Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH PERBEDAAN WAKTU

PEMOTONGAN AKAR BAWANG DAN


BERBAGAI KONSENTRASI PERASAN
BIJI BENGKUANG (Pachyrrizus erosus)
TERHADAP FASE PEMBELAHAN
MITOSIS AKAR BAWANG MERAH
(Allium cepa)

Kelompok 9
Alfiah Nur Ramadhani
Gupita Laksmi Pinasthika

LATAR BELAKANG

Organ utama tumbuhan dibagi menjadi tiga bagian, yakni


akar, batang, dan daun.
Pada akar, banyak terdapat sel yang aktif membelah
seperti yang terdapat di ujung akar. Sehingga pada akar
disebut sebagai organ yang meristematik.
Mitosis terjadi pada sel yang sedang tumbuh. Mitosis
berlangsung dalam beberapa fase, yakni interfase, profase,
metafase, anafase, dan telofase.
Bengkuang merupakan salah satu tumbuhan yang telah
dikenal masyarakat. Umbinya sudah sering dikonsumsi
karena rasanya manis. Namun ada bagian dari bengkuang,
yakni biji yang mengandung zat racun.
Biji bengkuang mengandung zat rotenon, pachyrizon,
vitamin B1, dan C.

Pemberian larutan biji bengkoang dengan berbagai


konsentrasi yang digunakan untuk perendaman akar
bawang diduga dapat menghambat terjadinya mitosis.

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah ada pengaruh perbedaan waktu pemotongan


akar bawang terhadap fase pembelahan mitosis akar
bawang merah (Allium cepa)?
2. Apakah
ada
pengaruh
perbedaan
berbagai
konsentrasi larutan biji bengkuang (Pachyrrizus
erosus) terhadap fase pembelahan mitosis akar
baawang merah (Allium cepa)?
3. Apakah terdapat interaksi antara waktu pemotongan
akar dan berbagai konsentrasi larutan biji bengkuang
(Pachyrrizus erosus) terhadap fase pembelahan
mitosis akar bawang merah (Allium cepa)?

TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan waktu


pemotongan akar bawang terhadap fase pembelahan
mitosis akar bawang merah (Allium cepa).
2. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan berbagai
konsentrasi larutan biji bengkuang (Pachyrrizus erosus)
terhadap fase pembelahan mitosis akar bawang merah
(Allium cepa).
3. Untuk mengetahui interaksi antara perbedaan waktu
pemotongan akar dan berbagai konsentrasi larutan biji
bengkuang (Pachyrrizus
erosus) terhadap fase
pembelahan mitosis akar bawang merah (Allium cepa).

MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi peneliti, dapat memberikan informasi


tentang perbedaan waktu pemotongan dan
perbedaan konsentrasi larutan biji bengkuang
(Pachyrrizus erosus) terhadap fase pembelahan
mitosis akar bawang merah (Allium cepa) dan
juga menyelesaikan proyek genetika I.
2. Bagi mahasiswa, dapat memperluas informasi
dan
pengetahuannya
tentang
fase-fase
pembelahan mitosis pada akar bawang merah
(Allium cepa).

RUANG LINGKUP PENELITIAN


1.
2.
3.

4.

5.

Proyek penelitian ini menggunakan tudung akar bawang


merah (Allium cepa).
Konsentrasi larutan biji bengkuang yang dipakai sebagai
perlakuan yaitu 0%, 25%, 50% dan 75%.
Pengamatan yang dilakukan terbatas pada fase-fase
pembelahan mitosis akar bawang merah (Allium cepa) yang
meliputi interfase, profase, metafase, anafase dan telofase
dengan cara menghitung masing-masing jumlahnya.
Pemotongan akar bawang merah (Allium cepa) dilakukan
dalam waktu yang bersamaan yaitu pada pukul 21.00, pukul
00.00 dan pukul 03.00
Pembahasan pada penelitian ini mengacu pada pengaruh
waktu pemotongan akar bawang merah dan perbedaan
konsentrasi larutan biji bengkuang (Pachyrrizus erosus)
terhadap pembelahan mitosis pada akar bawang merah

ASUMSI PENELITIAN

1. Keadaan tanaman bawang merah (Allium


cepa) yang meliputi umur, ukuran, panjang
akar, kondisi medium dan waktu pemotongan
dianggap sama (pukul 21.00, 00.00 dan
03.00).
2. Keadaan tanaman bawang merah (Allium
cepa) yang meliputi suhu, cahaya, nutrisi dan
air dianggap sama.

DEFINISI OPERASIONAL

1.

