HIJAUNYA
LERENG PEGUNUNGAN
Jilid 114
Cetakan Pertama
PENERBIT:
MURIA
YOGYAKARTA
Kolaborasi 2 Website :
dengan
Pelangi Di Singosari
/
Pembuat Ebook :
Sumber Buku Karya SH MINTARDJA
Scan DJVU : Ismoyo, Arema
Converter & Editor Ebook :
--???0dw0???Naskah ini untuk keperluan kalangan sendiri,
penggemar karya S.H. Mintardja dimana saja berada y ang
berkumpul di Web Pelangi Singosari dan Tiraikasih
Jilid 114
TETAPI mPu Sidikara memang tidak terlalu lama berada di
Pa depokan Bajra Seta. Ketika m ereka sudah bermalam dua
malam, maka Mahendra merencanakan untuk kembali di
keesokan harinya.
kembali ke Singasari.
Demikianlah, maka perjalanan Mahendra dan mPu
Sidikara telah tertunda. Sementara itu, Mahisa Murti telah
menunjuk tiga orang kepercayaannya untuk pergi bersama
ay ahnya dan mPu Sidikara kembali ke Singasari. Seorang
diantara mereka adalah Wantilan. Sedang dua orang y ang lain
adalah dua orang cantrik terbaik di padepokan itu.
Tetapi orang-orang yang datang ke Padepokan Bajra Seta
sama sekali tidak berniat mencegatnya. Mereka memang tidak
tahu bahwa dua orang yang pernah berselisih paham dengan
orang y ang bertubuh kekar itu akan kembali ke Singasari.
Apalagi orang-orang itu masih belum berputus-a sa. Mereka
masih akan mencoba untuk mendekat orang -orang padepokan
itu. Sedikit demi sedikit tanpa menyakiti hati para
pemimpinnya.
Tetapi ternyata bahwa cara itu tidak saja ditrapkan pada
orang-orang Padepokan Bajra Seta. Orang yang kekuruskurusan
dan berilmu tinggi itu ternyata memiliki pikiran yang
lebih jernih dari para pemimpin kelompok orang-orang
berkuda itu. Jika mereka terbia sa melakukan kekerasan, maka
orang y ang bertubuh kekurus-kurusan itu telah mendesak
mereka untuk melakukan cara yang lain.
Dengan cermat orang itu mempelajari kegagalan-kegagalan
yang pernah terjadi dimasa -masa sebelumnya. Kekerasan
ternyata tidak banyak membawa hasil. Bahkan memancing
dapat berbuat lebih baik dari padaku, namun rasa -rasanya aku
ingin juga ikut menungguinya. Nah, setelah Mahisa Murti
kembali ke padepokan, aku akan mempertimbangkannya."
Demikianlah, maka baru lewat tengah malam Mahisa Pukat
minta diri. Ia tahu bahwa ay ahnya dan mereka y ang baru
datang dari padepokan itu perlu beristirahat.
Ketika Mahisa Pukat kembali ke Kasatrian, ternyata bahwa
mPu Sidikara telah kembali pula ke Ka satrian bersamanya.
Dalam pada itu sejak kedatangannya dari Padepokan Bajra
Seta, Mahendra telah bersiap-siap untuk m elakukan upacara
pernikahan anaknya sebagaimana telah disetujui bersama
dengan Arya Kuda Cemani. Seperti yang dijanjikan, maka mPu
Sidikarapun telah ikut membantu sejauh dapat dilakukan
disamping tugas-tugasnya di Kasatrian.
Ternyata bukan saja mPu Sidikara, tetapi beberapa orang
yang bersama-sama tinggal di lingkungan istana telah ikut
membantunya pula. Bahkan Pangeran Kuda Pratamapun telah
menaruh perhatian yang besar terhadap rencana pernikahan
Mahisa Pukat.
Dari hari ke hari kesibukanpun nampak semakin
meningkat. Apalagi dirumah Arya Kuda Cemani. Persiapanpersiapan
telah dilakukan sebaik-baiknya. Pernikahan yang
telah mendapat restu dari Sri Maharaja itu tentu akan banyak
mendapat perhatian dari para pemimpin di Singasari. Apalagi
kedua orang tua dari mereka y ang akan menikah adalah
memikulnya sendiri.
Namun bagaimanapun juga Mahisa Murti menutupi
kegelisahannya itu, Wantilan masih juga dapat melihatnya.
Bahkan kemudian ia dapat juga berbicara dengan Sambega
mengenai anak muda, pemimpin Padepokan Bajra Seta itu.
