Anda di halaman 1dari 35

1

BAB I
PENDAHULUAN

Pondasi merupakan elemen bangunan bawah (substructure) yang menjadi


perantara

dan

berfungsi

untuk

mentransfer

beban

dari

bangunan

atas

(upperstructure) ke tanah dasar yang akan mendukung beban dari sebuah bangunan.
Kerusakan konstruksi yang di akibatkan perencanaan pondasi yang tidak memadai
umumnya karena di akibatkan oleh penurunan (settlement) yang berlebihan serta
terjadinya retakan jika lapisan tanah mengalami pembebanan. Konstruksi yang
didirikan pada tanah tersebut biasanya akan mengalami penurunan dan retakan yang
berbeda, disebabkan karena massa tanah dan beban yang menerima berbeda-beda.
Oleh karena itu, elemen-elemen pondasi harus direncanakan dengan baik,
pada tingkat kapasitas daya dukung yang aman dan batas penurunan sampai batas
penurunan yang dapat diterima. Walaupun demikian akibat perancangan yang buruk,
baik karena kecerobohan ataupun kurangnya kemampuan merekayasa, dapat juga
menimbulkan masalah pada konstruksi tersebut.
Dalam perencanaan ini, konstruksi yang menjadi tinjauan adalah Jembatan
Lueng Ie, Sibreh. Konstruksi bagian bawah tanah (substructure) yang direncanakan
adalah pondasi dalam (pondasi tiang pancang). Pemahaman yang mendalam
mengenai sifat fisis dan sifat mekanis tanah merupakan dasar dalam merancang
suatu pondasi.
Daya dukung dan penurunan harus diselidiki untuk setiap konstruksi,
penurunan akan menentukan daya dukung yang diijinkan. Ketidakpastian suatu daya
dukung tanah lebih besar dari pada kita menghitung kekuatan elemen bangunan atas
(upperstructure) di antara hal-hal ketidakpastian adalah:

sifat tanah yang heterogen,

kurangnya pemahaman terhadap masalah lingkungan,

kurangnya pengetahuan seseorang tentang kondisi tanah di daerah


permukaan,

analisis matematik yang tidak memadai pada saat perencanaan,

ketidakmampuan menentukan parameter tanah dengan tepat.

Data-data yang berkenaan dengan beban konstruksi harus ditentukan lebih


dahulu sebelum memulai perhitungan perancangan. Jenis dan bentuk pondasi yang
sesuai dengan lokasi.
Analisa yang dilakukan, adalah:
1. Analisa muatan-muatan yang bekerja.
2. Analisa terhadap abutment (Kestabilan terhadap penggunaan pengulingan,
pergeseran, daya dukung tanah dasar dan penurunan).
Peraturan-peraturan yang dipakai dalam analisa muatan-muatan adalah
berdasarkan PMUJJR No. 12/1971. Hasil analisa yang dilakukan tidak dapat
dibandingkan dengan perencana yang sebenarnya disebabkan penulis tidak
mengetahui asumsi-asumsi yang digunakan oleh perencana.

BAB II
BEBAN UNTUK PONDASI

Dalam menentukan kemampuan daya dukung pondasi digunakan metoda


yang dianggap cukup sesuai dan berhubungan dengan keadaan setempat dan
konstruksi yang direncanakan. Hal ini sangat berhubungan dengan gaya-gaya atau
beban yang bekerja pada konstruksi tersebut yang menentukan besarnya dimensi
daripada konstruksi yang akan direncanakan.
2.1

Analisa Beban
Beban yang dipakai untuk mengetahui kekuatan serta kestabilan konstruksi

jembatan di Indonesia umumnya didasarkan pada ketentuan yang ditetapkan oleh


Departemen Pekerjaan Umum dalam Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan
Jalan Raya (PPPJJR-1987). Beban-beban tersebut berupa beban primer, beban
sekunder dan beban khusus.
Perencanaan pada bagian kostruksi didasarkan pada kombinasi beban-beban
atau gaya-gaya yang bekerja sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan dari beban
untuk setiap kombinasi. Berdasarkan kombinasi beban tersebut perhitungan selalu
didasarkan pada kombinasi beban yang menentukan.
Beban primer adalah beban utama dalam perhitungan tegangan untuk setiap
perencanaan jembatan, di antaranya beban mati, beban hidup dan beban kejut.
Beban sekunder merupakan beban sementara yang tidak selalu terjadi pada
jembatan, terdiri dari beban angin, gaya rem, traksi dan gaya akibat perubahan suhu.
Muatan khusus adalah muatan yang tidak langsung membebani jembatan tetapi
hanya mempengaruhi jembatan pada bagian tertentu yaitu pada pier dan abutment
yang terdiri dari beban gempa, beban aliran air dan benda-benda hanyut serta beban
akibat tekanan tanah.

2.1.1

Beban primer
Beban primer merupakan beban utama dalam perhitungan tegangan pada

setiap perencanaan jembatan. Yang termasuk beban primer adalah:


1.

