Anda di halaman 1dari 12

Radang paru-paru atau pneumonia adalah kondisi inflamasi pada paruutamanya

memengaruhi kantung-kantung udara mikroskopik yang dikenal sebagai alveolus.[1][2] Kondisi ini
biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dan lebih
jarangmikroorganisme lainnya, obat-obatan tertentu, dan kondisi lain seperti penyakit autoimun.[1]
[3]

Gejala khasnya meliputi batuk, nyeri dada, demam, dan kesulitan bernapas.
[4]

Alat diagnostik mencakup rontgen dan pengambilan kultur dari sputum. Vaksin untuk

mencegah jenis pneumonia tertentu kini sudah tersedia. Pengobatan yang dilakukan bergantung
pada penyebab dasarnya. Dugaan pneumonia bakterial diobati dengan antibiotik. Jika
pneumonianya parah, penderita biasanya dirujuk ke rumah sakit.
Setiap tahunnya, pneumonia menjangkiti sekitar 450 juta orang, tujuh persen dari total populasi
dunia, dan menyebabkan sekitar 4 juta kematian. Walaupun pneumonia dijuluki oleh William
Osler pada abad ke-19 sebagai "the captain of the men of death" (pemimpin kematian),
[5]

penemuan terapi antibiotik dan vaksin pada abad ke-20 telah meningkatkan daya tahan hidup.

[6]

Meskipun demikian, di negara berkembang, dan di antara orang-orang berusia sangat lanjut,

sangat muda, dan penderita sakit kronis, pneumonia tetap menjadi penyebab kematian yang
utama.[6][7]
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Tanda-tanda dan gejala

2 Penyebab
o

2.1 Bakteri

2.2 Virus

2.3 Fungi

2.4 Parasit

2.5 Idiopatik

3 Patofisiologi
o

3.1 Lainnya
4 Pengelolaan

4.1 Bakteri

4.2 Viral

4.3 Aspirasi

5 Prognosis
o

5.1 Aturan prediksi klinis

5.2 Efusi pleura, empiema, dan abses

5.3 Kegagalan pernapasan dan sirkulatori

6 Epidemiologi
6.1 Anak-anak

7 Sejarah

8 Masyarakat dan budaya

9 Referensi

10 Pranala luar

Tanda-tanda dan gejala[sunting | sunting sumber]


Frekuensi gejala[8]
Gejala
Batuk
Kelelahan

Frekuensi
7991%
90%

Demam

7175%

Sulit bernapas

6775%

Sputum

60-65%

Nyeri dada

39-49%

Gejala utama pneumonia yang menular

Pasien pneumonia yang menular biasanya menderita batuk produktif, demam yang
disertaimenggigil bergetar, sulit bernapas, nyeri dada yang tajam atau menghunjam selama
menarik napas dalam-dalam, dan peningkatan laju respirasi.[9] Pada manula, adanya
kebingungan menjadi tanda yang paling utama.[9] Tanda-tanda dan gejala khusus pada anakanak balita yaitu demam, batuk, dan napas yang cepat atau sulit. [10]
Demam tidak sangat spesifik, karena ini gejala yang umum timbul pada berbagai penyakit, dan
mungkin tidak tampak pada penderita penyakit parah atau malnutrisi. Selain itu, gejala batuk
sering tidak muncul pada anak-anak berusia kurang dari 2 bulan. [10] Tanda-tanda dan gejala yang
lebih parah meliputi: kulit biru, rasa haus berkurang, konvulsi, muntah-muntah yang menetap,
suhu ekstrim, atau penurunan tingkat kesadaran.[10][11]
Kasus pneumonia bakterial dan viral biasanya muncul dengan gejala yang serupa. [12]Beberapa
penyebabnya dikaitkan dengan karakteristik klinis yang klasik tetapi tidak spesifik. Pneumonia
yang disebabkan oleh Legionella dapat muncul disertai nyeri perut, diare, atau kebingungan,
[13]

sedangkan pneumonia yang disebabkan olehStreptococcus pneumoniae dikaitkan dengan

sputum berwarna karat,[14] dan pneumonia yang disebabkan olehKlebsielladapat disertai sputum
berdarah yang sering digambarkan sebagai "currant jelly" (lendir merah). [8] Sputum berdarah
(dikenal sebagaihemoptisis) juga dapat muncul pada tuberkulosis, pneumonia gram-negatif, dan
abses paru serta umum dijumpai pada bronkitis akut.[11] Pneumonia mikoplasma dapat timbul
bersama pembengkakan nodus limfa di leher, nyeri sendi, atau infeksi telinga tengah.
[11]

