BagianSatu
P e nda h u l ua n
11..11.. LLaattaarr B
Beellaakkaanngg
Pembangunan wilayah kabupaten, yang merupakan bagian integral dari pembangunan
regional dan nasional, pada dasarnya harus dapat menjabarkan tujuan dan kepentingan
pembangunan regional dan nasional sekaligus dapat memanfaatkan secara optimal seluruh
potensi yang dimiliki oleh daerah dengan mengatasi segala kendala yang ada.
Untuk mencapai pembangunan daerah yang lebih berdaya guna dan berhasil guna,
pembangunan
daerah
harus
mengacu
pada
pola
pengembangan
tata
ruang
yang
merupakan aspek yang tak terpisahkan dari pola pembangunan sektoral. Kedua aspek ini
harus secara berdampingan mendasari perumusan kebijaksanaan, strategi pengembangan
serta program pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah, baik skala lokal maupun
skala nasional.
Halaman 1 - 1
Sesuai dengan perubahan paradigma baru bahwa penataan ruang merupakan suatu alat
yang dapat mengurangi kesenjangan pertumbuhan antar wilayah, menterpadukan antar
sektor dan mensinkronisasikan program pembangunan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan. Maka penyusunan rencana pemanfaatan dan struktur tata ruang dalam
lingkup
Kabupaten
Kutai
Kartanegara
menjadi
penting
artinya
untuk
mewujudkan
keserasian pemanfaatan ruang sesuai dengan kebutuhan daerah dan kemampuan daya
dukung lingkungannya.
Halaman 1 - 2
pemerintahan
masyarakat
melalui
partisipasi.
Dengan
mengakomodasikan
yang
dan
prinsip-prinsip
demikian
kepentingan
pada
dasarnya
mengedepankan
peranan
RTRW
Kabupaten
masyarakat
Kutai
dengan
Kartanegara
dan
dapat
mengimplementasikan
penyusunan RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara mulai dari proses perencanaan sampai
pengendalian.
Dengan adanya dinamika perkembangan faktor internal maupun eksternal, sesuai dengan
fenomena yang terjadi diatas dapat mempengaruhi efektifitas rencana tata ruang wilayah,
termasuk rencana tata ruang Kabupaten Kutai Kartanegara. UU Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang mengarahkan perlunya peninjauan ulang terhadap produk rencana
tata ruang wilayah pada periode pelaksanaan tertentu, sebagai upaya menghindari
penyimpangan yang lebih besar sekaligus penyelarasan dengan dinamika yang terjadi pada
wilayah yang bersangkutan.
Pada sisi lain dalam implementasi RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara 2001 dimungkinkan
telah mengalami berbagai penyimpangan dalam pemanfaatannya. Hal ini tercirikan dari
Halaman 1 - 3
pesatnya perkembangan
Kabupaten
Kutai
Kartanegara
yang
nampak dari
perubahan dan perkembangan fisik wilayahnya yang tidak sesuai dengan arahan RTRW
Kabupaten Kutai Kartanegara 2001. Selain itu, sejalan dengan pelaksanaan rencana dan
perkembangan yang terjadi terdapat pula indikasi adanya deviasi atau ketidaksesuaian
pada beberapa aspek materi RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara, diantaranya penilaian
terhadap kesesuaian dan keabsahan data serta kelengkapan analisis dalam kaitannya
dengan pengembangan wilayah sesuai dengan yang tercantum dalam Kepmen Kimpraswil
No.327/KPTS/M/2002 yang kemudian disempurnakan menjadi Permen PU No 16 Tahun
2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten. Dengan pertimbangan dari aspek
hukum tersebut dan indikasi deviasi yang terjadi setelah hampir 6 tahun terhitung sejak
disahkannya RTRW, maka sudah selayaknya dilakukan peninjauan ulang terhadap RTRW
Kabupaten tersebut.
Sesuai
ketentuannya,
pengendalian
proses
pemanfaatan
penyusunan
ruang
rencana
memerlukan
tata
ruang,
upaya-upaya
pemanfaatan
yang
dapat
dan
mengajak
partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat. Partisipasi atau peran serta masyarakat
tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara
Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang yang pada intinya dalam proses penataan ruang
diwajibkan untuk melibatkan
seluruh lapisan
masyarakat. Oleh
karena
itu, dalam
penyelenggaraan penataan ruang perlu melibatkan peran serta aktif masyarakat dan dunia
usaha dalam seluruh proses kegiatan penataan ruang.
Walaupun masalah penyusunan rencana tata ruang dan peninjauan kembali (review)
rencana tata ruang telah didukung oleh adanya pedoman tetapi tidak berarti bahwa
permasalahan di
permasalahan yang sering timbul dan dijumpai di daerah dalam penataan ruang antara lain
adanya pemekaran wilayah yang menyebabkan rencana tata ruang perlu ditinjau kembali
dan disesuaikan dengan pemekaran wilayahnya masing-masing, terbatasnya sumberdaya
manusia yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah baik secara kuantitas maupun kualitas dalam
penyusunan rencana tata ruang, terbatasnya kemampuan pembiayaan Pemerintah Daerah,
dan adanya persoalan-persoalan yang bersifat lokal dan spesifik tetapi tidak dapat
dipecahkan oleh Pemerintah Daerah.
11..22.. PPeennggeerrttiiaann D
Daallaam
m PPeennaattaaaann R
Ruuaanngg
Pengertian yang digunakan dalam penataan ruang dalam kaitannya dengan penyusunan
rencana tata ruang wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara adalah:
1.
2.
Halaman 1 - 4
dan
perangkat
daerah
sebagai
unsur
4.
dan
perangkat
daerah
sebagai
unsur
5.
6.
Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.
7.
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain
hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
8.
9.
10. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.
11. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yang
pembinaan, pelaksanaan dan pengawasan penataan ruang.
meliputi
pengaturan,
12. Pelaksanaan penataan ruang adalah upaya pencapaian tujuan penataan ruang melalui
pelaksanaan perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
13. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang
sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program
beserta pembiayaannya.
14. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang
sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.
15. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan
prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi
masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.
16. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk budidaya.
17. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta unsur terkait yang
batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek
fungsional.
18. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disingkat PKN adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa
provinsi.
19. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah pusat permukiman sebagai
pusat jasa, pusat pengolahan dan simpul transportasi yang melayani satu kabupaten
atau beberapa kabupaten.
20. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disingkat PPK adalah kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa.
21. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disingkat PPL adalah pusat permukiman
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.
22. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan
Halaman 1 - 5
Halaman 1 - 7
11..33.. D
Daassaarr H
Huukkuum
m
Landasan hukum dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara 20122032 adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
11..44.. PPrrooffiill K
Kaabbuuppaatteenn K
Kuuttaaii K
Kaarrttaanneeggaarraa
11..44..11
LLeettaakk G
Geeooggrraaffiiss ddaann A
Addm
miinniissttrraassii
Kabupaten Kutai Kartanegara terletak di Provinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah
daratan 27.263,10 km2, sedangkan luas wilayah perairan 4.097 km2. Secara geografis
Kabupaten Kutai Kartanegara terletak pada posisi antara 115 o2628 117o3643 Bujur
Timur dan 1o2821 Lintang Utara sampai 1o0806 Lintang Selatan. Kabupaten Kutai
Kartanegara memiliki batasan administratif wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara
: Kabupaten Malinau
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
Halaman 1 - 10
Tabel 1.1.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Luas Wilayah
Km2
Persen
1.045,90
3,84
754,50
2,77
233,40
0,86
644,20
2,36
1.405,70
5,16
928,60
3,41
1.108,16
4,06
1.143,74
4,2
398,10
1,46
859,50
3,15
437,00
1,6
1.798,80
6,6
939,09
3,44
1.165,71
4,28
3.410,10
12,51
1.302,20
4,78
1.923,90
7,06
7.764,50
28,48
27.263,10
100,00
Kecamatan
Samboja
Muara Jawa
Sanga-sanga
Loa Janan
Loa Kulu
Muara Muntai
Muara Wis
Kota Bangun
Tenggarong
Sebulu
Tenggarong Seberang
Anggana
Muara Badak
Marang Kayu
Muara Kaman
Kenohan
Kembang Janggut
Tabang
Jumlah
Jumlah
Desa
23
8
5
8
15
13
7
21
14
14
18
8
13
11
20
9
11
19
237
Sumber: Kutai Kartanegara dalam Angka Tahun 2011 dan Bagian Pemerintahan
SetKab Kutai Kartanegara, 2012
11..44..22
A.
