DOSEN PENGAMPU
PROF. DR. IDA BAGOES MANTRA
Diajukan oleh :
JOHANSON. D. PUTINELLA
14848/ IV – 7/ 416 /00
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJA MADA
YOGYAKARTA
JANUARI 2001
I. PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang.
wilayah pesisir terdiri dari sumberdaya alam yang dapat pulih dan sumberdaya alam
yang tidak dapat pulih. Sumberdaya yang dapat pulih antara lain meliputi:
rumput laut (seaweed), padang lamun, hutan mangrove dan terumbu karang.
Sumberdaya tak dapat pulih antara lain : minyak, gas, biji besi, pasir timah, bouksit
dimaksudkan sebagai suatu upaya secara terprogram untuk mencapai tujuan yang
lebih kurang 81.000 kilometer, yang merupakan negara dengan garis pantai
terpanjang di dunia. Luas wilayah lautan yang meliputi 2/3 luas keseluruhan
wilayahnya merupakan suatu tantangan untuk dikelola dan dimanfaatkan demi
kesejahteraan masyarakat.
keterbatasan air bagi pengembangan budidaya air tawar (Ditjen Perikanan, 1982).
Budidaya laut yang saat ini banyak dikembangkan meliputi : budidaya ikan,
mutiara dan rumput laut. Dengan semakin meningkatnya permintaan rumput laut oleh
para konsumen di berbagai negara, maka sudah sewajarnya diadakan suatu penelitian
untuk mengetahui potensi rumput laut di wilayah Indonesia Bagian Timur (Papalia
dan Sumadhiharga, 1990). Hasil penelitian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi
pengembangan budidaya rumput laut di daerah tersebut. Selain itu dapat melestarikan
budidaya mutiara dan ikan hias, sedangkan budidaya rumput laut baru
dikembangkan sekitar tahun 1994 dengan sekitar 100 petani yang menjalin pola
murahnya biaya yang dikeluarkan dan teknologi yang digunakan relatif sederhana.
Mengingat kondisi propinsi Maluku yang masih dilanda konflik sosial, dan
berdampak pada berbagai sektor kehidupan masyarakat, antara lain sektor pendidikan,
dengan krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 1997 yang lalu serta kondisis
tingginya tingkat inflasi dan pengangguran , serta kurangnya sektor usaha di sana dan
memiliki potensi perikanan laut yang sangat besar serta bila dikelola secara baik
pemanfaatan untuk budidaya rumput laut. Meskipun kira-kira 2/3 wilayah Indonesia
terdiri dari laut, yakni wilayah pesisir yang sempit sepanjang garis pantai yang
mempunyai potensi untuk mengembangkan budidaya laut. Ini pun tidak semua ,
(Romimohtarto, 1982).
Teluk Baguala merupakan perairan semi tertutup yang bagian timur dan
tenggara terdapat penghalang (barrier), yaitu pulau Seram dan Pulau Haruku
memiliki paparan terumbu yang relatif agak luas dengan tersedianya bibit alami pada
daerah sekitar maupun dilokasi ini. Untuk mengembangkan budidaya rumput laut
tersebut yang meliputi ; arus, gelombang, suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut (DO),
kandungan bahan organik (nitrat dan fosfat), kecerahan air dan material dasar
perairan.
B. Perumusan Masalah.
Teluk Baguala yang berada pada bagian timur Pulau Ambon memiliki karakteristik
tersendiri, dimana teluk yang semi tertutup. Wilayah darat pada bagian barat dan
selatan memberikan pengaruh terhadap kondisi perairan Teluk Baguala karena pada
kedua daerah ini mengalir beberapa sungai-sungai kecil tadah hujan yang akan
memberikan kandungan bahan organik pada perairan ini selain itu perairan ini juga
dipengaruhi oleh Laut Banda pada bagian Timur dari Pulau Ambon. Yang pada
yang besar dan kekeruhan akibat material yang terangkut oleh sungai-sungai kecil
yang ada pada musim hujan. Banyak lokasi lain yang mungkin mempunyai potensi
besar untuk budidaya rumput laut baik atas petimbangan aksesibilitas, masyarakat,
rumput laut.