Keduanya sependapat, bahwa Mahisa Murti memang
sedang memikul beban perasaannya. Namun keduanya tidak
ada y ang ber sedia menanyakannya.
"Aku tidak tahu, apakah hatinya akan terbuka " berkata
Wantilan.
"Apalagi aku orang baru disini " berkata Sambega "aku
masih belum tahu watak dan sifatnya sedalam-dalamnya.
Karena itu, aku takut kalau justru aku melakukan kesalahan. "
Wantilan mengangguk-angguk. Katanya "Jika saja angger
Mahisa Murti mau membuka diri. "
Tetapi Mahisa Murti tetap tidak mengatakan kepada
Wantilan dan siapapun di Padepokan Bajra Seta. Meskipun
Mahisa Murti tahu, bahwa Wantilan sebenarnya telah
membaca kegelisahan hatinya. Namun Mahisa Murti m asih
belum dapat mengatakan kepadanya.
Tetapi perasaan Wantilan sebagai orang y ang lebih tua dari
Mahisa Murti memang sudah m enangkapnya sejak beberapa
saat sebelum hari-hari yang pahit itu datang. Kegelisahan
Mahisa Murti semakin nampak justru semakin dekat hari
keberangkatannya ke Singasari.
halaman. Dengan suara serak orang yang lebih tua itu berkata
"Kenapa kau sengaja membuat keributan di tempat ini ?
Kal ian tentu sekedar orang lewat. Kami adalah orang-orang
yang tinggal disekitar tempat ini. Kami tidak pernah merasa
terganggu oleh perbuatan anak-anak muda itu. Justru kenapa
kalian mencoba untuk menumbuhkan persoalan disini."
Mahisa Murti justru termangu-mangu sejenak. Dua orang
anak muda telah berdiri didekat kuda-kuda Mahisa Murti,
Mahisa Semu dan Mahisa Amping.
"Ki Sanak" berkata Mahisa Murti kemudian "kami sama
sekali tidak ingin membuat keributan. Kami hanya sekedar
mengatakan pendapat kami. Jika kalian tidak sesuai,
bukankah kami tidak dapat memaksakanpendapat kami itu.
"Jadi buat apa kalian m engatakan pendapat kalian itu jika
kalian tidak ingin membuat keributan" teriak seorang anak
muda y ang pandangan m atanya sudah m ulai berputar-putar
karena pengaruh tuak.
"Aku sudah bersedia pergi. Tetapi kalian menahan kami
dengan cara seperti ini." berkata Mahisa Murti.
"Karena apa y ang kalian lakukan sudah keterlaluan. Kalian
bukan saja menyatakan pendapat lagi, tetapi kalian sudah
menyinggung perasaan kami, merendahkan kami dan
pokoknya perbuatan kalian tidak dapat kami maafkan."
berkata pemilik kedai itu.
Mahisa Murti menarik nafas dalam-dalam. Tetapi ia tidak
menyerang kami."
"Tetapi, bukan maksudku menolak pendapatmu ngger "
jawab pemilik kedai itu.
"Ingat. Aku dapat berbuat apa saja terhadapmu. Aku dapat
memukulmu sampai kepalamu menjadi retak. Kau lihat,
bahwa orang-orang yang datang sekarang tidak semuanya
akan membantumu."
"Tetapi aku mau m endengarnya" orang itu mulai m enjadi
gagap. Ketika Mahisa Murti memandanginya dengan
wajahyang bersungguh-sungguh orang itu berkata dengan
suara yang menjadi gemetar lagi. "Ya. Ya. Aku akan
mendengarnya."
Sementara itu Mahisa Murti bertanya kepada orang y ang
rambutnya mulai beruban itu "Bagaimana pendapat kalian?
"Anak-anak muda y ang mabuk itu kadang-kadang memang
mengganggu," jawab orang itu bahkan tidaa mengenal waktu"
Mahisa Murti mengangguk-angguk kecil. Sementara
seorang perempuan berkata "Anakku mulai minum tuak juga."
Mahisa Murti memandangi pemilik kedai itu dengan
tajamnya. Sementara itu pemilik kedai itu menjadi semakin
cemas. Orang-orang yang biasanya berdiam diri dan tidak
berani m enyatakan sikapny a itu, telah mulai m engungkapkan
perasaan mereka. Seorang demi seorang akan terpancing
untuk menyatakan pendapatnya.
Sebenarnya bahwa orang-orang y ang tinggal disekitar kedai