2.
3.

4.

Mitosis merupakan proses pembelahan sel yang


menghasilkan sel anakan yang sama dengan induknya.
Fase mitosis meliputi fase-fase interfase, profase,
metafase, anafase dan telofase.
Bawang merah (Allium cepa) merupakan tanaman
semusim dan memiliki umbi yang berlapis.
Biji bengkuang merupakan bagian dari tanaman
bengkuang yang memiliki sifat beracun karena
mengandung rotenon.
Konsentrasi larutan biji bengkuang adalah larutan biji
bengkuang berupa bubukan hasil blender dari biji
bengkuang yang ditambahkan dengan akuades sesuai
dengan konsentrasi, dengan takaran perbedaan yang
dibuat yakni 25%, 50% dan 75%.

6.

Interfase merupakan fase yang terdiri atas 3 tahap utama,


yaitu :
G1 : tahap persiapan replikasi
S : tahap sintesis dan replikasi DNA
G2 : tahap persiapan mitosis atau pembelahan

7. Profase merupakan tahap awal dari pembelahan mitosis


dengan kondisi kromatid mengalami kondensasi dan
membran inti mulai hilang.
8. Metafase merupakan tahap kedua pada pembelahan
mitosis dimana kromatid terletak sejajar di bidang ekuator.
9. Anafase merupakan tahap ketiga pada pembelahan mitosis
dimana benang spindel mulai tertarik ke masing-masing
kutub.
10. Telofase merupakan fase akhir pada pembelahan mitosis
dimana masing-masing kromosom terpisah menjadi dua
sel tetapi belum ada dinding pembatas yang jelas.

KAJIAN PUSTAKA

Bawang merah (Allium cepa)


Akar disebut sebagai organ yang meristematik. Hal
tersebut terjadi pada semua tumbuhan, tidak
terkecuali pada akar bawang merah (Allium cepa).
Pada akar bawang merah ini memiliki sel ujung akar
yang ukurannya relatif besar sehingga fase mitosisnya
lebih mudah untuk diamati.
Bengkuang (Pachyrrizus erosus)
Bengkuang merupakan salah satu tumbuhan yang
telah dikenal masyarakat. Namun ada bagian dari
bengkuang, yakni biji yang mengandung zat racun.
Biji bengkuang mengandung zat rotenon, pachyrizon,

Mitosis berlangsung dalam beberapa fase, yakni


interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase.

INTERFASE

GAMBAR
KETERANGAN

PROFASE

GAMBAR
KETERANGAN

METAFASE

GAMBAR
KETERANGAN

ANAFASE

GAMBAR
KETERANGAN

TELOFASE

GAMBAR
KETERANGAN

HIPOTESIS PENELITIAN

1. Ada pengaruh antara perbedaan waktu


pemotongan akar bawang terhadap fase
pembelahan mitosis akar bawang merah (Allium
cepa).
2. Ada pengaruh antara perbedaan konsentrasi
larutan biji bengkuang (Pachyrrizus erosus)
terhadap fase pembelahan mitosis akar
baawang merah (Allium cepa).
3. Terdapat interaksi antara waktu pemotongan
akar dan berbagai konsentrasi larutan biji
bengkuang (Pachyrrizus erosus) terhadap fase
pembelahan mitosis akar bawang merah (Allium

METODE PENELITIAN

1. Rancangan Penelitian
Proyek ini merupakan proyek penelitian Rancangan Acak Kelompok
yang bersifat eksperimental yang deskriptif kuantitatif

2. Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu Penelitian:
Penelitian dilakukan mulai tanggal 7 Februari 2014 hingga tanggal
27 Maret 2014.
Tempat Penelitian:
Tempat penelitian dilakukan di dua tempat yang berbeda, yakni :
Di gedung biologi O5 ruang 301 Universitas Negeri Malang
Jalan Terusan Ambarawa 15 dan Jalan Bendungan Sutami 1 no 485
B.

3. Populasi dan Sampel


Populasi
Pada proyek ini populasi yang digunakan adalah
populasi
akar
bawang
merah
dan
biji
bengkuang.
Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 2 mm ujung akar bawang merah.

4. Variabel Penelitian
Variabel bebas : waktu pemotongan akar
bawang dan konsentrasi larutan biji
bengkuang.
Variabel terikat : fase mitosis pada setiap
perlakuan.
Variabel kontrol : umur akar bawang, jumlah
ulangan tiap perlakuan, panjang akar bawang
yang dipotong.