2. Metode penanaman apung yang akan digunakan dalam budidaya nanti apakah
pengembangan dari budidaya rumput laut dapat mendukung dan menaikan dari
C. Tujuan penelitian.
1. Menentukan dan mengevaluasi daerah mana yang mempunyai potensi besar untuk
pada daerah yang berpotensi dengan berdasar pada karakteristik substrat dasar dan
kedalaman.
D. Manfaat penelitian.
pengusaha dan petani untuk pengembangan usaha budidaya rumput laut di Maluku
E. Keaslian Penelitian.
Beberapa penelitian tentang rumput laut telah dilakukan oleh para ahli
diantaranya :
2. Papalia, S., dkk (1990) melakukan penelitian penanaman rumput laut atasdasar
wilayah budidaya.
Istilah rumput laut (seaweed) berbeda dengan komunitas rumput laut atau lamun
Rumput laut didefenisikan sebagai tumbuhan dasar perairan yang dikenal sebagai alga
(Chapman and Chapman, 1980). Istilah rumput laut itu sendiri bukanlah istilah
sejumlah alga laut ukuran besar yang masuk dalam kelompok Chlorophyceae (alga
hijau), Rhodophyceae (alga merah) dan Phaeophyceae (alga coklat). Alga tersebut
berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi, dimana mereka tidak mempunyai akar,
Alga tersebar hampir di seluruh dunia dengan jenis yang spesifik. Di Eropa dan
atlantik Utara didominasi oleh Pelvetia sp dan Fucus sp, perairan pantai Amerika
oleh alga coklat Macrocystis sp dan Laminaria sp. Pasifik Tengah dan Hawaii oleh
genus Euchema dan Indonesia didominasi oleh alga merah dari genus Euchema dan
Gracillaria.
Kondisi oseanografi fisika di kawasan pesisir dan laut dapat digambarkan oleh
terjadinya fenomena alam seperti terjadinya pasang surut , arus , kondisi suhu dan
salinitas, serta angin. Fenomena-fenomena tersebut memberikan kekhasan
sehingga mereka bergerak makin jauh dari tempat asalnya dan tidak lagi dipengaruhi
langsung oleh angin. Sifat-sifat gelombang dalam hal ini besar kecilnya dan
kecuraman dipengaruhi oleh kecepatan angin waktu dimana angin sedang bertiup dan
jarak tanpa rintangan dimana angin sedang bertiup (fetch). Untuk mengetahui
Bentuk gelombang akan berubah dan akhirnya pecah begitu mereka sampai di
pantai. Pecahnya gelombang ini sering disertai dengan gerakan maju ke depan yang
berkekuatan sangat besar yang dapat merusak konstruksi budidaya. Bila sebuah
gelombang pecah, airnya akan dilemparkan jauh ke depan sampai mencapai daerah
pantai sebagai sebuah arus. Sumich (1980) menyatakan bahwa kebanyakan rumput
laut mampu mentoleransi aksi gelombang yang besar dan terekspos pada daerah
Dahuri, dkk (1996) menjelaskan bahwa gelombang yang datang menuju pantai
proses sedimentasi dan abrasi pantai. Pola arus pantai ditentukan terutama oleh
besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai.
Jika sudut datang itu cukup besar, maka akan terbentuk arus menyusuri pantai
(longshore current) dan jika sudut yang datang itu kecil maka akan terbentuk arus
Arus sangatlah penting di laut. Arus adalah perpindahan massa air dari satu
tempat ke tempat lainnya. Tanpa arus, lautan menjadi stagnan dan tidak dapat
yang harus mengalami sirkulasi dalam upaya mendukung kehidupan di laut. Arus
dipengaruhi oleh angin, bentuk topografi dan pasang surut (Bell, 1992).
diantara faktor-faktor oseanografis lainnya dalam budidaya rumput laut. Ombak dan
arus memudahkan transportasi nutrien dan menyebabkan masa air menjadi homogen.
