Anda di halaman 1dari 8

KESEHATAN REPRODUKSI

A. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi


a. Pengertian kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal
yang berkaitan dengan system reproduksi serta fungsi dan prosesnya.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang
utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses
reproduksi (cholil,1996).
b. Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam lingkup kehidupan
1) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2) Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi termasuk PMSHIV/AIDS.
3) Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
4) Kesehatan reproduksi remaja
5) Pencegahan dan penanganan infertile
6) Kanker pada usia lanjut
7) Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker servik, mutilasi
genital, fistula, dll.
c. Hak-hak reproduksi
Konferensi internasional kependudukan dan pembangunan, disepakati hal-hal
reproduksi yang bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh,
baik kesehatan rohani dan jasmani, meliputi :
1) Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
2) Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
3) Hak kebebasan berfikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi
4) Hak dilindungi dan kematian karena kehamilan
5) Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kehamilan
6) Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan kehidupan
reproduksinya
7) Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan
dari pelecehan, perkosaan, kekerasan, penyiksaan seksual
8) Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu penetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi
9) Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksinya
10) Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
11) Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam berkeluarga dan
kehidupan kesehatan reproduksi
12) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi
B. Konsep Gender dalam Kesehatan Reproduksi Wanita
Gender merupakan Peran sosial dimana peran laki-laki dan perempuan ditentukan
perbedaan fungsi, perandan tanggung jawab laki-laki dan perempuan sebagai hasil
konstruksi sosial yang dapat berubah atau diubah sesuai perubahan zaman peran dan
kedudukan sesorang yang dikonstrusikan oleh masyarakat. dan budayanya karena
sesorang lahir sebagai laki-laki atau perempuan. (WHO 1998)
Gender adalah suatu konsep budaya yang berupaya untuk membuat perbedaan
antara laki-laki dan perempuan dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik
emosional.

Gender adalah peran dan kedudukan seseorang yang dikonstruksikan oleh budaya
karena seseorang lahir sebagai perempuan atau lahir sebagai laki-laki.
Contoh :Sudah menjadi pemahaman bahwa laki-laki itu akan menjadi kepala keluarga,
pencari nafkah, menjadi orang yang menentukan bagi perempuan. Seseorang yang lahir
sebagai perempuan, akan menjadi ibu rumah tangga, sebagai istri, sebagai orang yang
dilindungi,
orang
yang
lemah,
irasional,
dan
emosional.
Dikenal ada tiga jenis peran gender sebagai berikut. :
1.
Peran produktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang, menyangkut pekerjaan
yang menghasilkan barang dan jasa, baik untuk dikonsumsi maupun untuk
diperdagangkan. Peran ini sering pula disebut dengan peran di sector publik.
2.
Peran reproduktif adalah peran yang dijalankan oleh seseorang untuk kegiatann yang
berkaitan dengan pemeliharaan sumber daya manusia dan pekerjaan urusan rumah
tangga, seperti mengasuh anak, memasak, mencuci pakaian dan alat-alat rumah
tangga, menyetrika, membersihkan rumah, dan lain-lain. Peran reproduktif ini disebut
juga peran di sektor domestik.
3.
Peran sosial adalah peran yang dilaksanakan oleh seseorang untuk berpartisipasi di
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti gotong-royong dalam menyelesaikan
beragam pekerjaan yang menyangkut kepentingan bersama.
Perbedaan peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan
secara sosial. Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang
diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat,bukan karena
biolologis.
C. Isu-isu Kesehatan Perempuan
Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan perempuan dan lakilaki dalam berbagai bidang kehidupan. Pada umumnya kesenjangan ini dapat dilihat dari
faktor akses, partisipasi, manfaat dan pengambilan keputusan (kontrol). Dalam
pelaksanaan program keluarga berencana selama ini, isu gender yang sangat menyolok
adalah 1) akses laki-laki terhadap informasi dan pelayanan KB masih sangat terbatas
(a.l.baru 39% pria mengetahui metode vasektomi dan lebih dari 88% mngetahui metode
KB bagi perempuan, serta anggapan KB urusan perempuan); 2) peserta KB laki-laki baru
mencapai 1,3% dari total 58,3% peserta KB; 3) masih sangat sedikit laki-laki yang
mengetahui manfaat KB bagi diri dan keluarganya; 4) masih dominannya suami dalam
pengambilan keputusan KB dan kesehatan reproduksi.
Klien adalah seseorang yang membutuhkan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi,
baik informasi maupun pelayanan konseling dan pelayanan medis. Klien, baik laki-laki
maupun perempuan, seyogyanya mencari informasi tentang KB dan kesehatan reproduksi
kepada petugas di tempat pelayanan yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Dengan
pemahaman tentang KB dan kesehatan reproduksi ini laki-laki dan perempuan dapat
secara seimbang berpartisipasi serta memperoleh manfaat yang sama dari informasi dan
pelayanan KB- kesehatan reproduksi. Dengan bekal informasi ini pula suami dan isteri
dapat saling mendiskusikan permasalahan KB dan kesehatan reproduksi, tanpa ada salah
satu pihak yang dominan dalam pembahasan maupun pengambilan keputusan.
Pemberi pelayanan, yang sering disebut dengan provider, seyogyanya peka terhadap
isu gender dalam upaya memenuhi secara seimbang kebutuhan akan KB dan kesehatan
reproduksi klien laki-laki dan perempuan. Provider yang dimaksudkan disini adalah
petugas medis seperti dokter dan bidan, juga petugas lapangan KB. Efektivitas
pelaksanaan program kesehatan reproduksi dan keluarga berencana sedikit banyak
tergantung kepada pemahaman peran gender dari pemberi pelayanan kesehatan
reproduksi dan KB. Pemberi pelayanan hendaknya tidak diskriminatif terhadap klien lakilaki dan perempuan yang memerlukan pelayanannya. Demikian pula halnya dengan