Pneumonia viral lebih umum muncul disertai mengi dibandingkan dengan pneumonia

bakterial.[12]

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Bakteri Streptococcus pneumoniae, penyebab umum pneumonia, gambar diambil


menggunakan mikroskop elektron

Pneumonia terutama disebabkan oleh infeksi dari bakteri atau virus dan jarang dijumpai
disebabkan oleh fungi dan parasit. Walaupun terdapat lebih dari 100 galur agen infeksi yang
telah diidentifikasi, namun hanya beberapa yang bertanggungjawab atas mayoritas kasus yang
ada. Infeksi bersama dengan virus beserta bakteri dapat muncul hingga sebanyak 45% infeksi
pada anak-anak dan 15% infeksi pada orang dewasa.[6] Agen penyebabnya tidak dapat diisolasi
pada sekitar setengah kasus yang ada walaupun pengujian yang cermat telah dilakukan. [15]
Istilah pneumonia terkadang digunakan secara lebih luas terhadap berbagai kondisi yang
menyebabkan inflamasi paru-paru (misalnya yang disebabkan oleh penyakit autoimun, luka
bakar kimia atau reaksi obat); namun demikian, inflamasi ini lebih tepat disebut
sebagaipneumonitis.[16][17] Menurut sejarahnya agen penginfeksi dibagi menjadi "khas" dan "tidak
khas" didasarkan pada aspek yang diduga, tetapi bukti-bukti yang ada tidak mendukung
pembedaan ini, sehingga kini tidak lagi ditekankan. [18]
Faktor risiko dan kondisi yang memengaruhi pneumonia mencakup: merokok, imunodefisiensi,
alkoholisme, penyakit obstruktif paru kronis, penyakit ginjal kronis, dan penyakit hati.
[11]

Penggunaan obat-obatan yang bersifat menekan asam seperti penghambat pompa

proton atau penyekat H2- dikaitkan dengan peningkatan risiko[19] pneumonia. Usia lanjut juga
berpengaruh pada pneumonia.[11]

Bakteri[sunting | sunting sumber]


Bakteri adalah penyebab paling umum dari pneumonia dapatan masyarakat (CAP),
dengan Streptococcus pneumoniae berhasil diisolasi dalam hampir 50% kasus yang ada.[20]
[21]

Bakteri lain yang umum diisolasi mencakup termasuk: Haemophilus influenzae dalam 20%

kasus, Chlamydophila pneumoniae dalam 13% kasus, dan Mycoplasma pneumoniae dalam 3%
kasus;[20] Staphylococcus aureus; Moraxella catarrhalis; Legionella pneumophila dan Basilus
gram-negatif.[15] Sejumlah versi kekebalan obat dari infeksi di atas makin umum dijumpai,
termasuk Streptococcus pneumoniae kebal obat (DRSP) dan Staphylococcus aureus yang kebal
terhadap metisilin(MRSA).[11]
Penyebaran organisme mudah terjadi jika faktor risikonya ada. [15] Alkoholisme diasosiasikan
denganStreptococcus pneumoniae, organisme anaerobik, dan Mycobacterium tuberculosis;
merokok mempermudah pengaruh dariStreptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenzae, Moraxella catarrhalis, dan Legionella pneumophila. Pajanan terhadap burung

diasosiasikan dengan Chlamydia psittaci; terhadap hewan ternak dengan Coxiella burnetti;
aspirasi isi perut dengan organisme anaerobik; dan fibrosis kistik denganPseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus aureus.[15]Streptococcus pneumoniae lebih sering dijumpai di
musim dingin,[15] dan patut diduga pada orang yang menghirup sejumlah besar organisme
anaerobik.[11]

Virus[sunting | sunting sumber]


Virus bertanggungjawab atas sekitar sepertiga kasus pneumonia pada orang dewasa [6] dan
sekitar 15% kasus pada anak-anak.[22] Agen yang biasanya terkait
mencakup:rhinovirus, coronavirus, virus influenza,virus sinsitium pernapasan (RSV), adenovirus,
dan parainfluenza.[6][23] Virus herpes simpleks jarang menyebabkan pneumonia, kecuali dalam
kelompok seperti: bayi baru lahir, penderita kanker, penerima transplantasi, dan penderita luka
bakar yang cukup parah.[24] Orang yang menjalani transplantasi organatau yang
mempunyai respon imun lemah menunjukkan tingkat pneumonia cytomegalovirus yang tinggi.[22]
[24]