K
Koonnddiissii FFiissiikk ddaann LLiinnggkkuunnggaann
Topografi
Berdasarkan
Kutai
Kartanegara
Dalam
Angka
2011,wilayah
Kabupaten
Kutai
Halaman 1 - 12
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Samboja
Muara Jawa
Sanga-Sanga
Loa Janan
Loa Kulu
Muara Muntai
Muara Wis
Kota Bangun
Tenggarong
Sebulu
Tenggarong Seberang
Anggana
Muara Badak
Marang Kayu
Muara Kaman
Kenohan
Kembang Janggut
Tabang
Total
B.
Fisiografi
Pembagian bentuk permukaan bumi berdasarkan tipe fisiografinya dimaksudkan untuk
dapat memberikan gambaran dan kemudahan dalam perencanaan penggunaan tanah
yang berkaitan dengan perencanaan pengembangan daerah.
Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, dilihat dari fisiografinya dapat dikelompokkan
kedalam 9 satuan fisiografi, dengan diskripsi masing-masing satuan sebagai berikut :
1.
Halaman 1 - 13
No
Kecamatan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Samboja
Muara Jawa
Sanga-Sanga
Loa Janan
Loa Kulu
Muara Muntai
Muara Wis
Kota Bangun
Tenggarong
Sebulu
Tenggarong Seberang
Anggana
Muara Badak
Marang Kayu
Muara Kaman
Kenohan
Kembang Janggut
Tabang
Total
2.
3.
4.
Halaman 1 - 14
Halaman 1 - 15
Halaman 1 - 16
6.
7.
8.
daerah
bukit
endapan
dan
ultra
basalt,
satuan
punggung
4.123,64
Km2
atau
15,79
dari
luas
wilayah
Kabupaten
KutaiKartanegara.
9.
Penyebaran dan luas satuan fisiografi wilayah Kabupaten Kutai Kartanegaradapat dilihat
pada tabel berikut :
Halaman 1 - 17
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Luas Wilayah
2.997,95
2.349,99
1.462,41
1.291,71
88,76
918,84
8.959,82
4.304,61
3.488,99
25.863,08
Persentase (%)
11,59
9,09
5,65
4,99
0,34
3,55
34,64
16,64
13,49
100,00
Sumber : Pusat Data Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah (PDP3D) Kab Kutai Kartanegara
C.
Klimatologi
Iklim wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara sangat dipengaruhi oleh iklim tropis basah
yang bercirikan curah hujan cukup tinggi dengan penyebaran merata sepanjang tahun,
sehingga tidak terdapat pergantian musim yang jelas.
Iklim di Kabupaten Kutai Kartanegara dipengaruhi oleh letak geografinyayakni iklim
hutan tropika dengan suhu udara rata-rata 260C, dimanaperbedaan antara suhu
terendah dengan suhu tertinggi mencapai 50 70C.Jumlah curah hujan wilayah ini
berkisar
2.000-4.000
mm/tahun
dengan
jumlahhari
hujan
rata-rata
130-150
hari/tahun. Curah hujan terendah yaitu dari 0 2.000 mm/tahun tersebar di wilayah
pantai dan semakin meningkat ke wilayahpedalaman atau kearah barat.
Curah hujan di Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dibagi kedalam 6(enam) klasifikasi
curah hujan, yaitu :
1.
luas
12.376,532Kmatau
47,39
luas
wilayah
Kabupaten
Halaman 1 - 18
4.
5.
Mahakam hingga saat ini dimanfaatkan sebagai air baku bagi penyediaan air minum
penduduk di sepanjang wilayah yang dilaluinya. Sedangkan lebar dan dalamnya sungai
dijadikan sarana esensial bagi kegiatan transportasi air sebagai transportasi lokal
maupun antar wilayah (transportasi regional).
Selain memiliki banyak sungai besar dan kecil, wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara
juga memiliki banyak danau. Beberapa danau yang cukup besar yang ada di wilayah ini
Halaman 1 - 19
Tabel 1.5.
Nama Sungai di Kabupaten Kutai Kartanegara
No.
Nama Sungai
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Sungai Mahakam
Sungai Loa Haur
Sungai Jembayan
Sungai Kedang Rantau
Sungai Sabintulung
Sungai Pela
Sungai Kahala
Sungai Batangan Muntai
Sunagi Bongan
Sungai Kedang Kepala
Sungai Kelinjau
Sungai Belayan
Sungai Kedang Pahu
Panjang
Seluruhnya Yang dapat Dilayari
920
823
120
80
180
112
132
132
15
15
10
10
77
77
10
10
20
20
319
266
15
10
319
319
144
98
Lebar
(meter)
Kedalaman
(Meter)
100-800
10-30
20-80
30-100
6-15
8-15
2-6
4-8
3-5
40-150
20-75
15-150
20-75
5-12
2-4
2-6
2-4
2-4
3-10
3-4
3-6
2-4
3-10
3-10
3-10
2-10
Tabel 1.6.
Nama dan Luas Danau di Kabupaten Kutai Kartanegara
No
Nama Danau
Luas (Ha)
1.
Ngayau
920
2.
Mulupan
24
3.
Siran
39
4.
Man
29
5.
Melintang
11.000
6.
Semayang
13.000
7.
Ubis
38
8.
Karang
39
9.
Merambi
51
10. Puan Rabuk
319
11. Loa Kang
23
12. Perian
198
13. Tempatung
119
14. Batu Bumbun
182
15. Kajo
32
16. Tanah Liat
49
Sumber: Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2011
Selain danau, terdapat juga beberapa waduk yang tersebar di beberapa lokasi di
Kabupaten
Kutai
Kartanegara
dengan
jumlah
sebanyak
unit.
Waduk
yang
Tabel 1.7.
