Pembuat Ebook :
Sumber Buku Karya SH MINTARDJA
Scan DJVU : Ismoyo, Arema
Editor Ebook :
(Ebook Novel, Teenlit) http://www.zheraf.net/
(Cersil, Silat Mandarin) http://zheraf.wapamp.com/
ketrampilanmu."
"Apakah kau sudah dapat menilai hasilny a?" bertanya
Mahisa Semu.
"Gila kau. Aku koyakkan mulutmu" geram orang itu.
Mahisa Semu memang tidak berbicara lebih banyak lagi.
Namun serangan-serangannya y ang kemudian datang
seperti badai yang menghantam dan mengguncang pepohonan
Orang berkepala botak itu harus melihat kenyataan. Anak
yang masih sangat muda itu ternyata benar-benar telah
menggetarkan jantungnya. Beberapa kali orang berkepala
botak itu harus berloncatan mundur.
Orang berkepala botak itu tidak menunggu lebih lama lagi.
Sementara itu anak-anak muda menjadi semakin banyak
berdatangan. Bahkan kemudian Ki Bekel dan beberapa bebahu
yang mendapat laporan segera datang pula.
Karena itulah, m aka orang-orang y ang datang m eny erang
itu harus memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan yang
dapat terjadi.
Namun ternyata bahwa orang-orang yang datang itu cukup
licik. Dua orang diantara mereka telah meny elinap masuk
melalui pintu butulan. Karena pintu itu diselarak dari dalam,
maka pintu itu telah dirusak dan dipecahkan dari luar.
Dua orang itu sempat menerobos masuk ke dalam dan
mencari anak Ki Buyut Sendang Apit y ang mereka cari.
Kedua orang itu telah m enggemparkan orang-orang y ang
memburunya.
Bahkan kemudian sekali-sekali serangan Mahisa Semu
yang masih terlalu muda itu justru mulai menyusup
menembus pertahanan lawannya.
Lawannya yang semula menganggap bahwa Mahisa Semu
tidak lebih dari seorang anak kecil, menjadi gugup ketika
keningnya ternyata mulai tersentuh tangan Mahisa Semu
terayun menebas dengan kerasnya, sementara orang itu
menghindari dengan m enundukkan kepalanya, Mahisa Semu
telah memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya.
Demikian orang itu menunduk, maka dengan pukulan yang
keras, Mahisa Semu meny erang kepala yang botak itu dengan
sisi telapak tangannya pula.
Orang itu mengaduh tertahan. Namun kepalanya y ang
tunduk itu menjadi semakin menunduk. Hampir bersamaan
dengan itu, maka Mahisa Semu telah mengangkat lututnya,
sehingga lutut itu telah membentur hidung orang yang
berkepala botak itu .
Sekali lagi orang itu mengaduh. Wajahnyapun segera
terangkat. Namun Mahisa Semu y ang belum berpengalaman
itu, justru menghentikan serangannya ketika ia melihat darah
dihidung lawannya yang telah membentur lututnya.
Kesempatan itu dipergunakan oleh lawannya untuk
meloncat mengambil jarak. Ketika Mahisa Semu meloncat
memburunya, langkahnya tertegun.
air."
Sementara menunggu, anak muda yang mencari air, Putut
Lembana y ang telah memaksa lawannya untuk meny erah
itupun kemudian memanggil salah seorang cantrik dan
menyerahkan lawannya itu dalam pengawasannya, sedang
Putut Lembana sendiri telah mendekati orang yang terluka
parah itu pula.
Ketika anak muda y ang mencari air itu datang dengan
membawa air ditempayan maka cantrik itupun berusaha
untuk mengurangi arus darah itu dengan m enaburkan obat
pada luka itu. Namun kemudian juga melarutkan obat yang
lain kedalam air dan dituangkannya perlahan-lahan kedalam
mulut orang y ang berkepala botak itu.
"Nampaknya sebagaimana orang yang bertempur
melawanku, orang ini termasuk orang penting diantara
mereka y ang meny erang padukuhan ini" desis Putut Lembana
ditelinga cantrik itu "karena itu, usahakan agar ia dapat
bertahan. Mungkin ia akan dapat memberikan keterangan
atau setidak-tidaknya melengkapi k eterangan kawannya yang
menyerah itu."