Para penderita infeksi virus dapat terinfeksi secara sekunder dengan bakteri Streptococcus

pneumoniae, Staphylococcus aureus, atau Haemophilus influenzae, khususnya ketika disertai


masalah kesehatan lain.[11][22] Virus yang berbeda mendominasi masa yang berbeda dalam
setahun, sebagai contoh selama musim influenza maka virus influenza bertanggungjawab atas
lebih dari separuh kasus virus yang terjadi.[22] Wabah virus lainnya juga sesekali muncul,
termasuk hantavirus dan coronavirus.[22]

Fungi[sunting | sunting sumber]


Pneumonia jamur jarang dijumpai, namun lebih sering muncul pada individu yang
menderita sistem kekebalan lemah akibatAIDS, obat penekan kekebalan, atau masalah medis
lainnya.[15][25] Jenis ini paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,
blastomyces, Cryptococcus neoformans, Pneumocystis jiroveci, dan Coccidioides
immitis.Histoplasmosis paling umum terjadi di lembah Sungai Mississippi,
dan coccidioidomycosis paling umum dijumpai di Barat Daya Amerika.[15] Jumlah kasus telah
meningkat di paruh kedua abad ke-20 akibat makin seringnya orang melakukan perjalanan dan
meningkatnya supresi kekebalan tubuh dalam populasi.[25]

Parasit[sunting | sunting sumber]


Beragam parasit dapat memengaruhi paru-paru, termasuk: Toxoplasma gondii, Strongyloides
stercoralis,Ascaris lumbricoides, dan Plasmodium malariae.[26] Berbagai organisme ini biasanya
memasuki tubuh melalui kontak langsung dengan kulit, pencernaan, atau melalui vektor
serangga.[26] Kecuali untuk Paragonimus westermani, kebanyakan parasit tidak secara khusus
menginfeksi paru-paru tetapi melibatkan paru-paru sebagai tempat sekunder terhadap tempat
lainnya.[26] Sebagian parasit, khususnya yang termasuk genera Ascaris danStrongyloides,
merangsang timbulnya reaksi eosinofilik kuat, yang dapat mengakibatkan pneumonia eosinofilik.
[26]

Dalam infeksi lainnya, seperti malaria, keterlibatan paru terutama akibat inflamasi sistemik

yang diinduksi oleh sitokin.[26] Di negara berkembang infeksi semacam ini paling sering dijumpai

pada orang-orang yang kembali dari bepergian atau pada para imigran. [26] Secara global, infeksiinfeksi paling sering terjadi pada pada penderita defisiensi kekebalan tubuh. [27]

Idiopatik[sunting | sunting sumber]


Pneumonia interstisial idiopatik atau pneumonia yang tidak menular [28] merupakan kelas penyakit
paru difus. Kelas ini mencakup: kerusakan alveolar difus, organizing pneumonia, pneumonia
interstisial non-spesifik, pneumonia interstisial limfositik, pneumonia interstisial
desquamative, penyakit paru interstisial bronkiolitis pernapasan, danpneumonia interstisial biasa.
[29]

Patofisiologi[sunting | sunting sumber]

Pneumonia mengisi alveoli paru-paru dengan cairan, menghalangi oksigenasi. Alveolus di sisi kiri dalam
kondisi normal, sedangkan yang di sisi kanan penuh terisi cairan akibat pneumonia.

Pneumonia sering berawal sebagai infeksi saluran pernapasan atas yang kemudian berpindah
ke saluran pernapasan bawah.[30]
Vaksinasi terhadap Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae sudah memiliki
bukti bagus untuk mendukung penggunaannya.[30] Mengimunisasi anak terhadap Streptococcus
pneumoniae sudah menyebabkan penurunan insiden infeksi ini pada orang dewasa, karena
banyak orang dewasa memperoleh infeksi ini dari anak-anak. Vaksin Streptococcus
pneumoniae tersedia untuk orang dewasa, dan sudah ditemukan menurunkan risiko penyakit
pneumokokal yang invansif.[31] Vaksin lain yang mendukung efek perlindungan terhadap
pneumonia termasuk: batuk rejan, cacar air, and campak.[32]

