Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH


Perencanaan dan Pengendalian Biaya dan Waktu merupakan
bagian dari manajemen proyek secara keseluruhan. Kesuksesan proyek
dapat diukur dari pencapaian objective proyek yaitu tercapainya kualitas
pekerjaan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, proyek dapat
diselesaikan dalam waktu yang telah ditetapkan dan masih dalam batas
anggaran yang disediakan (budget), bahkan kalau bisa dibawah budget
yang ada1. Biaya yang telah dikeluarkan dan waktu yang digunakan dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan harus diukur secara kontinyu
penyimpangannya terhadap rencana. Adanya penyimpangan waktu dan
biaya yang signifikan mengindikasikan pengelolaan proyek yang buruk.
Sesuai dengan definisi proyek bawah proyek adalah suatu kegiatan
yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya, baik berupa manusia, material,
biaya ataupun alat sehingga hal ini membutuhkan suatu manajemen
proyek mulai dari fase awal proyek hingga fase penyelesaian proyek.
Semakin tingkat kompleksitas proyek dan semakin langkanya sumberdaya
maka dibutuhkan juga peningkatan sistem pengelolaan proyek yang baik
dan terintegrasi.
Keterlambatan biasanya selalu berdampak pada biaya, sedangkan
biaya selalu terkait dengan tingkat suku bunga dan laju inflasi yang selalu
berubah setiap waktu sehingga dapat keterlambatan proyek menjadi faktor
kritis dan menjadi kontribusi utama terhadap terjadinya pembengkakan
biaya proyek. Dampak lain dari keterlambatan proyek adalah timbulnya
masalah besar bagi semua tim proyek yang terlibat baik itu owner ataupun
kontraktor utama, tim proyek owner akan dianggap gagal dalam mengelola
proyek dan juga jadwal untuk pengoperasian akan terlambat dan tentunya
akan berdampak pada sales value. Sedangkan kontraktor akan terkena
denda penalti sesuai dengan kontrak, cash in yang akan bermasalah dan

1
Asiyanto., Construction Project Cost Manajement, Pradnya Paramita, Jakarta, 2005 hal. 151

1
tentunya pihak lain juga akan mengalami dampak negatif seperti
subkontraktor dan vendor material yang terlibat dalam proyek.
Masalah keterlambatan dalam dunia konstruksi menjadi
phenomena yang umum diseluruh dunia, hampir 60 – 70% proyek
konstruksi mengalami keterlambatan2. Menurut laporan dari Standish
Group dan beberapa perusahaan analist bahwa dari 51% proyek yang
mengalami masalah waktu dan biaya, rata rata 43% mengalami cost
overrun3
Hasil studi yang dilakukan oleh CH2M HILL membuktikan bahwa
tingginya risiko dapat menyebabkan tutup beberapa perusahaan EPC di
USA. Hasil studi yang disampaikan pada World Coal Gasification
Conference EPC Company tanggal 12 April 2007, memaparkan di
Amerika Serikat pada tahun 1967 terdapat 38 perusahaan yang bergerak
dibidang Engineering Procurement Construction (EPC) dan pembangkit,
sedangkan pada tahun 2007 hanya tinggal 18 perusahaan saja. Tutup atau
konsolidasinya banyak perusahaan EPC di USA sebagian besar karena
kegagalan menangani risiko dan mengendalikan proyek EPC4. Demikian
juga dengan kondisi proyek EPC di Indonesia cukup memprihatinkan, dari
hasil survey pada beberapa perusahaan yang bergerak dibidang
Engineering Procurement Construction (EPC) di Indonesia, dari beberapa
proyek yang berjalan selama tahun 2000 – 2010, terdapat 30% proyek
mengalami keterlambatan dan berdampak pada pembengkakan biaya.
Kegagalan memenuhi tujuan proyek sebagian besar disebabkan karena
gagal menangani resiko dan juga sistim pengontrolan yang kurang
memadai, sehingga tidak ada peringatan secara dini bagi tim proyek untuk
menanggulangi penyebab kegagalan.
Sedangkan untuk PT. Y sendiri, beberapa proyek EPC mulai dari
tahun 2000 – 2007 yang mengalami keterlambatan sekitar 40% dari total
proyek yang ada.