Beban mati (M).

2.

Beban hidup (H).

3.

Beban kejut (D).

4.

Gaya akibat tekanan tanah (Ta).


Dalam perencanaan ini, akan dihitung ke semua beban primer ditambah gaya

tekanan tanah akibat gempa bumi (Tag), yang merupakan bagian dari gaya akibat
tekanan tanah (Ta).
2.1.1.1 Beban mati (M)
Menurut PPPJJR-1987, berat volume beton bertulang adalah 2500 kg/m 3,
berat volume aspal 2220 kg/m3 dan berat volume air 1000 kg/m3.
Direncanakan dari gambar bestek, antara lain:
Jarak antar gelagar melintang

: 185 cm

Jarak antar gelagar memanjang

: 825 cm

Panjang bentang jembatan beton pratekan

: 3360 cm

Lebar jembatan beton pratekan

: 792 cm

Lebar lantai kendaraan

: 600 cm

Lebar trotoar

: 50 cm

Tinggi tiang sandaran

: 100 cm

Tebal tiang sandaran

: 16 cm

Tebal plat lantai beton bertulang

: 20 cm

Tebal lapisan aspal

: 5 cm

Gambar Rencana Bestek

POTONGAN MELINTANG

A. Muatan mati
a. Konstruksi sandaran.
Diameter pipa sandaran 3 (7,62 cm) dan panjang pipa sandaran (L)
33,6 m. Bj baja tuang sebesar 7,85 t/m3 degan ketebalan pipa 2 mm (0,2
cm).
Jadi, D1 = 7,62 + 04 = 8,02 cm dan D2 = 7,62 cm.
Luas pipa sandaran (Aps)

= L1 L2
=

1
1
D1 2 - D2 2
4
4

1
(8,02 2 7,62 2 )
4

= 4,911cm2 = 4,911 x 10-4 m2


Berat pipa sandaran (Qps)
(Qps)

= npipa A ps L BJ baja tuang


= 4 (4,911 10 4 ) 33,6 7,85
= 5,1802464 ton = 5180,2464 kg.

Lebar tiang sandaran (t) 10 cm, maka;


Luas tiang (Ats)1

=((1655)-(2x

1
D 2 ))
4

= 880 91,16
= 788,84 cm2.
Luas tiang (Ats)2

=(1/2(16+31)70)
= 1645 cm2.

Luas tiang (Ats)

= L1+ L2
= 788,84 + 1645
= 2433,84 cm2.
= 0,243 m2.

Berat tiang sandaran (Qts),


Qts

= ntiang Ats t Bj beton bertulang


= 36 0,243 0,1 2,5
= 2,187 ton = 2187 kg.

Beban dianggap terbagi rata pada semua gelagar, yaitu:


Qs

Qs

Berat pipa Berat tiang


jarak mel int ang gelagar

5180,2464 2187
3683,623 kg/gelagar
2

b. Perkerasan aspal beton


Tebal aspal 5 cm = 0,05 m
aspal = 2220 kg/m3
Berat aspal beton = 0,05 m x 2220 kg/m3
= 111 kg/m2.

Berat pada gelagar dalam (Qgd)


Q gd Berat aspal Jarak gelagar mel int ang Panjang jemba tan

Q gd 111 1,85 33.6 6899,76 kg/gelagar

Berat pada gelagar tepi (Qgt)


Q gt Berat aspal Jarak gelagar ke tepi Panjang jemba tan

Q gt 111 0,5 33,6 1864,8 kg/gelagar

c. Lantai beton bertulang


Tebal plat lantai beton bertulang 20 cm = 0,20 m
beton bertulang = 2500 kg/m3
Berat lantai beton bertulang = 0,20 x 2500 kg/m3 = 500 kg/m2

Berat pada gelagar dalam

Q gd Berat lantai beton Jarak gelagar mel int ang Panjang jemba tan
Q gd 500 1,85 33,6 31080 kg/gelagar

Berat pada gelagar tepi


Q gt Berat lantai beton Jarak gelagar ke tepi Panjang jemba tan
Q gt 500 0,5 33,6 8400 kg/gelagar

d. Berat trotoar
Trotoar dengan lebar 50 cm dan tebal 25 cm
Berat trotoar = luas trotoar Bj beton L
= 2(0,5 0,25) 2,5 33,6
= 10,5 ton
= 10500 kg
Beban dianggap terbagi rata pada setiap gelagar,
Berat trotoar
Jarak mel int ang gelagar
10,5

5,675 ton / gelagar


1,85

Qtr
Qtr

e. Gelagar beton pratekan dengan panjang bentang jembatan 15 m


Ukuran gelagar beton pratekan 45105 cm

Luas gelagar dalam,

m2

F1 = (0,15 x 0,5 )

0,075

F2 = (2 x x 0,1 x 0,7)

0,07 m2

F3 = (0,3 x 1,3)

0,39 m2

F4 = (2 x x 0,1 x 0,13)

0,013 m2

F5 = (0,25 x 0,56)

0,14 m2 +

Total

0,688 m2

Berat gelagar (Qg)


Qgd

= luas gelagar x panjang bentang x Bj beton x jumlah gelagar beton


= 0,688 m2 x 33,6 m x 2500 kg/m3 x 3
= 173376 kg/gelagar

f.