Lainnya[sunting | sunting sumber]


Berhenti merokok[33] dan menurunkan polusi udara di dalam ruangan, seperti yang berasal dari
memasak di dalam ruangan dengan menggunakan kayu atau kotoran sapi, dianjurkan.[10]
[12]

Merokok tampaknya menjadi faktor risiko terbesar untuk pneumonia pneumokokal pada orang

dewasa yang seharusnya sehat.[34] Kebersihan tangan dan menutupi batuk dengan lengan

tangan bisa juga menjadi sarana pencegahan yang efektif.[32] Pemakaian masker operasi oleh
mereka yang sakit juga bisa mencegah penyakit. [34]
Mengobati penyakit dasarnya (seperti HIV/AIDS, diabetes melitus, dan malnutrisi) dengan tepat
bisa menurunkan risiko pneumonia.[12][32][35] Pada anak-anak usia di bawah 6 bulan pemberian
susu ibu ekslusif menurunkan baik risiko maupun keparahan penyakit. [12] Di kalangan mereka
yang menderita HIV/AIDS serta hitungan CD4 kurang dari 200 sel/uL,
antibiotik trimetoprim/sulfametoksazolmenurunkan risiko Pneumonia pneumosistis[36] dan bisa
juga berguna untuk pencegahan bagi mereka yang memiliki gangguan kekebalan tubuh tapi
tidak mempunyai HIV.[37]
Menguji wanita hamil untuk Streptokokus Grup B dan Klamidia trakomatis, dan memberikan
pengobatan antibiotik, bila diperlukan, menurunkan risiko tingkat pneumonia pada bayi; [38]
[39]

sarana pencegahan transmisi dari ibu ke anak bisa juga efisien.[40] Menyedot mulut dan

tenggororkan bayi dengan cairan amnion yang tercemar mekonium belum terbukti menurunkan
tingkat pneumonia aspirasi dan bisa membahayakan,[41] jadi praktek ini tidak dianjurkan dalam
kebanyakan situasi.[41] Di kalangan lansia yang ringkih, perawatan kesehatan mulut yang baik
bisa menurunkan risiko pneumonia aspirasi.[42]

Pengelolaan[sunting | sunting sumber]


Biasanya, antibiotik oral, istirahat, analgesik sederhana, dan cairan memadai untuk resolusi
lengkap.[33] Namun, mereka yang memiliki kondisi medis lain, kalangan lansia, atau mereka yang

CURB-65
Symptom

Points

Confusion

Urea>7 mmol/l

Respiratory rate>30

SBP<90mmHg, DBP<60mmHg

Age>=65

mengalami gangguan pernafasan berat mungkin memerlukan pengobatan lebih lanjut. Bila
gejala memburuk, pneumonia tidak membaik dengan pengobatan di rumah, atau terjadi
komplikasi, perawatan di rumah sakit mungkin diperlukan. [33] Di seluruh dunia, kira-kira 713%
dari kasus di kalangan anak-anak memerlukan rawat inap [10] sementara di dunia maju antara 22
hingga 42% orang dewasa dengan pneumonia yang diperoleh dari komunitas dirawat di rumah
sakit.[33] SkorCURB-65 berguna untuk menentukan perlunya rawat inap di kalangan orang
dewasa.[33] Bila skornya 0 atau 1 penderita biasanya bisa ditangani di rumah, bila skornya 2
diperlukan perawatan singkat di RS atau tindak lanjut untuk meneruskan perawatan, bila skornya
35 dianjurkan rawat inap di RS.[33] Di kalangan anak-anak, mereka yang mengalami kesulitan

pernafasan atau saturasi oksigennya kurang dari 90% harus dirawat di RS.[43] Manfaat fisioterapi
dada dalam pneumonia belum ditentukan.[44] Ventilasi non-invasif bisa bermanfaat bagi mereka
yang dirawat di unit rawat intensif (ICU).[45] Obat batuk tanpa resep dokter belum terbukti
efektif[46] demikian juga penggunaan unsur seng di kalangan anak-anak.[47] Tidak ada cukup bukti
untuk mukolitik.[46]

Bakteri[sunting | sunting sumber]