2
Murali S., Causes and effect of delay in Malasyan construction industri, International Jurnal of
Project Management, 2007
3
Arlene M, Respect Triangle, Cost Engiineering Journal Vol 5, 2009
4
www.ch2mhill.com

2
Jika permasalahan seperti ini dibiarkan berlarut-larut, tidak
menutup kemungkinan perusahaan EPC di Indonesia juga dapat
mengalami kejadian yang serupa seperti yang dialami perusahaan-
perusahaan EPC di Amerika. Banyaknya proyek yang mengalami
kegagalan akibat tingginya risiko pada proyek EPC, menjadi sangat
menarik untuk diteliti bagaimana mengevaluasi kinerja proyek jika
terdapat inefisiensi kinerja, memahami risiko apa saja yang paling
dominan penyebab terjadinya keterlambatan waktu yang berdampak pada
biaya dan yang bagaimana mengotimalkan faktor faktor resiko dominan
dalam mengontrol waktu dan mendapatkan biaya yang optimal.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


1.2.1 Deskripsi Masalah
Proyek X yang dikerjakan oleh PT. Y mengalami
keterlambatan beberapa periode. Proyek X berlokasi di Balongan,
Indramayu, Jawa Barat adalah proyek pembangunan fasilitas
pengelolaan minyak yang merupakan pengembangan dari proyek
yang telah ada sebelumnya, dengan scope of work EPC
(Engineering, Procurement, Conctruction). Dari histori data
proyek, keterlambatan proyek yang sudah berlangsung sejak bulan
Juli 2009 dan hal ini akan berdampak pada kinerja pembiayaan
proyek karena PT. Y akan mengalami keterlambatan dalam
mengajukan invoice dikarenakan PT. Y akan dibayar oleh owner
pada saat progress pekerjaan yang tercapai lebih besar atau sama
dengan angka yang sudah disepakati dalam kontrak untuk setiap
scope pekerjaan. Untuk lebih jelasnya mengenai keterlambatan
pada proyek tersebut dapat dilihat dari grafik yang menyajikan S –
Curve dari keseluruhan proyek sebagai berikut ini:

3
10,00% 100,00%

Internal
8,00%

PLAN (MONTHLY)
Target 80,00%

ACTUAL (MONTHLY)

PLAN MONTHLY INTERNAL

PLAN (CUMULATIVE)

ACTUAL (CUMULATIVE)

Plan
PLAN INTERNAL

CUMMULATIVE PROGRESS (%)


MONTHLY PROGRESS (%)

6,00% 60,00%

4,00%
Actual 40,00%

2,00% 20,00%

MONTH
0,00% 0,00%
Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10

Sumber : Laporan Proyek X, PT Y


Grafik 1.1 Overall S-Curve RCC Off Gas To Propylene Project

S – Curve dibagi menjadi 3 garis yaitu plan sesuai kontrak


(biru), actual (warna merah), dan plan internal (warna hijau). S –
Curve plan adalah kurva yang menyatakan rencana awal
pelaksanaan proyek (rencana yang disepakati antara owner dan
kontraktor sebagai acuan target kerja). Kurva actual adalah kurva
dari pelaksanaan secara ril dilapangan yang berfungsi untuk
mengetahui progress yang telah dikerjakan, yaitu dari awal proyek
sampai dengan saat dibuatnya kurva tersebut. Sedangkan kurva
plan internal adalah kurva yang dibuat sebagai acuan dasar bagi
pelaksana proyek (internal target) dalam menyelesaikan pekerjaan
dimana kurva ini dibuat untuk selesai terlebih dahulu (selesai Mei
2010) dari kurva plan (selesai Juli 2010).
Dari S – Curve di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa
mulai bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Februari 2010 kurva
actual berada di bawah kurva plan dan kurva plan internal. Ini
berarti progress pelaksanaan proyek lebih kecil dibandingkan
dengan rencana yang tercantum di dalam kontrak (kurva plan) dan
juga dari rencana internal pelaksana proyek. Untuk lebih

4
memperjelas tabel dibawah menjelaskan perbedaan antara plan
internal dengan plan kontrak terhadap actual progress :

Tabel 1.1 Persentase Plan vs Actual vs Plan Internal s/d Februari 2010
MONTH 18 19 20 21 22 23 24 25
Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 Jan-10 Feb-10
Plan 5,98% 5,57% 4,44% 4,01% 3,36% 3,24% 1,24% 0,97%
Monthly - Internal
Actual 4,74% 5,28% 5,54% 3,33% 3,46% 3,80% 1,87% 0,51%
Plan 74,71% 80,28% 84,72% 88,73% 92,09% 95,33% 96,56% 97,53%
Cumm - Internal
Actual 72,80% 78,08% 83,62% 86,95% 90,41% 94,21% 96,08% 96,59%
Monthly - Contract Plan 4,84% 4,81% 4,07% 3,80% 3,13% 2,63% 1,83% 1,17%
Amend Actual 4,74% 5,28% 5,54% 3,33% 3,46% 3,80% 1,87% 0,51%
Plan 74,39% 80,02% 84,37% 87,92% 90,86% 94,01% 96,51% 96,85%
Cumm - Contract
Actual 72,80% 78,08% 83,62% 86,95% 90,41% 94,21% 96,08% 96,59%