Diafragma beton dengan lebar jembatan 6 m


Luas diafragma beton = 30 60
= 1800 cm2
= 0,18 m2

Berat diafragma
Qdf

= Luas diafragma x jarak diafragma x Bj beton x jumlah diafragma


= 0,18 m2 x 1,85 m x 2500 kg/m3 x 8
= 6660 kg/gelagar

Total muatan mati bangunan atas

10

Qtotal = berat tiang sandaran + berat aspal beton + berat lantai beton + berat
trotoar + berat gelagar beton + berat diafragma
= 2187 + 8764,56 + 39480 + 10500+ 173376 + 6660
= 240967,56 kg = 240,967 ton
Distribusi beban mati bangunan atas terhadap abutment, yaitu:
PBA

Qtotal jumlahgelagar
2

PBA

240,967 3
361,451 ton
2

2.1.1.2 Beban hidup (H)

Beban hidup adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan yang
bergerak/lalu lintas dan berat orang yang berjalan kaki yang dianggap bekerja
pada jembatan sesuai PMUJJR No. 12/70.
Beban yang ditinjau dinyatakan dalam dua (2) beban yaitu beban T dan D.
Beban T merupakan beban dari kendaraan truk yang mempunyai beban roda
ganda (dual wheel load) sebesar 10 ton. Beban D merupakan susunan beban pada
setiap jalur lalu lintas yang terdiri dari beban terpusat (P) sebesar 12 ton, dan
beban terbagi rata sebesar q (t/m) panjang jalur.
a. Beban hidup terbagi rata
Beban untuk jembatan dengan berbagai variasi panjang bentang, besarnya
harga q (t/m) dapat ditentukan sebagai berikut (sesuai dengan PPPJJR-87):
q = 2,2 t/m

q = 2,2

untuk L < 30 m
1,1

( L 30 ) t/m untuk 30 m < L < 60 m


60

q = 1,1 1

30
t/m
L

untuk L > 60 m

Panjang bentang jembatan (L) untuk perencanaan ini adalah 33,6 m


(untuk 30 m < L < 60 m ), maka beban merata (q) adalah:

11

q = 2,2

1,1

( 33,6 30 )
60

t/m

q = 2,134 t/m
-

Beban hidup terbagi rata (jalur lalu lintas)


Beban hidup terbagi rata dihitung dengan menggunakan rumus:
qj

q
( 5,5 0,5 (l - 5,5 ) )
2,75

dimana, l = lebar bentang jembatan = 6 m


qj

2,134
( 5,5 0,5 (6 5,5 ) )
2,75

= 4,462 ton.
-

Beban hidup terbagi rata (trotoar)


Menurut PMUJJR beban hidup terbagi rata untuk trotoar sebesar 500 kg
dalam perhitungan untuk gelagar diambil 60%.
qt

= 0,5 x 0,6 = 0,3 ton

qt

= 2 x 0,5 x 0,6 x 33,6


= 20,16 ton

qtotal

= 2,134 + 4,462+ 20,16


= 26,756 ton

Q untuk abutment =
=

Qtotal
2
26,756
= 13,378 ton
2

b. Beban garis terpusat (P = 12 ton)


Beban garis total (P) dengan menggunakan persamaan:
P

= 2,75 ( 5,5 0,5 (l 5,5 ) )

di mana, l = panjang jembatan = 6 m


P

12

= 2,75 ( 5,5 0,5 (6 5,5 ) )


= 27,273 ton.

12

Besarnya beban hidup yang diterima oleh gelagar, yaitu:


-

Gelagar tepi,
Qgt

Qgt

P '

Jlh gelagar

q q t L

( 4,462 27,273)
( (2,134 20,16) 33,6 )
3

= 844,283 ton/gelagar.

Gelagar dalam,
Qgd

Qgd

P'

Jlh gelagar

q L

4,462 27,273 2,134 33,6


3

= 82,281 ton/gelagar.
Q beban garis = 2 Qgt + 3 Qgd
= 2 (844,283) + 3 (82,821)
= 1937,029 ton/gelagar
Q untuk abutment =
=

Qtotal
2
1937,029
= 968,514 ton
2

c. Beban roda (T)


Berdasarkan PMUJJR-71, besarnya beban roda (T) sebesar 10 ton.
Jembatan hydramood wilayah IV (pidie) merupakan jembatan kelas I,
dimana jembatan penghubung primer yang mengangkut alat-alat berat dan
lain-lain.
T = 100 % x 10 ton = 10 ton (muatan kelas I)

1. Melintang
Kedudukan beban untuk memperoleh reaksi maksimum, sebagai
berikut:

13

2. Memanjang

Kedudukan beban untuk memperoleh reaksi maksimum sebagai berikut:

(40 33,6) (40 27,6) (10 23,6) (40 21,1) (40 15,1)

RA

= (10 11,1) (40 8,6) (40 2,6)


33,6
= 139,613 ton

260 ( RA + RB ) = 0
RB = 260 139,613

14

RB = 120,387 ton
Beban hidup

= beban terbagi rata + beban terpusat + beban roda


= 13,378 + 968,514 + 139,613
= 1121,505 ton

Distribusi beban hidup (H) terhadap abutment, yaitu:


H =

Beban hidup total


2

H =

1121,505
560,753ton.
2

Momen (MH)

=HxL
= 560,753x 33,6
= 18841,301 tm

2.1.1.3 Beban kejut


Untuk menghitung beban kejut, terlebih dahulu dihitung koefisien kejut
(K), dengan persamaan:
k

20

= 1 + ( 50 + L )

di mana, L = panjang bentang = 33,6 m


k

20

= 1 ( 50 33,6 )
= 1,25

Besarnya beban kejut (D),


D

P' q j
Jlh Gelagar

15

( 27,273 4,462)
3

= 10,578 ton/gelagar

Beban kejut yang timbul dengan adanya koef. kejut (k),


D

=Dxk
= 10,578 x 1,25
= 13,225 ton/gelagar

Distribusi beban kejut (K) terhadap abutment, yaitu:


K =

D'
2

K =

13,225
6,612 ton
2

Momen beban kejut (MD)

=K x L
= 6,612 x 33,6
= 222,163 tm.

2.1.1.4 Tekanan tanah aktif (Pa) dan Tekanan tanah pasif (Pp)
Tekanan tanah yang timbul, yaitu:
Pa

= x x h1

Pp

= x x h2

+ Ka x L
+ Ka x L

di mana :

= Berat jenis tanah (1,6 ton/m3)

= muatan jalur terbagi rata (2,134 ton/m)

h1

= tinggi abutment (5,97 m)

Ka = tg2 (45 - ) = tg2(45 - (30)) = 0,333


Kp = tg2 (45 + ) = 3

= sudut lereng alam (30)

= lebar jembatan (7,92 m)

16

maka:
Pa

= x 1,6 x 5,972 + 0,333 x 7,92


= 31,15 t/m

Pp

= x 1,6 x 32 + 3x 7,92
= 30,96 t/m

Gaya yang bejerja pada abutment

Pa

= 31,150 t/m

Pp

= 30,96 t/m

17

= F x Bj beton x lebar jembatan

P1

= 0,060 x 2,5 x 7,92 = 1,188 ton

P2

= 0,608 x 2,5 x 7,92 = 12,038 ton

P3

= 0,150 x 2,5 x 7,92 = 2,97 ton

P4

= 0,632 x 2,5 x 7,92 = 12,513 ton

P5

= 0,940 x 2,5 x 7,92 =18,612 ton

P6

= 0,670 x 2,5 x 7,92 = 13,266 ton

P7

= 1,200 x 2,5 x 7,92 = 23,76 ton

P8

= 0,402 x 2,5 x 7,92 = 7,959 ton

P9

= 2100 x 2,5 x 7,92 = 41,58 ton

Y1

= 5,82 m

Y2

= 4,91 m

Y3

= 4,025 m

Y4

= 3,7 m

Y5

= 3,25 m

Y6

= 2,75 m

Y7

= 1,75 m

Y8

= 0,85 m

Y9

= 0,35 m

Ya

= 1/3 ( 5,97 ) = 1,99 m

Yp

= 1/3 (3) = 1 m

2.1.1.5 Kestabilan guling dititik A


Momen guling
Memon guling dihitung dengan mengalikan gaya-gaya yang bekerja
dibelakang dinding dengan jarak terhadap dasar turap.

18

Besarnya Momen Guling (MG)


MG = P1 Y1 + P2 Y2 + P3 Y3 ........
Maka :
MG = Pa Ya + P1 Y1 + P2 Y2 + P3 Y3 + P4 Y4 + P5 Y5 + P6 Y6 + P7 Y7
+P8 Y8 + P9 Y 9
= ( 31,150 x 1,99 ) + ( 1,188 x 5,82 ) + ( 12,038 x 4,91 ) + ( 2,97 x 4,025 ) +
( 12,513 x 3,7 ) + ( 18,612 x 3,25 ) + ( 13,266 x 2,75 ) + ( 23,76 x 1,75 ) +
( 7,959 x 0,85 ) + ( 41,58 x 0,35 )
= 346,249 tm
Momen Penahan Guling
Momen guling turap adalah gaya tekanan tanah pasif dikalikan dengan
jarak terhadap dasar turap
MPG = Pp x Yp
MPG = 30,96 x 1
= 30,96 tm
Angka Keamanan ( Fs )
Angka keamanan diperoleh antara perbandingan antara momen tahanan
dengan momen guling
Fs = MPG / MG
Fs Fs izin = 1,5 .............. (aman)
Maka:
Fs = 30,96 / 346,249 = 0,0894 tm Fs izin = 1,5 .............. ( tidak aman)