Daerah Irigasi Kewenangan Kabupaten Kutai Kartanegara
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Daerah Irigasi
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
Hambau
Kembang Janggut
Sebamban
Sebelimbingan
Muhurun
Beloro
Selorong Seberang
Kahala
Loa Sokah
Long Beleh
Merendar
KM 15
Loa Janen Ulu
Loa Huiy
Pimping
Bakungan Bawah
Tani Bhakti
Manili
Jonggon A
Jonggon B
Jonggon D
Loa Kulu Seberang
Kampung Banjar
Loa Gagak
Lembanong
Lebaho Lais
Tanjung Laung
Jongkang
Loa Kulu Kota
Sungai Payang
Maluhu
Embalut
Luas (Ha)
925,00
800,00
200,00
300,00
300,00
200,00
200,00
200,00
200,00
200,00
150,00
150,00
500,00
200,00
100,00
300,00
750,00
350,00
261,00
450,00
500,00
450,00
350,00
200,00
475,00
200,00
200,00
200,00
200,00
250,00
225,00
300,00
Halaman 1 - 21
Daerah Irigasi
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
Suku Dadi
Kejawi
Kliring
Sidodadi
Loa Ipuh
Manunggal Jaya
Bangun Rejo
Kerta Buana (iv)
Bukit Pariaman
Buana Jaya
Mulawarman
Loa Raya
Perjiwa
Loa Lepu
Sangasanga Dalam I
Sangasanga Dalam II
Kampung Jawa
Sebulu III
Sebulu IV
Sebulu Ilir
Sebulu Ulu
Berambai
Sagihan Atas
Tanjung Harapan
Manunggal Jaya Sp II
Giri Agung
Teratak
Benua Puhun
Sebulu V
Rantau Hempang
Muara Kaman
Teluk Muda
Kedang Murung
Lebak Mantan I
Lebak Mantan II
Kota Bangun Seberang
Kota Bangun Ulu
Kota Bangun Ilir
Trans SP. IV
Sebulu Uptt I
Sebulu Uptt II
Trans Sp. V.a
Trans Sp. V.b
Rimba Ayu
Kota Bangun VI
Kayu Bunga
Loleng
Kalakat
Salok Palai
Long Lalang
Leka Induk
Berinding Seberang
Perian
Batuq
Kemuda
Kuara Leka I
Muara Leka II
Rapak Nyamuk Ilir
Luas (Ha)
350,00
375,00
300,00
350,00
300,00
500,00
450,00
500,00
500,00
500,00
300,00
150,00
100,00
100,00
200,00
200,00
200,00
300,00
200,00
200,00
500,00
400,00
220,00
250,00
500,00
400,00
400,00
657,00
500,00
150,00
200,00
550,00
200,00
200,00
200,00
150,00
300,00
400,00
300,00
250,00
250,00
300,00
175,00
350,00
300,00
125,00
500,00
100,00
250,00
100,00
200,00
100,00
500,00
100,00
500,00
325,00
200,00
150,00
Halaman 1 - 22
Daerah Irigasi
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
Gunung Sari
Saliki
Muara Badak Ilir
Muara Badak Ulu
Handil Baru Darat
Rapak Kutai
Bunga Putih
Tanjung Limai
Kersik
Sebuntai
Makarti
Gunung Menangis
Sangkiman I
Sangkiman II
Sakarat
Jerangin
Lempahung
Alang Alang
Tanjung Harapan
Selok Api Darat
Selok Api Darat Luar
Muara Wali
Saka Ulu
Saka Ilir
Gunung Tampi
Lempahung I
Lempahung II
Senipah Bawah
Lampe
Sungai Seluang
Margo Mulyo
Argosari
Amborawang Laut
Amborawang Darat
Muara Sembilang
Beringin Agung
Muara Jawa Ilir
Muara Jawa Tengah
Muara Jawa Ulu
Galendrong
Tama Pole
Dondang
Muara Kembang
Aji Mas
Sindang Jaya
Debag
Jilay
Amborawang
Bitung
Bukit Biru
Genting Tanah
Handil Baru
Jahuq
Kutai Lama
Liang
Loa Janan Ulu
Loa Tebu
Lok Sumber
Luas (Ha)
125,00
200,00
200,00
200,00
350,00
200,00
200,00
500,00
150,00
500,00
200,00
300,00
275,00
375,00
250,00
500,00
400,00
350,00
300,00
300,00
500,00
500,00
500,00
500,00
400,00
300,00
300,00
300,00
100,00
250,00
100,00
100,00
300,00
200,00
150,00
300,00
100,00
300,00
150,00
300,00
200,00
300,00
400,00
100,00
250,00
200,00
200,00
552,00
100,00
300,00
200,00
200,00
201,00
200,00
954,00
500,00
125,00
551,00
Halaman 1 - 23
Daerah Irigasi
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
DI
Marga Sari
Mualap
Muara Muntai
Muara Wis
Ngadang
Panoragan
Purwajaya
Rapak Lama
Rapak Lambur
Rapak Nyamuk
Santan Tengah
Santan Ulu
Sebuntal
Separi I
Separi II
Separi III
Serbaya
Sumber Rejeki
Tani Aman
Tanjung Batu
Teluk Dalam I, III
Timbau
Tirusan
Ukung
Panji Sukarame
Total
Luas (Ha)
200,00
200,00
310,00
300,00
200,00
266,00
100,00
725,00
1.000,00
141,00
710,00
625,00
750,00
589,00
547,00
547,00
250,00
200,00
100,00
200,00
300,00
180,00
825,00
200,00
50,00
54.186,00
Disamping sumber air permukaan, terdapat juga sumber air tanah yang ada di
Kabupaten Kutai Kartanegara berupa mata air yang dimanfaatkan sebagai air baku
untuk air minum di Kecamatan Muara Jawa.
E.
Geologi
Struktur geologi di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara sampai saat ini belum
seluruhnya diketahui. Hasil survey dan pemetaan geologi yang dimuat dalam buku
Geologi of Indonesia oleh R.W. Van Bemmelen tahun 1949, menunjukan bahwa baru
sebagian sebelah timur (daerah pantai dan dataran rendah sekitarnya) yang dipetakan,
yang membujur dari arah selatan sampai utara. Diduga bahwa struktur geologi
Kabupaten Kutai Kartanegara berumur antara Pratertier hingga Kwarter.
Formasi geologi ini terbentuk pada zaman Pratertier meliputi areal seluas 667,05
Km2Atau 7,55 % dari luas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. Formasi ini terdiri
dari; batuan serpih kristalin, phylit, batu sebak, serpih liat, batu liat, napal, batu
gamping dan batuan eruftif asam sampai basa. Penyebarannya terdapat di Kecamatan
Tabang. Pada zaman Tertier terbentuk formasi batuan : Paleogen, Pamaluan Beds,
Pulaubalang Beds, Balikpapan (Kutai Beds), Kampung Baru dan Dumaring Beds.
Halaman 1 - 24
2.
3.
4.
5.
6.
Halaman 1 - 25
Luas
(Km2)
8,430.20
1,716.91
4,552.31
3,889.68
4,641.37
159.80
696.32
3,176.51
27,263.10
(%)
30.92
6.30
16.70
14.27
17.02
0.59
2.55
11.65
100.00
F.
Jenis Tanah
Sesuai dengan kondisi iklim di Kabupaten Kutai Kartanegara yang tergolong dalam type
iklim tropika humida, maka jenis-jenis tanah yang terdapat di daerah ini pada
umumnya tergolong kedalam tanah yang bereaksi asam. Jenis-jenis tanah di Kabupaten
Kutai Kartanegara (menurut penelitan Tanah Bogor dan padananya menurut Soil
Taxonomi) terdiri dari Podsolik (Ultisol), Organosol (Histosol), Lithosol (Entisol),Latosol
(Ultisol), Andosot (Inceptisol), Regosol (Entisol), Renzina (Moltisol) dan Mediteran
(Inceptisol).
Ciri dan sifat tanah pudsolik (ultisol) biasanya ditandai dengan :
1.
2.
Karena suhu yang cukup tinggi dan penyucian yang berlangsung terus menerus
mengakibatkan pelapukan terhadap mineral yang mudah lapuk sehingga terjadi
pembentukan mineral lampung skunder dan oksidaoksidanya.
Halaman 1 - 26
Halaman 1 - 27
Tanah pudsolik (ultisol) merupakan jenis tanah yang terluas di Kabupaten Kutai
Kartanegara dan berpotensi dikembangkan sebagai daerah pertanian. Persedian air
didaerah
ini
yang
cukup
karena
curah
hujan
yang
tinggi
sangat
mendukung
penggunaan tanah dari jenis ini sebagai daerah pertanian, biasanya memungkinkan
produksi yang baik beberapa tahun pertama, selama unsur-unsur hara dipermukaan
melalui proses biocycle belum habis.
Reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa rendah, kadar alumanium yang tinggi dan
kedasar unsur hara yang rendah merupakan penghambat utama untuk pertanian.
Untuk pengguna yang baik diperlukan pengapuran, pemupukan dan penggelolaan yang
tepat.
Penggunaan tanah ini sebagian masih hutan dan dapat dipertahankan kesuburan
tanahnya karena recycling, dimana basa-basa yang tercuci kelapisan bawah diserap
kembali oleh akar-akar tanaman hutan dan dikembalikan kepermukaan melalui daundaun yang gugur.