Sumber : Laporan bulanan februari 2010 Proyek X, PT Y

Jika keterlambatan ini terus terjadi, tentu akan sangat


berpengaruh dengan waktu penyelesaian akhir dari proyek tersebut.
Penyelesaian akhir proyek dapat terlambat dari apa yang telah
disepakati dalam kontrak dimana hal tersebut pasti akan
menimbulkan kerugian yang besar bagi pihak pelaksana proyek.
Referensi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
proyek pertanggal 30 November 2009.
Sesuai dengan data proyek per November 2009, dapat
dilihat dari kumulatif progress yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan kumulatif plan contract dimana terjadi
deviasi sekitar 0.45%. Identifikasi keterlambatan dari proyek
tersebut akan disajikan di dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1.2 Overall Progress s/d November 2010


Cumm Cumm Plan
No Scope of Work WF (%) Variance (%)
Progress (%) (%)

1 Engineering 15 99,95 99,71 0,24

2 Procurement 45 98,13 95,62 2,51

3 Construction 40 78,15 82,18 -4,03

Overall 100 90,41 90,86 -0,45

Sumber : Laporan Proyek X, PT Y

5
Dari tabel di atas keterlambatan itu sendiri terjadi pada
tahap konstruksi yaitu terjadi deviasi yang cukup besar yaitu
sebesar 4.03%, sedangkan untuk tahap engineering dan
procurement sendiri tidak terjadi keterlambatan. Keterlambatan
tersebut dapat dilihat dari grafik konstruksi dibawah.
10,00% 100,00%

PLAN (MONTHLY)

ACTUAL (MONTHLY)

PLAN MONTHLY INTERNAL

PLAN (CUMULATIVE)

ACTUAL (CUMULATIVE) Plan


PLAN INTERNAL

(Contract)
8,00% 80,00%

Internal
Target
6,00% 60,00%
CUMMULATIVE PROGRESS (%)
MONTHLY PROGRESS (%)

4,00%
Actual 40,00%

2,00% 20,00%

0,00% 0,00%
Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Jul-08 Agust-08 Sep-08 Okt-08 Nop-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agust-09 Sep-09 Okt-09 Nop-09 Des-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Jun-10 Jul-10
MONTH

Sumber : Laporan Proyek X, PT Y


Grafik 1.2 Construction S-Curve RCC Off Gas To Propylene Project

Pada grafik di atas terlihat kurva actual progress berada di


bawah kurva plan (contract) maupun kurva plan internal.
keterlambatan pada tahap konstruksi akan menjadi masalah yang
sangat besar karena tahap konstruksi tersebut memiliki bobot yang
cukup besar yaitu sebesar 40%. Dari detail progress konstruksi
dapat diketahui komposisi masing masing disiplin yang
mempunyai konstribusi penyebab keterlambatan konstruksi. Scope
pekerjaan beserta progress dari tiap scope dapat dilihat dari tabel di
bawah ini :

Tabel 1.3 Construction Plan vs Actual as of 30 November 2009

6
Cumm Cumm Plan
No Scope of Work WF (%) Variance (%)
Progress (%) (%)

1 Site Preparation 8,83 100,00 100,00 0


2 Civil 24,67 92,78 95,70 -2,92
3 Mechanical 27,28 80,45 82,97 -2,52
4 Piping 28,83 69,37 77,96 -8,59
5 Electrical 4,29 49,86 49,61 0,25
6 Instrument 4,08 36,40 36,36 0,04
7 Insulation & Painting 2,02 40,45 50,49 -10,04
Overall 100 78,15 82,18 -4,03

Sumber : Laporan Proyek X, PT Y

Dari tabel diatas terlihat sangat jelas bahwa keterlambatan


yang cukup besar terjadi pada pekerjaan piping (8.59%) dan
insulation & painting (10.04). Namun pengaruh terbesar adalah
pada pekerjaan piping karena bobot pekerjaan tersebut paling besar
diantara pekerjaan lainnya yaitu sebesar 28.83%. Sedangkan untuk
pekerjaan insulation & painting tidak berpengaruh besar walupun
pekerjaan tersebut terlambat karena hanya memiliki bobot yang
rendah yaitu sebesar 2.02% saja. Keterlambatan dari pekerjaan
piping tersebut dapat dilihat dari grafik dibawah ini :

Plan

Actual

Sumber : Laporan Proyek X, PT Y


Grafik 1.3 Piping Field Weld Progress (ISBL+OSBL)

Pekerjaan piping dibagi menjadi 2 lingkup pekerjaan yaitu


In Side Battery Limit (ISBL) dan Out Side Battery Limit (OSBL).