2.1.1.6 Gaya tekanan tanah akibat gempa bumi (Tag)


Pag = E x P total
E

= koefisien gempa daerah Aceh = 0,8 ( SNI-1726-2002)

Pag = 0,8 x 62,11 = 49,688 ton

19

2.1.2

Beban sekunder
Beban sekunder adalah beban pada jembatan, yang merupakan beban

sementara, yang selalu bekerja untuk perhitungan tegangan-tegangan pada setiap


perencanaan jembatan. Pada umumnya beban ini mengakibatkan tegangantegangan yang relatif lebih kecil dari pada tegangan akibat beban primer dan
biasanya tergantung dari bentang, sistem jembatan, bahan, dan keadaan setempat.
Beban sekunder dalam suatu konstruksi jembatan meliputi, antara lain:
1. Beban angin.
2. Gaya akibat perbedaan suhu.
3. Gaya akibat rangkak dan susut.
4. Gaya rem dan traksi.
5. Gaya akibat gempa bumi.
6. Gaya akibat gesekan pada tumpuan-tumpuan bergerak.
2.1.2.1 Beban angin
Pengaruh tekanan angin sebesar 150 kg/m2 bekerja 2 meter di atas lantai
jembatan ditinjau berdasarkan bekerjanya beban angin horizontal terbagi rata pada
bidang vertikal jembatan dalam arah tegak lurus () sumbu memanjang jembatan.
Jumlah luas bidang vertikal jembatan yang dianggap terkena oleh angin
ditetapkan sebesar 1,5 kali (150%) jumlah luas bagian sisi jembatan. Hal tersebut
di atas berdasarkan peraturan yang terdapat di dalam PUMJJR.
Beban angin yang ditinjau dalam perhitungan ini ialah beban angin yang
bekerja pada abutment dan pilar jembatan.

20

Beban angin pada abutment

F1

= 0,2 x 0,3

= 0,060 m2

F2

= 0,4 x1,52

= 0,608 m2

F3

= 0,6 x 0,25

= 0,150 m2

F4

= 1,58 x 0,4

= 0,632 m2

F5

= 1,88 x 0,5

= 0,940 m2

F6

= (0,8 + 1,88) x 0,5 = 0,670 m2

F7

= 0,8 x 1,5

F8

= (0,8 + 1,88) x 0,3 = 0,402 m2

F9

= 4 x 0,8

= 1,200 m2
= 2,100 m2

Luas abutment,
Ftotal = F1 + F2 + F3 + F4 + F5 + F6 + F7 + F8
= 0,060 + 0,608 + 0,150 + 0,632 + 0,940 + 0,670 + 1,200 + 0,402 + 2,100
= 6,762m2
Berat abutment,
GA

= Ftotal x BJ beton x Lebar jembatan

21

= 6,762 x 2,5 x 7,92


= 133,887 ton.
Beban angin yang bekerja pada abutment,
KA = P x GA
= 0,015 x 133,887
= 2,008 ton
Letak titik berat abutment
o Statis momen terhadap sisi terbawah
Y

F1Y1 F2Y2 F3Y3 F4Y4 F5Y5 F6Y6 F7Y7 F8Y8 F9 G9


Ftotal

0,06 5,82 0,608 4,91 0,15 4,025 (0,632 3,7)


0,94 3,25 (0,67 2,75) (1,2 1,75) (0,402 0,85) (2,1 0,35)
Y
6,762

Y = 2,122 m
o Statis momen terhadap sisi terkanan
X

F1X1 F2 X 2 F3X 3 F4 X 4 F5X 5 F6 X 6 F7 X 7 F8 X8


Ftotal

0,06 0,86 0,608 0,76 0,15 0,86 (0,632 1,35)


1,5 0,94 1,5 0,67 1,5 1,2 (1,5 0,402) (1,5 2,1)
X
6,762

X = 1,399 m

Momen angin yang timbul akibat gaya horizontal ( KA )


MgY = KA x Y

22

= 2,008 x 2,122
= 4,261 tm
2.1.2.2 Beban rem dan traksi (Rm)
Beban rem dan traksi dihitung sebesar 5% dari beban jalur (D), tanpa
faktor kejut.
Besarnya beban rem dan traksi,
Gaya rem (Rm) = 5% muatan (D) tanpa kejut
= 5 % x 13,225
= 0,661 ton.
Momen yang bekerja pada abutment,
MRm = Rm x Y
= 0,661 x 2,122
= 1,403 tm
2.1.2.3 Beban gempa
Beban gempa pada perhitungan ini ditinjau terhadap abutment dan pilar
jembatan. Beban gempa dihitung dengan rumus,
KG = E x GA
di mana:
KG = gaya horizontal,
E

= koefisien gempa yang ditentukan menurut PMUJJR,

GA = berat sendiri abutment yang ditinjau.


