STUDI PUSTAKA
A. DEFINISI
Kata antibiotik berasal dari bahasa yunani yaitu -anti (melawan) dan -biotikos (cocok
untuk kehidupan). Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk menggambarkan
semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroorganisme lain. Namun istilah ini kemudian digeser dengan ditemukannya obat
antibiotik sinetis.
mikroba dan termasuk di dalamnya adalah antibiotik, anti jamur, anti parasit, anti protozoa,
anti virus, dll. Namun dalam pembahasan ini hanya membicarakan proses penghambatan
antibiotik dalam membunuh bakter (Elander, 2003).
Mikroorganisme yang dihambat oleh antibiotik khusunya adalah bakteri. Maka dari itu
antibiotik bersinosim dengan anti-bakteri. Antibiotik berbeda dengan istilah disinfectant
karena desifektant membunuh kuman dengan cara membuat lingkungan yang tidak wajar
bagi kuman. Sedangkan kerja dari antibiotik adalah cenderung bersifat Toksisitas Selektif
dalam arti dapat membunuh kuman tanpa merugikan inang.
B. KLASIFIKASI ANTIBIOTIK
Pembagian antibiotik dapat dibagi berdasarkan luasnya aktivitas antibiotik, aktivitas
dalam membunuh serta berdasarkan mekanisme obat antibiotik tersebut.
Berdasarkan luasnya aktivitas, antibiotik dibagi menjadi antibiotik spektrum luas dan
spektum sempit. Istilah luas mengandung arti bahwa antibiotik ini dapat membunuh banyak
jenis bakteri sedangkan sebaliknya, istilah sempit hanya digunakan untuk membunuh bakteri
yang spesifik yang telah diketahui secara pasti. Penggunaan spektrum luas digunakan apabila
identifikasi kuman penyebab susah dilakukan namun kerugiaanya dapat menghambat pula
bakteri flora normal dalam tubuh.
Berdasarkan aktivitas dalam membunuh, antibiotik dibagai menjadi Bactericidal dan
Bacteristatic. Antibiotik yang mempunyai sifat bakterisidal membunuh bakteri target dan
cenderung lebih efektif serta tidak perlu menggantungkan pada sistem imun manusia. Sangat
perlu digunakan pada pasien dengan penurunan sistem imun. Yang termasuk baterisidal
adalah -lactam, aminoglycoside, dan quinolone. Bakteriostatik justru bekerja menghambat
pertumbuhan bakteri dan dapat memanfaatkan sistem imun host obat bakteriostatik yang
khas adalah tetracycline, sulfonamide, tetracycline, dan clindamycin (Pichichero, 2006).
Bedasarkan mekanisme kerja, antibiotik dibagi menjadi 5 jenis, yaitu :
A. Penghambatan sintetis dinding bakteri
B. Penghambat membran sel
C. Penghambatan sintetis protein di ribosom
D. Penghambatan sintetis asam nukleat
E. Penghambatan metabolik (antagonis folat)
Dari
masing-masing
golongan
terdapat
mekanisme
kerja,
farmakokintetik,
Makalah refrat ini akan membahas mengenai antibiotik golongan sefalosforin dan quinolon.
C. ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSFORIN
Sefalosporin merupakan salah satu antibiotik yang memiliki cincin -laktam dalam
strukturnya sehingga tergolong antibiotik -laktam bersama-sama dengan penisilin,
monobaktam, dan karbapenem. Sefalosporin tergabung dalam cephem, subgrup antibiotik -
laktam bersama dengan sefasimin. Seperti halnya semua senyawa metabolit sekunder,
antibiotik sefalosporin dihasilkan dalam industri bioproses yang melibatkan mikroorganisme
(Andes, 2006).
1. Struktur Kimia dan Sifat-sifat Sefalosporin
Senyawa sefalosporin memiliki gugus inti 7-aminocephalosporanic acid (7-ACA),
yang mengandung gugus -laktam (sebuah cincin dengan 2 atom C, 1 gugus karbonil, dan 1
atom N) dan cincin dihidrothiazin. Secara keseluruhan nama ilmiah sefalosporin adalah asam
3-asetoksimetil-7-asilamino-3-cephem-4-karboksilat.