5. Instrumen Penelitian
Alat
Botol vial
Gelas aqua

Bahan
Akar bawang merah
Larutan biji bengkuang dengan
konsentrasi 25%, 50%, dan 75%.

Gelas ukur

Aquades

Silet berkarat

Larutan FAA

Gunting

Larutan HCl 1N

Pinset

Larutan Alkohol

Gelas arloji

Asetokarmin

Pipe tetes

Tisu

Kamera
Kaca benda dan kaca penutup
Blender besi
Gelas beaker
Gunting
Tusuk sate

6. Cara Kerja
a.Membibitkan bawang merah dengan menggunakan medium
air dengan cara menusuk bawang merah dengan tusuk sate,
kemudian bawang ditaruh di gelas aqua.
b.Membuat larutan biji bengkuang dengan berbagai
konsentrasi, yakni 25%, 50%, dan 75%.
c.Menimbang biji bengkuang dan aquades dengan
perbandingan 1 : 1.
d.Menghaluskan biji bengkuang dengan blender besi.
e.Mencapur bubuk biji bengkuang dengan aquades.
f.Menyaring biji bengkuang yang telah dicampur dengan
aquades.
g.Membuat konsentrasi 25% dengan cara mengambil ekstrak
tersebut sebanyak 25 ml kemudian mencampur dengan
aquades sebanyak 100ml.
h.Membuat konsentrasi 50% dengan cara mengambil ekstrak
tersebut sebanyak 50 ml kemudian mencampur dengan
aquades sebanyak 100ml.
i.Membuat konsentrasi 75% dengan cara mengambil ekstrak
tersebut sebanyak 75 ml kemudian mencampur dengan
aquades sebanyak 100ml.

j. Menyiapkan aquades sebagai kontrol dalam proyek ini.


k.Merendam biji bengkuang dalam berbagai konsentrasi yang berbeda.
l. Menyiapkan larutan biji bengkuang 25%, 50%, 75%, dan aquades.
m.Menyiapkan bawang merah yang akarnya telah panjang, kemudian
bawang merah dan akarnya dipindah dalam larutan yang telah disiapkan
dan direndam selama 24 jam pada konsentrasi yang berbeda dan jam
berbeda, yakni 21.00,00.00, dan 03.00.
n.Mengambil data untuk berbagai jam dengan akar bawang yang telah
dipotong pada jam tertentu dan konsentrasi tertentu.
o.Mengambil potongan akar bawang, kemudian menaruhnya dalam botol
vial yang telah diisi FAA.
p.Merendam potongan akar dalam alkohol selama 2 menit.
q.Memindahkannya dalam larutan HCl 1N selama 5 menit.
r. Memotong sepanjang 2 mm, kemudian mencacahnya dengan silet
berkarat di atas kaca benda, dengan diberi asetokarmin.
s. Memanaskannya hingga terjadi perubahan warna.
t. Menutupnya dengan kaca penutup dan mengamatinya serta mencari fase
mitosis di bawah mikroskop.Ini dilakukan untuk berbagai jam dan
konsentrasi dengan 6 kali ulangan dan 3 sudut pandang yang berbeda
dengan perbesaran mikroskop 40 x 10.

7. Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah pengamatan langsung terhadap
preparat ujung akar bawang.

8. Teknik Analisis Data


Proyek ini menggunakan analisis data dengan
menggunakan
analisis
varian
ganda
dengan
Rancangan Acak Kelompok karena terdapat lebih dari
satu variabel bebas dan ulangan tidak dilakukan
dalam waktu yang homogen. Data mentah yang
didapat dari penelitian terlebih dahulu diubah dalam
bentuk prosentase kemudian ditransformasikan
mernggunakan transformasi arcsin.

DATA dan ANALISIS DATA

Interfase
Karena Fhit (0,38) < Ftab (3,59), maka tidak ada
pengaruh konsentrasi perasan biji bengkoang terhadap
fase interfase mitosis akar bawang merah (Allium
cepa).
Profase
Karena Fhit (2,29) < Ftab (3,59), maka tidak ada
pengaruh konsentrasi perasan biji bengkoang terhadap
fase profase mitosis akar bawang merah (Allium cepa).
Metafase
Karena Fhit (0,73) < Ftab (3,59), maka tidak ada
pengaruh konsentrasi perasan biji bengkoang terhadap
fase metafase mitosis akar bawang merah (Allium
cepa).