Beban gempa pada abutment
Berat abutment (GA) = 133,887 ton
Beban gempa yang bekerja pada abutment,
KG

= E x GA
= 0,8 x 133,887

23

= 107,1096 ton
Momen gempa yang timbul akibat gaya horizontal (KG)
MG

= KG x Y
= 107,1096 x 2,122
= 227,286 tm

2.1.3

Beban khusus
Beban khusus merupakan beban yang tidak membebani kontruksi bagian

atas jembatan, seperti pilar dan abutment. Beban khusus terdiri dari, antara lain:
-

Gaya sentrifugal,

Gaya tumbuk pada jembatan layang,

Beban dan gaya selama pelaksanaan,

Beban aliran air dan benda-benda hanyutan, dan

Gaya angkat.

2.1.3.1 Gaya aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan (H)


Gaya aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan dapat dihitung
dengan persamaan:
= k x V2

H = p x bp
di mana :
p

= tekanan aliran air,

= koefisien aliran (k = 0,025),

= kecepatan aliran air (V diambil = 3 m/detik),

ba

= luas bidang pengaruh pada suatu abutment.


Gaya aliran air yang bekerja pada muka air normal, yaitu:
H

= k x V2 x ba

= 0,025 x 32 x 6,762

24

= 1,521 ton

Momen akibat aliran air pada muka air normal (Ma),


Ma

= H x lebar abutment

Ma

= 1,521 x 3
= 4,563 tm

Pada jembatan Hydramood wilayah IV Pidie tidak terdapat pilar pada


bentang jembatan, maka gaya aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan
tidak mempengaruhi pada perhitungan kombinasi pembebanan dan gaya.
Perhitungan gaya aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan pada Bab II
tersebut hanya sebagai pengetahuan.
2.1.3.2 Gaya aliran air dan tumbukan benda-benda hanyutan (Hg)
Gaya aliran air pada saat muka air banjir yang bekerja pada konstruksi
(Hg), yaitu:
Hg

= E x H

Hg

= 0,8 x 1,521
= 1,216 ton

Momen akibat aliran air pada muka air banjir,


MHg

= Hg x lebar abutment

MHg

= 1,216 x 3
= 3,648 tm

Tabel 2.1 Kombinasi Pembebanan dan Gaya

25

Tegangan yang digunakan


No.

Kombinasi Pembebanan dan Gaya

(%) terhadap tegangan izin


keadaan Elastis

M + H + K + Ta + Tu

100 %

II

M + Ta + h + Gg + A + SR + Tm

125 %

III

Komb.1 + Rm + Gg + A + SR + Tm + S

140 %

IV

M + Gh + Tag + Gg + Hg + TU

150 %

M + P1

130%

Keterangan :
A

: beban angin

: gaya akibat aliran dan hanyutan

Hg

: gaya akibat aliran dan hanyutan pada waktu gempa

Gg

: gaya geser pada tumpuan bergerak

Gh

: gaya horizontal ekivalen akibat gempa bumi

: beban hidup

: beban kejut

: beban mati

P1

: gaya-gaya pada waktu pelaksanaan

Rm

: gaya rem

: gaya sentrifugal

SR

: gaya akibat susut dan bergerak

Ta

: gaya tekanan tanah

Tb

: gaya tumbuk

Tm

: gaya akibat perubahan suhu

Tag

: gaya tekanan tanah akibat gempa bumi

Tu

: gaya angkat

Tabel 2.2 Beban dan Momen

26

No.

I.

Jenis Muatan

P (ton)

MY (tm)

Beban Primer
1.

Beban Mati (M)

361,451

2.

Beban Hidup (H)

560,753

18841,301

3.

Beban Kejut (K)

5,086

169,8816

4.

Gaya Akibat Tekanan Tanah


(Ta)

5.

Pa (gaya aktif)

31,150

Pp (gaya pasif)

30,96

Gaya Tekanan Tanah Akibat


Gempa Bumi (Tag)

II.

49,688

Beban Sekunder

1.

Beban Angin (KA)

2,008

4,261

2.

Beban Rem dan Traksi (Rm)

0,661

1,403

3.

Beban Gempa (KG)

107,1096

227,286

1,521

4,563

1,216

3,648

III.
1.

Beban Khusus
Gaya Aliran Air dan
Tumbukan Benda-benda
Hanyutan (H)

2.

Gaya Aliran Air dan


Tumbukan Benda-benda
Hanyutan Saat Banjir (Hg)

27

Tabel 2.3 Perhitungan Kombinasi Pembebanan dan Gaya (Abutment)


No.
I

Kombinasi Pembebanan dan Gaya x Tegangan


M + H + K + Ta + Tu
(361,451+ 560,753+ 5,086 + 66,779 + 0) x 100%

II

1395,433

M + Gh + Tag + Gg + Hg + TU
(361,451+ 107,109 + 53,423 + 0 + 1,216+ 0) x 150%

430,74

Komb.1 + Rm + Gg + A + SR + Tm + S
(994,069 + 0,661 + 0 + 2,008 + 0 + 0 + 0) x 140%

IV

994,069

M + Ta + h + Gg + A + SR + Tm
(361,451+ 66,779 + 0 + 0 + 2,008 + 0 + 0) x 125%

III

Hasil (ton)

784,799

M + P1
(361,451+ 0) x 130%

469,886

Beban yang paling besar adalah 1395,433 ton (kombinasi nomor III).
Beban vertikal yang bekerja pada superstruktur jembatan Hydramood
wilayah IV Pidie adalah 1395,433 ton. Beban vertikal tersebut bekerja pada setiap
konstruksi abutment jembatan.