sarana-peralatan yang ada diupayakan dapat memenuhi kebutuhan klien laki-laki dan
perempuan.
D. Masalah-Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi
1. Masalah reproduksi
a. Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian perempuan yang
berkaitan denga kehamilan. Termasuk didalamnya juga maslah gizi dan anemia
dikalangan perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan, masalah
kemandulan dan ketidaksuburan; Peranan atau kendali sosial budaya terhadap
masalah reproduksi. Maksudnya bagaimana pandan gan masyarakat terhadap
kesuburan dan kemandulan, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap
perempuan hamil;
b. intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya
program KB, undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain
sebagainya.
c. Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta
terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-anak;
d. Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima tahun;
e. Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan lingkungan
terhadap kesehatan reproduksi.
2. Masalah gender dan seksualitas
a. Pengaturan negara terhadap masalah seksualitas. Maksudnya adalah peraturan dan
kebijakan negara mengenai pornografi, pelacuran dan pendidikan seksualitas;
b. Pengendalian sosio -budaya terhadap masalah seksualitas, bagaimana normanorma.
c. Sosial yang berlaku tentang perilaku seks, homoseks, poligami, dan perceraian;
d. Seksualitas dikalangan remaja;
e. Status dan peran perempuan;
f. Perlindungan terhadap perempuan pekerja.
3. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan
a. Kencenderungan penggunaan kekerasan secara sengaja kepada perempuan,
perkosaan, serta dampaknya terhadap korban;
b. Norma sosial mengenai kekerasan dalam rumah tangga, serta mengenai berbagai
tindak kekerasan terhadap perempuan;
c. Sikap masyarakat mengenai kekerasan perkosaan terhadap pelacur;
d. Berbagai langkah untuk mengatasi masalah- masalah tersebut.
4. Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual
a. Masalah penyakit menular seksual yang lama, seperti sifilis, dan gonorhea;
b. Masalah penyakit menular seksual yang relatif baru seperti chlamydia, dan herpes;
c. Masalah
HIV/AIDS
(Human
Immunodeficiency
Virus/Acguired
immunodeficiency Syndrome);
d. Dampak sosial dan ekonomi dari penyakit menular seksual;
e. Kebijakan dan progarm pemerintah dalam mengatasi maslah tersebut (termasuk
penyediaan pelayanan kesehatan bagi pelacur/pekerja seks komersial);
f. Sikap masyarakat terhadap penyakit menular seksual.
5. Masalah pelacuran
a. Demografi pekerja seksual komersial atau pelacuran;
b. Faktor-faktor yang mendorong pelacuran dan sikap masyarakat terhadapnya;
c. Dampaknya terhadap kesehatan reproduksi, baik bagi pelacur itu sendiri maupun
bagi konsumennya dan keluarganya.

E. Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi


Mendeteksi dini gangguan kesehatan reproduksi dapat dilalukan dengan berbagai
cara, misalnya dengan tes pap smear ataupun IVA. Dengan demikian kita dapat
mengetahui gangguan kesehatan reproduksi seorang wanita.
Mendeteksi dini gangguan kesehatan reproduksi sangat di anjurkan karena, dengan
demikian kita dapat mengetahui masalah reproduksi dan menanggulangi secara tepat dan
cepat masalah yang terjadi.
F. Asuhan Kebidanan pada Perempuan yang berkaitan dengan sistem reproduksi
dalam gender
SUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
PADA Nn. T UMUR 18 TAHUN DENGAN LEUKHOREA PATOLOGI
DI BPM SRI HARYANTI SUKOHARJO
Tanggal/ jam : 15 Mei 2013/17.20 WIB
Tempat
: BPM Sri Haryati Sukoharjo
Bidan
: Sri Haryanti
A.

PENGKAJIAN
Tanggal/ jam
: 15 Mei 2013/17.20 WIB
1.
Data Subyektif
a.
Identitas Pasien
Nama
: Nn.T
Umur
: 18 tahun
Suku/ bangsa
: Jawa/ Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Gempol RT 4 RW 5 Sukoharjo
b.
Alasan Masuk
Nn. T mengatakan mengalami keputihan gatal serta berbau dan kulit vagina
kemerahan selama 1 minggu.
Kunjungan saat ini
Kunjungan pertama
:
Kunjungan ulang
c.
Riwayat Menstruasi
1) Menarche
: + 13 tahun
2) Siklus Haid : 28 hari
3) Lamanya
: 5 hari
4) Sifat Darah
: Encer
5) Keluhan
: tidak ada
6) Keputihan
: ada, gatal dan berbau
d.
Riwayat Perkawinan
Nn. T mengatakan belum menikah.
e.
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Nn.T mengatakan belum pernah melahirkan.
f.
Riwayat KB
Nn.T mengatakan belum pernah ber KB.
g.
Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan Utama :
Nn.T mengatakan mengalami keputihan, gatal serta berbau seperti putih susu dan kulit vagina
kemerahan selama 1 minggu.
Riwayat penyakit yang diderita :
Nn. T mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular, menurun dan menahun seperti
dada berdebar debar (jantung),sering makan,minum, dan kencing (DM), sesak nafas
(Asma),tekanan darah >140/90 mmHg (Hipertensi). Sakit Kuning (Hepatitis), Kejang sampai
keluar busa (Epilepsi) dan keputihan Gatal Gatal (PMS).
Pengobatan yang pernah didapat
Nn. T mengatakan tidak pernah mendapatkan pengobatan secara medis .
Alergi terhadap obat
:
Nn. T mengatakan tidak alergi terhadap obat apapun.

Riwayat kesehatan yang lalu


Nn. T mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular, menurun dan menahun seperti
dada berdebar debar (jantung),sering makan,minum, dan kencing (DM), sesak nafas
(Asma),tekanan darah >140/90 mmHg (Hipertensi). Sakit Kuning (Hepatitis), Kejang sampai
keluar busa (Epilepsi) dan keputihan Gatal Gatal (PMS).
Operasi yang pernah dialami
: Nn. T tidak pernah mengalami operasi apapun.

Riwayat penyakit dalam keluarga


Nn. T mengatakan dalam keluarganya tidak mempunyai riwayat penyakit menular, menurun
dan menahun seperti dada berdebar debar (jantung),sering makan,minum, dan kencing
(DM), sesak nafas (Asma),tekanan darah >140/90 mmHg (Hipertensi). Sakit Kuning
(Hepatitis), Kejang sampai keluar busa (Epilepsi) dan keputihan Gatal Gatal (PMS).
Keturunan Kembar
: Nn. T mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada
keturunan kembar.
g. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari Hari
Kebutuhan
# Pola Makan
Frekuensi
Porsi
Jenis makanan
Makanan pantang
Keluhan
Merokok
Minuman keras
Minum jamu
# Istirahat
Lama Tidur
Keluhan
# Personal Hygiene
Mandi
Keramas
Sikat Gigi
Ganti Pakaian
Keluhan
# Kehidupan seksual
# Eliminasi

