Anda di halaman 1dari 1

ABSTRAK

Sejarah tentang alat pemancang yang ada di dunia ini berasal dari hal
yang paling sederhana. Pada awalnya manusia memasukkan tiang pancang yang
terbuat dari kayu pada jaman dahulu dengan menggunakan palu/alat sekadarnya.
Dengan kemajuan teknologi, sudah tidak memungkinkan menggunakan palu
untuk memancang tiang pancang dengan kedalaman yang cukup dalam.
Pembangunan suatu bangunan yang baik sangat tergantung pada
pelaksanaan di lapangan. Pada pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang pancang
sebagai konstruksi bangunan yang paling bawah atau yang biasa kita sebut dengan
Down Structure, banyak hal yang menjadi penyebab gagalnya pekerjaan, antara
lain pemilihan jenis pondasi yang tidak sesuai dengan keadaan topografi daerah
setempat (lokasi proyek) dan tidak sesuai dengan fungsi bangunan di atas,
patahnya tiang pancang (retakretak) saat proses pengangkatan, alat pancang yang
tidak sesuai dengan ukuran dan jenis tiang pancang.
Dari datadata di lapangan dan sesuai dengan barbagai pertimbangan,
maka dipilihlah pondasi tiang pancang pracetak dengan bentuk persegi dan
mempunyai ukuran 350 X 350 mm, panjang 9 m (bagian atas), panjang 3 dan atau
9 m (bagian bawah) dipancang bervariasi sesuai dengan kedalaman, satu sampai
dua tiang pancang per titik.
Proses pemancangan pada proyek ini menggunakan alat pancang HSPD
(Hydraulic Static Pile Driver) T-240. Pemancangan dihentikan (Final Set) apabila
telah mencapai tekanan 20 MPa (setara dengan 2.480 KN atau 248 Ton).

Manado, 1 April 2013

Penyusun

viii

Anda mungkin juga menyukai