Antibiotik memperbaiki hasil-hasil di kalangan penderita pneumonia bakteri.[48] Pada mulanya
pilihan antibiotik tergantung pada karakteristik penderita, seperti usia, kesehatan dasarnya, dan
lokasi dimana infeksi diperoleh. Di Inggris, pengobatan empiris dengan amoksisilin dianjurkan
sebagai pilihan pertama untuk pneumonia yang diperoleh dari komunitas,
dengan doksisiklin atau klaritromisin sebagai alternatifnya.[33] Di Amerika Utara, di mana bentuk
atipikal dari pneumonia yang diperoleh dari komunitas lebih
umum,makrolid (seperti azitromisin atau eritromisin), dan doksosiklin menggantikan amoksisilin
sebagai pilihan pertama untuk rawat jalan di kalangan orang dewasa. [21][49] Di kalangan anakanak dengan gejala ringan atau sedang, amoksisilin tetap menjadi pilihan pertama.
[43]

Penggunaan fluorokuinolon dalam kasus yang tidak kompleks tidak dianjurkan karena

kekuatiran mengenai efek samping dan menimbulkan ketahanan sementara manfaat klinisnya
tidak lebih besar.[21][50] Durasi pengobatan biasanya tujuh hingga sepuluh hari, tapi bukti yang
makin banyak menunjukkan pemberian obat yang lebih pendek (tiga hingga lima hari) sama
efektifnya.[51] Dianjurkan untuk pneumonia yang diperoleh dari rumah
sakit termasuk sefalosporin, karbapenem, fluorokuinolon, aminoglikosida,
dan vankomisin generasi ketiga dan keempat.[52] Antibiotik ini sering diberikan secara
intravenadan digunakan sebagai kombinasi.[52] Di kalangan mereka yang dirawat di rumah sakit
lebih dari 90% membaik dengan pengobatan antibiotik awal.[18]

Viral[sunting | sunting sumber]


Penghambat neuraminidase bisa digunakan untuk mengobati viral pneumonia yang disebabkan
oleh virus influenza (influenza A dan influenza B).[6] Tidak ada pengobatanantivirus yang
dianjurkan untuk jenis lain dari pneumonia virus yang diperoleh dari komunitas termasuk
virus SARS coronavirus, adenovirus, hantavirus, dan parainfluenza.[6]Influenza A bisa diobati
dengan rimantadine atau amantadine, sementara influenza A atau B bisa diobati
dengan oseltamivir, zanamivir atau peramivir.[6] Pengobatan ini paling bermanfaat bila mulai
diberikan dalam waktu 48 jam sejak munculnya gejala awal.[6] Banyak strain dari influenza
A H5N1, juga dikenal sebagai avian influenza atau "flu burung," sudah menunjukkan ketahanan
terhadap rimantadine dan amantadine.[6] Penggunaan antibiotik dalam pneumonia virus
dianjurkan oleh beberapa ahli karena tidak mungkin mengesampingkan terjadinya infeksi bakteri
yang kompleks.[6] British Thoracic Society menganjurkan agar antibiotik tidak diberikan pada
mereka yang mengalami penyakit ringan.[6] Penggunaan kortikosteroid kontroversial.[6]

Aspirasi[sunting | sunting sumber]

Pada umumnya, pneumonitis aspirasi diobati secara konservatif dengan antibiotik yang ditujukan
hanya untuk pneumonia aspirasi.[53] Pilihan antibiotiknya akan tergantung pada beberapa faktor,
termasuk organisma penyebab yang dicurigai dan apakah pneumonia diperoleh di komunitas
atau dikembangkan di setting rumah sakit. Pilihan umumnya termasuk clindamisin,
kombinasi antibiotik beta-laktam dan metronidazole, atau aminoglikosida.
[54]

Kortikosteroid kadang-kadang digunakan dalam pneumonia aspirasi, tetapi hanya ada bukti

terbatas yang mendukung efektivitasnya.[53]

Prognosis[sunting | sunting sumber]


Dengan pengobatan, kebanyakan jenis pneumonia bakteri akan stabil dalam waktu 36 hari.
[55]

Kadang-kadang memakan waktu beberapa minggu sebelum kebanyakan gejala diatasi.