Tanah alluvial (Entosil) merupakan tanah yang baru berkembang. Proses pembentukan
tanah ini umumnya dipengaruhi faktor-faktor :
Batuan induk yang sangat sukar lapuk (inert) atau tidak permeabelsehingga air
sukar meresap dan reaksi-reaksi tidak berjalan.
Bahan induk yeng tidak subur atau mengandung unsur-unsur yang beracunbagi
tanaman atau organisme lain , sehingga defferensiasi oleh bahanorganik tidak
terjadi.
Penggunaan tanah dari jenis tanah alluvial (entisol) ini untuk usahapertanian misalnya
dapat dilakukan didaerah endapan sungai atau rawa-rawapantai. Tanah Alluvial yang
berasal dari alluvium, umumnya merupakan tanah-tanahsubur. Tanah-tanah entisol
yang berlereng curam atau berbatu-batusebaiknya digunakan sebagai hutan atau cagar
alam.
Tanah-tanah dari golongan organol (histosol) juga terdapat di wilayahKabupaten Kutai
Kartanegara. Tanah ini terbentuk bila produksi danpenimbunan bahan organik lebih
Halaman 1 - 28
rawa-rawa
pematangan
gambut
(Repening)
mempunyaisusunan
berupa
Horizon
tahapanPematangan
Aoog
Fisik,
melalui
Pematangan
proses
Kimia
(Inceptisol)
adalah
tanah
yang
belum
matang
(immature)dengan
perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanahmatang dan masih
banyak menyerupai sifat bahan induknya. Penggunaanjenis tanah Andosol (Inceptisol)
ini adalah untuk pertanian dan non pertanian(sangat beraneka ragam). Daerah-daerah
yang berlereng curam untuk hutanatau hutan lindung, Sedangkan daerah yang
berdrainase jelek dapat dijadikanpertanian setelah diadakan perbaikan drainasenya.
Tanah Renzina (Millisol) yang terdapat di Kabupaten Kutai Kartanegaraumumnya dari
sub order Rendoll, yang dimaksud disini ialah tanah yangmengandung Ca Co3 ekuivalen
lebih dari 40 % pada kedalaman kurang lebihdari satu meter. Mollisol merupakan tanah
subur dengan hanya sedikitpencucian sehingga kejenuhan basa tinggi. Tanah ini
mempunyai kejenuhanbasa 50 % atau lebih pada Horison Sargilik atau Netrik ataupun
sampai kontak litik/paralik.
Halaman 1 - 29
tersebar
di
Kecamatan
Samboja,
Muara
Jawa,
Sanga-
Lokasi Penyebaran
Kec. Ma. Muntai, Kota Bangun,
Kenohan, Kembang Janggut, Ma.
Kaman, Sebulu, Tenggarong dan
Loa Kulu 3.492,40 Ha (12,81%)
Kec. Samboja, Ma. Jawa, Sangasanga, Anggana dan Muara Badak
7.595,50 Ha(27.86%)
Batuan beku dan endapan metamorf
Pegunungan Patahan sebagian
wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara 7.557,33 Ha (27,72%)
Sebagian wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara 8.617,86 Ha (31,61%)
11..44..33
PPeenngggguunnaaaann LLaahhaann
Halaman 1 - 30
Sedangkan
untuk
KBNK
meliputi
pertanian,
perkebunan,
pertambangan
Tabel 1.10.
Penggunaan Lahan Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011
No
A.
1
2
3
4
Pemanfaatan Ruang
Kawasan Lindung
Hutan Lindung
Cagar Alam
Taman Nasional
Taman Hutan Raya
Total Kawasan Lindung
Luas (Ha)
204.640
32.038
50.726
52.603
340.007
7,51
1,18
1,86
1,93
12,47
Kawasan Budidaya
1 Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK):
Hutan Produksi Tetap (HP) (termasuk kws hutan
bakau/fungsi lindung)
Hutan Produksi Terbatas (HPT)
Hutan Produksi yang dapat Dikonversi
Total KBK
787.675
600.000
56.453
1.444.128
28,89
22,01
2,07
52,97
81.558
397.404
378.655
19.591
64.957
942.165
2.386.293
2,99
14,58
13,89
0,72
2,38
34,56
87,53
2.726.300
100,00
Keterangan:
Luas kawasan lindung (Hutan Lindung, Cagar Alam, Taman Nasional dan Taman Hutan Raya) merupakan
luas hasil rekom Timdu Prov Kaltim
Luas Kawasan Perkebunan merupakan hasil dari luas lahan perkebunan yang sudah memilikiIzin Usaha
Perkebunan/IUP (keseluruhan) dikurangi Hak Guna Usaha/HGU
Luas Kawasan Pertambangan merupakan kawasan yang sudah memiliki Izin Operasi Produksi dan PKP2B
Halaman 1 - 31
Halaman 1 - 32
11..44..44
A.
K
Koonnddiissii K
Keeppeenndduudduukkaann
Gambar 1.6.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
KECAMATAN
Samboja
Muara Jawa
Sanga-Sanga
Loa Janan
Loa Kulu
Muara Muntai
Muara Wis
Kota Bangun
Tenggarong
Sebulu
Tenggarong Seberang
Anggana
Muara Badak
Marang Kayu
Muara Kaman
Kenohan
Kembang Janggut
Tabang
Jumlah
Laki - Laki
28.982
17.711
9.128
28.829
20.845
9.089
4.491
16.336
50.432
19.305
32.933
17.353
20.918
12.284
18.030
5.200
12.968
5.339
330.173
Perempuan
25.533
16.212
8.460
27.242
19.093
8.226
4.066
14.956
45.777
17.115
28.508
15.335
18.916
11.110
15.879
4.661
10.849
4.569
296.507
Jumlah
Persentase (%)
54.515
8,70
33.923
5,41
17.588
2,81
56.071
8,95
39.938
6,37
17.315
2,76
8.557
1,37
31.292
4,99
96.209
15,35
36.420
5,81
61.441
9,80
32.688
5,22
39.834
6,36
23.394
3,73
33.909
5,41
9.861
1,57
23.817
3,80
9.908
1,58
626.680
100,00
Gambar 1.7.
Halaman 1 - 34
Tabel 1.12.
Kepadatan Penduduk Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
KECAMATAN
Samboja
Muara Jawa
Sanga-Sanga
Loa Janan
Loa Kulu
Muara Muntai
Muara Wis
Kota Bangun
Tenggarong
Sebulu
Tenggarong Seberang
Anggana
Muara Badak
Marang Kayu
Muara Kaman
Kenohan
Kembang Janggut
Tabang
Jumlah
LUAS
WILAYAH
(Km)
1.045,90
754,50
233,40
644,20
1.405,70
928,60
1.108,16
1.143,74
398,10
859,50
437,00
1.798,80
939,09
1.165,71
3.410,10
1.302,20
1.923,90
7.764,50
27.263,10
RUMAH
KEPADATAN
TANGGA
PENDUDUK
Ruta/Km Pddk/Km
(Ruta)
13.510
54.515
12,92
52,12
8.258
33.923
10,94
44,96
4.442
17.588
19,03
75,36
14.392
56.071
22,34
87,04
10.468
39.938
7,45
28,41
4.730
17.315
5,09
18,65
2.200
8.557
1,99
7,72
7.816
31.292
6,83
27,36
23.489
96.209
59,00
241,67
9.232
36.420
10,74
42,37
15.927
61.441
36,45
140,6
7.971
32.688
4,43
18,17
9.588
39.834
10,21
42,42
5.479
23.394
4,70
20,07
8.679
33.909
2,55
9,94
2.265
9.861
1,74
7,57
6.626
23.817
3,44
12,38
2.158
9.908
0,28
1,28
157.230
626.680
5,77
22,99
Halaman 1 - 35
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
KECAMATAN
Samboja
Muara Jawa
Sanga-Sanga
Loa Janan
Loa Kulu
Muara Muntai
Muara Wis
Kota Bangun
Tenggarong
Sebulu
Tenggarong Seberang
Anggana
Muara Badak
Marang Kayu
Muara Kaman
Kenohan
Kembang Janggut
Tabang
Jumlah
2008
51.336
28.359
15.016
50.879
38.201
17.587
8.549
29.240
78.371
36.886
52.583
28.756
37.583
25.637
34.282
11.893
21.728
13.462
580.348
2009
53.303
29.100
17.674
51.456
40.072
17.587
9.186
30.167
86.472
36.966
54.020
32.774
43.449
25.349
34.145
11.685
21.728
10.724
605.857
2010
54.515
33.923
17.588
56.071
39.938
17.315
8.557
31.292
96.209
36.420
61.441
32.688
39.834
23.394
33.909
9.861
23.817
9.908
626.680
B.