Masa air homogen ini menghindari besarnya fluktuasi tempratur, salinitas, pH,
Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunya muka laut secara hampir periodik
karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama bulan dan matahari. Naik turunnya
muka laut dapat terjadi sekali sehari (pasut tunggal) atau dua kali sehari (pasut
ganda). Sedangkan pasut yang berlaku diantara keduanya disebut sebagai pasut
organisme yang hidup pada wilayah pantai , seperti halnya rumput laut (Reseck,
1988).
bahwa salah satu hambatan pengembangan rumput laut di Pulau Samaringa, Sulawesi
Tengah adalah perbedaan (range) pasut yang terlalu besar, sehingga sebagian rakit
menjadi kering dan menyebabkan spine (ujung-ujung ) tanaman menjadi kering dan
rusak .
Rumput laut melimpah pada zona intertidal dan biasa ditemukan pada
anggota rhodophyta hidup pada perairan dalam dan hangat, biasa terlihat bila
respon yang sangat nyata terhadap pertumbuhan berat rumput laut. Laju
Suhu dan salinitas merupakan parameter oseanografi yang penting dalam sirkulasi
untuk mempelajari asal usul massa air. Kedua parameter ini serta tekanan
menentukan densitas air laut. Perbedaan densitas antara dua tempat akan
Pertumbuhan ganggang laut jenis Chlorella sp. Sangat baik pada kisaran pH
dalam air dan proses biologi yang mengontrol tingkat konsumsi dan
dengan dasar pasir yang tak bercampur lumpur, kejernihan air, salinitas yang tinggi,
suhu dan arus yang cukup kuat merupakan persyaratan yang diperlukan
(Romimohtarto, 1982).
Tipe dan sifat substratum dan dasar perairan merupakan faktor penting dalam
oseanografi perairan karang dan dapat pula digunakan untuk menentukan derajat
kemudahan dalam pembangunan konstruksi budidaya. Area yang sangat berkarang
umumnya sangat terbuka terhadap ombak (wave exposed), sedangkan tipe substratum
yang terdiri dari fine sand atau silt umumnya terlindung dari segala macam gerak air.
Kedua macam substratum ini tidak tepat untuk dipilih (Mubarak , 1982). Klasifikasi
komposisinya dalam air laut walaupun sangat sedikit, tetapi sangat penting bagi proses
dibutuhkan. Kandungan nitrat rata-rata di perairan laut sebesar 0,5 ppm dan
kandungan fosfat lebih rendah dari itu, Kedua senyawa tersebut bisa melebihi batas
Moewarni (1987) menjelaskan bahwa nitrat adalah senyawa nitrogen yang stabil
dan merupakan salah satu senyawa yang penting untuk sintesis protein tumbuhan dan
hewan. Senyawa ini dapat berasal dari limbah domestik sisa tanaman,senyawa
organik ataupun limbah industri. Tersedianya nitrogen dalam bentuk nitrat dapat
berasal dari limbah pertanian, hasil perubahan amoniak, tinja manusia dan hewan atau
dapat juga berasal dari proses alami seperti petir (Moos, 1986).
Fosfat merupakan salah satu unsur hara yang penting bagi metabolisme sel
tanaman. Kehadiran fosfat diperairan juga tidak menimbulkan efek langsung yang
tingkat kesuburan perairan. Pada perairan alami, kandungan fosfat terlarut tidak lebih
dari 0,1 ppm, kecuali pada perairan penerima limbah rumah tangga dan industri, serta
limpahan air dari daerah pertanian yang umumnya mengalami pemupukan fosfat.
dapat mempertinggi struktur komunitas alga bentik. Hal yang sama didapatkan oleh
Harold dan Reed (1985) bahwa rekruitmen, ketahanan hidup dan pertumbuhan dari
alga dipengaruhi oleh faktor hidrografik dan grazing oleh bulu babi di pulau Nicolas,
California.