[55]

Hasil rontgen biasanya bersih dalam waktu empat minggu dan mortalitas rendah (kurang dari

1%).[11][56] Di kalangan lansia atau orang yang memiliki masalah paru-paru lain penyembuhan
mungkin memakan waktu lebih dari 12 minggu. Di kalangan orang yang memerlukan perawatan
di rumah sakit, mortalitas mungkin hingga 10% dan di kalangan mereka yang memerlukan
perawatan intensif (ICU) mortalitas bisa mencapai 3050%.[11] Pneumonia adalah infeksi yang
diperoleh di rumah sakit paling umum yang menyebabkan kematian.[18] Sebelum adanya
antibiotik, mortalitas biasanya 30% di kalangan mereka yang dirawat di rumah sakit. [15]
Komplikasi bisa muncul terutama di kalangan lansia dan mereka yang memiliki masalah
kesehatan dasar.[56] Ini bisa termasuk, antara lain: empiema, abses paru-paru,bronkiolitis
obliteran, sindrom kesulitan pernafasan akut, sepsis, dan memburuknya masalah kesehatan
dasar.[56]

Aturan prediksi klinis[sunting | sunting sumber]


Aturan prediksi klinis sudah dikembangkan untuk meramalkan secara lebih obyektif hasil-hasil
dalam pneumonia.[18] Aturan ini sering digunakan untuk menentukan apakah penderita perlu
dirawat di rumah sakit atau tidak.[18]

Pneumonia severity index (or PSI Score)[18]

CURB-65 score, which takes into account the severity of symptoms, any underlying
diseases, and age[57]

Efusi pleura, empiema, dan abses[sunting | sunting sumber]

Anak panah A menunjukkan cairan yang melapisi di dalam dada kanan. Anak panah B menunjukkan
lebarnya paru-paru kanan. Volume paru-paru diturunkan karena pengumpulan cairan di sekitar paru-paru.

Pada pneumonia, pengumpulan cairan dapat terbentuk di dalam ruang yang mengelilingi paru.
[58]

Terkadang, mikroorganisme akan menginfeksi cairan ini dan menyebabkan empiema.[58] Untuk

membedakan empiema dari efusi parapneumonik yang lebih sederhana dan biasa, cairan dapat
diambil dengan (thorasentis) jarum, dan diperiksa.[58] Jika hasilnya menunjukkan bukti empiema,
cairan harus diambil seluruhnya, terkadang memerlukan drainage cathater.[58] Pada kasus
empiema parah, dekortikasi mungkin diperlukan.[58] Jika cairan yang terinfeksi tidak dikuras,
infeksi akan terus terjadi karena antibiotik tidak masuk dengan baik ke dalam rongga pleural.
Jika cairan tersebut steril, cairan perlu dikeluarkan seluruhnya hanya jika menimbulkan gejala
atau tetap tak terpecahkan.[58]
Bakteria di dalam paru-paru akan membentuk kantung cairan terinfeksi yang disebut
dengan abses paru-paru.[58] Abses paru-paru biasanya dapat dilihat dengan sinar-X namun
terkadang memerlukan pemindaian CT untuk memastikan diagnosisnya.[58] Abses biasanya
terjadi pada pneumonia aspirasi, dan seringkali mengandung beberapa jenis bakteri. Antibiotik
jangka panjang biasanya sudah cukup untuk mengobati abses paru-paru, namun terkadang
abses tersebut harus dikeluarkan seluruhnya dengan ahli bedah atau ahli radiologi.[58]

Kegagalan pernapasan dan sirkulatori[sunting | sunting sumber]


Pneumonia dapat menyebabkan kegagalan pernapasan dengan cara memicu sindrom gawat
napas akut (ARDS), yang diakibatkan oleh kombinasi respons infeksi dan peradangan. Paruparu dengan cepat terisi cairan dan menjadi keras. Paru-paru yang mengeras disertai kesulitan
parah untuk mengekstraksi oksigen karena terhambat cairan alveolar akan memerlukan waktu
lama untuk ventilasi mekanik untuk bertahan hidup.[22]
Sepsis adalah komplikasi yang dapat terjadi karena pneumonia namun biasanya hanya terjadi
pada orang yang kekebalannya rendah atau hiposplenisme. Organisme yang umumnya terlibat
adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae dan Klebsiella pneumoniae.
Penyebab lain dari gejalanya juga perlu diperhatikan sepertimyocardial
infarction atau embolisme pernapasan.[59]

Epidemiologi[sunting | sunting sumber]

Angka kematian dengan standar usia: infeksi saluran pernapasan bawahper 100.000 penduduk pada
2004.[60]
no data
<100
100700

