Anda di halaman 1dari 7

KONJUNGTIVITIS KATARAL AKUT

Oleh :
Herni Pakaya
Laboratorium Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

PENDAHULUAN
Konjungtiva merupakan suatu membran mukosa yang strukturnya sama dengan
membran mukosa mulut dan hidung, tetapi lebih lembut dan bening. 1 Karena letaknya yang
selalu berhubungan dengan dunia luar maka konjungtiva lebih sering terpapar terhadap
berbagai mikroorganisme dan substansi lain yang merusak, sehingga konjungtiva lebih mudah
mengalami peradangan. Peradangan yang mengenai jaringan konjungtiva disebut konjungtivitis,
yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, fungus dan alergi.1,2,3,4
Diperkirakan 10 % dari seluruh golongan umur penduduk Indonesia pernah menderita
konjungtivitis dan merupakan penyebab sakit mata utama dari penderita yang berkunjung di
poliklinik-poliklinik mata rumah sakit di Indonesia.5 Ada bermacam-macam konjungtivitis.
Menurut gambaran kliniknya dapat dibedakan atas konjungtivitis : kataral, purulen, flikten,
membran/pseudomembran, vernal, folikularis non trakoma/trakoma.2
Konjungtivitis kataral ada yang bersifat akut, subakut dan kronik.2 Konjungtivitis
kataral akut merupakan penyakit dengan gejala utama berupa banyaknya sekret berlendir pada
mukosa konjungtiva.6 Penyakit ini bersifat menular dan penularannya terjadi akibat kontak
langsung dengan sekret konjungtiva.5,7 Dapat mengenai satu atau kedua mata.2
Pengobatan konjungtivitis umumnya adalah pengobatan kausal dan tidak dibebat. 3
Konjungtivitis kataral akut kadang-kadang dapat sembuh sendiri oleh resistensi tubuh setelah
1-2 minggu.2 Penyulit yang dapat timbul adalah keratitis pungtata dan ulkus kornea. 6,7
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus konjungtivitis kataral akut pada seorang
penderita yang datang berobat ke Poliklinik Ilmu Penyakit Mata RSUP Malalayang pada
tanggal 22 januari 2002.

LAPORAN KASUS
Penderita wanita, umur 17 tahun, suku Minahasa, agama Kristen Protestan, mahasiswa,
alamat Paniki, datang ke Poliklinik Ilmu Penyakit Mata RSUP Malalayang tanggal 22 januari
2002 dengan keluhan utama mata merah.
Pada anamnesa didapatkan mata merah dialami penderita sejak 4 hari sebelum berobat
ke RS. Mata terasa panas dan pedih, terasa seperti ada pasir pada mata sehingga penderita
sering mengucek matanya. Mata merah ini disertai dengan keluarnya kotoran mata yang
banyak, terutama pada pagi hari sehingga kelopak mata sukar dibuka. Kelopak marta penderita
juga bengkak dan keluar banyak air mata. Keluahn ini mula-mula dirasakan pada mata kiri
penderita. Dua hari kemudian mata kanan juga mulai merah dan terasa panas, yang diikuti
gejala yang yang sama dengan mata kiri. Keluhan penurunan ketajaman penglihatan tidak
dialami. Penderita hanya merasa silau/sakit mata jika kena cahaya matahari. Teman penderita
juga ada yang sakit seperti ini.
Pada pemeriksaan fisik penderita ditemukan sebagai berikut : keadaan umum cukup,
kesadaran kompos mentis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80x/m, respirasi 20x/m, suhu
badan 36,5oC. Kepala : tidak terdapat pembesaran kelenjar aurikuler, tonsil T 1/T1, tidak

hiperemis. Toraks simetris, jantung dan paru dalam batas normal. Abdomen datar, lemas, hepar
dan lien tidak teraba. Ekstremitas dalam batas normal.
Pada pemeriksaan status oftalmikus ditemukan sebagai berikut : pada inspeksi mata kiri
dan kanan ditemukan edema palpebra, hiperemi konjungtiva palpebra, injeksi konjungtival, dan
sekret mukopurulen. Pada palpasi palpebra sedikit tegang dan terdapat febris lokal. Pada
pemeriksaan visus didapatkan VOD 6/5 dan VOS 6/5.

