap dalam
mengelola limbahnya. Banyak rumah sakit mempunyai alat canggih sebagai sarana
pengolah limbhanya. Hal ini diakui membawa konsekuensi besar biaya pengadaan
dan operasional untuk diolah ke rumah sakit lain merupakan salah satu cara
meminimalisasi biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan limbah.7
Insinerasi biasanya merupakan metode pilihan untuk kebanyakan limbah
medis dan sampai saat ini masih banyak dipakai. Namun metode pengolahan
alternatif yang baru-baru saja dikembangkan semakin populer. Pilihan akhir untuk
sistem pengolahan harus dipertimbangkan dengan cermat dan didasarkan pada
berbagai faktor yang kebanyakan di antaranya bergantung pada persyaratan lokal:7
a. Efisiensi desinfeksi
b. Pertimbangan kesehatan dan lingkungan
c. Pengurangan volume dan massa
d. Pertimbangan kesehatan dan keselamatan kerja
e. Kuantitas limbah untuk pengolahan dan pembuangan/kapasitas sistem
f. Tipe limbah untuk pengolahan dan pembuangan akhir
g. Persyaratan infrastruktur
27
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
akhir
untuk
pembuangan
dengan
cara
pemendaman
dapat
mengakibatkan pencemaran air tanah jika lokasi landfill tidak didesain atau
dioperasionalisasikan dengan adekuat. Dalam memilih metode pengolahan atau
pembuangan limbah medis, terutama jika ada resiko terjadinya pelepasan emisi
toksik atau akibat berbahaya lainnya maka resiko relatif sekaligus integrasi ke dalam
keseluruhan kerangka kerja strategis limbah yang komprehensif harus dievaluasi
dengan cermat berdasarkan keadaan setempat.7
28
No.
Metode
Kelebihan
Kekurangan
pengolahan/pemb
1.
u-angan
Rotary
klin Tepat
(tungku berputar)
untuk
limbah
semua Biaya
investasi
dan
Insinerasi
pirolitik
tinggi)
dan
limbah
sediaan farmasi
Efisiensi
desinfeksi Penghancuran
(suhu sangat
tinggi.
untuk
semua
limbah
Biaya
Insinerasi
tunggal
limbah
volume
limbah. dilakukan
pembersihan
menghancurkan
29
4.
Insinerasi
sitotoksik
drum Penurunan tajam berat Hanya menghancurkan
dan
volume
Biaya
limbah. 99%
investasi
operasional
mikroorganisme.
dan Tidak
banyak
sangat menghancurkan
rendah
limbah
Emisi
besar-
Disenfeksi kimia
disenfektan zat
relatif
berbahaya
mahal. memerlukan
tindakan
yang
komprehensif.
sesuai
yang
Tidak
untuk
limbah
limbah infeksius
lingkungan. Alat pencabik
Pengolahan
Ramah
termal basah
sering
dan
mengalami
Operasinya
rendah
sesuai
untuk
dan
limbah
30
7.
Iradiasi
microwave
dalam
investasi
dan
Encapsulation
masalah
Ramah operasional
dan
lingkungan
pemeliharaan
Sederhana, murah dan Tidak dianjurkan untuk
aman.
Dapat
Pemendaman
sediaan farmasi
Murah. Relatif aman jika Aman
yang aman
jika
dibatasi
Inertisasi
dibatas
Relatif tidak mahal
akses
ke
dan
pencegahan
perlu dilakukan
Tidak aplikatif
untuk
limbah infeksius
Sumber : Prss A, E.Giroult, P.Rushbrook. Pengelolaan aman limbah layanan
kesehatan. Jakarta: EGC; 2005. p.118.
2.6 PRAKTIK KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA UNTUK
TENAGA MEDIS DAN PENGELOLAAN LIMBAH
2.6.1 Prinsip-prinsip
Kebijakan atau rencana pengelolaan limbah medis harus mencakup kebijakan
untuk pemantauan berkesinambungan terhadapn kesehatan dan keselamatan
pekerja
guna
memastikan
bahwa
prosedur
penanganan,
pengolahan,
mencakup:7
Pelatihan yang tepat untuk pekerja
Penyediaan peralatan dan pakaian untuk perlindungan pekerja
Pembentukan program kesehatan kerja yang efektif yang mencakup imunisasi,
pengobatan profilaktik pascapajanan dan surveilans kesehatan.