per area substrat dibawah kondisi terkontrol atau semi kontrol. Lebih jauh, usaha
budidaya laut mempunyai dua jalur, yaitu; budidaya makroalga untuk komersial
secara langsung dan budidaya planktonik alga yang digunakan sebagai makanan
bahwa budidaya rumput laut telah dikembangkan secara komersial di Cina, Jepang,
Taiwan, Korea, Filipina, dan Indonesia. Rumput laut ini digunakan sebagai bahan
Usaha budidaya rumput laut di perairan pantai Bali telah berkembang sejak
utama penghasil rumput laut di Bali antra lain; Nusa Lembong, Nusa Cemingas, Nusa
Jenis alga merah banyak digunakan sebagai obat tradisional di Cina. Analisa
bersifat anti mikroba, anti inflamasi, anti virus dan bersifat sitoksis (Simanjuntak,
1995). Reseck (1988) menambahkan bahwa produk rumput laut berupa: alginat, agar
dan karaginan.
1. Metode Tanam Dasar. Metode ini sesuai dan mudah pada kedalaman 0,5 – 1,0
meter, sesuai dan agak sulit pada kedalaman 1,0 – 2,5 meter. Bentuk lahan
2. Metode Lepas Dasar. Metode ini sesuai dan mudah pada kedalaman 1,0 – 2,5
meter, sesuai tetapi sulit pada kedalaman 2,5 – 5,0 meter, dan hanya untuk
penyimpanan bibit pada kedalaman > 5,0 meter. Substrat yang baik adalah
3. Tanam Apung. Metode ini sesuai dan mudah pada kedalaman 1,0 – 2,5 meter.
B. Landasan Teori
peluang berusaha, serta mengurangi pengangguran. Budidaya rumput laut ini telah
Rumput laut mempunyai nilai ekonomis cukup tingggi, baik untuk konsumsi
dalam negeri maupun sebagai komoditas eksport. Rumput laut dapat digunakan untuk
berbagai macam keperluan seperti: bahan makanan, obat-obatan, bahan kosmetika,
dan lain-lain.
material dan bisa tidak konsruksi budidaya dibangun pada daerah tersebut. Faktor
gelombang, arus, salinitas, pH, suhu, oksigen terlarut, nutrien, pasang surut,
pertumbuhan rumput laut yang akan dibudidayakan. Karena itulah kajian tentang
C. Hipotesa.
2. Ketiga macam metode budidaya rumput laut (tanam dasar, tanam lepas dasar
laut.
PERAIRAN PANTAI
sampai dengan Juni 2003 yang meliputi: persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian
- Handrefractometer
- DO- meter
- GPS seri 4.33
- PH- meter
- Thermometer
- Cammmere Water Sampler
- Botol sampel air laut
- Layang-layang arus
- Stop Watch
- Tali meteran
- Batu duga
- Perahu motor
- Alat selam dasar (fin, masker dan snorkel)
- Kamera
- Grap Sampler
- Secchi disk
- Kompas
- Saringan bertingkat
- Timbangan digital
- Sampel air laut
- Aquades
- Peta Topografi Skala 1 : 50.000
beberapa hal seperti; Jauh dari muara sungai yang mensuplai air tawar dan sedimen,
penelitian mempunyai luas lebih kurang 5 kilometer persegi. Daerah yang diteliti
D. Jalan penelitian.
1. Pengambilan Sampel Air.
arus yang dibentangkan dengan tali meteran sejauh 10 meter dan dicatat waktu
tempuhnya dengan menggunakan stop watch. Data pasang surut merupakan data
Kedalaman perairan diukur dengan menggunakan batu duga dan setiap titik
dengan menggunakan GPS seri 4.33 untuk pembuatan peta kontur kedalaman.
kemudian disatukan dan dicampur secara merata. Sampel tersebut dikering anginkan,
substratnya.