7
ISBL merupakan jantung dari keseluruhan unit pengolahan, yang
terdiri dari vessel – vesel, dan pipa – pipa pengolahan. Sedangkan
OSBL merupakan utilitas pendukung seperti pembangkit listrik,
water tank, cooler, dan heater Kedua lingkup pekerjaan tersebut
dikerjakan oleh dua perusahaan yang berbeda. Berdasarkaan data
yang ada, keterlambaatan dari pekerjaan piping tersebut berasal
dari lingkup In Side Battery Limit (ISBL). Sedangkan untuk
lingkup Out Side Battery Limit (OSBL) justru mengalami progress
yang lebih besar dari plan yang ada. Kedua hal tersebut akan
dibandingkan dengan kedua grafik dibawah ini :

Sumber : Laporan Proyek X, PT Y


Grafik 1.4 S – Curve ISBL

Sumber : Laporan Proyek X, PT Y

8
Grafik 1.5 S – Curve OSBL

Dari hasil analisa data data di atas maka penyebab dominan


keterlambatan adalah pekerjaan ISBL.

1.2.2 Signifikansi Masalah


Dengan mengacu pada identifikasi dan juga grafik dapat
disimpulkan ternyata pekerjaan piping ISBL (In Side Battery
Limit) memiliki kontribusi besar terhadap keterlambatan
keseluruhan proyek sampai dengan bulan Februari 2010. Tentu
saja jika hal ini terus terjadi, maka waktu penyelesaian proyek akan
terlambat dari jadwal yang telah disepakati dalam kontrak dan
biaya akhir proyek akan bertambah.
Jika hal itu terjadi, tentu saja akan menimbulkan kerugian
materi yang sangat besar bagi pihak pelaksana proyek. Selain
kerugian materi, kerugian lain juga dapat terjadi yaitu performance
yang tidak bagus dari kontraktor karena deliverablenya tidak sesuai
dengan kontrak (tepat waktu). Terlambatnya waktu penyelesaian
proyek, maka pemanfaatan fasilitas pengelolaan minyak tersebut
akan terlambat dimulai. Tentu saja ini menyebabkan kerugian yang
besar bagi pihak owner yang bersangkutan dan bagi banyak pihak
yang berhubungan langsung dengan pemanfaatan fasilitas
pengelolaan minyak tersebut.
Oleh karena itu masalah piping dalam ISBL ini menjadi
sangat penting untuk diteliti dan dianalisa. Hal tersebut
dikarenakan pekerjaan piping menjadi salah satu penyebab utama
keterlambatan yang harus dianalisa kinerjanya, dilakukan tindakan
perbaikan dan bagaimana mengoptimalkan faktor resiko yang
dominan supaya proyek tetap dapat diselesaikan dengan waktu
yang sudah disepakati pada kontrak.

9
1.2.3 Rumusan Masalah
Sistem pengontrolan suatu proyek merupakan salah satu
cara untuk mengidentifikasi bagaimana kinerja proyek ditinjau dari
sisi waktu dan biaya. Dengan adanya indikator pengontrolan yang
teraplikasi memudahkan tim proyek untuk mengidentifikasi faktor
faktor resiko yang menyebabkan keterlambatan dan berdampak
pada biaya. Penyusunan strategi harus disusun dengan melihat
masalah dari berbagai sudut pandang. Identifikasi faktor faktor
resiko menjadi langkah utama dalam menentukan strategi
perbaikan dan yang lebih penting adalah bagaimana
mengoptimalkan saran saran perbaikan khususnya yang berdampak
pada biaya yang dapat menjadi acuan untuk tetap mempertahankan
durasi proyek . Dalam penyusunan karya tulis ini, terdapat tiga
buah pertanyaan yang timbul terhadap suatu perubahan yang
terjadi, yaitu :
- Bagaimanakah kinerja pekerjaan piping pada proyek X
ditinjau dengan konsep earn value?
- Apa faktor resiko yang paling dominan yang berpengaruh
pada waktu dan berdampak pada biaya pekerjaan piping dan
saran apa yang paling tepat untuk menyelesaikan faktor resiko
tersebut?
- Bagimana mengoptimalkan hasil rekomendasi faktor faktor
resiko yang paling dominan untuk meningkatkan kinerja waktu
dan biaya?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk menjawab
pertanyaan yang timbul di dalam rumusan masalah yang ada. Oleh karena
itu terdapat dua tujuan dari penelitian ini yaitu :
- Mengetahuai kinerja pekerjaan piping pada proyek X
dengan konsep earn value, sehingga dapat diketahui berapa