Anafase
Karena Fhit (1,00) < Ftab (3,59), maka tidak ada
pengaruh konsentrasi perasan biji bengkoang
terhadap fase anafase mitosis akar bawang
merah (Allium cepa).
Telofase
Karena Fhit (1,86) < Ftab (3,59), maka tidak ada
pengaruh konsentrasi perasan biji bengkoang
terhadap fase telofase mitosis akar bawang
merah (Allium cepa).

PEMBAHASAN

Dari hasil analisis yang ada, untuk perendaman


akar bawang merah dengan berbagai konsentrasi
dan dipotong pada jam tertentu memberikan
hasil fhit lebih kecil dari ftab yang mana hasil
tersebut TIDAK SIGNIFIKAN.
Pada proyek ini masih menggunakan tiga
ulangan, belum 6 ulangan. Ini dikarenakan pada
saat pengerjaan proyek, ada tiga preparat pada
konsentrasi 50% yang rusak, dan tidak teramati,
sehingga akhirnya diambil tiga ulangan.

Karena fhit < ftab, maka tidak dilakukan uji lanjut.


Hasil tersebut berarti Ho diterima dan hipotesis
penelitian ditolak.
Sehingga kenyataan tersebut tidak sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa ada pengaruh
perendaman perasan biji bengkuang dengan
konsentrasi yang berbeda dan waktu perendaman
perasan biji bengkuang yang berbeda pula
terhadap fase mitosis akar bawang merah.

Rotenon berperan dalam mencegah pembelahan


sel.
Hal ini disebabkan karena rotenon bekerja
dengan menginterfensi rantai transport elektron
pada mitokondria yaitu menghambat transfer
elektron pada situs I dengan ubiquinon dengan
cara menghalangi ikatan antara NADH pada
proses respirasi sel sehingga menghambat
pembentukan energi metabolik (ATP).

Hal ini juga didukung oleh Muharsini (2006) yang


menyebutkan bahwa apabila senyawa rotenon masuk ke
dalam bagian organ suatu organisme, maka akan
menghalangi atau menghambat ikatan antara enzim
NADH dengan sitokrom C-reduktase dan sitokrom
komplek sub unit I yang berada di dalam mitokondria.
Sehingga sel kehilangan energi dan pernapasan sel akan
terhenti atau tidak dapat membentuk ATP. Seperti juga
yang disebutkan oleh Hadi (2005), bahwa rotenon
berperan sebagai inhibitor dari aktivitas kompleks I
enzim respirasi mitokondria, yaitu NADH-coQ reduktase.
Ditambah lagi, koenzim Q (ubiquinon) merupakan
komponen penting dalam rantai transport elektron yang
dapat meningkatkan ATP dan berperan sebagai
antioksidan.
Sehingga apabila kerjanya terganggu maka produksi ATP
ikut terganggu.

Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan,


diketahui pengaruh perendaman konsentrasi biji
bengkuang dan waktu perendaman diduga
memiliki pengaruh terhadap hasil mitosis yang
ada.

KESIMPULAN SEMENTARA

Tidak ada pengaruh perbedaan waktu pemotongan


akar bawang terhadap fase pembelahan mitosis akar
bawang merah (Allium cepa).
Tidak ada pengaruh perbedaan berbagai konsentrasi
larutan biji bengkuang (Pachyrrizus erosus) terhadap
fase pembelahan mitosis akar bawang merah (Allium
cepa).

Tidak ada interaksi antara perbedaan waktu


pemotongan akar dan berbagai konsentrasi larutan biji
bengkuang (Pachyrrizus erosus) terhadap fase
pembelahan mitosis akar bawang merah (Allium cepa).

TERIMA KASIH


Agusta:Silet berkarat (FeCl3)? Utk mampu
membantu pengikatan saat pencacahan n
penambahan asetokarmin
Fatimah: pengaruh pemanasan (pd prosedur)?
Utk memperjelas warna asetokarmin, shg
dinding sel, fase terlihat lebih jelas.
Ayun: judul? Rhotenon itu terdpt dlm biji
bengkuang, rhitenon akan menghambat
kompleks I pd sistem transpor elektron shg tdk
terbentuk ATP.


Anafase terhambat (depolimerasi terhambat)
Rotenon menempel pada enzim hydrogenase (NADH
ion bebas, sdgkn baagian kompleks I adalah enzimnya.)
NADH NAD + H plus+ 2e
Hplus +FMN FMNH2 koenzim
Semakin banyak Hplus semakin banyak ATP yg
diperoleh
ATP yg dibutuhkan oleh Sel saat anafase minimal
energi
Pada proses anafase
Rhotenon, anafase berkurang / bahkan tidak ada

Anda mungkin juga menyukai