Demikianlah, maka pertempuran dirumah saudara Ki Bekel
itu sudah selesai. Beberapa orang m eny erah, y ang lain lukaluka.
Bahkan mereka terpaksa menyerahkan dua orang korban
yang tidak dapat diselamatkan. Sementara ada pula diantara
mereka y ang sempat melarikan diri.
itu.
"Jangan, sakit" desis orang itu.
"Aku minta kau berbicara malam ini. Jika kau mengaku
merasa letih, maka aku akan membuatmu semakin letih dan
tidak berdaya. " geram Putut Lembana.
Pemimpin kelompok itu benar-benar tidak dapat berbuat
apa-apa. Anak muda itu memiliki kelebihan daripadanya.
Sementara anak yang masih lebih muda lagi itu telah mampu
mengalahkan kawannya y ang berkepala botak itu. Bahkan
melukainya cukup parah.
"Perbuatanmu telah menimbulkan korban di padukuhan
ini. Karena itu, maka k emarahan orang-orang padukuhan ini
telah m enjalar sampai kesetiap ubun-ubun. Kau tentu tahu
maksudku. Justru karena kau adalah orang yang bertanggung
jawab."
Wajah orang itu menjadi pucat. Ia memang menyadari
bahwa kedudukannya menjadi sangat lemah. Apapun yang
diperlakukan atas dirinya, tentu dapat dianggap sah oleh
orang-orang Logandeng. Bahkan dihadapan Ki Bekel
sekalipun.
Karena itu, maka ia tidak mempunyai pilihan lain. Ia harus
berbicara jika ia tidak ingin nasibnya menjadi sangat buruk.
Sementara itu, Putut Lembanapun bertanya "Bagaimana Ki
Sanak ? Apakah kau tetap pada pendirianmu."
"Lepaskan. Aku akan berbicara" desis orang itu.
terserah kepadaku."
Wajah orang itu menjadi tegang. Namun ia tidak
menjawab.
"Nah, sekarang katakan, apa sebabnya kekalutan itu
terjadi." Putut Lembana benar-benar kehilangan kesabaran.
Orang itu termangu-mangu sejenak. Namun kemudian
iapun menjawab "Memang telah terjadi campur tangan mPu
Renapati."
"Apa yang dilakukan oleh mPu Renapati itu ?" bertanya
Putut Lembana.
"mPu Renapati memang menghendaki agar kedua
Kabuyutan itu disatukan kembali sebagaimana semula. Kedua
Kabuyutan itu harus menjadi satu dibawah kekuasaan Ki
Buyut Pudaklamatan, karena sebenarnya ay ahnyalah yang
berhak untuk mewarisi kedudukan itu. Hanya karena ayahnya
telah meninggal lebih dahulu, maka pewaris jabatan itu
berpindah kepada adiknya, ayah Ki Buyut Sendang Apit.
Karena itulah, maka segala-galanya harus dikembalikan
seperti semula."
"Apa pamrih mPu Renapati dengan keinginannya itu ? Jika
Kabuyutan Pudaklamatan dan Sendang Apit sudah menjadi
satu, apa keuntungan mPu Renapati ? Jika ia mendorong
kepada Ki Buyut Pudaklamatan melakukan hal itu, maka mPu
Renapati tentu akan mendapat keuntungan. "
Orang itu menarik nafas dalam-dalam. Sementara Putut
Pudaklamatan."
Pengawal itu m engerutkan dahinya. Dengan nada berat ia
berkata "Tetapi kami bertanggung jawab atas
keselamatannya."
"Apa y ang dapat kalian lakukan berdua?" bertanya Ki Bekel
"Kalian datang ke padukuhan Logandeng tanpa k epercayaan.
Kami sudah menanggung akibat kedatangan kalian. Tetapi
kalian masih saja memperkecil arti pengorbanan kami."