Angkatan Kerja
Angkatan Kerja di Kabupaten KutaiKartanegara tahun 2010 sebanyak 294.620orang.
Hal ini terlihat meningkat daritahun 2009 yang hanya sebesar 263.668orang. Ini berarti
angkatan kerjameningkat 11,74 persen.Sehingga Tingkat PartisipasiAngkatan Kerja
(TPAK) meningkat dari65,96 persen di tahun 2009 menjadi 67,65persen pada tahun
2010.
Menurut
jeniskelamin,
TPAK
laki-laki
dan
perempuanjuga
mengalami
angkatan
kerja
initerdiri
atas
penduduk
yang
bekerja
Halaman 1 - 36
11..44..55
A.
PPootteennssii B
Beennccaannaa A
Allaam
m
B.
tinggi
dan
lereng
DAS
yang
miring
merupakan
faktor
utama
yang
C.
>45o , semakin
besar sudut kelerengan maka kondisi tanah semakin tidak stabil dari segi mekanika
batuan tetapi belum tentu rawan longsor.
longsor peta kelerengan tersebut di tumpang-tindihkan dengan tata guna lahan, jika
daerah tersebut tanahnya kritis/gundul maka peluang longsor semakin tinggi.
Hasil peta selanjutnya ditumpang-tindihkan dengan kondisi batuan dan struktur
geologi, jika batuan lapuk atau lunak atau adanya struktur sesar/patahan maka
Halaman 1 - 37
2.
Kawasan rawan gempa, serta dicirikan dengan kondisi kemiringan lereng lebih
curam dari 20o.
Dalam kawasan ini sering dijumpai alur-alur dan mata air, yang pada umumnya
berada di lembah-lembah dekat sungai. Kawasan dengan kondisi seperti di atas, pada
umumnya merupakan kawasan yang subur, sehingga banyak dimanfaatkan untuk
kawasan budidaya, terutama pertanian dan pemukiman.
Disamping kawasan dengan karakteristik tersebut di atas, beberapa kawasan yang
dikategorikan sebagai kawasan rawan longsor, meliputi:
a.
Lereng-lereng pada Kelokan Sungai, akibat proses erosi atau penggerusan oleh
aliran sungai pada bagian kaki lereng.
b.
Daerah Tekuk Lereng, yaitu peralihan antara lereng curam ke lereng landai, yang
ada permukimaannya, karena berdasarkan penelitian pada kondisi hidrologi
lereng, (Karnawati, 2000) menjelaskan bahwa daerah tekuk lereng cenderung
menjadi zona akumulasi air yang meresap dari bagian lereng yang lebih curam.
Akibatnya daerah tekuk lereng sangat sensitif mengalami peningkatan tekanan air
pori, yang akhirnya melemahkan ikatan antar butir-butir partikel tanah dan
memicu terjadinya longsoran.
c.
Daerah
yang
dilalui
Struktur
Patahan
(Sesar),
yang
menjadi
kawasan
rapat,
serta
ditandai
dengan
munculnya
beberapa
mata
air
pada
Halaman 1 - 38
kondisi alam (dalam hal ini kemiringan lereng, lapisan tanah/batuan, struktur
geologi, curah hujan, dan geohidrologi lereng),
b)
pemanfaatan lereng,
c)
Variasi tingkat kerawanan suatu kawasan rawan bencana longsor, dibedakan menjadi:
(1) Kawasan dengan Tingkat Kerawanan Tinggi
Merupakan kawasan dengan potensi yang tinggi untuk mengalami gerakan tanah
dan cukup padat pemukimannya, atau terdapat konstruksi bangunan sangat
mahal atau penting. Kawasan ini sering mengalami gerakan tanah (longsoran),
terutama pada musim hujan atau saat gempa bumi terjadi.
(2) Kawasan dengan Tingkat Kerawanan Menengah
Merupakan kawasan dengan potensi yang tinggi untuk mengalami gerakan tanah,
namun tidak ada permukiman serta konstruksi bangunan yang terancam relatif
tidak mahal dan tidak penting.
(3) Kawasan dengan Tingkat Kerawanan Rendah
Merupakan kawasan dengan potensi yang tinggi untuk mengalami gerakan tanah,
namun tidak ada resiko terjadinya korban jiwa terhadap manusia ataupun resiko
terhadap
longsoran,
bangunan.
namun
Kawasan
di
yang
dalamnya
kurang
terdapat
berpotensi
permukiman
untuk
mengalami
atau
konstruksi
bahwa semua
pemukiman padat tidak terletak pada zona dengan tingkat kerawanan tinggi. Namun
demikian banyak terdapat kegiatan penambangan yang berada pada zona longsor,
sehingga akan mempertinggi potensi terjadinya bencana. Kegiatan penambangan ini
dapat memicu terjadinya gerakan tanah pada zona rawan longsor.
D.
terjadi
karena
menggenangi daratan ketika air laut mengalami pasang. Kenaikan air laut terjadi
perlahan-lahan sesuai dengan gerak pasang air laut. Ketinggian air banjir sesuai
Halaman 1 - 39
air
tanah
kekeringan
yang
menyebabkan
pertanian),
Tahapan
terjadinya
stress
selanjutnya
pada
terjadinya
tanaman
kekurangan
pasokan air permukaan dan air tanah yang ditandai dengan menurunnya tinggi muka
air sungai ataupun danau (terjadinya kekeringan hidrologis).
F.
masih
sanggup
menjebol
infrastruktur
jalan,
tiang
listrik,
jembatan,
11..44..66
PPootteennssii S
Suum
mbbeerrddaayyaa EEkkoonnoom
mii
pembangunan
perkembangan
peningkatan,
PDRB
khususnya
baik
sehinggadaerah
dibidang
hargakonstan
ini
ekonomi,
maupun
memberikan
hal
harga
kontribusi
ini
dapat
berlaku
yang
dilihat
terus
cukup
dari
mengalami
besar
dalam
Halaman 1 - 41
A.
Perkembangan PDRB
Besaran PDRB sering digunakan sebagai indikator untuk menilai kinerja perekonomian
suatu wilayah, terutama yang dikaitkan dengan kemampuan suatu daerah dalam mengelola
sumber daya yang dimilikinya. Kenaikan produksi maupun harga barang dan jasa
merupakan faktor penyebab utama kenaikan nilai PDRB. Besaran PDRB Kabupaten Kutai
Kartanegara selama 3 tahun terakhir berkembang cukup stabil.
Perekonomian Kabupaten Kutai Kartanegara sampai saat ini masih sangat bergantung pada
sektor pertambangan yang mayoritas diekspor ke pasar global. Sehingga perekonomian
Kabupaten Kutai Kartanegara secara umum dipengaruhi oleh perekonomian global. Sejalan
dengan
berlanjutnya
pemulihan
ekonomi
global,
perekonomian
Kabupaten
Kutai
Kartanegara tahun 2010 tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009.
Pertumbuhan ekonominya sebesar 3,88 persen di tahun 2010, dan 2,08 persen tahun 2009.