Sebelum Sakit

Saat Sakit

3x sehari
1 piring
Nasi, lauk,sayur
Tidak ada
Tidak ada
Tidak
Tidak
Tidak

3x sehari
1 piring
Nasi, lauk,sayur
Tidak ada
Tidak ada
Tidak
Tidak
Tidak

7-8 jam/hari
Tidak ada

5-6 jam/hari
Tidak ada

2xsehari
3x seminggu
2x sehari
2x sehari
Tidak ada
Tidak melakukan

2xsehari
3x seminggu
2x sehari
2x sehari
Tidak ada
Tidak melakukan

Frekuensi BAK
Warna
Bau
Keluhan
Frekuensi BAB
Warna
Bau
Konsistensi
Keluhan
# Kebiasaan

4-5x sehari
Kuning jernih
Khas
Tidak ada
1x sehari
Kuning kecoklatan
Khas
Lembek
Tidak ada
Menggunakan
pembersih

4-5x sehari
Kuning jernih
Khas
Tidak ada
1x sehari
Kuning kecoklatan
Khas
Lembek
Tidak ada
cairan Tidak menggunakan cairan
pembersih

i.
Data Psikologis

Perasaan Klien :
Nn. T mengatakan bahwa dia ingin keputihannya segera berhenti.

Pengetahuan klien tentang gangguan yang di derita saat ini :


Nn. T mengatakan keputihan itu ada dua, diantaranya keputihan yang normal dan yang tidak
normal. Sedangkan dirinya sedang mengalami gangguan keputihan yang tidak normal seperti
keputihan yang gatal, berbau, dan berwarna putih susu.

Pengetahuan klien tentang Kesehatan Reproduksi:


Nn. T mengatakan kebersihan alat kelaminnya perlu dijaga.

Dukungan suami/keluarga
:
Nn. T mengatakan keluarganya sangat mendukung atas kesembuhannya.
2.
Data Obyektif
a.
Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Composmentis

Vital Sign
: TD
: 120/70 mmHg
N
: 80 x/ menit
S
: 36,50C
R
: 22x/ menit
BB : 42 kg
TB
: 158 cm

Inspeksi
Rambut : warna hitam, bersih, pertumbuhan baik, kulit kepala : tidak ada lesi
Wajah : tidak ada oedem, simetris
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada sekret
Hidung : bersih, tidak ada polip, simetris
Mulut : bersih, gigi tidak ada caries, tidak ada karang gigi
Telinga : bersih,tidak ada serumen
Leher : pembuluh lymfe : tidak ada pembengkakan, kelenjar tyroid : tidak ada
pembesaran, simetris.
Dada : normal, tidak ada kelainan
Payudara : bentuk simetris, tidak ada massa, puting susu menonjol
Abdomen : bentuk simetris, tidak ada luka bekas operasi
Genetalia : tidak ada oedema, tidak ada varices, ada pengeluaran pervaginam berupa
cairan putih, kental, berbau, kulit vagina agak kemerahan
Ekstremitas : tidak ada oedem, reflek patella +/+

Palpasi
Buah dada : simetris, putting susu menonjol, belum ada pengeluaran, tidak
hiperpigmentasi, tidak ada massa, tidak nyeri.
Perut : tidak ada massa/pembesaran, simetris, tidak ada kelainan.

Genetalia : inspeksi mengeluarkan cairan putih, banyak, kental, berbau dari


kemaluannya


Pemeriksaan dalam : belum dilakukan

Inspekulo : vagina kemerahan, flour albus mengeluarkan keputihan banyak, kental


dan berbau, infeksi pada anus Q diambil gambar vagina/papsmear hasil Q.