35004200
42004900
49005600

7001400
14002100
21002800
28003500

56006300
63007000
>7000

Pneumonia adalah penyakit yang banyak terjadi yang menginfeksi kira-kira 450 juta orang per
tahun dan terjadi di seluruh penjuru dunia.[6] Penyakit ini merupakan penyebab utama kematian
pada semua kelompok yang menyebabkan jutaan kematian (7% dari kematian total dunia) setiap
tahun.[6][48] Angka ini paling besar terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari lima tahun,
dan dewasa yang berusia lebih dari 75 tahun.[6] Penyakit ini terjadi lima kali lebih sering
di negara-negara berkembang daripada di negara maju.[6] Pneumonia yang diakibatkan oleh
virus terhitung sekitar 200 juta kasus.[6] Di Amerika Serikat, sejak 2009, pneumonia menjadi
penyebab ke-8 kematian.[11]

Anak-anak[sunting | sunting sumber]


Pada 2008, pneumonia terjadi pada kira-kira 156 juta anak-anak (151 juta di negara-negara
berkembang dan 5 juta di negara-negara maju).[6] Ini menyebabkan 1,6 juta kematian, 2834%
dari angka kematian tersebut terjadi pada anak-anak di bawah lima tahun, dan 95% terjadi di
negara-negara berkembang.[6][10] Negara-negara dengan beban tinggi pneumonia termasuk: India
(43 juta), Cina (21 juta) dan Pakistan (10 juta).[61] Penyakit ini menjadi penyebab utama kematian
pada anak-anak di negara-negara berpendapatan rendah.[6][48]Banyak kasus kematian ini yang
terjadi pada periode bayi baru lahir. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa
satu di antara tiga kematian pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh pneumonia. [62] Kira-kira
setengah dari kematian ini dapat dicegah secara teoretis, karena disebabkan oleh bakteri karena
terdapat vaksin yang efektif.[63]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

poster WPA, 1936/1937

Pneumonia adalah penyakit yang banyak terjadi sepanjang sejarah manusia. [64] Gejalanya
digambarkan oleh Hippocrates (c. 460 BC 370 BC):[64]"Peripneumonia, dan afeksi pleuritis, halhal berikut perlu diamati: Jika demam menjadi akut, dan jika sakit dirasakan di salah satu sisi
tubuh, atau di kedua sisi, dan jika batuk timbul dan ludah yang berwarna kuning atau gelap, atau
sedikit, kering, dan kemerahan, atau berciri berbeda dari biasanya... Apabila pneumonia
mencapai puncaknya, keadaan ini sulit diobati dan jika penderita tidak diobati, dan memburuk
jika penderita pneumonia juga menderita dyspnoea, dan urin sedikit dan tajam, jika keringat
keluar dari daerah sekitar leher dan kepala, karena keringat tersebut adalah keringat yang tidak
sehat, karena diakibatkan oleh sesak napas, dan kerasnya penyakit yang menyerang tangan
bagian atas."[65] Namun, Hippocrates menyebut pneumonia sebagai penyakit "dinamai di zaman
kuno." Dia juga melaporkan hasil dari drainase bedah empiema. Maimonides (11351204 AD)
melihat: "Gejala umumnya yang terjadi pada pneumonia dan tidak pernah tidak terjadi adalah
sebagai berikut: demam akut, nyeri pleuritis seperti ditusuk, napas pendek dan terengahengah,denyut naik turun dan batuk."[66] Gambaran klinis ini mirip dengan yang ditemukan dalam
buku teks modern, dan mencerminkan luasnya pengetahuan medis dari Abad
Pertengahan hingga abad ke-19.
Edwin Klebs adalah orang pertama yang mengamati bakteri di saluran napas orang yang
meninggal karena pada 1875.[67] Karya pertama yang mengidentifikasi dua bakteri penyebab
pneumonia yang paling umum, Streptococcus pneumoniae dan Klebsiella
pneumoniaeditampilkan oleh Carl Friedlnder[68] dan Albert Frnkel[69] pada 1882 dan 1884,
secara berturut-turut. Karya pertama Friedlnder memperkenalkan Gram stain, tes laboratorium
dasar yang masih digunakan saat ini untuk mengidentifikasi dan mengelompokkan bakteri.
Tulisan Christian Gram yang menggambarkan prosedur tersebut pada 1884 membantu untuk
membedakan dua bakteri tersebut, dan menunjukkan bahwa pneumonia dapat diakibatkan oleh
lebih dari satu mikroorganisme.[70]
Sir William Osler, dikenal sebagai "bapak kedokteran modern," mengapresiasi kematian dan
kecacatan yang disebabkan oleh pneumonia, dengan menyebutnya "kapten pembunuh
manusia" pada 1918, karena telah melampaui tuberkulosis sebagai penyebab utama kematian
pada masa ini. Istilah ini berasal dari istilah yang diciptakan oleh John Bunyan berkaitan dengan
"penggerogotan" (tuberkulosis).[71][72] Osler juga menggambarkan pneumonia sebagai "teman
orang tua" karena kematian yang terjadi seringkali berlangsung cepat dan tanpa rasa sakit
sedangkan sebenarnya masih ada cara yang lebih lama dan sakit untuk mati. [15]
Beberapa perkembangan pada 1900an meningkatkan hasil pengobatan untuk pasien
pneumonia. Dengan kemajuan penicillin dan antibiotik lainnya, teknik pembedahan modern, dan
perawatan intensif pada abad ke-20, mortalitas akibat pneumonia, mendekati 30%, menurun di
negara-negara maju. Vaksinasi bayi untuk melawan Haemophilus influenzae tipe B mulai pada
1988 dan menyebabkan penurunan dramatis pada kasus tersebut setelahnya. [73] Vaksinasi
melawan Streptococcus pneumoniae pada orang dewasa mulai pada 1977, dan pada anak-anak
pada 2000, yang menghasilkan penurunan serupa.[74]

