Anda di halaman 1dari 13

BAB III

KERJA OBAT DALAM TUBUH


(FARMAKOKINETIKA DAN
FARMAKODINAMIKA)
Oleh: Ganthina Sugihartina

Kerja Obat dalam Tubuh

Fase Farmaseutik
Hancurnya bentuk sediaan obat dan atau
melarutnya bahan obat.
Ditentukan oleh sifat sifat fisika kimia obat.
(2) Fase Farmakokinetika
Kinetika: absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi obat
Penggunaan data ADME untuk meramalkan efek
perubahan dalam dosis, rejimen dosisn, rute
pemberian, dan keadaan fisiologis pada akumulasi
obat
(3) Fase Farmakodinamika
Interaksi obat-reseptor dan juga proses-proses
yang terlibat sehingga terjadi efek farmakologi

2.1. Farmaseutika

Meliputi hancurnya bentuk sediaan obat


dan melarutnya bahan obat (disolusi)
untuk sediaan obat padat
Tablet ----------- disintegrasi -----------disolusi
Efek obat tidak tergantung sematamata pada faktor-faktor farmakologi
melainkan juga pada bentuk sediaan
dan pada formulasi.
Faktor-faktor formulasi yang dapat
merubah efek obat dalam tubuh antara
lain:
bentuk fisik zat aktif
keadaan kimiawi
zat-zat tambahan
proses teknik yang digunakan untuk
membuat
sediaan.

2.2 Farmakokinetika

Meliputi proses yang berlangsung pada


pengambilan suatu bahan obat kedalam
organisme (absorpsi dan distribusi)
dan yang menyebabkan penurunan
konsentrasi obat dalam organisme
(metabolisme dan ekskresi)

Pandangan farmakokinetik: organisme


diartikan sebagai sistem terbuka atau
sistem aliran karena senantiasa
berlangsung pertukaran bahan-bahan
dan pertukaran energi dengan
sekitarnya untuk mencapai
kesetimbangan.

Organisme akan berusaha untuk


mengembalikan keadaan
kesetimbangan ini secepatnya apabila
terjadi perubahan

Absorpsi/Penyerapan
Perpindahan/masuknya obat dari
tempat pemberian ke pembuluh
darah dan jaringan target.
Untuk memasuki aliran
sistemik/pembuluh darah obat
harus dapat melintasi membran sel
(misal sel usus halus, pembuluh
darah, sel glia di otak, sel saraf)
Kecepatan absorpsi bergantung
pada:
1. sifat fisika-kimia obat
kehalusan partikel

2.

3. sediaan obat

4. dosis

5. rute pemberian
pemberian

6. tempat

7. waktu kontak
permukaan

8. luas

9. nilai pH darah
darah

10. aliran

Distribusi
Bioavailabilitas: Persentase (%)
obat terhadap dosis yang mencapai
sirkulasi sistemik dalam bentuk
aktif.
Faktor yang mempengaruhi
bioavailabilitas: faktor obat, faktor
penderita, dan interaksi dalam
lambung
Sebagian akan dimetabolisme oleh
enzim di dinding usus dan atau hati
pada lintas pertama melalui organ
tersebut

Metabolisme ini disebut eliminasi


lintas pertama (first pass effect)
atau eliminasi prasistemik .

Gambar jalur distribusi obat

Metabolisme/Biotransformasi
Merupakan proses perubahan
struktur kimia obat yang terjadi
dalam tubuh dan dikatalisis oleh
enzim
Tujuan biotransformasi yaitu
agar obat menjadi kurang/tidak
aktif dan lebih polar (lebih larut
dalam air) sehingga lebih
mudah di ekskresikan

Organ:

hepar,

paru-paru

ginjal,

dinding usus dan darah

metabolisme/Biotransformasi Terdiri
dari dua tahap :
1. reaksi fase I (non sintetis)
Obat asal dengan proses oksidasi,
reduksi dan hidrolisis diubah menjadi
metabolit yang dapat bersifat inaktif, atau
kurang aktif (beberapa menjadi lebih aktif)
2. reaksi fase II (sintetis)
Merupakan konjugasi metabolit hasil
fase I dengan substrat endogen.
hasil konjugasi ini bersifat lebih
polar dan lebih mudah terionisasi
sehingga lebih mudah diekskresikan
Farmakodinamika
Obat menyebabkan perubahan biokimiawi
dan fisiologi
Kerja : perubahan kondisi yang
mengakibatkan timbulnya efek/respon
Efek : perubahan fungsi struktur atau proses
sebagai akibat kerja obat