10
lama pekerjaan piping akan selesai dan berapa banyak biaya
penyelesaian pekerjaan piping.
- Mendapatkan faktor resiko yang dominan dan saran yang
paling tepat untuk menyelesaikan pekerjaan piping.
- Mengoptimalkan hasil rekomendasi faktor faktor resiko
untuk meningkatkan kinerja waktu dan biaya.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Berdasarkan tujuan penelitian, penulis berharap penelitian yang
disusun ini dapat memberikan manfaat, diantaranya :
1. Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pasca
sarjana Fakultas Teknik Sipil Kekhususan Manajemen Proyek
Universitas Indonesia.
2. Bagi bidang akademik Universitas Indonesia, untuk melanjutkan
beberapa penelitian yang relevan yang dapat dilihat dari sudut
pandang yang berbeda sesuai dengan masalah yang penulis angkat.
Kemudian diharapkan penelitian ini akan dilanjutkan kembali untuk
dianalisa lebih dalam dengan sudut pandang yang berbeda pula.
3. Bagi perusahaan jasa konstruksi dan EPC, untuk memberikan suatu
output strategi pengontrolan proyek dengan konsep earn value dan
bagaimana mengoptimalkan faktor resiko yang dominan dalam
menanggulangi permasalahan penyimpangan waktu dan berdampak
pada biaya.

1.5 BATASAN PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan untuk melakukan analisa kinerja proyek
dengan konsep earn value dan optimalisasi faktor resiko dalam
mendapatkan kinerja proyek yang baik pada salah satu proyek dari
perusahaan EPC nasional yang ada. Di dalam penelitian ini dilakukan
beberapa pembatasan masalah sesuai dengan fokus masalah yang ingin
penulis angkat diantaranya :
1. Penelitian dilakukan dari sisi internal perusahaan PT. Y

11
2. Penelitian dilakukan pada proyek X (salah satu proyek EPC) yang
masih berlangsung (rentang waktu tahun Februari 2008 – Juli 2010).
3. Sebagai acuan penelitian maka data aktual proyek yang dipakai
adalah pertanggal 30 November 2009.
4. Penelitian yang dilakukan adalah terhadap kinerja waktu dan biaya
5. Untuk optimalisasi saran dari faktor resiko yang dominan, data
akan mengacu pada quisioner pada penelitian sebelumnya.
6. Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja pekerjaan
piping pada proyek X dan mengotimalkan hasil rekomendasi dari
faktor risiko penyebab keterlambatan dan membuat strategi
pengendalian biaya untuk pekerjaan piping agar waktu pelaksanaan
proyek tetap tepat pada waktunya.

1.6 METODOLOGI PENELITIAN


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus,
kajian literatur yang barkaitan dengan penelitian, observasi dan wawancara
langsung untuk obyek penelitian. Untuk quisioner sampai dengan
didapatkannya rekomendasi umum akan mengacu pada hasil quisioner
yang sudah dilakukan sebelumnya untuk obyek proyek yang sama. Setelah
semua data sudah dikumpulkan maka tahapan pertama yang dilakukan
adalah menganalisa kinerja proyek dengan konsep earn value sehingga
didapatkan variabel kinerja pekerjaan piping dan dapat diketahui estimasi
waktu penyelesaian pekerjaan dan estimasi berapa biaya yang akan
terpakai sampai pekerjaan selesai. Selanjutnya mengoptimalkan hasil
rekomendasi yang sudah didapatkan khususnya yang berdampak pada
biaya dengan bantuan software “palisade @risk 4.5”, dari hasil analisa
optimalisasi ini akan didapatkan berapa biaya yang optimal untuk
menyelesaikan sisa pekerjaan dengan sisa waktu yang ada. Selanjutnya
dari hasil analisa terakhir akan didapatkan SPI dan CPI paling optimal.

12
1.7 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dalam tesis ini adalah sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang teori teori yang berhubungan dengan
penelitian dan dijadikan sebagai acuan dalam penelitian antara
lain : manajemen waktu, manajemen biaya, manajemen risk, earn
value, sensitivitas analisis dan optimalisasi biaya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menguraikan alur dan metode penelitian yang digunakan
dalam pengumpulan dan analisa data
BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA DATA
Bab ini berisikan semua data pendukung untuk penelitian dan
berisi tentang hasil analisa data
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran sesuai dengan topik
penelitian

13

Anda mungkin juga menyukai