"Sudahlah" berkata Ki Buyut "kedua pengawal itu tentu
berusaha untuk berbuat sebaik-baiknya. Jika orang-orang
Renapati dan orang-orang Pudaklamatan telah datang ke
padukuhan Logandeng dan ternyata mengalami kegagalan,
maka kita harus bersiap-siap untuk menghadapi kemungkinan
yang lebih buruk lagi. Jika orang-orang dari Padepokan
Renapati dan Kabuyutan Pudaklamatan itu mengetahui bahwa
anak Ki Buyut Sendang Apit ada di sini, maka mungkin sekali
mereka akan datang kemari. "
"Ya. Itu mungkin sekali" jawab Ki Bekel "bagi mPu
Renapati, anak itu merupakan duri bagi masa depan kedua
Kabuyutan y ang ingin dipersatukan itu. "
"Darimana kau tahu hal itu Ki Bekel?" bertanya salah
seorang pengawal anak Ki Buyut Sendang Apit itu?
"Bukankah sebagian sudah kau katakan?" jawab Ki Bekel.
Kedua pengawal itu m enarik nafas dalam-dalam. Seorang
diantara mereka berkata "Aku merasa bertanggung jawab atas
bebahu itu.
"Aku orang kebanyakan. Meskipun aku mengalami
perlakuan buruk, tetapi keselamatanku masih dapat
diharapkan. Tetapi kau lain. Kau bebahu Kabuyutan ini.
Dengan demikian maka keselamatanmu terancam" berkata
sahabatnya itu.
"Aku memang hanya singgah. Aku akan segera
meninggalkan tempat ini." berkata bebahu itu. Beberapa saat
ia terdiam. Baru kemudian ia berkata "Aku mencari hubungan
dengan Ki Buyut untuk melaporkan tentang keadaan
anaknya."
Sahabatnya itu termangu-mangu. Katanya kemudian
"Hanya orang-orang tertentu yang tahu, dimana Ki Buyut
berada. Tetapi menurut pendengaranku, keadaannya memang
sangat buruk. Meskipun demikian, Ki Buyut tetap bertahan.
Sekali-sekali ia m emang datang k e Kabuyutan. Tetapi segera
menghilang lagi. Dua malam y ang lalu, tiba -tiba saja Ki Buyut
dengan beberapa orang telah muncul di banjar. Ki Buyut
sempat berada di Banjar hampir semalam suntuk. Namun
menjelang dini Ki Buyut segera pergi. Untunglah bahwa
sekelompok pengawal dari Kabuyutan Pudaklamatan serta
beberapa orang cantrik dari Padepokan Kencana Pura telah
datang ke banjar untuk meny ergap Ki Buyut. Tetapi banjar itu
telah kosong."
"Ki Buyut harus lebih berhati-hati." desis bebahu itu.
"Tiga orang kawan kita y ang lain ada di ujung hutan" jawab
Kebo Wanter "selebihnya, perintah itu mengatakan bahwa kita
harus membunuh m ereka di daerah Kabuyutan Talang Alun
sendiri. "
"Kenapa? Bukankah lebih baik kita bunuh di hutan ini?"
"Jika mereka mati di Talang Alun, maka itu adalah
persoalan Talang Alun sendiri. Tetapi jika di hutan ini atau di
Sendang Apit, maka persoalannya akan dapat m enjadi lain.
Orang-orang Talang Alun akan dapat menyangkutkan
Kabuyutan Sendang Apit atas kematian orang-orangnya itu.
Orang itu tidak bertanya lagi, sementara itu kelompok
pengungsi itu sudah menjadi semakin jauh.
Baru beberapa saat kemudian maka ketiga orang itupun
bangkit dan melangkah mengikuti arah para pengungsi itu.
Ketika kemudian para pengungsi itu melihat tiga orang
yang lam duduk-duduk diatas sebatang pohon y ang rebah
dihutan itu, maka mereka mulai merasa curiga. Mungkin
enam orang itu berniat buruk terhadap para pengungsi itu.
Mungkin mereka perampok yang mengira bahwa para
pengungsi itu membawa barang-barang mereka y ang paling
berharga.
Tetapi ketiga orang y ang ditemuinya kemudian itu juga
tidak m engganggu m ereka. Ketiganya hanya memperhatikan
sa ja iring-iringan sekelompok pengungsi yang lewat.
Namun dalam pada itu, setiap laki -laki diantara para
(TAMAT)