Di tahun 2010, hampir semua sektor mengalami percepatan pertumbuhan, kecuali Sektor
Listrik, Gas &Air Bersih.
Secara umum, perekonomian Kutai Kartanegara yang diukur berdasarkan besaran Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 kembali
mengalami peningkatan. Nilai PDRB Kutai Kartanegara tahun 2010 mencapai Rp 98,82
trilyun (mengalami peningkatan sebesar 9,99 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yang
sebesar Rp 89,85 trilyun di tahun 2009).
Sedangkan jika minyak bumi dan gas alam (migas) dikeluarkan dari penghitungan PDRB,
maka nilai PDRB Kutai Kartanegara juga mengalami peningkatan sebesar 25,17 persen.
Tahun 2009, PDRB tanpa migas mencapai Rp 28,06 triliun dan meningkat menjadi Rp 35,13
triliun di tahun 2010.
Ada empat sektor dominan yang berpengaruh tinggi terhadap PDRB dengan migas yaitu
sektor Pertambangan (berperan 83,84% terhadap ekonomi Kutai Kartanegara), sektor
Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan (6,34%), sektor Bangunan (3,21%) dan
sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (2,86%). Sedangkan sektor- sektor yang lain
berperan sebesar 3,75% terhadap perekonomian Kutai Kartanegara.
Halaman 1 - 42
pendapatan per kapita tersebut belum menggambarkan peningkatan secara riil, karena
dihitung atas dasar harga berlaku yang masih dipengaruhi oleh kenaikan harga atau tingkat
inflasi. Dengan demikian, pendapatan per kapita akan lebih tepat memberikan gambaran
jika dihitung berdasarkan harga konstan.
Gambar 1.9.
PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (000 000
Rp) 2000, 2009- 2010
Halaman 1 - 43
Tabel 1.14.
Perkembangan PDRB Kabupaten Kutai Kartanegara
Tahun
(1)
Dengan
Migas
Tanpa Migas
Dengan
Migas
Tanpa
Migas
(2)
(3)
(4)
(5)
2000 23.404.509
4.760.077 23.404.509
4.760.077
2009 89.846.631
28.064.537 27.997.018
9.288.665
2010 98.818.128
Halaman 1 - 44
Gambar 1.12.
DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DENGAN NONMIGAS MENURUT LAPANGAN USAHA
Halaman 1 - 45
Sektor Ekonomi
1.
Perindustrian
Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan diIndonesia,
ternyata
Industri
kecil
dan
menengah
mampu
bertahan
dan
relatifmampu
berkembang. Hal ini terlihat dari jumlah unit industri kecil diKabupaten Kutai
Kartanegara berkembang cukup positif, pada tahun 2008sekitar 2.128 unit industri
kecil dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak5.305 orang dan pada tahun 2008
meningkat menjadi 2.150 unit denganjumlah tenaga kerja terserap 5.347 orang.
Adapun usaha per jenis kerajinanyang dikembangkan seperti kerajinan Kulit, Kayu,
Anyaman/Gerabah/Rotan,selain itu juga berkembang jenis industri kecil seperti
kain tenun Ulap doyo,juga berbagai jenis industri kecil berupa makan dan lainnya.
Untuk industri besar perkembangannya menunjukan angka berfluktusiterlihat tahun
2007 sebanyak 13 unit industri besar dengan penyerapantenaga kerja sebanyak
5.500 orang dan pada tahun 2008 sebanyak 13 unitdengan peningkatan tenaga
kerja sebanyak 5.500 orang.Perkembangankelompok industri dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 1.15.
Banyaknya Industri di Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009 - 2011
No.
Kelompok Industri
2009
2010
2011
Satuan
1 Industri Kecil
1903
2128
2150 unit
Tenaga Kerja
5559
5305
5347 orang
Kulit
166
168
168 unit
Kayu
45
46
46 unit
Logam/Logam Mulia
23
25
25 unit
Anyaman/Rotan
52
53
56 unit
Kain Tenun
15
16
16 unit
Makanan
190
206
212 unit
2 Industri Besar
13
13
13 unit
4982
5500
Jenis Kerajinan
Tenaga Kerja
5500 orang
Sumber Data : Kutai Kartanegara Dalam Angka, 2011 dan Dinas PERINDAKOP
Halaman 1 - 46
Perdagangan
Perdagangan luar negeri merupakan sektor ekonomi yang sangat berperan dalam
menunjang
pembangunan
ekonomi
Indonesia
pada
umumnya
dan
Kutai
Kartanegara pada khususnya. Dari kegiatan ekspor dapat diperoleh devisa yang
merupakan salah satu sumber dana untuk pembangunan, sementara dari kegiatan
impor dapat diperoleh bahan baku dan barang modal yang diperlukan dalam
pembangunan.
Definisi
ekspor
adalah
pengiriman
barang
dagangan
keluar
negeri
melalui
kenaikan dari tahun 2009 yang hanya sebesar US$ 171.112.716.000. Komoditas
ekspor tersebut terdiri atas batu bara, udang beku, moulding, dan plywood.
3.
Bidang Pariwisata
Kabupaten Kutai Kartanegara selain kaya dengan sumber daya alam jugakaya
dengan potensi kepariwisataan berupa Wisata sejarah, Alam, Hutan,Danau, dan
Laut, juga sebagai pewaris kerajaan Hindu tertua di Indonesia(Abad ke IV) banyak
terdapat peninggalan sejarah dan seni budaya. Selain ituterdapat obyek wisata
buatan (Pulau Kumala) yang menjadi andalan daerahuntuk menarik kunjungan
wisata. Selain bertujuan guna mengangkat namadaerah, juga diharapkan bisa
menyerap tenaga kerja dan dapat meningkatkanPAD dimasa yang akan datang.
Sebagai salah satu daerah tujuanwisata Kabupaten Kutai Kartanegaramemiliki
potensi
kepariwisataan
yangtidak
kalah
menariknya
dengan
daerahlain
di
Kecamatan
Samboja
dan
LoaJanan,
terdapat
Wisata
Laut,Taman
Bukit
Halaman 1 - 47
Historika
295
buah,
Numismatika
880
buah,Filologika
31
buah,
Keromologika 581 buah, Seni Rupa 197 buah danTekhnologi modern 99 buah,
juga terdapat makam Raja-Raja KutaiKartanegara.
o
Kota
Bangun
dengan
potensi
Wisata
Danau,
Ikan
Pesut
mahakam,
Muara Muntai terdapat potensi wisata Nusa Tuna Indah berupa pulauyang
dikelilingi danau.
ketinggian
menghubungkan
75
meter;
Tenggarong
Cable
Caratau
Seberangdengan
Kereta
Pulau
Gantung
Kumala;
yang
selain
itu
Kesenian Keraton terdiri dari : Tari, Mulawarman,Ganjur Bini, Kenjar Laki, Tari
Kanjal, TariTopeng, Tari Dewa.
diperlukanadanya
pasar
dari
hasil
usaha
tani,teknologi
yang
kontinyu
disamping
ketersediaan
lembaga
keuangan
untuk
pemberiankredit.
Namun disadari masih ditemui adanya kendala dalam upayapengembangan sektor
ini diantaranya keterbatasan SDM dan Infrastruktur,sebagai mana diketahui SDM
pertanian dalam hal ini petani, rata-rata tingkatpendidikan petani relatif rendah
sehingga menghambat pada adopsi daninovasi di bidang pertanian ditambah lagi
dengan terbatasnya jumlah petaniyang ada bila dibandingkan dengan potensi lahan
yang tersedia, sehinggakedepan perlu merubah sistem pertanian sub sisten ke
sistem pertanianmodern dengan melalui pembinaan dan pelatihan bagi petani.