Pemeriksaan penunjang
Laborat : USG : Rontgent : Lain lain : B. INTERPRETASI DATA
Tanggal/ jam
: 15 Mei 2013/17.25 WIB
1.
Diagnosa Kebidanan
Nn. T umur 18 tahun dengan leukhorea patologi
Dasar :
S
: Nn. T mengatakan mengeluarkan cairan putih, banyak, kental dan berbau dari
kemaluannya sejak 1 minggu ini
O
: KU : baik
Kesadaran : composmentis
VS : T : 120/70 mmHg
S : 36,50C
N : 80x/
menit
R : 22 x/ menit
Perut tidak ada pembesaran
PPV
: cairan putih, kental, berbau
Kulit
: kemaluan kemerahan, tanda chadwick tidak ada.
2.
Masalah
Dasar
: S : Nn. T mengatakan cemas dengan keadaannya.
O
: wajah pasien tampak gelisah.

C. DIAGNOSA POTENSIAL dan ANTISIPASI


Potensial : terjadi infeksi atau kelainan ginekologik pada organ genetalia internal pada Nn.
T.
Antisipasi : Lakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mendeteksi adanya infeksi
D. TINDAKAN SEGERA
Rujuk ke dokter SPoG untuk pemberian terapi :
E. PERENCANAAN
Tanggal/ jam
: 15 Mei 2013/17.30 WIB
1.
Jelaskan pada pasien tentang terjadi leukorea.
2.
Anjurkan pasien untuk menjaga vulva hygiene yang benar pada daerah genetalia.
3.
Anjurkan Ibu untuk menggunakan celana dalam yang menyerap keringat dan ganti
celana dalam setiap 2 x/hari atau sesuai kebutuhan
4.
Anjurkan Ibu tidak menggunakan cairan pembersih vagina.
5.
Anjurkan Ibu minum obat secara teratur.
6.
Anjurkan pasien untuk makan-makanan bergizi seperti sayur dan air putih
7.
Anjurkan ibu untuk menghindari stress
8.
Anjurkan ibu untuk olahraga ringan
9.
Anjurkan ibu untuk mengambil hasil pemeriksaan Nn.T 3 hari lagi
10. Anjurkan pasien untuk kontrol kembali setelah obat habis sebelum tidur malam.
11. Berikan Terapi.

F. IMPLEMENTASI
Tanggal/ jam
: 15 Mei 2013/17.35 WIB
1.
Menjelaskan pada pasien tentang terjadi leukorea .
2.
Mengajari pasien untuk menjaga vulva hygiene yang benar pada daerah genetalis.
3.
Menganjurkan Pasien untuk menggunakan celana dalam yang menyerap keringat dan
ganti celana dalam setiap 2 x/hari
4.
Menganjurkan tidak menggunakan pembersih vagina agar tidak terjadi
ketidakseimbangan keasamanan didalam vagina
5.
Menganjurkan pasien untuk makan-makanan bergizi seperti sayur dan air putih
6.
Menganjurkan ibu untuk hindari stress
7.
Menganjurkan ibu untuk olahraga ringan
8.
Menganjurkan pada pasien untu minum obat secara teratur.
9.
Melanjutkan terapi dokter
:
1.
Metronidazol 500 mg
3x sehari
2.
Alleron 4 mg
1x sehari
10. Menganjurkan pasien untuk kontrol kembali setelah obat habis sebelum tidur malam.
G. EVALUASI
Tanggal/ jam : 15 Mei 2013/17.45 WIB
1.
Pasien sudah mengerti dan paham tentang leukorea.
2.
Pasien bersedia untuk menjaga personal hygiene.
3.
Pasien bersedia menggunakan celana dalam yang menyerap keringat.
4.
Pasien bersedia tidak menggunakan cairan pembersih vagina.
5.
Pasien bersedia minum obat secara teratur.
6.
Pasien bersedia untuk makan-makanan bergizi seperti sayur dan air putih
7.
Pasien bersedia untuk menghindari stress
8.
Pasien bersedia untuk olahraga ringan
9.
Pasien bersedia untuk kontrol kembali setelah obat habis.
10. Pasien telah diberikan terapi :
a.
Metronidazol 500 mg
3x sehari
b.
Alleron 4 mg
1x sehari

G. Upaya Promitif dan Preventif Menurt Leavel dan Clark


Leavell dan clark dalam bukunya Preventive Medicine for the doctor in his
community membagi usaha pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat
dilakukan pada masa sebelum sakit dan pada masa sakit. Usaha-usaha pencegahan itu
adalah :

Anda mungkin juga menyukai