Berbagai senyawa lainnya dapat diperoleh dengan mengganti R 1 dan R2 pada
struktur gugus inti sefalosporin tersebut, sehingga dapat menghasilkan sifat-sifat senyawa
yang berbeda-beda. Beberapa contoh senyawa turunan sefalosporin yaitu
No
Senyawa turunan
R1
R2
Cefacetril
CH3COOCH2-
-CH2-CN
2.
Cefalexin
CH3-
3.
Cefatrizin
.
1.
bakteri gram negatif. Beberapa obat yang tergolong dalam sefalosporin generasi pertama
yaitu cefadroxil, cefazolin, cephalexin, cephaloridine, cephalothin, cephapirin, dan
cephradine.
2. Generasi 2, memiliki spektrum bakteri gram negatif yang lebih luas, akan tetapi lebih
lemah dalam melawan bakteri gram positif dibanding generasi pertama. Kelompok ini
juga lebih resistan terhadap -laktamase. Sefalosporin yang termasuk generasi kedua
adalah cefaclor, cefoxitin, cefprozil, dan cefuroxime.
3. Generasi 3, memiliki aktivitas terhadap bakteri gram negatif yang jauh lebih besar, yang
disertai dengan berkurangnya aktivitas terhadap bakteri gram negatif. Kelompok ini
meliputi cefdinir, cefixime, cefotamine, ceftriaxone, ceftazidime, dan cefoperazone.
4. Generasi 4, memiliki spektrum yang lebih seimbang, sehingga aktif dalam melawan
bakteri gram positif dan gram negatif. Generasi 4 sefalosporin merupakan antibiotik yang
paling potensial di antara obat-obat dalam mengobati beberapa infeksi serius pada
manusia. Cefepime, cefluprenam, cefozopran, cefpirome, dan cefquinome merupakan
obat-obat yang tergolong dalam generasi 4 ini.
5. Generasi 5, merupakan kelompok terbaru yang diidentifikasi meliputi ceftobiprole dan
ceftaroline, meskipun pengelompokannya masih belum diterima secara universal.
Ceftaroline memiliki aktivitas yang sangat baik dalam melawan bakteri gram positif.
2. Mekanisme kerja
Mekanisme kerja antimikrobanya dengan menghambat sintesis dinding sel
mikroba (sintesis peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya).
Daya kerja sefalosporin ialah bakterisida. Jadi yang dihambat ialah reaksi transpeptidase
tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Aktivitas antimikroba
sefalosforin ialah dengan menghambat sisitesa dinding sel mikroba. Yang dihambat ialah
reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel.
Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun gram negative tetapi spektrum
antimikroba berbeda untuk masing-masing derivatnya (Nigam, 2007).
Golongan sefalosporin generasi ketiga umumnya kurang aktif dibandingkan
dengan generasi pertama terhadap kokus gram positif tetapi jauh lebih aktif terhadap
enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil penisilinase.
3. Penggolongan Sefalosforin
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Nama
Cefadroxil
Cefalexin
Cefazolin
Cephalotin
Cephradin
Cefaclor
Cefamandol
Cefmetazol
Cefoperazon
Cefprozil
Cefuroxim
Cefditoren
Cefixim
Generasi
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
3
3
Cara Pemberian
Oral
Oral
IV dan IM
IV dan IM
Oral IV dan IM
Oral
IV dan IM
IV dan IM
IV dan IM
Oral
IV dan IM
Oral
Oral
Aktivitas Antimikroba
Aktif terhadap kuman
dengan
keunggulan
gram positif
dari
Penisilin
misalnyaH.influenza,
Pr.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Cefotaxim
Cefotiam
Cefpodoxim
Ceftazidim
Ceftizoxim
Ceftriaxon
Cefepim
3
2
3
3
3
3
4
IV dan IM
IV dan IM
Oral
IV dan IM
IV dan IM
IV dan IM
Oral IV dan IM
2. Generasi II atau III : digunakan parenteral pada infeksi serius yang resisten terhadap
amoksisilin dan sefalosporin generasi I, juga terkombinasi dengan aminoglikosida
(gentamisin, tobramisin) untuk memperluas dan memperkuat aktivitasnya. Begitu
pula profilaksis pada antara lain bedah jantung, usus dan ginekologi. Sefoksitin dan
sefuroksim (generasi ke II) digunakan pada gonore (kencing nanah) akibat gonokok
yang membentuk laktamase. Terbagi atas 2 grup yaitu 'true' generasi kedua
sefalosporin (cefuroxime) dan sefamisin (cefocetan). "True" sefalosporin lebih baik
dibandingkan generasi pertama untuk terapi kuman Hemophilus influenzae,
Moraxella catarrhalis, Neisseria meningitidis, dan beberapa Enterobacteriaceae.