28

2.2

Kestabilan Pondasi

2.2.1

Kestabilan pondasi pada abutment


a. Analisa kestabilan dengan titik referensi kanan - bawah
Analisa momen yang bekerja pada tubuh abutment,
No.

Variabel

Gaya

Momen
+

M-

Berat sendiri

(ton)
226.818

Gaya gempa

25.4036 41.2538

Berat tanah

133.029

98.5105

Tekanan tanah lateral


Aktif

1.81406

1.9991

Pasif

5.68681 6.60807

Diagram momen pada abutment,

443.617

29

Analisa akibat berat konstruksi abutment,


Gaya

Ukuran
G1
G2
G3
G4
G5
G6
G7
G8
G9
G10
G11
G12

Lebar Tinggi Panjang Bj Beton


0.8
4
13
2.5
1.65
0.3
13
2.5
0.7
0.3
13
2.5
1.65
0.3
13
2.5
2
0.7
13
2.5
0.5
0.3
13
2.5
0.7
0.5
13
2.5
0.5
0.3
13
2.5
1.5
0.5
13
2.5
0.8
0.08
13
2.5
0.75
0.4
13
2.5
0.3
0.2
13
2.5
Total

Lengan

(Ton) Momen
104
2
8.04375
2.9
6.825
2
8.04375
1.1
45.5
2
2.4375
2.45
11.375
2
2.4375
1.48
24.375
1.9
2.08
2
9.75
1.35
1.95
1.45
226.818

Momen
M

M208
23.3269
13.65
8.84813
91
5.97188
22.75
3.6075
46.3125
4.16
13.1625
2.8275
443.617

Analisa akibat berat tanah,


Gaya

Ukuran
Ws1
Ws2
Ws3
Ws4

Lebar Tinggi Panjang Bj Tanah


1.75
1.15
13
1.8
0.5
0.5
13
1.8
2
1.65
13
1.8
1.65
0.3
13
1.8
Total

Lengan

Momen

(Ton)
47.0925
2.925
77.22
5.7915
133.029

Momen
0.58
1.32
0.83
0.56

Gaya

Lengan

(Ton)
11.648
0.9009
0.7644
0.9009
5.096

Momen
0.4
0.9
0.95
0.9
2.1

M27.3137
3.861
64.0926
3.24324
98.5105

Analisa akibat gempa,


Ukuran
K1
K2
K3
K4
K5

Lebar Tinggi Panjang


0.8
4
13
1.65
0.3
13
0.7
0.3
13
1.65
0.3
13
2
0.7
13

Bj Beton
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28

Momen
M+
4.6592
0.81081
0.72618
0.81081
10.7016

M-

30

K6
K7
K8
K9
K10
K11
K12

0.5
0.7
0.5
1.5
0.8
0.75
0.3

0.3
0.5
0.3
0.5
0.08
0.4
0.2
Total

13
13
13
13
13
13
13

0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28
0.28

0.273
1.274
0.273
2.73
0.23296
1.092
0.2184
25.4036

3.43
3.35
3.43
3.83
4.14
4.48
5

0.93639
4.2679
0.93639
10.4559
0.96445
4.89216
1.092
41.2538

Analisa akibat tekanan lateral tanah,

Pa
Pp

Analisa

Koef.

Gaya (Ton)

5.0251
2.053
Total

0.361
2.77

1.81406
5.68681
7.50087

Lengan
Momen
1.102
1.162

Momen
M+

M1.9991

6.60807
6.60807

1.9991

Koef. tekanan aktif (Ka) = tan2 (45 28/2) = 0,361


Koef. tekanan pasif (Kp) = tan2 (45 + 28/2) = 2,77
Pa

= (14-9,81)/2 x 4,8522 = 49,28 kN = 5,0251 ton

Pp

= (14-9,81)/2 x 3,12 = 20,133 kN = 2,053 ton

Di dapat:
M+

= momen gempa + momen tekanan pasif


= 41,2538 + 6,60807
= 47,86187 tm

M-

= momen berat sendiri + momen berat tanah + momen tekanan aktif


= 443,617 + 98,5105 + 1,9991
= 544,1266 tm

= berat sendiri + berat tanah


= 226,818 + 133,029
= 359,847 ton

= gaya gempa + tekanan tanah lateral aktif


= 25,4036 + 1,81406

31

= 27,21766 ton
Kestabilan abutment dapat berdasarkan:
1. Tinjauan terhadap gaya guling
M
n 1,5
M
n

544,1266
47,86187

n 11,37

1,5 ......... (aman)

2. Tinjauan terhadap gaya geser


n

V tan 28
1,5
H

359,947 tan 28
27,21766

n = 7,03 1,5 ...... (aman)

b. Analisa kestabilan dengan titik referensi kiri - bawah


Analisa momen yang bekerja pada tubuh abutment,
No.

