Dampak dari peristiwa itu, barisan Ali terpecah menjadi tiga golongan; mayoritas
kaum muslimin yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah, kelompok sesat Khawarij, dan
kelompok Syiah. Semula kelompok Syiah hanya mengganggap Ali lebih layak
menjadi khalifah, dan mereka tidak mengkafirkan Abu Bakar, Umar, dan Utsman.
Namun dalam perkembangannya, sebagian kelompok Syiah bersikap ekstrim
dengan mengkafirkan Abu Bakar, Umar, Utsman, dan seluruh shahabat yang
mereka tuding bersekongkol mengkudeta Ali.
Syiah Imamiyah terpecah menjadi lima belas sekte akibat perbedaan pendapat
yang sangat tajam di antara mereka sendiri. Mereka meyakini kekhilafahan adalah
hak Ali bin Abi Thalib, lalu ia mewasiatkan kedudukan itu kepada anaknya, Hasan
bin Ali. Hasan bin Ali mewasiatkan penggantinya adalah saudaranya, Husain bin Ali.
Husain bin Ali lalu mewasiatkannya kepada anaknya, Ali Zainal Abidin bin Husain
bin Ali. Ali Zainal Abidin mewasiatkan kepada anaknya, Muhammad Al-Baqir.
Muhammad Al-Baqir lalu mewasiatkannya kepada anaknya, Jafar Ash-Shadiq.
Setelah itu, mereka terpecah menjadi dua sekte karena berselisih tajam tentang
keturunannya yang menggantikannya sebagai khalifah:
Satu sekte meyakini penggantinya adalah anaknya, Ismail. Mereka adalah kelompok
Syiah Ismailiyah. Mereka terpecah lagi dalam banyak kelompok, namun pada saat
ini yang eksis adalah tiga kelompok besar:
(Dr. Sulaiman Al-Halabi, Thaifah An-Nushairiyah Tarikhuha wa Aqaiduha, Kuwait: AdDar As-Salafiyah, cet. 2, 1404 H, hal. 21-26)
Syiah Ekstrim
Abdullah bin Saba Al-Yahudi sukses memecah belah kaum muslimin menjadi dua
golongan:ahlus sunnah wal jamaah dan Syiah. Namun ia tidak berhenti di situ saja.
Ia berusaha keras menyesatkan dan mengeluarkan pengikutnya, kelompok Syiah
(Syiah Sabaiyyah), dari agama Islam. Maka ia menampakkan dirinya sebagai orang
yang shalih, bertakwa, zuhud, berilmu, dan pembela Ahlul Bait. Ia mengajarkan
kepada pengikutnya, bahwa Allah SWT menyatu dalam diri Ali bin Abi Thalib
sehingga Ali memiliki unsur ketuhanan dan karenanya harus disembah. Hal ini sama
persis dengan ajaran Paulus, pendeta Yahudi yang pura-pura masuk Kristen untuk
menghancurkan Kristen dari dalam. Paulus mengajarkan kepada pengikut Kristen
bahwa Allah SWT bersatu dengan diri Isa Al-Masih (mereka menyebutnya: Yesus
Kristus) sehingga ia memiliki unsur ketuhanan dan harus disembah.
Orang-orang bodoh yang belum lurus keislamannya tertipu oleh ajaran palsu
Abdullah bin Saba Al-Yahudi. Syarik Al-Amiri berkata: Dilaporkan kepada amirul
mukminin Ali bin Abi Thalib bahwa di sini (kufah) di depan pintu masjid ada sebuah
kaum yang mengakui engkau (Ali bin Abi Thalib) adalah tuhan sesembahan
mereka. Maka Ali memanggil mereka dan menanyai mereka, Celaka kalian ini, apa
yang kalian katakan? Mereka menjawab, Engkau adalah Tuhan kami, Pencipta
kami, dan Pemberi rizki kami. Ali menjawab, Celaka kalian. Aku hanyalah seorang
hamba seperti kalian. Aku makan sebagaimana kalian makan dan aku minum
sebagaimana kalian minum. Jika aku menaati Allah, maka jika Allah berkeendak
niscaya Dia memberiku balasan pahala. Dan jika aku mendurhakai Allah, maka aku
khawatir jika Allah mengadzabku. Maka takutlah kalian kepada Allah dan kembalilah
kepada kebenaran! Ali memberi mereka waktu tiga hari untuk bertaubat. Namun
mereka telah gelap hati dan memegang teguh kesesatannya. Setelah didakwahi
selama tiga hari namun mereka tetap bertahan di atas keyakinan mereka, maka Ali
memerintahkan penggaian parit-parit di depan masjid Kufah, lalu ia memerintahkan
agar mereka dibakar hidup-hidup karena telah murtad. (Fathul Bari Syarh Shahih
Bukhari, 12/309-310 hadits no. 6922)
Semboyan dan ajaran mereka lalu diikuti oleh banyak orang Yahudi dan orang
Majusi Persia yang hendak merusak Islam dari dalam. Orang-orang Majusi menaruh
dendam kesumat kepada Islam dan kaum muslimin karena kaum muslimin telah
meruntuhkan kejayaan Imperium Persia yang berkuasa di muka bumi selama 12
abad lamanya. Kaum Yahudi menaruh dendam karena kaum muslimin telah
mengalahkan Yahudi Bani Qainuqa, Bani Nadhir, Bani Quraizhah, Yahudi Khaibar,
dan mengusir kaum Yahudi dari Jazirah Arab.
Cara terbaik bagi mereka untuk memuluskan program jahatnya adalah bergabung
dengan kelompok Syiah dengan kedok membela Ahlul Bait. Mereka memasukkan
akidah-akidah Yahudi, Majusi, Budha, dan musyrikin lainnya ke dalam kelompok
mereka. Akibatnya, akidah mereka sangat berbeda dengan akidah kelompok Ahlus
Sunnah dan Syiah moderat. Mereka lantas dikenal sebagai Syiah Ekstrim.
Sejarawan dan sosiolog muslim, imam Ibnu Khaldun menulis: Di antara kelompok
Syiah terdapat beberapa kelompok yang disebut kelompok ekstrim. Mereka
melampaui batas normal akal dan iman dengan meyakini ketuhanan para imam
mereka. Baik dengan meyakini bahwa para imam mereka adalah manusia yang
memiliki sifat-sifat Tuhan, maupun meyakini bahwa Tuhan bersemayam dalam jasad
manusiawi mereka. Itulah pendapat hululiyah yang bersesuaian dengan keyakinan
kaum Nashrani bahwa Tuhan bersemayam dalam jasad Isa bin Maryam.
(Muqaddimah Ibnu Khaldun, hlm. 832)
Bersambung.