Anda mungkin juga menyukai

  • Pedoman KTR
    Pedoman KTR
    Dokumen52 halaman
    Pedoman KTR
    Zainoor 'Ain Jamil
    100% (1)
  • Infeksi
    Infeksi
    Dokumen5 halaman
    Infeksi
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Hipotermia
    Hipotermia
    Dokumen3 halaman
    Hipotermia
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Hipotermia
    Hipotermia
    Dokumen3 halaman
    Hipotermia
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Hipoglikemi
    Hipoglikemi
    Dokumen1 halaman
    Hipoglikemi
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Anemia
    Anemia
    Dokumen3 halaman
    Anemia
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Asma
    Asma
    Dokumen3 halaman
    Asma
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Hipoglikemi
    Hipoglikemi
    Dokumen1 halaman
    Hipoglikemi
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Rubela
    Rubela
    Dokumen2 halaman
    Rubela
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Campak
    Campak
    Dokumen3 halaman
    Campak
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Mastoiditis
    Mastoiditis
    Dokumen1 halaman
    Mastoiditis
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Meningitis
    Meningitis
    Dokumen5 halaman
    Meningitis
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Demam Reumatik
    Demam Reumatik
    Dokumen2 halaman
    Demam Reumatik
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Muntah
    Muntah
    Dokumen1 halaman
    Muntah
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Radang Paru
    Radang Paru
    Dokumen10 halaman
    Radang Paru
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Referat Asma Anak
    Referat Asma Anak
    Dokumen24 halaman
    Referat Asma Anak
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Dahak
    Dahak
    Dokumen1 halaman
    Dahak
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Batuk
    Batuk
    Dokumen3 halaman
    Batuk
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Asma
    Asma
    Dokumen10 halaman
    Asma
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Mual
    Mual
    Dokumen1 halaman
    Mual
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Edema Paru
    Edema Paru
    Dokumen1 halaman
    Edema Paru
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Pneumonia
    Pneumonia
    Dokumen12 halaman
    Pneumonia
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Tuberkulosis
    Tuberkulosis
    Dokumen4 halaman
    Tuberkulosis
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Bronkitis
    Bronkitis
    Dokumen3 halaman
    Bronkitis
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Undangan Pernikahan
    Undangan Pernikahan
    Dokumen2 halaman
    Undangan Pernikahan
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Shock
    Shock
    Dokumen1 halaman
    Shock
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • BAB II Anestesi Obgyn
    BAB II Anestesi Obgyn
    Dokumen48 halaman
    BAB II Anestesi Obgyn
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Oligomenorea
    Oligomenorea
    Dokumen1 halaman
    Oligomenorea
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat
  • Polivinil Klorida (: Iupac Polietilena Polipropilena
    Polivinil Klorida (: Iupac Polietilena Polipropilena
    Dokumen2 halaman
    Polivinil Klorida (: Iupac Polietilena Polipropilena
    Titi Afrianto
    Belum ada peringkat