Variabel

Gaya

Berat sendiri

(ton)
226.82

Gaya gempa

25.404

Berat tanah

133.029

Tekanan tanah lateral


Aktif

1.81406

Pasif

5.68681

Diagram momen pada abutment,

Momen
+

M-

455.32
41.254
434.91
1.9991
6.6081

32

Analisa akibat berat konstruksi abutment,


Ukuran
G1
G2
G3
G4
G5
G6
G7
G8
G9
G10
G11
G12

Lebar Tinggi Panjang


0.8
4
13
1.65
0.3
13
0.7
0.3
13
1.65
0.3
13
2
0.7
13
0.5
0.3
13
0.7
0.5
13
0.5
0.3
13
1.5
0.5
13
0.8
0.08
13
0.75
0.4
13
0.3
0.2
13
Total

Analisa akibat berat tanah,

Bj Beton
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5
2.5

Gaya

Lengan

Momen

(Ton)
104
8.04375
6.825
8.04375
45.5
2.4375
11.375
2.4375
24.375
2.08
9.75
1.95
226.818

Momen
2
1.1
2.9
1.1
2
1.55
2
2.52
2.1
2
2.65
2.55

M+
M208
8.84813
19.7925
8.84813
91
3.77813
22.75
6.1425
51.1875
4.16
25.8375
4.9725
455.317

33

Ukuran

Bj

Gaya

Lengan

(Ton)
47.0925

Momen

M+
Momen
3.43
161.527

Lebar

Tinggi

Panjang

Ws1

1.75

1.15

13

Tanah
1.8

Ws2

0.5

0.5

13

1.8

2.925

2.68

7.839

Ws3

1.65

13

1.8

77.22

3.18

245.56

Ws4

1.65

0.3
Total

13

1.8

5.7915
133.029

3.45

19.9807
434.907

M-

Analisa akibat gempa,


Ukuran

Bj

Gaya

Lengan

(Ton)
11.648

Momen
0.4

4.6592

Momen
M+

M-

Lebar

Tinggi

Panjang

K1

0.8

13

Beton
0.28

K2

1.65

0.3

13

0.28

0.9009

0.9

0.81081

K3

0.7

0.3

13

0.28

0.7644

0.95

0.72618

K4

1.65

0.3

13

0.28

0.9009

0.9

0.81081

K5

0.7

13

0.28

5.096

2.1

10.7016

K6

0.5

0.3

13

0.28

0.273

3.43

0.93639

K7

0.7

0.5

13

0.28

1.274

3.35

4.2679

K8

0.5

0.3

13

0.28

0.273

3.43

0.93639

K9

1.5

0.5

13

0.28

2.73

3.83

10.4559

K10

0.8

0.08

13

0.28

0.23296

4.14

0.96445

K11

0.75

0.4

13

0.28

1.092

4.48

4.89216

K12

0.3

0.2
Total

13

0.28

0.2184
25.4036

1.092
41.2538

Analisa akibat tekanan lateral tanah,

Pa
Pp

Analisa

Koef.

Gaya (Ton)

5.0251
2.053

0.361
2.77

1.81406
5.68681

Lengan
Momen
1.102
1.162

Momen
M+

M1.9991

6.60807

34

Total

7.50087

Koef. tekanan aktif (Ka) = tan2 (45 28/2) = 0,361


Koef. tekanan pasif (Kp) = tan2 (45 + 28/2) = 2,77
Pa

= (14-9,81)/2 x 4,8522 = 49,28 kN = 5,0251 ton

Pp

= (14-9,81)/2 x 3,12 = 20,133 kN = 2,053 ton

Di dapat:
M+

= momen sendiri + momen tanah + momen tekanan pasif


= 455,32 + 434,91 + 6,6081
= 896,8381 tm

M-

= momen gempa + momen tekanan aktif


= 41,254 + 1,9991
= 43,2531 tm

= berat sendiri + berat tanah


= 226,82 + 133,029
= 359,849 ton

= gaya gempa + tekanan tanah lateral aktif


= 25,404 + 1,81406
= 27,21806 ton

Kestabilan abutment dapat berdasarkan:


1. Tinjauan terhadap gaya guling
n

M
1,5
M

43,2531
896,8381

n 0,05

1,5 ......... (tidak aman)

6.60807 1.9991

35

2. Tinjauan terhadap gaya geser


n

V tan 28
1,5
H

359,849 tan 28
27,21806

n = 7,03 1,5 ...... (aman)

Anda mungkin juga menyukai