Masalah lain yang dihadapi petani adalah terjadinya mata rantai pemasaranyang
cukup panjang dari produsen ke konsumen atau dilihat dari sisipendapatan, adanya
kenaikan harga output pertanian ditingkat konsumentidak dinikmati olah petani,
dalam hal ini (dikuasai pedagang pengumpul danpedagang besar). Disamping itu
untuk memasarkan hasil-hasil produksinyapetani memerlukan biaya transport yang
cukup
tinggi
dan
secara
ekonomiskurang
menguntungkan.
Dalam
upaya
hasil
panen
kelangsungan
produksi
khususnya
padi,
padi.Selain
pemerintahKabupaten
itu
guna
Kutau
mengantisipasi
kartanegara
telah
hijau.Untuk
secaraekonomis
jenis
sayur-sayuran
menguntungkan
juga
petani
selain
dikembangkan
bermanfaat
didaerah
bagi
ini,
kesehatan,
berfluktuasi
terkecuali
jenis
tanaman:
Kacang
Panjang
dan
Sawi,
Cabe,
Tomat,
Buncis,
Kangkung
dan
Bayam
mengalamipenurunan. Sedangkan pada tahun 2008 produksi semua jenis sayursayuranmengalami kenaikan
5.
tidaktergantung
pada
komponen
impor,sehingga
mampu
menghadapi
Halaman 1 - 50
Tabel 1.16.
Produksi Buah Buahan Menurut Jenisnya (Ton) Tahun 2010
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Kecamatan
Samboja
Muara Jawa
Sanga-Sanga
Loa Janan
Loa Kulu
Muara Muntai
Muara Wis
Kota Bangun
Tenggarong
Sebulu
Tenggarong Seberang
Anggana
Muara Badak
Marang Kayu
Muara Kaman
Kenohan
Kembang Janggut
Tabang
Jumlah
Alpukat
31
17
3
860
4
517
2
5
2
1.441
Mangga Rambutan
714
5.208
1.294
19
2.182
2.529
2.682
18
408
6.607
141
1.297
20
125
141
170
160
1.232
4.144
20.803
Elai
9
9
Sawo
159
248
14
493
780
251
203
41
42
184
40
537
2.992
Pepaya
631
46
843
2.617
1.124
1.275
366
833
173
204
60
1.441
9.613
Halaman 1 - 51
Pisang
12.474
4.491
6.443
1.096
799
16.235
200
770
5.079
3.016
3.442
3.391
32.486
326
713
16.251
5.190
35.434
147.836
Tabel 1.17.
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Kecamatan
Samboja
Muara Jawa
Sanga-Sanga
Loa Janan
Loa Kulu
Muara Muntai
Muara Wis
Kota Bangun
Tenggarong
Sebulu
Tenggarong Seberang
Anggana
Muara Badak
Marang Kayu
Muara Kaman
Kenohan
Kembang Janggut
Tabang
Jumlah
Nanas
8.856
333
234
3.355
45
140
768
44
557
41
32
230
12.326
1.549
29.610
Sirsak
146
28
2
1.991
4
32
79
3
18
30
1.328
3.661
Sukun
246
327
82
226
1.493
420
1.305
199
37
84
954
5.373
Halaman 1 - 52
Halaman 1 - 53
6.
hingga
tahun2008
seluas
1.694.160
ha.
Terjadinyapenurunan
kewaktu
hakpengelolaan
diakibatkan
hutan
programtransmigrasi;
sebagiandiakibatkan
baikpemerintah,
beberapa
(HPH),
swasta
aktivitas
sebagiandisebabkan
perluasan
penjarahan.
faktor,baik
Hal
maupunmasyarakat.
Untuk
pemegang
kebakaran
lahanperkebunan
tersebutperlu
dari
dan
perhatian
hutan;
pertanian
semua
pihak
mengurangimenurunnya
kebutuhan
lokalmaupun
nasional.
Oleh
karena
itu
paradigma
Halaman 1 - 54
Halaman 1 - 55
1 Samboja
2 Muara Jawa
Sapi
Potong
3.555
1.258
3 Sanga-Sanga
4 Loa Janan
No.
Kecamatan
Kerbau
Kambing
Babi
413
12
106
834
140
-
470
582
27
753
49
789
206
3.372
39
1.162
295
6 Muara Muntai
683
800
146
7 Muara Wis
387
1.134
270
8 Kota Bangun
2.505
19
270
9 Tenggarong
1.107
43
430
347
5 Loa Kulu
Halaman 1 - 56
No.
Sapi
Potong
Kecamatan
Kerbau
Kambing
Babi
10 Sebulu
657
87
135
270
11 Tenggarong Seberang
487
202
309
155
12 Anggana
699
35
689
29
13 Muara Badak
912
256
236
14 Marang Kayu
1.407
73
190
15 Muara Kaman
728
295
102
62
16 Kenohan
667
42
210
402
17 Kembang Janggut
594
96
114
104
18 Tabang
616
12
166
938
Jumlah
20.857
3.351
6.760
3.219
2010
20.857
3.351
6.760
3.219
2009
18.875
2.987
6.693
3.030
daging
yang
dihasilkan
berfluktuasi
baik
produksi
daging
8.
bijaksana
dapatmenyumbangkan
terhadap
pertumbuhanPDRB,
dan
dari
aspek
geografis,
didaerahini
banyak
terdapat
sungai-sungai
biak
ikan
secara
alami
yangperlu
dipertahankan
dan
Halaman 1 - 57
Tabel 1.19.
LUAS AREAL BUDIDAYA IKAN MENURUT JENISNYA
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Kecamatan
Samboja
Muara Jawa
Sanga-Sanga
Loa Janan
Loa Kulu
Muara Muntai
Muara Wis
Kota Bangun
Tenggarong
Sebulu
Tenggarong Seberang
Anggana
Muara Badak
Marang Kayu
Muara Kaman
Kenohan
Kembang Janggut
Tabang
Jumlah
Tambak
Produktif
14.558
13.025
Tambak Non
Produktif
72
64
Kolam
51,6
20,2
18,0
89,5
103,8
0,9
51,3
27,6
26,7
43,3
19,0
115,5
70,0
25,8
22.986
17.623
8.428
76.620
136
Keramba
Sawah
30
95
1.725
8.321
6.450
4.045
3.281
5.025
488
4.246
30
20,8
13,6
4.010
3.822
235
75
697,6
41.848
30
Adapun total produksi ikan perairan umum dapat dilihat pada tabelberikut :
Tabel 1.20.
Total Produksi Perikanan Sub Sektor (Ton) Tahun 2011
No
1
2
3
4
5
6
7
Kecamatan
Samboja
Muara Jawa
Sanga-Sanga
Loa Janan
Loa Kulu
Muara Muntai
Muara Wis
Perikanan
Laut
7.424,8
6 992,1
343,6
Perairan
Umum
122,8
4,5
59,4
8 460,1
4 611,1
Budidaya
Tambak Kolam
Keramba Sawah
4 225,5
4,2
1,5
3 813,3
6,6
2,4
141,5
63,9
1 171,9
57,9
5 196,3
0,7
5 602,9
4 916,9
Halaman 1 - 58
No
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Perikanan
Laut
Kecamatan
Kota Bangun
Tenggarong
Sebulu
Tenggarong Seberang
Anggana
Muara Badak
Marang Kayu
Muara Kaman
Kenohan
Kembang Janggut
Tabang
6 530,6
6 575,3
3 204,6
Perairan
Umum
5 826,3
141,4
605,2
37,0
112,0
7 438,0
4 519,0
441,2
48,4
Jumlah
7.768,4
Budidaya
Tambak Kolam
Keramba Sawah
46,7
2 852,6
24,9
3 288,7
18,8
314,9
36,8
2 373,7
6 505,7
7,4
25,3
5 103,4
25,6
3 123,6
21,9
29,0
3 647,2
3 161,1
24,7
852,5
42,2
74,3
1.571,9
413,7
1.408,5
1,5
9.
lahan,
kedepan
diperlukan
penataan
ruang
wilayah
pertambangan
diKabupaten
Kutai
Kartanegaramencakup
pertambangan
migasdan non migas, dari hasilpertambangan minyak bumi dangas alam sangat
besarpengaruhnya bagi perekonomianKabupaten Kutai Kartanegara danKalimantan
Timur padaumumnya,kedua komodititersebut merupakan ekspor utamasebagai
sumber devisa yang besar untuk Negara.Perkembangan Produksi Migas dan
Pertambangan Batu Bara di KabupatenKutai Kartanegara.