31
Pelatihan dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja (K3) harus dapat
memastikan bahwa pekerja mengetahui dan memahami risiko potensial yang
berkaitan dengan limbah layanan kesehatan, manfaat imunisasi untuk
mencegah penularan hepatitis B virus, dan pentingnya konsistensi penggunaan
peralatan perlindungan diri.7
Tenaga kerja yang berisiko mencakup pemberi rawatan, tenaga keberisihan
rumah sakit, tenaga bagian perawatan/ pemeliharaan, operator peralatan
pengolah limbah, dan semua operator yang terlibat dalam penanganan limbah
dan pembuangan limbah baik di dalam maupun di luar instansi layanan
kesehatan.7
2.6.2
Perlindungan pekerja
Perlindungan untuk mencegah cedera menjadi sangat penting untuk semua
32
Keamanan sitotoksik
Rumah sakit yang menggunakan produk sitotoksik, pedoman khusus
penanganannya secara aman harus mencakup aturan mengenai prosedur
33
fasilitas
pembuangan
limbah
(misalnya,
ditempat
34
Melalui ingesti 7
Di fasilitas kesehatan, keberadaan bakteri yang resisten terhadap antibiotik
dan desinfektan kimia juga dapat memperbesar bahaya yang muncul akibat
limbah layanan kesehatan yang buruk pengelolaannya. Contoh, plasmid dari
strain laboratorium yang terkandung dalam limbah layanan kesehatan ternyata
dapat berpindah ke dalam bakteri di alam melalui sistem pembuangan limbah.
Selain itu, bakteri Escherichia coli yang resisten antibiotik ternyata dapat
bertahan hidup dalam kolam lumpur aktif walaupun pada kondisi normal
pembuangan dan pengelolaan limbah cair, perpindahan organisme tersebut
tampaknya tidak signifikan. Kultur patogen yang pekat dan benda tajam yang
terkontamonasi (terutama jarum suntik) mungkin merupakan jenis limbah yang
potensial bahayanya paling akut bagi kesehatan.7
Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka
tusuk tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda ini terkontaminasi patogen.
Karena resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam
termasuk dalam kelompok limbah yang sangat berbahaya. Kekhawatiran pokok
yang muncul adalah bahwa limbah infeksi yang ditularkan melalui subkutan
dapat menyebabkan masuknya agens penyebab penyakit, misalnya infeksi
virus pada darah dan berbahaya karena sering terkontaminasi darah pasien.7
35
36
37
38
BAB III
KERANGKA KONSEP
Aktivitas medik
Limbah medik
Limbah domestik
Limbah padat
Limbah padat
Limbah cair
Limbah cair
Mananajemen pengolahan
limbah Rumah Sakit Gigi
dan Mulut di Makassar
Keterangan:
39
40
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1
JENIS PENELITIAN
41
Limbah padat adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat
sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis dan non-
medis.6
Pengelolaan limbah padat adalah kegiatan minimalisasi atau reduksi limbah
dan menghancurkan limbah yang diproduksi dengan metode yang
digunakan. 6
4.8
PROSEDUR PENELITIAN
1. Sebelum penelitian dilakukan, survey awal dilakukan untuk mengetahui dan
mendata jumlah petugas pengelolaan limbah di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
di Makassar.
2. Setelah sampel penelitian ditentukan dan didapatkan, penelitian dinyatakan
dimulai. Peneliti mencatat dan membagikan kuesioner modifikasi untuk
dijawab sampel dan peniliti melakukan penilaian.
3. Penelitian dinyatakan berakhir bila seluruh sampel telah mengisi kuesioner
kuesioner yang dibagikan dan peniliti telah menilai semua sampel.
4. Kuesioner modifiksai kemudian akan dikumpulkan, dinilai, dan dilakukan
pengolahan data, sehingga diperoleh hasil penelitian.
42
4.9
ALUR PENELITIAN
Penentuan populasi/sampel
Pengisian kuesioner
modifikasi oleh responden
dan lembar penilaian
Pengumpulan data
Analisis data
Hasil
43