Obat dapat bekerja pada:


- Pada tempat aplikasi,mis: salep
- Selama transport dalam tubuh, mis: diuretik
osmotik seperti manitol
- Pada tempat (jaringan atau sel) tertentu, mis:
eter dan atropin
Mekanisme Kerja Obat

Yang diperantarai reseptor

Yang tidak diperantarai reseptor

Reseptor Komponen spesifik sel yang dapat


berinteraksidengan obat dan hasil interaksi
ini menimbulkan peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang menimbulkan efek atau
respon.
Obat yang dapat menghasilkan efek setelah
berinteraksi dengan reseptor dinamakan
agonis
Sedangkan yang tidak menimbulkan efek
disebut antagonis.
Reseptor obat umumnya merupakan reseptor
fisiologik yaitu reseptor untuk senyawa-

senyawa endogen seperti


hormon,neurotransmiter dan autokoid.
Kebanyakan reseptor merupakan komponen
fungsional membran plasma dan sebagian
kecil berlokasi di dalam sel
Reseptor berfungsi untuk menerima
rangsangan (stimulus) dengan mengikat
senyawa endogen ataupun obat
menyampaikan informasi yang diterimanya
itu kedalam sel dengan langsung
menimbulkan efek seluler melalui perubahan
permiabilitas membran (mis: reseptor
nikotinik)
Spesifitas dan Selektivitas

Suatu obat dikatakan spesifik bila


kerjanya terbatas satu jenis reseptor

Dikatakan selektif bila menghasilkan satu


efek pada dosis rendah dan efek lain baru
muncul pada dosis yang lebih besar

Obat yang spesifik belum tentu selektif, tetapi


obat yang tidak spesifik dengan sendirinya
selektif

Aktivitas intrinsik adalah kemampuan obat


untuk menimbulkan efek kerja, setelah
membentuk kompleks dengan reseptor
Afinitas adalah kemampuan obat untuk
berikatan dengan reseptor
Obat yang bekerja tidak spesifik
Tidak bereaksi dengan reseptor spesifik
Bekerja dengan dosis yang relatif besar
Efeknya mirip walaupun strukturnya berbeda
Obat yang bekerja spesifik
Efeknya bergantung pada struktur kimia dan
letak gugus fungsi
Berkhasiat dalam konsentrasi kecil
Perubahan kecil pada struktur kimianya dapat
mempengaruhi khasiat farmakologi
Agonis: Obat memiliki afinitas dan aktivitas
intrinsik
Antagonis: Senyawa yang mencegah atau
menurunkan efek

1. Antagonis kompetitif Memiliki afinitas


terhadap reseptor, tetapi tidak mampu
menimbulkan efek tidak menunjukkan
aktivitas intrinsik.
2. Antagonis tidak kompetitif
3.

Menyebabkan perubahan konformasi


makromolekul tempat reseptornya berubah.

4. Antagonis fungsional Efek yang


berlawanan bekerja pada sistem sel yang
5. Antagonis fisiologi Bekerja pada sistem
sel yang berbeda dan menimbulkan efek
yang berlawanan.
Antagonis kimia Bereaksi secara kimia
dengan zat berkhasiat dan menginaktifnya
EFEK SAMPING OBAT
1. Efek samping toksis
efek merugikan yang ditimbulkan oleh obat
akibat dosis berlebihan . Obat spektrum sempit
resiko tinggi terjadinya afek toksik
2. Reaksi alergi
Keadaan reaksi organisme yang berubah
terhadap senyawa alergen.

3. Reaksi hipersensitivitas segera


Kontak antigen berulang ulang dapat terjadi
reaksi antigen-antibodi yang berlebihan, yang
merusak organisme (dlm bbrp detik/menit)
4. Reaksi hipersensitivitas lambat
ditimbulkan oleh limfosit yang diubah secara
spesifik. Titik puncak terjadi setelah beberapa
hari atau beberapa minggu.
MATERI DISKUSI
1. Faktor faktor yang mempengaruhi:
a. absorpsi obat
b. distribusi obat
c. metabolisme obat
d. ekskresi obat
2. Farmakodinamika obat
a. reseptor spesifik
b. reseptor tidak spesifik

Anda mungkin juga menyukai