Resume Masuk
Penderita wanita, umur 17 tahun, datang ke Poliklinik Ilmu Penyakit Mata RSUP Malalayang
tanggal 22 januari 2002 dengan keluhan utama mata merah.
Anamnesa : Mata merah dialami penderita sejak 4 hari sebelum berobat ke RS, terasa ada
benda asing di mata, sekret + yang banyak terutama pada pagi hari,
blefarospasme +, bengkak +, lakrimasi +, fotofobia +, kemunduran visus -.
Keluhan mula-mula pada mata kiri kemudian diikuti mata kanan. Riwayat
kontak +.
Pemeriksaan Fisik : Status generalis dalam batas normal.
Status oftalmikus :
OD/S : edema palpebra +, konjungtiva palpebra hiperemis +, injeksi
konjungtival +, sekret mukopurulen +, palpebra tegang, febris
lokal.
VOD : 6/5
VOS : 6/5
Diagnosa : Konjungtivitis kataral akut
Terapi : - Cendophenicol 1% ED 3 x 1 tetes OD/S
- Amoxycillin 3 x 500 mg
- Asam mefenamat 2 x 500 mg
Prognosa : Dubia ad bonam

DISKUSI
Diagnosa konjungtivitis kataral akut ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan
fisik dan ditunjang pemeriksaan laboratorium.1 Pada kasus ini, penderita didiagnosa sebagai
konjungtivitis kataral akut hanya berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Pada anamnesa biasanya akan didapatkan keluhan-keluhan sebagai berikut :2,6,7
mata merah.
perasaan seperti ada pasir atau benda asing di mata.
fotofobia (takut melihat sinar).
kemunduran visus atau melihat halo (warna pelangi di sekitar mata) oleh karena sekret yang
terdapat pada kornea.
lakrimasi (keluar air mata terus menerus).
blefarospasme (mata sukar dibuka).
Penderita dalam kasus ini mengeluhkan hampir semua hal-hal di atas kecuali
kemunduran visus. Hal ini kemudian dibuktikan dengan pemeriksaan visus yang hasilnya lebih
dari normal. Pada anamnesa didapatkan bahwa teman penderita juga menderita sakit seperti ini,
yang menandakan adanya riwayat kontak. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyebutkan bahwa penyakit ini bersifat menular dan penularan terjadi akibat kontak langsung
dengan sekret konjungtiva.2,6,7