Generasi kedua dapat digunakan untuk terapi infeksi saluran pernapasan yang
kulit,
jaringan
Contoh
lunak,
intrabdomen,
dan
infeksi
cefuroxim,
kebidanan
cefaclor
3. Generasi III : Seftriaxon dan sefotaksim kini sering dianggap sebagai obat pilihan
pertama untuk gonore, terutama bila telah timbul resistensi terhadap senyawa
fluorkuinon (siprofloksasin). Sefoksitin digunakan pada infeksi bacteroides fragilis.
Beberapa jenis antibiotik generasi ini memiliki kemampuan kurang untuk penanganan
kuman gram positif. Generasi ini mampu mengatasi infeksi nosokomial (diperoleh di
RS), mampu menembus sistim saraf pusat sehingga dapat menangani meningitis
(infeksi selaput otak) akibat kuman pneumokokus, meningokokus, H.Influenza,
E.coli,Klebsiella,
dan
penicillin-resistant
N.
gonorrhoeae.
Dapat digunakan untuk menangani infeksi yang disebabkan oleh kuman gram negatif
terutama infeksi nosokomial, infeksi saluran pernapasan, infeksi darah, intraabdomen,
kulit, jaringan lunak, saluran kemih. Dapat digunakan pada pasien dengan gangguan
fungsi
Contoh
ginjal.
:
ceftriakson,
cefoperazone,
ceftazidim,
cefotaxim,
ceftizoxim
Obat oral dapat menimbulkan terutama gangguan lambung-usus (diare, nausea, dan
sebagainya), jarang terjadi reaksi alergi (rash, urticaria). Alergi silang dengan derivat penislin
dapat terjadi. Nefrotoksisitas terutama terdapat pada beberapa senyawa generasi ke 1, khususnya
sefaloridin dan sefalotin (dosis tinggi). Senyawa dari generasi berikutnya jauh kurang toksis bagi
ginjal daripada aminoglikosida dan polimiksin. Beberapa obat memperlihatkan reaksi disulfiram
bila digunakan bersama alkohol, yakni sefamandol dan sefoperazon (Duan, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Andes, D. and Craig, W.A. (2006). Pharmacodynamics of a New Cephalosporin, PPI-0903
(TAK-559), Active Against Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus in Murine
Thigh and Lung Infection Models: Identification of an In Vivo PharmacokineticPharmacodynamic Target. Antimicrobial Agents and Chemotherapy. Vol 40 No: 4,
April 2006, 1376-1383.
Duan, Haixia (2009). Study on the Treatment Process of Wastewater from Cephalosporin
Production. Journal of Sustainable Development. Vol 2 No: 2, Juli 2009. 133-136
Elander, R.P. (2003). Industrial Production of -lactam Antobiotics. Journal of Application
Microbiology Biotechnology, 61, 3 April 2003, 385-392.
Kim, Youngsoo and Hol, Wim G.J. (2001). Structure of Cephalosporin Acylase in Complex
with Glutaryl-7-aminocephalosporanic acid and Glutarate: Insight into the Basis of
Its Substrate Specificity. Chemistry & Biology. Vol 8 No: 12, November 2001, 12531264.