Halaman 1 - 59
Halaman 1 - 60
11..55.. K
Kaajjiiaann LLiinnggkkuunnggaann H
Hiidduupp S
Sttrraatteeggiiss ((K
KLLH
HS
S))
11..55..11.. IIssuu--iissuu S
Sttrraatteeggiiss
Dari profil wilayah tersebut maka dapatlah disimpulkan beberapa hal pokok yang menjadi
isu strategis dan permasalahan tata ruang di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah sebagai
berikut:
1.
2.
Pengembangan jalur kereta api pada beberapa titik dengan tujuan memperlancar arus
pergerakan penumpang dan barang di Kabupaten Kutai Kartanegara.
3.
4.
5.
Masih terdapat konversi kawasan pertanian beririgasi teknis menjadi berbagai kegiatan
lainnya sehingga perlu pembatasan dan penetapan lahan pertanian berkelanjutan; dan
6.
11..55..22.. K
Kaajjiiaann C
Ceeppaatt K
KLLH
HS
S
KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk
memastikan
bahwa
prinsip
pembangunan
berkelanjutan
telah
menjadi
dasar
dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan atau kebijakan, rencana dan program
(KRP).
Aplikasi kajian cepat KLHS meliputi;
1.
Pelingkupan :
Identifikasi issue penting melalui rangkaian proses ilmiah/ metodelogis. Ini diperoleh
melalui kegiatan FGD
2.
Kajian dampak:
Melakukan analisis, perhitungan, simulasi dampak dan kecenderungannya untuk
melihat pengaruh lingkungan yang akan ditimbulkan apakah positif dan negative.
Kajian cepat KLHS untuk wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang diperoleh berdasarkan
hasil FGD dan Self Assesment dapat dilihat pada Tabel 1.21 Self Assesment KLHS
terhadap RTRW Kutai Kartanegara.
Halaman 1 - 61
Tabel 1.21.
NO
1.
Isu Strategi/
Rencana
Pengembangan
Rencana
pembangunan jalan
bebas
hambatan
yang
melintasi
wilayah
akan
mendorong
pusat
kegiatan baru bagi
pengembangan
Kota Tenggarong
Lokasi
Pengaruh
Positif
Balikpapan
Samarinda Bontang
Sangatta
Tenggarong Seberang
Sei Siring
Meningkatkan
aksesbilitas
dari
dan
menuju
Kabupaten
Kutai
Kartanegara
Alternatif Mitigasi
Rekomendasi
Negatif
-
Penanaman vegetasi
untuk
mereduksi
polusi
Penyediaan RTH
2.
Pengembangan
jalur
kereta
api
dengan
tujuan
memperlancar arus
pergerakan
penumpang
dan
barang
di
Kabupaten
Kutai
Kartanegara
Beberapa
Kabupaten
Kartanegara
3.
Pengembangan
Bandar Udara untuk
membantu
pengembangan
akses kabupaten
Loa Kulu
titik
di
Kutai
Meningkatkan
aksesbilitas menuju
luar
wilayah
kabupaten
Kutai
Kartanegara melalui
jalur udara
Rusaknya
ekosistem sekitar
wilayah bandara
Menjaga kelestarian
ekosistem sekitarnya
dengan
melakukan
delineasi
terhadap
kawasan
pengembangan
Pada
pengembangan
jaringan
jalan
dilakukan
juga
pemberian vegetasi
pada
kiri
kanan
jalan
untuk
mengurangi dampak
polusi suara dan
udara.
Perlu
penyediaan
jalur
hijau
dan
pulau-pulau
jalan
untuk
menambah
kawasan RTH.
Penyediaan
studi
kelayakan
dan
AMDAL
dalam
proses
pengembangan
Penyediaan
studi
kelayakan
dalam
proses
pengembangan
Penyediaan
studi
kelayakan
dan
AMDAL
dalam
proses
pengembangan
Halaman 1 - 62
NO
4.
Isu Strategi/
Rencana
Pengembangan
Pengembangan
Kawasan
Industri
yang
membantu
peningkatan
perekonomian
daerah
Lokasi
Pengaruh
Positif
5.
Masih terdapat
konversi kawasan
pertanian beririgasi
teknis menjadi
berbagai kegiatan
lainnya sehingga
perlu pembatasan
dan penetapan
lahan pertanian
berkelanjutan
Meningkatkan
perekonomian
Kabupaten
Kutai
Kartanegara
Mengurangi
pengangguran
di
Kabupaten
Kutai
Kartanegara
Memaksimalkan
potensi SDM dan
SDA di Kabupaten
Kutai Kartanegara
Memaksimalkan
potensi
pertanian
sebagai salah satu
penggerak
perekonomian
masyarakat
(membuka
lapangan
kerja
baru)
Alternatif Mitigasi
Rekomendasi
Negatif
-
Limbah
pencemaran
dan
Penyediaan
pengolahan
limbah dan
pengelolaan
lingkungan
sistem
air
sistem
Penyediaan
studi
kelayakan
dan
AMDAL
dalam
proses
pengembangan
Dikhawatirkan jika
tidak
dikelola
dengan
baik
pengembanganny
a
akan
menyebabkan
terjadinya
konversi lahan
Perlunya
delineasi
kawasan
pertanian
lahan basah yang
ditetapkan
sebagai
lahan
pertanian
berkelanjutan
Perlu
disusun
rencana
rinci
(RDTR)
ditunjang
dengan
zoning
regulation di sekitar
kawasan tersebut
Penyediaan
studi
kelayakan
dan
AMDAL
dalam
proses perencanaan
Perlu
diperhitungkan
antara
unsur
manfaat
dan
dampak
Meningkatkan
perekonomian
masyarakat sekitar
Meningkatkan PAD.
Mengurangi tingkat
pengangguran
Perlu adanya kajian
mengenai
lokasi
khusus bagi satwa
liar
dan
satwa
6.
Pengembangan
potensi wisata alam
dengan tetap
memperhatikan
pelestarian alam
sekitar
Meningkatkan
perekonomian
masyarakat sekitar
Meningkatkan PAD.
Mengurangi
tingkat
pengangguran
Terganggunya
fungsi lindung yang
ada
di
wilayah
sekitar
kawasan
wisata
Delineasi kawasan
antara
kawasan
lindung
dan
kawasan
wisata
sehingga
pengembangan
kawasan
wisata
tidak
mengganggu
fungsi lindung
Pembatasan
pengembangan
pariwisata
pada
kawasan
yang
dikhawatirkan
akan
merusak
ekosistem
kawasan lindung
Perlindungan
terhadap satwa liar
dan langka
Halaman 1 - 63
NO
Isu Strategi/
Rencana
Pengembangan
Lokasi
Pengaruh
Positif
Alternatif Mitigasi
Rekomendasi
Negatif
langka
7.
Pembangunan TPA
Menyediakan lahan
akhir pembuangan
sampah
yang
bersifat regional
Tercemarnya
wilayah sekitar
Pemilihan
lokasi
disesuaikan dengan
kriteria
TPA
disesuikan
dengan
SNI
Nomor
03/3241/1994
Sistem
operasional
TPA
minimal
menggunakan
sanitary landfill
Sistem
pengelolaan
sampah
diarahkan
menggunakan konsep
Pendekatan
3R
(Reduce,
Reuse,
Recycle)
Penyediaan
studi
kelayakan
dan
AMDAL
dalam
proses
pengembangan
Halaman 1 - 64