Pada pemeriksaan fisik biasanya terdapat hal-hal sebagai berikut :1,2,6,7


edema palpebra.
sekret mukopurulen yang terdapat lebih banyak pada waktu pagi karena panas tubuh. Sering
ditemukan pada forniks atau margo palpebra.
hiperemi konjungtiva palpebra.
pelebaran pembuluh-pembuluh darah konjungtiva (injeksi konjungtiva).
kemosis.
pseudomembran pada tarsus sering ditemukan pada infeksi pneumokok.
kadang-kadang disertai perdarahan subkonjungtival kecil-kecil baik di konjungtiva palpebra
maupun bulbi, yang biasanya disebabkan pneumokokus atau Haemofillus aegypti atau
virus.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada penderita hanya didapatkan edema
palpebra, hiperemi konjungtiva, injeksi konjungtiva dengan sekret mukopurulen yang banyak
sehingga kelopak matanya sukar dibuka terutama sewaktu bangun pagi.
Konjungtivitis kataral dapat disebabkan oleh bakteri dan kadang-kadang terdapat pada
penyakit-penyakit eksantema seperti campak (morbili).2,6,7 Kuman-kuman yang dianggap
penyebab paling sering adalah stafilokokus, pneumokokus dan Haemofillus aegypti (basilbasil Koch Week).6,7 Jika warna mata merah cerah dan terdapat eksudat purulen, hal ini
menunjukkan adanya konjungtivitis bakteri,1,7 sedangkan apabila terlihat seperti susu
kemungkinan karena konjungtivitis alergi.1 Pada penderita ini ditemukan warna merah cerah
dan eksudat mukopurulen sehingga kemungkinan disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang
mungkin adalah stafilokokus. Karena teori menyebutkan, bahwa pneumokokus dan H. aegypti
menyebabkan terjadinya perdarahan subkonjungtival pada konjungtivitis kataral akut. 1,2,6,7
Sedangkan pada kasus ini tidak didapatkan perdarahan subkonjungtival.
Untuk mengetahui penyebabnya secara pasti, sebaiknya dilakukan pemeriksaan
laboratorium. Di samping itu juga agar kita dapat memberikan pengobatan yang tepat dan
terarah. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan di antaranya adalah pemeriksaan
mikroskopis dari sekret ataupun kerokan konjungtiva.2,6 Bila pada pemeriksaan mikroskop tak
terdapat kumannya, belum tentu berarti tidak ada kumannya. Dalam hal ini perlu dilakukan
pembiakan dan tes resistensi untuk mengetahui obat yang tepat. Kemudian dapat pula
dilakukan pemeriksaan darah ataupun pemeriksaan lain untuk mencari sumber infeksi.2 Pada
kasus ini pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan karena dari anamnesa dan pemeriksaan
fisik sudah dapat ditegakkan diagnosa.
Pengobatan pada kasus-kasus konjungtivitis kataral akut tergantung pada penyebabnya.
Jika penyebabnya infeksi bakteri diberikan antibiotika.2,6 Antibiotika yang diberikan sebaiknya
secara lokal dan sistemik.2 Lokal dapat diberikan sebagai tetes atau salep seperti kloramfenikol,
neomisin, teramisin, kemisetin, garamisin dan sebagainya.1,3 Jika penyebabnya virus dianjurkan
pemakaian sulfosetamid atau obat anti virus.1 Pada kasus ini diberikan pengobatan antibiotika
lokal dan sistemik serta analgetik karena penderita mengeluh matanya sakit. Sekret mata harus
dibersihkan agar pemberian obat efektif.3 Mata jangan dibebat,2,6,7 karena bila dibebat, maka
kuman penyebab akan berkembang biak lebih cepat karena suhu mata yang biasanya lebih
dingin sudah sama dengan suhu badan.6
Penyulit yang dapat timbul diantaranya keratitis pungtata superfisial yang sering
terdapat pada infeksi stafilokok, dan ulkus kornea dengan atau tanpa hipopion yang bisa
terdapat pada infeksi pneumokok. 2,6 Pada kasus ini belum ditemukan penyulit karena penderita
segera datang berobat. Walaupun konjungtivitis kataral akut kadang-kadang dapat sembuh
sendiri oleh resistensi tubuh setelah 1-2 minggu, 1 namun bila tidak diatasi dan dibiarkan terus
akan menimbulkan komplikasi sehingga ketajaman penglihatan bisa turun sampai buta. 6
Prognosa pada penderita ini adalah dubia ad bonam karena perlangsungan penyakit
yang belum begitu lama (4 hari) dan penderita segera datang berobat.

Penderita ini dianjurkan untuk tidur menutup mata yang sakit dengan kasa/gaas, selalu
menjaga kebersihan mata, tidak menggunakan handuk bersama orang lain, dan kontrol kembali
setelah obat habis.

PENUTUP
Telah dilaporkan suatu kasus konjungtivitis kataral akut dari seorang penderita yang
datang berobat di Poliklinik Ilmu Penyakit Mata RSUP Malalayang pada tanggal 22 januari
2002.
Konjungtivitis kataral akut yang merupakan salah satu penyakit infeksi mata perlu
mendapat pengobatan sedini mungkin agar tidak menimbulkan komplikasi yang dapat berakibat
buruk bagi penglihatan seseorang.

KEPUSTAKAAN
1. Sjamsoe S. Konjungtiva. Dalam : Vaughan D, Asbury T. Oftalmologi Umum, jilid I. Jakarta
: Wydia Medika, 1990 : 90-118.
2. Wijana N. Konjungtivitis. Dalam : Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Abadi Tegal, 1993 : 46-69.
3. Hollwich F. Konjungtivitis. Dalam : Buku Panduan Oftalmologi, edisi kedua. Jakarta :
Binarupa Aksara, 1993 : 62-4.
4. Liesegang TJ. Conjungtiva. Dalam : Wrigh KW. Textbook of Ophtalmology, 1st ed.
Baltimore : Williams, Wilkins; 1997 : 665-81.
5. Mandang JHA. Konjungtivitis Akut. Dalam : Penyebab Utama Kebutaan di Indonesia.
Manado : FK UNSRAT, 1981 : 104-06.
6. Ilyas S. Penuntun Ilmu penyakit Mata, cetakan kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI,
1998 : 43-8.
7. Ilyas S, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, cetakan kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2000 :
33.

LAPORAN KASUS

KONJUNGTIVITIS KATARAL AKUT

Oleh :
Herni Pakaya
9501089

Dosen Pembimbing :
Dr. Ny. S. Manoppo Saerang, SpM.

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2002

Anda mungkin juga menyukai