didapatkan dari monografi desa dan juga dilakukan pengamatan dan wawancara
6. Analisa Data.
6.1. Prediksi Gelombang.
Prediksi tingginya gelombang (H), periode (T) dan panjang gelombang (L)
diperoleh dari hubungan fetch dan kecepatan angin tertinggi (Wilson dalam Faisal,
g.H2/3
----------- = 0,3 [1- {1 + 0,004 (g.F/U2)1/2}-2] ………………………(1)
U2
g.T2/3
----------- = 1,37 [1-{1= 0,008 (g.F/U-2)1/2}-5] ………………………(2)
U2
Σ Xi Cos α i
F = ------------------ ……….……………………………………….. (3)
Σ Cos αI
g.T2
L = -------------- ……………………………………………….. (4)
2π
Dimana :
kedalaman. Peta kontur kedalaman dan peta sebaran substrat dikompilasi untuk
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, R.S.K., and Hughes, R.N., 1988. An introduction to Marine Geology. Second
Editio. Blackwell Science ltd. Oxford.
Bell, P.R., 1992. Green Plant, Their Origin, and Diversity. Dioscorides Press.
Portland. Oregon.
Buchanan, J.B., 1984. Sediment analysis. Blackwell. Oxford.
Chapman, V.J., and Chapman, D.J., 1980. Seaweeds and Their Uses. Third Edition.
Chapman and Hall 150 th Anniversary . London- New York.
Faizal, A., 1998. Studi Material Sedimen Tersuspensi Pada Perairan Panta
Kecamatan Biringkanaya Kodya Ujung Pandang. Skripsi Ilmu Kelautan
Unhas, Ujung Pandang.
Harrold, C. and Reed, D.C., 1985. Food Availability, Sea Urchin Grazing, and Kelp
Forest Community Structure. Ecology Journal. Ecological Society oAmerica.
Moerwani, P., 1987. Analisa Air. Makalah Kursus Dasar Amdal Angkatan XVII.
Pusat
Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan Universitas Indonesia
Jakarta.
Moos, B., 1986. Ecology of Fresh water. Blackwell Scietific Publishing, Oxford.
Mubarak, H., 1982. Teknik Budidaya Rumput Laut. Makalah Prosioding Pertemuan
Teknis Budidaya Laut. Anyer, 10-13 Mei 1982.
Noor, Z., 1990. Sistem Tanam dan Kualitas Rumput Laut. Buku Panduan dan
kumpulan Abstrak Seminar Ilmiah Nasional Lustrum VII Fakultas Biologi
UGM. Yogyakarta , 20-21 September 1990.
Pandi dan Salim, 1984. Aspek Limnologi dalam Analisis Dampak lingkungan.
Makalah Kursus Dasar-dasar Andal. 27 agustus – 11 september 1984.
Universitas Padjajaran, Bandung.
Papalia, S., Yulianto, K. dan Renyaan, A., 1990. Pentingnya Penelitian Potensi
Rumput Laut di Perairan Indonesia Timur. Buku Panduan dan Kumpulan
Abstrak seminar Ilmiah Nasional Lustrum VII Fakultas Biologi UGM.
Yogyakarta , 20-21 September 1990.
Papalia, S., Yulianto, K., dan Renyaan, A., 1990. Percobaan Penanaman Rumput
Laut di Perairan Pantai Arfai Manokwari, Irian Jaya. Buku Panduan dan
Abstrak Seminar Ilmiah Nasional Lustrum VII Fakultas Biologi UGM.
Yogyakarta, 20-21 September 1990.
Pringle, C. M. and Hamazaki, T., 1997. Effect of Fishes on Algal Response to Stroms
in a Tropical Stream. Ecology Journal. Ecological Society of America.
Reseck Jr, J., 1988. Marine Biology. Second Edition. A reston Book Prentice Hall.
Englewood Cliffs, N. J. 07632.
Simanjuntak, P., 1995. Senyawa Bioaktif dari Alga. Hayati, Jurnal Biosains. Penerbit
Jurusan Biologi FMMIPA, IPB, Bogor.
Sutomo, 1990. Pengaruh Salinitas dan pH terhadap Pertumbuhan Chorella sp. Buku
Panduan dan Kumpulan Abstrak Seminar Ilmiah Nasional Lustrum VII
Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta, 20-21 September 1990.